Anda di halaman 1dari 9

Nama : Siti Muhajiroh Eka Lestari

Kelas : X Mipa 2
No. Urut : 29
Seni Budaya

NASKAH TEATER “SANGKURIANG”

Nama Tokoh Dan Pemeran:


1.      Dayang Sumbi                                                
2.      Sangkuriang/ Jaka                                      
3.      Nyi Endah/ Teman Dayang Sumbi    
4.      Tumang/ Anjing sakti 
5. Prabu Sungging Perbangkara/ Ayah Dayang Sumbi                        
6.      Jin                                           
7.      Beberapa tokoh pembantu/ ibu-ibu      

Prolog

Dahulu Kala, di sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja berjulukan Prabu Sungging
Perbangkara, hidup seorang gadis yang cantik jelita berjulukan Dayang Sumbi. Dayang Sumbi
ialah anak dari Prabu Sungging Perbangkara. Karena kecantikannya, Dayang Sumbi banyak
mendapatkan lamaran dari para raja dan pangeran dari negeri seberang. Namun Dayang Sumbi
tidak menerima satu pun lamaran karena tidak ingin terjadi pertumpahan darah di antara para
raja dan pangeran tersebut. Ia kemudian meminta izin pada Ayahnya untuk mengasingkan diri
ke hutan. Prabu Sungging pun mengizinkannya. Ia menciptakankan Dayang Sumbi sebuah
pondok di pinggir hutan dan alat tenun untuk Dayang Sumbi. Dayang Sumbi pun tinggal di
pondok tersebut.

Part 1

Suatu malam, ketika Dayang Sumbi sibuk menenun kain, ada suatu hal yang mengganggunya.

Dayang Sumbi : Hmm, malam ini nampaknya tidak ibarat malam-malam biasanya. Aku merasa
sangat lelah, padahal kain yang kukerjakan gres selesai setengah. Mungkin saya harus istirahat
lebih cepat, tapi akan kukerjakan dulu tenunan ini semampuku.

(Dayang Sumbi menenun sambil terkantuk-kantuk. Tiba-tiba sebuah gulungan benang terjatuh
dan menggelinding ke luar pondok)
Dayang Sumbi: Aduh gulungan benangku! Kenapa harus menggelinding ke luar di ketika yang
tidak sempurna begini sih. Benang itu niscaya sudah menggelinding jauh ke bawah.

(Dayang Sumbi melongok ke luar pintu untuk memastikan dugaannya)

Dayang Sumbi: Benar, tidak ada di depan rumah. Pasti sudah jauh di bawah. Bagaimana ini ya?
Aku ingin mengambilnya, tapi saya sangat lelah. Aku juga takut keluar malam-malam begini.

Dayang Sumbi yang terlihat lemas kemudian duduk di dipan bersahabat alat tenunnya. Tanpa
disadari ia bergumam dan mengucapkan sumpah.

Dayang Sumbi: Aku sangat membutuhkan benang itu. Siapapun yang mengambilkan dan
mempersembahkan benang itu padaku, apabila perempuan akan saya jadikan saudara, apabila
laki-laki akan saya jadikan suami.

Tak lama setelah Dayang Sumbi mengucapkan sumpahnya, muncul sebuntut anjing, anjing itu
membawa gulungan benang milik Dayang Sumbi.

Dayang Sumbi: Wah, ini kan benangku. Terima kasih anjing yang baik.

(Dayang Sumbi kemudian teringat sumpahnya)

Dayang Sumbi: Ah, saya sudah bersumpah, jadi meskipun kamu sebuntut anjing, saya akan
menepati sumpahku.

(Dayang Sumbi memperhatikan anjing itu baik-baik)

Dayang Sumbi: Err... Karena kamu laki-laki maka saya akan mengangkatmu menjadi suamiku.

Tiba-tiba muncul keajaiban. Anjing tersebut berubah menjadi seorang laki-laki tampan. Dayang
Sumbi menyaksikan kejadian tersebut sambil terheran-heran.

Dayang Sumbi: Ka..ka..kau siapa? Kenapa kau bisa muncul dari wujud sebuntut anjing?

Pria Tampan: Maafkan saya yang mengejutkanmu tuan putri. Aku ialah titisan dewa. Karena
malam ini ialah malam purnama, saya sanggup berubah ke wujud asliku.

Dayang Sumbi dan Pria Tampan jelmaan sebuntut anjing tersebut kemudian memadu kasih.
Dayang Sumbi memanggil kekasihnya dengan nama Tumang. Mereka hidup bersama tanpa
diketahui oleh siapa pun, termasuk Prabu Sungging Perbangkara. Dari kekerabatan mereka
berdua, lahirlah seorang anak yang didiberi nama Sangkuriang.

Part 2

Sangkuriang tumbuh menjadi anak laki-laki ganteng yang rajin dan lincah. Setiap hari ia selalu
menolong ibunya dengan berburu rusa, ikan, dan binatang lainnya untuk dimakan. Ia selalu
dikawani oleh si Tumang yang berwujud sebuntut anjing ketika berburu. Sangkuriang tidak
mengetahui kalau Tumang adalah Ayahnya.

Suatu hari Sangkuriang dan Tumang pergi berburu rusa. Sangkuriang ingin sekali
mempersembahkan hati rusa yang nikmat kepada ibunya. Ia dan Tumang berburu seharian,
tetapi tidak satu pun rusa yang sanggup ia tangkap hari ini.

(Sangkuriang berhenti berlari dan nafasnya tersengal-sengal kelelahan)


Sangkuriang: Sudah dari pagi hingga siang kita berburu, tapi tidak ada satu pun rusa yang
sanggup kita tangkap. 

(Sangkuriang melirik Tumang yang terlihat kelelahan)

Sangkuriang: Kelihatannya kau sudah capek ya, Tumang. Kamu sudah banyak berlari hari ini.
Aku juga sudah lelah. Yuk kita pulang.

Tiba-tiba di tengah perjalanan pulang, Sangkuriang melihat sebuntut rusa. Ia berusaha


memburunya.

(Sangkuriang melepaskan anak panah)

Sangkuriang: Ah, kena. Pasti bisa tertangkap kalau dikejar. Ayo Tumang, kejar rusa itu.

(Tumang kelelahan. Ia tak mengejar rusa itu)

Sangkuriang: Tumang! Kenapa kamu membisu saja?! Cepat kejar rusa itu semoga kita bisa
makan malam ini!

(Tumang tak bergeming, membisu tak bergerak)

Sangkuriang: Tumang! Kalau kamu tak mengejar rusa itu, saya akan memanahmu.

Sangkuriang menakut-nakuti Tumang dengan panahnya semoga Tumang mau mengejar rusa
itu. Namun karena Sangkuriang sudah lelah, tak sengaja tangan yang menahan anak panahnya
terlepas dan anak panah itu terkena Tumang. Tumang pun tewas.

Sangkuriang: Aduh, aku tidak berniat membunuhnya, tapi malah begini jadinya.

(Sangkuriang sedikit gelagapan, namun ia berusaha hening dan mengambil keputusan terbaik
menurutnya)

Sangkuriang: Hmm, aku tidak berhasil berburu rusa hari ini, jadi aku akan pulang dengan tangan
hampa. Tapi  ada Tumang yang tak sengaja terkena panahku. Aku pikir, daripada aku dan ibu
tidak makan hari ini, Aku bawa saja daging Tumang. Hati Tumang juga akan kuberikan pada
Ibu.

Sangkuriang pun membawa daging Tumang ke rumahnya.

Part 3

Sangkuriang sampai di rumah dan menyerahkan daging dan hati si Tumang kepada ibunya.
Dayang Sumbi tidak menyadari kalau hasil buruan yang diserahkan anaknya ialah si Tumang.

Sangkuriang: Ibu, ini aku bawa hasil buruan hari ini. Aku sudah memotong-motong dagingnya.
Ini juga ada hati kesukaan Ibu.

Dayang Sumbi: Wah, anak pintar. Kita akan makan lezat malam ini. Baiklah, Ibu akan
memasak.

Sangkuriang: Iya Bu. Aku akan menunggu makanan Ibu yang enak.

Sesudah memasak, Dayang Sumbi menyantap masakannya dengan Sangkuriang. Sambil


menyantap makanan yang disajikan, Dayang Sumbi bertanya pada Sangkuriang tentang
perburuan hari ini.
Dayang Sumbi: Nak, bagaimana perburuanmu tadi? Menyenangkan?

Sangkuriang: Tidak sangat senang ibarat biasanya, Bu. Perburuan hari ini susah. Aku berburu
rusa dari pagi tapi sangat susah menangkap rusa-rusa itu. Aku sangat kelelahan.

Dayang Sumbi: Tapi akhirnya kau mendapatkan rusa juga kan. Kau juga bahkan
mempersembahkan hati rusa kesukaan Ibu. Tapi rasanya sedikit tidak sama ya.

(Sangkuriang tidak menanggapi sambil terus makan)

Part 4

Dayang Sumbi: Kemana Tumang? Biasanya dia berburu denganmu kan Nak?

Sangkuriang : Err... Sebenarnya aku tidak mendapatkan sebuntut rusa pun hari ini, Bu. Aku dan
Tumang gagal mengejar rusa untuk kita makan. Saat mengejar rusa, aku tidak sengaja memanah
Tumang. Lalu aku pikir tidak ada salahnya mengganti daging rusa dengan daging si Tumang
untuk kita makan hari ini. Toh Tumang juga sudah mati.

(Dayang Sumbi kaget mendengar perkataan Sangkuriang)

Dayang Sumbi: Apa kau bilang?! Ja..Jadi yang kita makan ini Tumang?! Dasar anak durhaka!
Tumang itu Ayahmu!

(Dayang Sumbi mengambil centong kayu dan memukul pelipis kanan Sangkuriang keras-keras)

Sangkuriang: Aaah sakit Bu!


(Dayang Sumbi menangis dan memukul Sangkuriang lagi di pelipis kirinya dan Sangkuriang
jatuh tersungkur)
Dayang Sumbi: Kau anak durhaka. Kau membunuh Ayahmu sendiri. Pergi kau dari sini!

Dengan kepala yang terluka dan rasa pusing yang teramat sangat, Sangkuriang pergi dari
rumahnya menuju hutan di malam gelap gulita. Ia pergi sambil terus menangis. Dayang Sumbi
yang melihatnya menangis. Ia sangat sedih melihat anaknya pergi, namun rasa kecewa yang ia
rasakan menahan dirinya untuk menghentikan Sangkuriang.

Sesudah amarahnya reda, Dayang Sumbi memohon suatu hal pada Dewata.

Dayang Sumbi: Wahai Dewa yang Agung, hamba sudah membuat anak hamba meninggalkan
hamba dan hamba tak tahu kapan ia akan kembali. Untuk itu hamba mohon semoga rupa hamba
tidak berubah hingga hamba bertemu dengan anak hamba sehingga ia sanggup mengenali
hamba.

Part 5

Beberapa tahun silam. Permohonan Dayang Sumbi dikabulkan oleh Dewata. Tahun demi tahun
berganti, Namun rupa Dayang Sumbi tetap cantik, sama persis ibarat ketika ia mengajukan
permintaannya dulu. Selama itu pula Dayang Sumbi hidup sebatang kara dan hidup dari
menenun.

Suatu hari, seorang cowok berparas ganteng hadir ke rumah Dayang Sumbi. Ia terlihat lelah.
Pemuda Tampan : Jauh juga hutan ini. Aku sampai kelelahan menelusurinya. Perbekalanku juga
sudah habis. Eh, ada sebuah pondok kecil. Mungkin aku bisa beristirahat sejenak di situ.
(Pemuda Tampan menghampiri rumah Dayang Sumbi)

Pemuda Tampan: Permisi, apa ada orang di sini? Aku seorang pengembara meminta izin untuk
beristirahat sebentar di . . . .

(Dayang Sumbi keluar rumah. Pemuda Tampan terdiam melihat kecantikannya)

Dayang Sumbi: Ah, iya, saya pemilik pondok ini. Kalau tuan pengembara ingin melepas lelah
sejenak, tuan boleh singgah sejenak. Silahkan duduk.

(Dayang Sumbi dan Pemuda Tampan duduk di serambi rumah Dayang Sumbi)

Pemuda Tampan: Terima kasih atas kebaikan nona. Sebelumnya perkenalkan, namaku Jaka.
Aku sedang mengembara untuk mencari asal-usulku.

Dayang Sumbi: Namaku Dayang Sumbi. Wah, tuan Jaka mengembara hingga ke hutan ini.
Apakah dulu keluarga tuan tinggal di sekitar hutan ini?

Jaka : Aku tidak ingat tentang keluargaku. Aku bahkan tidak ingat namaku sendiri ketika
ditemukan oleh guruku, Ki Ageng. Ki Ageng yang memberiku nama. Ia juga mengajariku
berbagai macam ilmu. Sampai pada suatu hari, ada perasaan yang mendorongku untuk  mencari
asal-usulku. Lalu Ki Ageng menyampaikan padaku untuk melaksanakan perjalanan ke hutan ini
semoga saya menemukan asal usulku. 

Dayang Sumbi: Semoga tuan Jaka sanggup menemukan asal usul tuan. Aku senang bisa
menolong dengan mempersembahkan daerah istirahat bagi tuan.

Jaka  : Sekali lagi terima kasih nona. Saat ini perbekalanku juga sudah habis. Aku mungkin akan
bermalam beberapa hari sambil berburu untuk mengisi perbekalanku. Aku juga akan menolong
pekerjaan sehari-hari nona dan mempersembahkan binatang buruan untuk membalas kebaikan
nona. 

Dayang Sumbi: Oh, ya, tuan bisa menginap di rumahku ini. Kebetulan ada satu kamar kosong.
Itu ialah kamar anak aku, tetapi sudah lama ia tidak pulang. Tuan bisa memakainya.

Jaka : Ah iya, terima kasih atas tumpangannya, nona Dayang Sumbi.

Sejak hari itu, Dayang Sumbi dan Jaka sering bertemu dan melakukan kegiatan bersama. Rasa
percaya dan perasaan bersahabat di antara keduanya menimbulkan benih-benih cinta. Jaka pun
menetap lebih lama.

Part 6

Suatu siang, setelah Jaka selesai berburu, ia dan Dayang Sumbi bercengkrama dan berbincang-
bincang di serambi rumah. 

Dayang Sumbi: Bagaimana perburuan hari ini? Kau mendapat banyak buruan?

Jaka : Cukup banyak. Aku bahkan mendapat sebuntut rusa besar. Sedang kuasapi dagingnya,
semoga bisa kita simpan untuk persediaan beberapa hari. Kau tahu? Rusa itu begitu lincah, aku
sampai kewalahan menangkapnya. Lihat saja rambutku yang awut-awutan ini. Aku harus
bergumul dengannya dulu sampai ia menyerah.
Dayang Sumbi: Hahaha, Sepertinya seru sekali perburuanmu kali ini. Sini, saya rapihkan
rambutmu.

(Jaka pulas di pangkuan Dayang Sumbi. Dayang Sumbi mengambil sisir dan merapikan rambut
Jaka)

Saat merapikan rambut Jaka, Dayang Sumbi melihat bekas luka di pelipis kanan Jaka. Ia pikir
itu mungkin adalah luka biasa. Namun alangkah terkejutnya Dayang Sumbi ketika menyisir
kepingan kiri rambut Jaka. Ia melihat luka yang hampir sama di situ. Dayang Sumbi termenung.
Luka itu bukan luka biasa. Ia kemudian teringat dengan Sangkuriang anaknya. Ya, luka itu tak
salah lagi adalah milik Sangkuriang. Dayang Sumbi pun tersadar bahwa Jaka ialah anaknya
yang sudah lama menghilang, Sangkuriang.

Jaka/ Sangkuriang: Kenapa kau berhenti? Rambutku sudah rapih? Kau memang baik. Selain itu
kamu begitu cantik dan lembut. Dayang Sumbi, sudah lama aku menyukaimu. Aku pun tahu
kalau kau menyukaiku. Oleh sebab itu, aku mempunyai satu niat. Aku ingin berkeluarga
denganmu.

(Dayang Sumbi yang belum pulih dari rasa terkejut setelah mengetahui bahwa Jaka ialah
anaknya, kembali terkejut mendengar perkataan Jaka)

Dayang Sumbi: Ah, eh, apa kamu bilang? Ingin berkeluarga denganku? Err... sebentar dulu Jaka.
Aku baru saja menyadari sesuatu.

(Jaka/Sangkuriang bangun dan menghadap Dayang Sumbi).

Jaka/ Sangkuriang: Ada apa? Apakah perkataanku salah? Ya, aku ingin menikahimu.

Dayang Sumbi: Tungu dulu Jaka. Begini, dulu aku pernah bertengkar dengan anakku. Aku
memukulnya dengan centong kayu. Aku memukul sempurna di kedua pelipisnya. Dan ketika
aku menyisir rambutmu tadi, aku baru menyadari kalau kamu mempunyai bekas luka yang sama
di kedua pelipismu. Aku yakin kalau kamu adalah anakku, Sangkuriang. Karena kamu anakku,
kamu tidak bisa menikahiku.

Jaka/ Sangkuriang: Apa? Aku anakmu? Kau pasti bercanda. Kalau kau ibuku, kau pasti sudah
menjadi seorang perempuan tua. Namun kau seumuran denganku. Bahkan kau terlihat lebih
muda. Kau mencari alasan untuk menolak lamaranku kan?

Dayang Sumbi: Aku tidak bohong. Lihat saja bekas luka di kedua pelipismu.

Jaka/ Sangkuriang: Aku tidak percaya. Semua orang bisa mempunyai bekas luka seperti ini.

(Dayang Sumbi berpikir untuk menghindari pernikahannya dengan anaknya. Ia kemudian


mempunyai sebuah ide)

Dayang Sumbi: Baiklah kalau kamu tetap bersikeras mau menikahiku. Aku mempunyai dua
syarat untukmu. Pertama, buatkan sebuah danau dan sebuah bahtera sebagai hadiah pernikahan
kita. Kedua, kamu harus menyelesaikan danau dan bahtera itu sebelum fajar esok hari.

Jaka/Sangkuriang: Membuat danau dan bahtera dalam waktu semalam untukmu? Apa pun
syaratnya akan ku kerjakan. Baiklah, aku pergi dulu untuk memenuhi syaratmu.

Dayang Sumbi terkejut dengan tindakan Jaka/Sangkuriang yang menyanggupi tantangannya. Ia


sampai tak bisa berkata-kata dan melihat Jaka/Sangkuriang pergi sambil terdiam.
Part 7

Jaka/Sangkuriang berhenti dan bertapa di pinggir Sungai Citarum. Dengan ilmu dan
kesaktiannya yang diajarkan oleh Ki Ageng, ia sanggup berkomunikasi dengan para jin. Ia
meminta pertolongan para jin untuk membendung Sungai Citarum sehingga membentuk suatu
danau dan membuat sebuah kapal yang megah.

Jaka/Sangkuriang: Wahai para jin, aku bertapa ingin meminta pertolongan padamu

Pemimpin jin: Apa yang mau kamu minta pada kami anak muda?

Jaka/Sangkuriang: Aku ingin meminta tolong untuk membuat sebuah danau dan sebuah kapal
yang megah dalam satu malam.

Pemimpin jin: Hanya itu? Hahahaha, permintaan yang tidak sulit. Baiklah aku akan menyuruh
anak buahku untuk menolongmu. Tapi anak buahku hanya bisa menolongmu hingga batas jelas
di langit. Ketika langit mulai jelas dan fajar mulai naik, anak buahku akan pergi.

Jaka/Sangkuriang: Ya,tidak apa. Terima kasih atas pertolonganmu.

Jin-jin yang menolong Jaka/Sangkuriang bekerja dengan cepat. Dalam sekejap saja mereka
sudah menyusun dinding-dinding untuk membendung Sungai Citarum. Dayang Sumbi yang
melihat dari kejauhan mulai khawatir. Ia kemudian memikirkan cara untuk menggagalkan
pekerjaan Jaka/Sangkuriang.

Dayang Sumbi: Betapa saktinya dia. Kalau begini ia bisa memenuhi syarat yang kuajukan
dengan gampang. Aku harus menggagalkannya, tapi dengan apa ya?

(Dayang Sumbi melihat kain hasil tenunannya. Kain itu berwarna putih dan berkilau, persis
ibarat matahari terbit.)

Dayang Sumbi: Ah, ya, aku akan mengelabui ia dengan kain itu. Aku akan membuat solah-olah
fajar sudah terbit. Kebetulan aku mempunyai kain tenunan itu dalam jumlah banyak. Aku akan
meminta pertolongan penduduk desa untuk menebarkannya.

Dayang Sumbi kemudian pergi menuju desa di pinggir hutan. Ia meminta menolongan para
penduduk untuk menebarkan kain. Penduduk yang sudah lama mengenal Dayang Sumbi
bersedia menolongnya.

Part 8

Pekerjaan Jaka/Sangkuriang sudah hampir selesai. Bendungan danau hampir rampung. Kapal
sedikit lagi selesai. Namun, ketika tiang pancang kapal akan dipasang, jin-jin yang menolong
Jaka/Sangkuriang menghilang.

Jaka/Sangkuriang: Hah?! Kenapa jin-jin itu menghilang? Sedikit lagi bahtera itu selesai. Aku
juga yakin kini belum waktunya fajar. Aku sudah menghitungnya.

(Jaka/Sangkuriang melihat ke arah timur. Dari kejauhan ia melihat kaki langit yang berwarna
putih dan bersinar)

Jaka/Sangkuriang: Itu..? Benarkah itu fajar? Tidak mungkin. Aku sudah memperhitungkan
waktunya. Sekarang seharusnya fajar belum hadir.
Tak selang berapa lama, sinar di timur menghilang. Langit kembali menjadi petang.
Jaka/Sangkuriang yang menyadarinya menjadi geram.

Jaka/Sangkuriang: Argh! Ya, sudah kuduga kalau itu tipuan. Perempuan itu menipuku. Argh!

(Jaka/Sangkuriang menendang bahtera besar yang hampir selesai. Perahu besar tersebut jatuh
tertangkub.)

Jaka/Sangkuriang: Aku harus mengejar dan menemuinya.

Jaka/Sangkuriang dengan cepart berlari menuju pondok Dayang Sumbi. Sementara itu, Dayang
Sumbi yang melihat Jaka/Sangkuriang mengejarnya dari kejauhan lari, Ia lari menuju Gunung
Putri

Dayang Sumbi: Aku harus lari untuk menghindari amarah Sangkuriang. Dewata tolong lindungi
hamba dan biarkan Sangkuriang tidak sanggup menemui hamba.

(Dayang Sumbi yang datang di Gunung Putri seketika berubah menjadi menjadi setangkai
bunga, yaitu Bunga Jaksi)

Jaka/Sangkuriang: Di mana dia?! Aku tadi melihatnya lari menuju daerah ini?! Argh.

Jaka/Sangkuriang terus berlari mencari Dayang Sumbi hingga ia hingga di daerah yang
berjulukan Ujung Berung dan menghilang ke alam gaib.

Itulah kisah tentang legenda Tangkuban Perahu atau Sangkuriang. Kisah tentang ibu dan anak
yang terlibat konflik dan kekerabatan terlarang. Sang Ibu, Dayang Sumbi, berubah menjadi
setangkai bunga, dan sang anak, Sangkuriang, hilang tertelan ke alam gaib. Perahu yang jatuh
tertangkub akhir ditendang oleh Sangkuriang pun berubah menjadi sebuah pegunungan yang
kini dikenal sebagai Gunung Tangkuban Perahu. 

Anda mungkin juga menyukai