Anda di halaman 1dari 6

RESENSI NOVEL

“DIKEJAR KUNTI CANTIK”

Disusun Oleh :
Banu Bratajaya Pangestu
XI MIPA 6

TAHUN AJARAN 2018-2019


A. Identitas Buku

1. Judul Buku : Dikejar Kunti Cantik

2. Pengarang : Antonio Irawan

3. Penerbit : Smart Pustaka

4. Tahun Terbit: cetakan pertama, 2016

5. Jumlah Halaman : 180 halaman

6. Harga Buku : Rp 30.000,-

B. Isi Resensi
Jika kalian merasa punya nyali, dengarkanlah ceritaku ini.
Aku seorang siswi biasa disekolah. Kemampuanku rata-rata, tidak sepintar teman-teman.
Mereka kerap menyabet juara diajang kompetisi internasional, aku tak sekalipun. Tiba-tiba
aku menjadi pusat perhatian. Semua siswa, guru, staff sekolah, orang tua dan wali murid,
menuntutku menyampaikan sebuah kesaksian. Sebuah kesaksian tentang pembunuhan.
Mereka menyebutnya kasus pembunuhan. Aparat kepolisian sepertinya tak punya diksi lain
selain juga menggunakan kata "PEMBUNUHAN"

Padahal bagiku, TIDAK. Betul-betul bukan pembunuhan. Itu kasus kerasukan. Ya, kerasukan
roh halus. Kenapa aku dituntut menjadi saksi? Karena satu-satunya yang bisa memberi
penjelasan, ada dilokasi kejadian, hanyalah aku seorang. Selebihnya hanya ada seorang siswa
yang sudah tak lagi bicara.

Ia gemetar ketakutan, ditanganya ada pecahan kaca yang berlumuran darah. Dan satu lagi,
seonggok tubuh yang lama kaku, dengan bekas sobekan pada perut. Jangan paksa aku
menceritakan bagaimana kondisi tubuh mayat yang sobek-sobek itu.aku saja tak mau melihat
isi perutnya yang keluar, apalagi harus menceritakannya.

Ditambah aku memang trauma melihat darah. Jadi, aku berusaha menghindar, tak mau
melihat darah segar yang terus mengalir, membanjiri lantai gudang dibelakang sekolah
itu. Namun, ketakutanku itu pun belum cukup menjadi alasan, yang bisa membuatku
menghindari sebagai saksi mata. Mau tak mau, aku harus menceritakan semua yang aku lihat,
semua yang aku tahu, dari awal kejadian sampi akhir.

BERMULA pada hari itu, saat matahari membakar jalanan yang padat. Cuaca panas hari itu
membuat kesal para pengguna jalan yang masih mengular dan macet. Kendaraan-kendaraan
tidak bergerak, sedangkan knalpot terus mengepul asap hitam, yang mengubah warna udara
menjadi hitam pekat.

"Ah, surabaya makin nggak nyaman huni aja," batinya sambil menatap keluar jendela.
Dengan pulpen ditangan kiri, karena ia kidal, dan buku tulis dibawah telapak tangan
kanannya, ia menatap jalanan kota Surabaya dari ketinggian, di dalm ruangan lantai 4,
gedung perpustakaan sekolah. Perpustakaan adalah tempat favoritnya selama ini, baik untuk
membaca, mengerjakan tugas sekolah, atau sekedar mencari inspirasi untuk proyek
kreatifnya. Selain tempat yang sejuk, pata pengunjung dilarang membuat suara berisik dan
gaduh, ruang di perpus sekolah bertaraf internasional itu menyediakan beragam buku, beribu-
ribu judul, dari semua disiplin ilmu. "YA TUHAN, kenapa dengan imajinasiku, ia mula
mengeluh. Tatapan matanya berpindah objek di luar jendela ke langit-langit ruangan.

Satu-satunya mata pelajaran yang paling sulit baginya adalah seni dan sastra. Sekalipun ibu
marya, guru pengampu bahasa Indonesia, sangat sabar, telaten, mudah bergaul dengan siswa-
siswa, tapi tugas mengarang tetaplah sulit. Ia yang lebih suka pelajaran matematika dan
biologi, merasa berimajinasi dan menulis cerita itu nyaris mustahil.

Thomas dan teman karibnya itu pun mulai fokus.Masing-masing mengeluarkan pulpen dan
buku tulis.Dengan tangan kidal, Thomas tampak lebih cepat menulis. Sedangkan teman yang
duduk dikursi sebelahnya itu berkali-kali memutar-mutar kertas di depanya. Sesekali
mengeluarkan penggaris, membuat garis lurus, lengkung, arsiran. Tampaknya ia tidak
menulis cerita, tetapi menggambar.

Mereka berdua memang terlihat kurang waras. Tulisan-tulisan peringatan agar keep silince,
jangan berisik, dibeberapa tembok ruangan tidak mereka pedulikan. Para pengunjung perpus
yang lain pun menoleh. Ratusan pasang mata mengarah pada mereka berdua.

Sampai sini cerita nya menarik dan bikin penasaran namun penulisan kata-kata kurang rapih
dan penggunaan kata-kata asing yang sulit dimengerti banyak sekali. Setelah itu Thomas dan
Ivan menyadari tingkah dirinya yang aneh. Mereka merasa salah tingkah, dan rasa-rasanya
ingin cepat-cepat meninggalkan ruangan. Tapi rahasa bahagia karena berhasil menyelesaikan
tugas mengarang dari bu marya sangat membuncah, membuat saraf bahagia diotak mereka
bereaksi otomatis dan reflek.

Mereka berdua cepat- cepat memasukkan buku, pulpen, penggaris, penghapus dan lainnya ke
dalam tas masing-masing. Sembari menundukkan kepala dan sedikit cuek, Thomas dan Ivan
pergi keluar dari ruang perpus.

Saat Thomas bertanya pada Ivan, jarum di dinding sudah menujamnjukkan angka 1 . Siswa-
siswi sekolah cahaya Timur itu hilir mudik menuju kelas masing-masing. Sebagian lagi
makan siang dikantin sekolah. THOMAS DAN IVAN betul-betul tidak percaya pada karya
masing-masing. Thomas memyerahkan cerita pendeknya kepada ivan agar dibaca. Begitu
pula ivan memyerahkan cerita bergambarnya kepada Thomas agar diperhatikan detailnya.
Dua sahabat karib itu merasa ada kejanggalan. Spa yang dipikirkan Thomas dalam sebuah
cerita naratif sepenuhnya digambarkan oleh ivan. Demikian ivan berpikir, apa yang ada
dalam otaknya dan dituangkan kedalam gambar betul-betul dinarasikan secara sempurna oleh
Thomas.

Mereka berdua terus berjalan melewati koridor, menembus hilir mudik siswa-siswi yang lain,
hingga tiba di ujung bangunan. Thomas dan Ivan berdirir di depan pintu yang tertutup.
Mereka mendengarkan suara orang didalam, seperti ada seorang siswi yang sedang konsultasi
pelajaran.
Thomas mendokkan kepalanya, melihat papan nama ukuran 5x10cm, dan membaca sebuah
nama yang sudah begitu akrab bagi mereka: Dr.Marya Isvana, M.Sn. Thomas hanya ingin
memastikan, ruang itu ruang kerja guru bahasa indonesia mereka.

Setelah mereka berdua membalikkan badan dan tak sempat melangkah satu jengkal pun, tiba-
tiba pintu ruang kerja Bu Marya terbuka. Seorang gadis cantik dan seksi keluar. Seragam
sekolah yang pakai gadis itu sama seperti yang mereka kenakan. Hanya saja, gadis itu
mengenakan rok pendek di atas lutut, dengan kaos kaki berwarna putih, sepatu warna kream
yang imut.Thomas dan Ivan betul-betul terpesona bercampur tak percaya. Mereka sedang
bermimpi melihat gadis impian yang selama ini diidam-idamkan.

Thomas dan Ivan membiarkan tema tentang cewek cantik tadi menghambur bersama angin.
Mereka kembali fokus pada tujuan awal. Yaitu, menyerahkan tugas kepada Bu Marya.
Thomas mengetuk pintu dan nengucapkan salam. Salampun mendapatkan jawaban dari
dalam. Bu Marya mempersilahkannya masuk.

Sehabis jam sekolah dan sebelum pulang, Thomas, Ivan dan teman-temannya sudah terbiasa
berkumpul di taman sekolah, yang luas dan dihiasi bunga-bunga itu. Banyak tema yang akan
mereka obrolkan. Tapi yang sudah pasti adalah tema judul film yang sedang tayang di
bioskop. Biasanya mereka mendiskusikan film apa yang harus ditonton lebih dulu, dan layak
dikaji kemudian dilaporkan sebagai tugas kreatif dari sekolah.

Buku ini mempunyai sistematika yang baik karena setiap bab disusun secara terstruktur
sehingga pembaca lebih mudah mengikuti alur pemikiran dari penulisnya.

Dari tata letaknya kita dapat mencermati bahwa buku ini disusun dengan cermat karena
dipenuhi oleh ilustrasi yang mendukung penjelasan penulisnya.

Kelebihan dari buku ini cerita nya tidak membosankan, bikin si pembaca menjadi penasaran
akan ceritanya dan isi dari ceritanya ini horor komedi sehingga pembaca tidak terlalu tegang
untuk membacanya dan bikin si pembaca tertawa membaca cerita tersebut. Namun buku ini
pula memiliki banyak kesalahan dalam kata kata penulisan sehingga sulit untuk mengartikan
makna yang sebenarnya dan memiliki kata-kata yang tidak seharusnya dipakai, sehingga
pembaca yang dibawah umur tidak dapat membaca nya . Sebaiknya kata kata asing tersubut
dikurangi agar si pembaca tidak bingung arti maknanya
Kesimpulan dari novel ini adalah thomas menyukai sahabatnya yang bernama betika yaitu
pacar dari sahabatnya sendiri juga ivan, namun saat thomas menyatakan cintanya ke betika ia
pun ditolak karena betika hanya ingin bersahabat dengan thomas. Saat thomas dan betika
bermesra digudang, seseorang datang menghampiri dengan membawa sebilah kaca dan
langsung menyobek perut thomas, thomas akhirnya jatuh dalam pandangan yang kabur.
Dalam pandangan yang kabur thomas melihat wajah yang menikamnya dan sepertinya
thomas sangat mengenali dan akrab dengan wajah itu. Tapi, sebelum sepatah kata muncul
dari lidahnya, malaikat sudah membawa rohnya ke langit

Anda mungkin juga menyukai