(Dessy Wahyuni)
HASIL DAN PEMBAHASAN kebebasan untuk memilih hidupnya, tan‐
Yetti A. Ka dan Karyanya pa ada paksaan. Dengan bahasa yang in‐
Yetti A. Ka adalah seorang penulis pe‐ dah dan puitis, Yetti dalam kumpulan
rempuan yang lahir dan besar di Beng‐ cerpennya ini tidak hadir untuk menan‐
kulu. Sejak tahun 1999, istri penyair Su‐ tang budaya patriarkat. Ia hanya menco‐
matera Barat, Sondri B.S., ini hijrah dan ba memutar ke hadapan pembaca ten‐
berkreativitas di Sumatera Barat. Tuli‐ tang realita kehidupan wanita, kehidup‐
sannya berupa cerita pendek, puisi, dan an yang lebih banyak pahitnya diban‐
artikel pernah dimuat di beberapa media ding manisnya, kehidupan yang kerap
massa; Koran Tempo, Media Indoneesia, menghadirkan luka yang berkepanjang‐
Republika, Jawa Pos, Nova, Koran Jurnal an, namun harus dijalani meski tanpa
Nasional, Suara Merdeka, Jurnal Cerpen paksaan, sebaik atau seburuk apapun
Indonesia, Jurnal Perempuan, Gong, Was itu, seperti diutarakan oleh Falantino, se‐
pada Medan, Lampung Pos, Padang Eks orang pengajar di salah satu perguruan
pres, Singgalang, Haluan, dan Riau Pos. tinggi di Ambon, dalam komentarnya
Cerita pendeknya tergabung dalam tentang SHBdHM pada sampul belakang
sejumlah antologi bersama; Bob Marley buku. Lihat kutipannya berikut ini.
dan 11 Cerpen Pilihan Sriti.com 0809
(GPU, 2009), Pipa Air Mata (Yayasan “Kisah tentang keluarga, perempuan,
Sagang, 2008), Rahasia Bulan (GPU, rumah dan cinta ini terjalin dengan ba‐
2006), Mencintaimu (Logung Pustaka, hasa yang indah, penuh keintiman….
2004), Kalau Julies Sedang Rindu Membaca kumcer ini membuat saya se‐
makin merasa pasti bahwa sebuah ru‐
(Logung Pustaka dan Akar Indonesia,
mah, sebaik atau seburuknya, tetaplah
2004), Yang Dibalut Lumut (CWI, 2003),
tempat untuk pulang. Kumcer ini se‐
dan lain sebagainya. Buku kumpulan harusnya semakin mengukuhkan Yetti
cerita pendek tunggal yang telah terbit; sebagai penulis perempuan Indonesia
Numi (Logung Pustaka, Jogjakarta, 2004) yang karyanya patut dinanti. Salut! (Ka,
dan Musim yang Menggugurkan Daun 2011)
(Penerbit Andi, Yogyakarta, 2010). Suatu
Hari Bukan di Hari Minggu ini Dalam kumpulan cerpen ini, Yetti
merupakan kumpulan cerpen ketiganya. menggambarkan ketidakadilan gender.
Perbedaan peran dan fungsi laki‐laki dan
Luka dan Kecewa Para Perempuan perempuan atau yang lebih dikenal de‐
Dalam buku kumpulan cerpen Suatu ngan perbedaan gender yang terjadi di
Hari Bukan Di Hari Minggu terdapat em‐ masyarakat tidak menjadi permasalah‐
pat belas cerpen, yaitu “Kisah Bambu”, an sepanjang perbedaan tersebut tidak
“Re Hati (Kisah Bambu II)”, “Bunga Me‐ mengakibatkan diskriminasi atau keti‐
ranti (Kisah Bambu III )”, “Pelabuhan”, dakadilan. Dengan mengacu kepada be‐
“Suatu Hari Bukan di Hari Minggu”, “Hu‐ berapa sasaran penting dalam analisis
jan, Pulanglah”, “Gadis Pemetik Jamur”, feminisme yang diungkapkan
“Perempuan Bunga Kertas”, “Perempuan Endraswara, yakni (1) mengungkap
dan Mata yang Menatap”, “Lampu Ta‐ kumpulan cerpen ini agar jelas terlihat
man”, “Seseorang yang Menyimpan Ra‐ citra wanita yang merasa ditekan oleh
hasia di Sepasang Bola Mata”, “Kosong”, tradisi dan (2) mengungkap ideologi
“Cerita Daun”, dan “Dalam Kabut, Aku”. pengarang dalam memandang diri sen‐
Keempat belas cerpen ini masing‐masing diri dalam kehidupan nyata, terkait
mengisahkan tokoh perempuan yang diskriminasi atau ketidakadilan gender
menyimpan luka namun memiliki seperti yang dimaksudkannya.
251
ATAVISME, Vol. 16, No. 2, Edisi Desember 2013:247—257
252