A.
1. ANGKATAN 20-an (BALAI PUSTAKA)
Angkatan 20 disebut juga angkatan Balai Pustaka. Balai Pustaka merupakan nama badan
yang didirikan oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1908. Badan tersebut sebagai penjelmaan
dari Commissie voor De Volkslectuur atau Komisi Bacaan Rakyat.Commissie voor De
Volkslectuur dibentuk pada tanggal 14 April 1903. Komisi ini bertugas menyediakan bahanbahan bacaan bagi rakyat Indonesia pada saat itu.
Lahirnya Balai Pustaka sangat menguntungkan kehidupan dan perkembangan sastra di tanah
air baik bidang prosa, puisi, dan drama. Peristiwa- peristiwa sosial, kehidupan adat-istiadat,
kehidupan agama, ataupun peristiwa kehidupan masyarakat lainnya banyak yang direkam
dalam buku-buku sastra yang terbit pada masa itu.
1.1 ciri-ciri Sastra angkatan 20 ( Balai Pustaka ) :
1. Menggambarkan pertentangan paham antara kaum muda dan kaum tua.
2. Menggambarkan persoalan adat dan kawin paksa termasuk permaduan.
3. Adanya kebangsaan yang belum maju masih bersifat kedaerahan.
4. Banyak menggunakan bahasa percakapan dan mengakibatkan bahasa tidak terpelihara
kebakuannya.
5. Adanya kontra pertentangan antara kebangsawanan pikiran dengan kebangsawanan
daerah.
6. Cerita bermain pada zamannya.
7. Corak lukisannya adalah romantis sentimentil. Angkatan 20 melukiskan segala sesuatu
yang diperjungkan secara berlebih-lebihan.
8. Puisinya masih banyak berbentuk syair dan pantun.
9. Puisi bersifat dikdaktis.
1.2 Analisis Sastra Pada Angkatan 20-an
R O MAN
Kehadiran dan keberadaan roman sebenarnya lebih tua daripada novel. Roman (romance)
bersal dari jenis sastra epik dan romansa abad pertengahan. Jenis sastra ini banyak berkisah
tentang hal-hal romantik, penuh dengan angan-angan biasanya bertemakan kepahlawanan dan
percintaan.
1) Dalam karya ini isinya bercorak romantik sentimental
Penggalan Roman : Siti Nurbaya karya Marah Rusli
Setelah berhasil bertemu dengan ayahnya, Samsulbahripun menunggal dunia. namun,
sebelum meninggal dia minta kepada orang tuanya agar dikuburkan di Gunung Padang dekat
dengan kekasihnya Siti Nurbaya. Permintaan itu dikabulkan oleh ayahnya, dia dikuburkan di
Gunung Padang paling dekat dengan keksihnya Siti Nurbaya. Dan di situlah kedua kekasih
ini bertemu terakhir dan bersama untuk selama-lamanya.
Jelas dalam kutipan roman Siti Nurbaya ini sangat bercorak romantik sentimental, yang
melukiskan perjuangan cinta Samsulbahri kepada Siti Nurbaya berlebihan, yakni sampai
meninggalpun ia meminta agar dikuburkan dekat dengan kekasihnya Siti Nurbaya.
(2). Menggambarkan persoalan kawin paksa.
Di tengah-tengah musibah tersebut, Datuk Maringgih menagih huk Maringgih.utang
kepadanya. Jelas baginda Sulaiman tidak mampu membayarnya. Dengan alasan hutang tersi
Datebut, Datuk Maringgih langsung menawarkan bagaimana kalau Siti Nurbaya, putri
baginda Sulaiman dijadikan istri Datuk Maringgih. Kalau tawaran ininditerima maka
hutangnya lunas. Dengan terpaksa dan berat hati, akhirnya Siti Nurbaya diserahkan untuk
menjadi istri.
Jelas dalam kutipan roman Siti Nurbaya sangat menggambarkan kawin paksa, dimana Siti
Nurbaya diserahkan dengan terpaksa dan berat hati untuk diperistri boleh Datuk Maringgih
hanya demi kelunasan seluruh hutang ayahnya.
Pada roman Siti Nurbaya tidak hanya melukiskan percintaan saja, juga mempersoalkan
poligami, membangga-banggakan kebangsawanan, adat yang sudah tidak sesuai dengan
zamannya, persamaan hak antara wanita dan pria dalam menentukan jodohnya, anggapan
bahwa asal ada uang segala maksud tentu tercapai. Persoalan-persoalan itulah yang ada di
masyarakat.
PUISI
Sebagian besar angkatan 20 menyukai bentuk puisi lama (syair dan pantun), tetapi golongan
muda sudah tidak menyukai lagi. Golongan muda lebih menginginkan puisi yang merupakan
pancaran jiwanya sehingga mereka mulai menyindirkan nyanyian sukma dan jeritan jiwa
melalui majalah Timbul, majalah PBI, majalah Jong Soematra.
1). Masih banyak berbentuk syair dan pantun.
Contoh kutipan sajak puisi Bukan Beta Bijak Berperi oleh Rustam Effendi
BUKAN BETA BIJAK BERPERI
Bukan beta bijak berperi,
pandai menggubah madahan syair,
Bukan beta budak Negeri,
musti menurut undangan mair,
Sarat-saraf saya mungkiri,
Untai rangkaian seloka lama,
beta buang beta singkiri,
Sebab laguku menurut sukma.
Dilihat bentuknya seperti pantun, tetapi dilihat hubungan barisnya berupa syair. Ia
meniadakan tradisi sampiran dalam pantun sehingga sajak itu disebut pantun modern.
7.
8.
menambah rasa kesunyian dan kesendirian penyair. Seperti halnya dengan mengagumi
ombak yang menerpa pohon-pohon bakau serta desir angin yang mengempakkan semuanya
terlihat kalau penyair benar-benar merasa sepi dan hanya mampu melihat pemandangan
sekitarnya saja.
Selain personifikasi yang dominan ada juga gaya metafora yang terlihat dari kalimat benang
raja mencelup ujung dan dalam rupa maha sempurna. Penyair membandingkan apa yang
dilihat dan dialami dengan kata benang raja dan maha sempurna.
3.ANGKATAN 45
Angkatan 45 lahir dalam suasana lingkungan yang sangat prihatin dan serba keras, yaitu
lingkungan fasisme jepang dan dilanjutkan peperangan mempertahankan kemerdekaan
Indonesia. Ankatan 45 disebut juga sebagai Angkatan Chairil Anwar karena perjuangan
Chairil Anwar dalam melahirkan angkatan 45 ini. Pujangga baru yang semula memiliki
gagasan yang berartisasi sastra Indonesia, nyatanya hanya mentok pada Belandanisasi.
Dengan kata lain, tokoh-tokoh atau karya seni dan sastra yang diambil sebagai acuan dan
sumber inspirasi hanya berasal dari negeri Belanda saja bukan dari penjuru barat. Untuk
meluruskan persepsi tersebut muncullah angkatan 45 sebagai penggantinya.
3.1 Ciri-Ciri Sastra Angkatan 1945
1. Cenderung bersifat realistis, sinis, dan ironi.
2. Karya sastranya lebih banyak mengemukakan masalah kemanusiaan yang universal.
3. Mengemukakan masalah kemasyarakatan sehari-hari terutama dengan latar perang
kemerdekaan.
4. Bercorak bebas, tidak terikat pembagian bait, baris, atau rima.
5. Lebih bergaya naturalisme, ekspresionisme dan beraliran realisme, sinisme dan
sarkasme.
6. Bahasanya menggunakan bahasa sehari-hari, lebih mementingkan isi daripada bentuk.
7. Berisi tentang individualisme.
3.2 Analisis Karya Sastra Angkatan 1945
PUISI
Kutipan: Puisi Aku Karya: Chairil Anwar
AKU
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
1. Bercorak bebas, tidak terikat pembagian bait, baris, atau rima.
Jelas dalam puisi tersebut sudah bebas, jumlah bait dan baris tidak ditentukan lagi, iramanya
pun bebas tidak sepeti puisi lama yang berirama a-b, a-b.
Pada angkatan ini muncul gerakan komunis di kalangan sastrawan, yang bergabung dalam
Lembaga Kebudajaan Rakjat (lekra) yang berkonsep sastra Realisme-Sosialis. Timbulnya
perpecahan dan polemik yang berkepanjangan di kalangan sastrawan Indonesia pada awal
tahun 1960, menyebabkan mandegnya perkembangan sastra karna masuk ke dalam politik
praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia.
4.1 Ciri-Ciri Sastra Angkatan 1950-1960an
1. Cerita perang mulai berkurang.
2. Menggambarkan kehidupan sehari-sehari
3. Kehidupan pedesaan dan daerah mulai digarap .
4. Banyak mengemukakan pertentangan-pertentangan politik.
5. Ada gambaran suasana muram karena menggambarkan hidup yang penuh penderitaan.
6. Mengungkapkan masalah-masalah social, kemiskinan, pengangguran, perbedaan kaya
miskin yang besar, belum adanya pemerataan hidup.
7. Banyak mengemukakan cerita-cerita dan kepercayaan rakyat sebagai pokok-pokok sajak
balada.
8. Gaya slogan dan retorik makin berkembang.
4.2 Analisis Karya Sastra Angkatan 1950-1960-an
ROMAN
1. Kehidupan pedesaan dan daerah mulai digarap .
Kutipan: Novel Robohnya Surau KamiKarya: A.A Navis
Melangkahlah menyusuri jalan raya arah ke barat. Maka kira-kira sekitar sekilometer dari
pasar akan sampailah Tuan di jalan kampungku. Pada simpang kecil ke kanan, simpang yang
kelima, membeloklah ke jalan sempit itu. Dan di ujung jlan nanti akan Tuan temui sebuah
surau tua. Dan di depannyaada kolam ikan, yang yang airnya mengalir melalui empat buah
pancuran mandi.
Dan di pelataran kiri surau itu akan Tuan temui seorang tua yang biasa duduk di sana
dengan segala tingkah ketuaannya dan ketaatannya beribadah.
Dari kutipan novel diatas, jelas menggambarkan kehidupan seorang kakek penjaga surau
yang taat dalam beribadah di sebuah perkampungan.
2. Menggambarkan kehidupan sehari-sehari
Dalam roman ini menceritakan kehidupan sehari-hari, dimana ada seorang pembual Ajo Sidi
yang menceritakan sebuah bualan tentang kakek, bahwa ada orang yang tidak masuk surga
karena kerjanya hanya beribadat saja sehingga membuat kakek tertekan dan memutuskan
untuk bunuh diri. Kemudian tidak sedikitpun bertanggung jawab atas peristiwa yang
dibuatnya.
3. Ada gambaran suasana muram karena menggambarkan hidup yang penuh penderitaan.
Kutipan: Robohnya Surau Kami
Aku beri engkau negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena
beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. Sedangkan , aku menyuruh
engkau semuanya beramal, kalau engkau miskin. Engkau kira aku ini suka pujian, mabuk di
sembah saja, hingga kerjamu lain tidak memuji-memuji dan menyembahku saja. Tidak.
Kamu semua mesti masuk neraka.
Dalam roman ini jelas menggambarkan suasana yang muram, kakek yang merasa tersindir
dan tertekan oleh cerita Ajo Sidi yang mirip dengan kesehariannya sehingga memutuskan
untuk bunuh diri.
5). ANGKATAN 1966-1970-an
Angkatan ini ditandai dengan oleh karya-karya yang cenderung berani an vulgar dan
kebanyakan mengadopsi begitu saja moral pergaulan bebas ala remaja Amerika. Tetapi pada
masa ini, muncul jua fiksi-fiksi islami.
8.1 Ciri-Ciri Sastra Angkatan 2000-an
1. Karya cenderung vulgar.
2. Mulai bermunculan fiksi-fiksi islami.
3. Muncul cyber sastra di internet.
4. Pilihan kata diambil dan bahasa sehari-hari yang disebut bahasa kerakyat jelataan.
5. Mengandung revolusi tipografi atau tata wajah yang bebas aturan dan cenderung ke puisi
konkret.
6. Penggunaan estetika baru yang disebut antroporisme.
7. Puisi-puisi profetik (keagamaan/religius) dengan kecenderungan menciptakan
pengembaraan yang lebih konkret melalui alam, rumput atau daun-daun.
8. Puisinya menggunakan citraan alam benda.
8.2 Analisis Karya Karya Sastra Pada Angkatan 2000-an
1. Muncul cyber sastra di internet.
Pada angkatan ini muncul cyber sastra di internet, dimana banyak karya sastra Indonesia yang
tidak dipublikasi berupa buku namun termaktub di dunia maya (Internet), baik yang dikelola
resmi oleh pemerintah, organisasi non-profit, maupun situs pribadi.
2.Mulai bermunculan fiksi-fiksi islami.
Pada angkatan ini penulis banyak mengarang dengan bertemakan keagamaan.tentang
percintaan yang kental dengan nuansa religi, yang terjadi di sekitar Timur Tengah. Dapat kita
lihat, empat orang wanita sama-sama menyukai satu orang, yaitu Fahri. Mereka mencintai
Fahri karena sifat dan sikapnya yang baik, serta menjadi idaman setiap wanita. Hal ini dapat
dilihat dari kutipan novel berikut.
AYAT-AYAT CINTA
Karya: Habuburrahman Al...
Yousuf langsung menyahut, Benar Fahri, Maria sangat mencintaimu. Aku telah membaca
diary-nya.
...
perjodohan yang sebenarnya atas permintaan Aisha. Berikut kutipannya :
Baiklah, aku akan bicara dari hatiku yang terdalam. Fahri, dengan disaksikan semua yang
hadir di sini, kukatakan aku siap menjadi pendamping hidupmu.
...
Noura disiksa dan diseret tengah malam ke jalan oleh ayah dan kakak perempuannya. Untung
tidak musim dingin. Tidak bisa dibayangkan jika ini terjadi pada puncak musim dingin.
Hal itu yang membuat Fa hri ingin menolong Noura melalui Maria.
...
Orang yang dicintai Nurul, yang namanya selalu ia sebut dalam doa-doanya, yang membuat
dirinya satu minggu ini tidak bisa tidur entah kenapa, adalah FAHRI BIN ABDULLAH
SHIDDIQ!
...
Dari kutipan diatas , pengarang menggambarkan tentang percintaan yang kental dengan
nuansa religi, yang terjadi di sekitar Timur Tengah. Dapat kita lihat, empat orang wanita
sama-sama menyukai satu orang, yaitu Fahri. Mereka mencintai Fahri karena sifat dan
sikapnya yang baik, serta menjadi idaman setiap wanita.
3. Pilihan kata diambil dan bahasa sehari-hari yang disebut bahasa kerakyat jelataan.
Mengandung revolusi tipografi atau tata wajah yang bebas aturan dan cenderung ke puisi
konkret.
Kutipan Puisi: Nagasari karya: D.Zawawi Imron
...
membuka kulit nagasari
isinya bukan pisang
tapi mayat anak gembala
yang berseruling setiap senja
...
Dalam penggalan puisi tersebut jelas menggambarkan bahwa pilihan katanya diambil dan
bahasa sehari-hari yang bebas aturan.
4. Penggunaan citraan alam benda.
Kutipan puisi:Bulan Tertusuk Lalang Karya: D.Zawawi Imron
...
angin termangu di pohon asam
bulan tertusuk lalang
tapi malam yang penuh belas kasihan
menerima semesta baying-bayang
dengan mesra menidurkannya
dalam ranjang-ranjang nyanyian
Dalam penggalan puisi ini penulis jelas menggunakan citraan alam benda.
5. Puisi-puisi profetik (keagamaan/religius) dengan kecenderungan menciptakan
pengembaraan yang lebih konkret melalui alam, rumput atau daun-daun.
Kutipan: puisi Sembahyang Rumputan Karya: Ahmadun Y. Herfanda
SEMBAHYANG RUMPUTAN
Aku, rumputan
Tak pernah lupa sembahyang
Inna Sholati wa nusuku
Wa mahyaaya wa mammati
Lillahi Robbil alamin
Topan melanda padang ilalang
Tubuhku bergoyang-goyang
Tapi tetap teguh dalam sembahyang
Dan akarku yang mengurat di bumi
Tak berhenti mengucap shalawat nabi
Dalam kutipan puisi diatas, penulis jelas menggambarkan tentang keagamaan, pengembaraan
melalui alam, yakni rumput.
6. Penggunaan estetika baru yang disebut antroporisme.
ciri ciri ini, penulis menggambarkan gaya bahasa berupa penggantian tokoh manusia sebagai
aku lirik dengan benda-benda. Seperti dalam kutipan puisi di bawah ini.
LIPU
Karya: Emha Ainun Najib
Hamka
o Di Bawah Lindungan Ka'bah (1938)
o Tenggelamnya Kapal van der Wijck (1939)
o Tuan Direktur (1950)
o Didalam Lembah Kehidoepan (1940)
Tengku Amir Hamzah
o Nyanyi Sunyi (1937)
o Begawat Gita (1933)
o Setanggi Timur (1939)
Armijn Pane
o Belenggu (1940)
o Jiwa Berjiwa
o Gamelan Djiwa - kumpulan sajak (1960)
o Djinak-djinak Merpati - sandiwara (1950)
o Kisah Antara Manusia - kumpulan cerpen (1953)
Sanusi Pane
o Pancaran Cinta (1926)
o Puspa Mega (1927)
o Madah Kelana (1931)
o Sandhyakala Ning Majapahit (1933)
o Kertajaya (1932)
Said Daeng Muntu
o Pembalasan
o Karena Kerendahan Boedi (1941)
Karim Halim
Palawija (1944)
Roestam Effendi
o Bebasari: toneel dalam 3 pertundjukan
o Pertjikan Permenungan
Sariamin Ismail
o Kalau Tak Untung (1933)
o Pengaruh Keadaan (1937)
Anak Agung Pandji Tisna
o Ni Rawit Ceti Penjual Orang (1935)
o Sukreni Gadis Bali (1936)
o I Swasta Setahun di Bedahulu (1938)
J.E.Tatengkeng
o Rindoe Dendam (1934)
Fatimah Hasan Delais
o Kehilangan Mestika (1935)
Nugroho Notosusanto
o Hujan Kepagian (1958)
o Rasa Sajang (1961)
o Tiga Kota (1959)
Trisnojuwono
o Angin Laut (1958)
o Dimedan Perang (1962)
o Laki-laki dan Mesiu (1951)
Toto Sudarto Bachtiar
o Etsa sajak-sajak (1956)
o Suara - kumpulan sajak 1950-1955 (1958)
Ramadhan K.H
o Priangan si Jelita (1956)
W.S. Rendra
o Balada Orang-orang Tercinta (1957)
o Empat Kumpulan Sajak (1961)
o Ia Sudah Bertualang (1963)
Subagio Sastrowardojo
o Simphoni (1957) Toha Mochtar
o Pulang (1958)
o Gugurnya Komandan Gerilya (1962)
o Daerah Tak Bertuan (1963)
Purnawan Tjondronagaro
o Mendarat Kembali (1962)
Bokor Hutasuhut
Datang Malam (1963)
5.Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1966-1970-an
Taufik Ismail
o Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia
o Tirani dan Benteng
o Buku Tamu Musim Perjuangan
o Sajak Ladang Jagung
o Kenalkan
o Saya Hewan
o Puisi-puisi Langit
Sutardji Calzoum Bachri
oO
o Amuk
o Kapak
Abdul Hadi WM
o Meditasi (1976)
o Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur (1975)
o Tergantung Pada Angin (1977)
Sapardi Djoko Damono
o Dukamu Abadi (1969)
o Mata Pisau (1974)
M. Balfas
o Lingkaran-lingkaran Retak (1978)
Mahbub Djunaidi
o Dari Hari ke Hari (1975)
Wildan Yatim
o Pergolakan (1974)
Harijadi S. Hartowardojo
o Perjanjian dengan Maut (1976)
Ismail Marahimin
o Dan Perang Pun Usai (1979)
Goenawan Mohamad
o Parikesit (1969)
o Interlude (1971)
o Potret Seorang Penyair Muda Sebagai Si Malin Kundang (1972)
o Seks, Sastra, dan Kita (1980)
Umar Kayam
o Seribu Kunang-kunang di Manhattan
o Sri Sumarah dan Bawuk
o Lebaran di Karet
o Pada Suatu Saat di Bandar Sangging
o Kelir Tanpa Batas
o Para Priyayi
o Jalan Menikung
Danarto
o Godlob
o Adam Makrifat
o Berhala
Nasjah Djamin
o Hilanglah si Anak Hilang (1963)
o Gairah untuk Hidup dan untuk Mati (1968)
Putu Wijaya
o Bila Malam Bertambah Malam (1971)
o Telegram (1973)
o Stasiun (1977)
o Pabrik
o Gres
Bom
Djamil Suherman
o Perjalanan ke Akhirat (1962)
o Manifestasi (1963)
Titis Basino
o Dia, Hotel, Surat Keputusan (1963)
o Lesbian (1976)
o Bukan Rumahku (1976)
o Pelabuhan Hati (1978)
o Pelabuhan Hati (1978)
Leon Agusta
o Monumen Safari (1966)
o Catatan Putih (1975)
o Di Bawah Bayangan Sang Kekasih (1978)
o Hukla (1979)
Iwan Simatupang
o Ziarah (1968)
o Kering (1972)
o Merahnya Merah (1968)
o Keong (1975)
o RT Nol/RW Nol
o Tegak Lurus Dengan Langit
M.A Salmoen
o Masa Bergolak (1968)
Parakitri Tahi Simbolon
o Ibu (1969)
Chairul Harun
o Warisan (1979)
Kuntowijoyo
o Khotbah di Atas Bukit (1976)
Wisran Hadi
o Empat Orang Melayu
Jalan Lurus
6. Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1980-1990-an
Y.B Mangunwijaya
o Burung-burung Manyar (1981)
Darman Moenir
o Bako (1983)
o Dendang (1988)
Budi Darma
o Olenka (1983)
o Rafilus (1988)
Sindhunata
o Anak Bajang Menggiring Angin (1984)
Arswendo Atmowiloto
o Canting (1986)
Hilman Hariwijaya
o Lupus - 28 novel (1986-2007)
o Lupus Kecil - 13 novel (1989-2003)
o Olga Sepatu Roda (1992)
o Lupus ABG - 11 novel (1995-2005)
Gustaf Rizal
o Segi Empat Patah Sisi (1990)
o Segi Tiga Lepas Kaki (1991)
o Ben (1992)
o Kemilau Cahaya dan Perempuan Buta (1999)
Remy Sylado
o Ca Bau Kan (1999)
o Kerudung Merah Kirmizi (2002)
Dorothea Rosa Herliany
o Nyanyian Gaduh (1987)
o Matahari yang Mengalir (1990)
o Kepompong Sunyi (1993)
o Nikah Ilalang (1995)
Mimpi Gugur Daun Zaitun (1999
7.
Widji Thukul
Puisi Pelo
Darman
o Edensor (2007)
o Maryamah Karpov (2008)
Ayu Utami
o Saman (1998)
o Larung (2001)
C.
KESIMPULAN
Berdasasrkan analisis diatas dapat di simpulkan bahwa setiap karya sastra mengalami
perkembangan dan perbedaan pada setiap angkatannya baik dari segi isi dan bentuknya.
Angkatan 20-an (balai Pustaka) dimana karya-karya sastranya yang dihasilkan bersifat
kedaerahan atau kebangsaan yang belum maju dan adanya keterikatan tradisi pada masa itu.
Angkatan pujangga baru mulai mengalami sedikit perubahan dari angkatan balai pustaka,
dimana karya-karya sastra yang lahir dalam angkatan ini mulai memancarkan jiwa yang
dinamis, individualistis, dan tidak terikat dengan tradisi, serta seni harus berorientasi pada
kepentingan masyarakat. Di samping itu, kebudayaan yang dianut masyarakat adalah
kebudayaan dinamis
Angkatan 1945 mengalami perubahan dan perbedaan dengan karya-karya pada kedua
angkatan diatas. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga
Baru yang romantik-idealistik. Karya-karya sastra pada angkatan ini banyak bercerita tentang
perjuangan merebut kemerdekaan.
Angkatan 1950-1960-an berbeda dengan karya sastra angkatan 1945, jika pada angkatan
1945 karya-karyanya tentang perjuangan melawan kemerdekaan, maka pada angkatan ini
mengemukakan pertentangan-pertentangan politik karena adanyan gerakan komunis
dikalangan sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang
berkonsep sastra realisme-sosialis. Dan karya sastra pada angkatan ini didominasi oleh
cerpen-cerpen dan kumpulan puisi.
Angkatan 1966-1970-an berbeda dengan karya-karya sastra angkatan 1950-1960-an, karya
sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra dengan munculnya karya
sastra beraliran surealistik, arus kesadaran, arketip, dan absurd.
Angkatan 1980-1990-an berbeda dengan karya-karya sastra angkatan 1966-1970-an, pada
angkatan ini karya sastra di Indonesia banyak bertemakan ketuhanan dan juga munculan
roman-roman percintaan.
Angkatan Reformasi, jika pada angkaytan 80-90-an mengangkat tema-tema ketuhanan dan
percintaan, lain hanlnya dengan angkatan ini. Pada angkatan ini dikenal dengan maraknya
karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-politik, khususnya
seputar reformasi.
Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi muncul angkatan 2000-an,
pada angkatan ini berbeda juga dengan angkatan reformasi, pada angkatan ini karya-karyanya
cenderung vulgar dan banyak bermunculan fiksi-fiksi islami.
DAFTAR PUSTAKA
Sarwadi. 2004. Sejarah Sastra Indonesia Modern. Yogyakarta: Gama Media.
Riswandi, Bode dan Titin Kusmini. 2010. Pembelajaran Apresiasi Prosa Fiksi. Tasikmalaya:
Siklus Pustaka.
Navis, A.A. 2009. Robohnya Surau Kami. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Selamat Datang
Arsip Blog
2013 (9)
o November (1)
o Oktober (8)
Bersabarlah ~Thyma
Mengenai Saya
ima fatima
Lihat profil lengkapku
Thyma Followers
Template Travel. Diberdayakan oleh Blogger.