Anda di halaman 1dari 9

Analisis Novel

“Dia Adalah Kakakku” Karya Tere Liye

DISUSUN OLEH:

CLARA NAYLA XII IPA 5

GURU PEMBIMBING: IBU RITA YENI, S.Pd

SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI

TAHUN AJARAN 2023/2024


NOVEL “DIA ADALAH KAKAKKU” KARYA TERE LIYE
UNSUR PEMBANGUN NOVEL

Unsur Intrinsik Novel Dia Adalah Kakakku:

Tema
1. Kosasih mengemukakan tema suatu cerita menyangkut segala persoalan baik berupa masalah
kemanusiaan,
2. kekuasaan, kasih sayang dan lain sebagainya dari contoh tema ini hanya beberapa yang bisa di angkat ke
dalam sebuah
3. cerita (Kosasih, 2004). Tema merupakan inti atau ide dasar sebuah cerita. Dari ide dasar itu kemudian
cerita dibangun
4. oleh pengarangnya. Tema dalam novel Dia Adalah Kakakku yaitu tentang utama “Laisa” yang
menceritakan mengenai
5. masalah keluarga nya yang ditinggal di perkampungan lembaya. Seorang kakak yang bertanggung
jawab
6. menyekolahkan adik-adiknya hingga menjadi seorang yang sukses walaupun dia seorang kakak yang
memiliki fisik
7. buruk rupa yang banyak tidak disukai oleh warga sekitar karena fisiknya dia tetap mengajarkan adik
adiknya untuk
8. menjadi orang yang sukses dan berhasil walaupun adik nya nakal dan sering melawan kepadanya
9. Kosasih mengemukakan tema suatu cerita menyangkut segala persoalan baik berupa masalah
kemanusiaan,
10. kekuasaan, kasih sayang dan lain sebagainya dari contoh tema ini hanya beberapa yang bisa di angkat ke
dalam sebuah
11. cerita (Kosasih, 2004). Tema merupakan inti atau ide dasar sebuah cerita. Dari ide dasar itu kemudian
cerita dibangun
12. oleh pengarangnya. Tema dalam novel Dia Adalah Kakakku yaitu tentang utama “Laisa” yang
menceritakan mengenai
13. masalah keluarga nya yang ditinggal di perkampungan lembaya. Seorang kakak yang bertanggung
jawab
14. menyekolahkan adik-adiknya hingga menjadi seorang yang sukses walaupun dia seorang kakak yang
memiliki fisik
15. buruk rupa yang banyak tidak disukai oleh warga sekitar karena fisiknya dia tetap mengajarkan adik
adiknya untuk
16. menjadi orang yang sukses dan berhasil walaupun adik nya nakal dan sering melawan kepadanya
Tema dalam novel Dia Adalah Kakakku yaitu tentang utama “Laisa” yang menceritakan
mengenai masalah keluarga nya yang ditinggal di perkampungan lembaya. Seorang kakak
yang bertanggung jawab menyekolahkan adik-adiknya hingga menjadi seorang yang sukses
walaupun dia seorang kakak yang memiliki fisik buruk rupa yang banyak tidak disukai oleh
warga sekitar karena fisiknya dia tetap mengajarkan adik adiknya untuk menjadi orang yang
sukses dan berhasil walaupun adik nya nakal dan sering melawan kepadanya.
Tokoh dan Penokohan
1) Laisa
“Mak. Aku tahu, kalau aku gagal, mereka bisa putus sekolah kehabisan uang bayaran, tapi
sungguh aku tidak ingin terjadi kuingin melakukannya”. Kutipan tersebut Laisa merupakan
protagonis sekaligus tokoh dalam novel Dia adalah Kakakku Laisa adalah seorang gadis yang
pekerja keras.
2) Dalimunt
"Tapi seperti saya bilang tadi, untuk kedua kalinya maafkan saya, karena hari ini saya
memutuskan untuk tidak membicarakan penelitian yang sudah dimuat dengan baik oleh jurnal
popular yang selama ini sekuler dan diskriminatif". Kutipan tersebut digambar kan sebagai
seorang yang memiliki kemampuan intelektual di atas rata-rata, kepribadian santun,
menyenangkan.
3) Mamak Lainuri
"Pulanglah sakit kakak kalian semakin parah. Dokter bilang mungkin minggu depan, mungkin
besok pagi, boleh jadi pula nanti malam. Benar-benar tidak ada waktu lagi. Anak-anakku,
sebelum semuanya terlambat pulanglah!". Dari kutipan tersebut Mamak Lainuri adalah orang tua
dari Laisa, Dalimunte Ikanuri, Wibisana dan Yashinta. Petikan dari cerita ini sebuah pesan singkat
dari mamak terkirim untuk empat anaknya.
4) Wak Burhan
"Dua orang mencari ke kampung atas. Dua orang mencari ke desa seberang. Kau dan teman-
temanmu ke Curung. Yang lain ikut aku". Kutipan tersebut tokoh ini adalah sesepuh Lembah
Lahambay. Apabila musyawarah kampung diadakan, Wak Burhanlah yang memimpin pertemuan.
5) Cie Hui
"Aku sudah bilang, kak Lais. Aku sudah bilang ke Dalimunte. Tapi ia tetap bisa, mengambil
keputusan. Papa memaksaku menikah segera. Kak Lais tahu, di keluarga kami tidak ada anak
gadis yang belum menikah hingga usiaku". Kutipan tersebut Cie Hui adalah seorang gadis
keturunan Tionghoa yang berwajah cantik dan anggun, memiliki senyum manis, dan pribadi
yang baik.
6) Ikanuri
"Tadi, Aku tidak tahu. BELUM! Aku sudah puluhan kali menelepon HP satelit Yashinta. Dasar
sialan. Ke mana pula anak itu sekarang. Jangan-jangan bilang kak Laisa HP Yashita tidak
bisa dihubungi. Ya Allah, itu akan membuatnya berpikiran yang tidak-tidak. Kau tidak boleh
bilang. Tentu saja aku sekarang cemas, profesor". Kutipan tersebut Ikanuri adalah adiknya
Laisa. Petikan berikut saat Ikanuri saat menelepon adiknya mengawatirkan keadaannya
karena dia tidak mau kak Laisa mengawatirkannya.
7) Wibisana
Ayah, Ibu, aku tidak bisa menjanjikan banyak hal buta kalian. Aku tidak memiliki gunung harta
seperti kak Laisa dengan ribuan hektar kebun stroberinya. Aku juga tidak sepintar Profesor
Dalimunte yang terkenal itu. Hati yang terlanjur mencintai Wulan. Kutipan di atas Wibisana
adalah adik Laisa. Petikan di samping saat Wibisana berbicara sama calon mertuanya. Dari
kutipan itu karakter Wibisana baik dia meminta ijin untuk dia nikahi wulan bukan karena
hartanya.
8) Yashinta
"Kak Lais bilang aku bisa sekolah di mana saja. Aku tidak mau sekolah di sini. Tidak mau". Dari
kutipan tersebut Yashinta sangat beda dibandingkan Laisa sehingga orang yang melihatnya akan
menganggap bahwa mereka bukanlah saudara. Walaupun memiliki perbedaan fisik yang nyata,
Yashita sanggat menyayangi kakaknya.

Latar

a. Tempat
Meski sudah sepuh, suara wak Burhan yang tanpa speaker dari surau terdengar menggema di
perkampungan Lembah Lahambay. Pesawat Airbus 3320 milik maskapai penerbangan Italia itu
melesat membela di pesisir Eropa. Dari kutipan tersebut latar tempatnya di Lembah Lahambay.
Wak Burhan memanggil semua penduduk kampung untuk mengadakan pertemuan rutin tahunan,
membicarakan soal panen lading-ladang mereka perbaikan jalan bebatuan.

b. Waktu
"Pesawat Airbus 3320 milik maskapai penerbangan Italia itu melesat membelah pesisir Eropa. Malam
hari pukul 19.30 waktu setempat". Dari kutipan tersebut latar waktunya adalah menunjukkan malam
hari 19.30 waktu setempat.

Sudut Pandang
Pada novel “Dia Adalah Kakakku” Karya Tere Liye adalah sudut pandang orang ketiga. Di mana
pengarang menggunakan kata dia, dan menyebutkan nama dalam ceritanya. Nama yang ada dalam
cerita yaitu Dalimunte, Ikanuri.
Alur
Alur yang digunakan dalam novel Dia Adalah Kakakku yaitu menggunakan alur maju. Dimana cerita
di mulai dari awal hingga akhir diceritakan secara runtut dan beraturan.

Gaya Bahasa
“Ikanuri menarik travel binder tidak banyak cakap menyerahkan dokumen perjalanan, meski tadi
sebenarnya di pintu gerbang stasiun juga sudah diperlihatkan kepada petugas imigrasi”. Dari kutipan
di atas dapat diketahui gaya bahasa yang digunakan adalah metamonia. Karena memakai kata yang
punya berkaitan dengan sebuah merek dagang yaitu travel binder.

Amanat
Amanat yang terkandung dalam novel Dia Adalah Kakakku Karya Tere Liye adalah amanat yang
disampaikan kepada pembaca berisi tentang bagaimana seseorang harus menjalani, menghadapi,
sabar dalam menerima keadaan masalah hidupnya sebagai motivasi untuk pembaca yang dapat
diterapkan dalam kehidupan dan menjadikan kegagalan sebagai motivasi bangkit dan dijadikan
sebagai pelajaran hidup.

SINOPSIS NOVEL DIA ADALAH KAKAKKU KARYA TERE LIYE

Novel Dia Adalah Kakakku menceritakan tentang perjalanan kehidupan sebuah keluarga yang
dipenuhi dengan kerja keras dan sifat pantang menyerah. Perlu diketahui bahwa keluarga tersebut terdiri
dari 5 orang anak dan juga 1 orang ibu. Anak-anak tersebut sudah menjadi yatim karena memang ayahnya
sudah meninggal sejak lama. Malang ayah mereka harus meninggal karena dicabik-cabik oleh binatang
buas berupa harimau penunggu gunung yang ada di kawasan dekat mereka tinggal. Sebagai keluarga
sederhana, mereka hidup di lembah yang jauh dari hiruk-pikuk sentuhan modernisasi perkotaan. Seperti
warga lembah pedesaan pada umumnya, mata pencaharian pokok keluarga tersebut adalah sebagai petani.
Namun mengingat bahwa letak desa mereka yang berada di bukit jadi pertanian yang digunakan pun
hanya mengandalkan air hujan saja. Sehingga komoditas pertanian yang umum digarap adalah padi,
jagung, dan lain sebagainya.

Sebelum ayah tercinta mereka meninggal, beliau memberikan wasiat kepada anak sulungnya yang
bernama Laisa. Wasiat tersebut adalah agar Laisa menjaga adik-adiknya hingga sang ayah pulang dari
aktivitas mencari kumbang di Gunung. Namun takdir pun berkata lain karena ayah mereka harus
berpulang akibat serangan binatang buas yang berada di gunung tersebut. Berkat wasiat yang diberikan
oleh mendiang sang ayah tersebutlah Laisa selalu berupaya untuk menjaga dan melindungi adik-adik
tercintanya. Terlebih ibunya pun sudah beranjak tua sehingga Laisa-lah yang akan berperan mengambil
tanggung jawab pada keluarga.

Dikisahkan pada saat Laisa duduk dibangku sekolah dasar kelas empat, adiknya yang nomor dua
bernama Dalimunte pun akan memasuki jenjang sekolah dasar. Namun ibunya yang sering disebut
dengan sebutan Mamak tidak memiliki uang untuk membiayai sekolah Dalimunte. Pada akhirnya, Laisa
pun mengorbankan sekolahnya demi adiknya tercinta, Dalimunte. Ia ingin mengurus ladang agar bisa
membantu perkonomian keluarga dan juga adik-adiknya. Meski Mamak sebenarnya tidak setuju dengan
keputusan Laisa, namun karena Laisa bersikeras dengan keputusan tersebut pun pada akhirnya Mamak
menyetujui. Laisa berpikir bahwa sebagai perempuan, ia tidak perlu sekolah tinggi-tinggi dan Dalimunte
adalah laki-laki yang patut untuk menempuh Pendidikan sebaik mungkin. Terlebih Dalimunte adalah
seorang anak laki-laki sehingga penting baginya untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang
layak.

Dalimunte adalah sosok anak laki-laki yang sangat baik dan juga begitu ringan tangan. Meski usianya
masih kecil, namun ia kerap membantu mamak dan juga Kak Laisa untuk bekerja mengurus ladang yang
mereka miliki. Selain itu, Dalimunte juga terkenal sebagai anak yang rajin beribadah dan sering pergi
beribadah di surau dekat kampung mereka. Dali, panggilan Dalimunte juga dikenal sebagai anak yang
cerdas dan kreatif. Berkat kreativitas yang dimiliki, Dalimunte kerap membuatkan mainan-mainan unik
untuk adik-adiknya yang masih kecil. Berkat kreativitas dan kecerdasan yang dimiliki, Dalimunte pun
bahkan pernah berpikir untuk membuat kincir agar membantu pengairan di ladang. Namun mengingat
usianya yang masih belia, banyak warga desa yang skeptis dan tidak percaya lada ide gila Dalimunte
tersebut. Laisa yang selalu yakin pada kemampuan dan pengetahuan Dalimunte pun mencoba
meyakinkan pada warga desa untuk menerima ide Dalimunte tersebut. Setelah melalui proses yang
panjang, akhirnya para warga desa pun setuju dengan pembuatan kincir tersebut. Setelah bergotong
royong, akhirnya kincir itupun berhasil dibangun dan bisa membantu mengairi ladang-ladang para
penduduk desa.

Ikanuri dan Wibisana adalah adik Laisa yang ketiga dan keempat. Perbedaan umur mereka hanya satu
tahun dan paras keduanya pun terbilang sangat mirip. Kedua anak kecil ini sangat jauh selai bila
dibandingkan dengan Dalimunte yang rajin. Ikanuri dan Wibisana cenderung lebih suka bermain-main
dan bahkan berbuat onar. Sedangkan adik terakhir Kak Laisa adalah Yashinta. Gadis kecil berparas cantik
nan manis ini menjadi adik yang sangat patuh kepada Kak Laisa. Perjuangan Kak Laisa untuk
menghidupi keluarga dan adik-adiknya begitu luar biasa. Bahkan ia pernah membuat kebun Strawberry
untuk menggantikan tanaman padi atau tanaman musiman yang selama ini mereka tanam.

Seiring berputarnya roda kehidupan, keadaan adik-adik kak Laisa pun mulai berubah. Kini lembah tempat
mereka tinggal semakin banyak dipenuhi oleh kebun Strawberry karena banyak penduduk desa yang
mulai mengikuti jejak kak Laisa menjadi petani Strawberry. Secara usia, kak Laisa kini sudah berusia 35
tahun lebih namun tetap belum menikah.

Sebagai anak yang cerdas, Dalimunte pun sudah berhasil meraih gelar Professor dan kini menjadi peneliti
handal. Ia bahkan sudah memiliki istri dari keturunan Cina yang bernama Cie Hui. Sedangkan Ikanuri dan
Wibisana juga sukses dengan bengkel besar mereka di Kabupaten. Selain itu, keduanya juga sudah
memiliki istri cantik seperti halnya dengan Dalimunte. Si bungsu bernama Yashinta yang dari kecil
dikenal berparas manis pun kini sudah beranjak dewasa. Ia bahkan mendapatkan beasiswa keluar negeri
dengan mengambil jurusan ilmu alam. Sebenarnya, baik Dalimunte, Ikanuri, Wibisana, maupun Yashinta
enggan menikah sebelum kak Laisa menikah karena mereka tidak mau ‘melintasi’ orang yang sudah
berjasa dalam hidup mereka. Namun Kak Laisa selalu berupaya meyakinkan adik-adiknya bahwa tidak
masalah jika mereka harus menikah lebih dulu. Waktu pun terus berlalu meninggalkan momen-momen
panjang dalam kehidupan. Rupanya, Allah memiliki rencana-Nya sendiri kepada Kak Laisa dan keluarga
kecil yang dulunya hidup di lembah tersebut. Selama ini kak Laisa menderita kanker dan ia merahasiakan
kondisinya tersebut pada adik-adiknya agar tidak mematahkan semangat perjuangan mereka. Kak Laisa
hanya bercerita kepada mamak tentang penyakitnya dan ia pun kerap berobat tanpa sepengetahuan adik-
adiknya. Ketika kondisi kak Laisa semakin parah yakni sudah Stadium IV, mamak pun mengirimkan SMS
kepada anak-anaknya agar pulang. Satu persatu adik Kak Laisa pun pulang dan langsung menuju ke desa
di lembah tempat mereka menghabiskan masa kecilnya.

Satu persatu adik Kak Laisa mendapati bahwa kakak sulung tercinta mereka sedang dalam kondisi
terbaring lemah dengan peralatan medis menempel di badannya. Si bungsu Yashinta menjadi adik terakhir
yang sampai ke rumah bersama dengan Goughsky. Seketika itu juga, Kak Laisa meminta agar Yashinta
dan Goughsky segera melakukan pernikahan. Dan setelah keduanya mengucapkan akad pernikahan, Kak
Laisa pun menghembuskan napas terakhirnya dalam kondisi tersenyum.

Anda mungkin juga menyukai