Kelas: IX IKA 1.
Tugas: Bahasa Indonesia Resensi Novel.
Negeri Neri
(Sari Safitri mohan)
g).penokohan :
1.Mala : belum dapat berfikir seperti orang dewasa dan jujur.Dibuktikan pada halaman 43 .
Mala berjalan ke dalam hutan sembari terpukau. Ia merasa sedang menyusuri keindahan
yang menyenangkan . Sama sekali tak ada rasa gentar yang menghinggapinya meskipun
berjalan sendirian dan hanya si temani seekor anjing.
2.Flora : serba ingin tahu , perhatian , berbakti kepada orang tua.Di buktikan pada halaman
25 . Flora jadi makin banyak menghabiskan waktu bersama Mala.
3.ibu : baik, perhatian , lembut , pekerja keras dan memiliki rasa kasih sayang kepada
anak.Dibuktikan pada halaman 10 . “Tapi Ibu tahu masakan apa yang punya kecepatan
tinggi untuk dilahap Mala.
4.Tricia : baik , historis dan tidak milah milih teman.Dibuktikan pada halamn 19 . Flora
sudah biasa melihat Tricia menginformasikan macam – macam tugas dari guru pada teman
– teman sekelas..
h).Amanat :
1.Jangan suta main hakim sendiri.
2.harus patuh pada orang tua.
3.Jangan mudah putus asa.
4.berbuat baik kepada siapa saja.
5.harus dapat menjaga kehormatan seorang wanita.
4.Unsur ekstrinsik.
A.Kelebihan.
Ditulis tanpa berbelit-belit dengan bahasa yang gampang dicerna, novel Negeri Neri cukup
sedap dibaca. Kisah di dalamnya pun lumayan menarik. Setelah bagian prolog memang novel
ini menciptakan kebimbangan. Untuk siapa novel ini ditulis? Anak-anak atau remaja?
Kehadiran karakter sentral yang adalah seorang gadis remaja ditambah interaksinya dengan
teman-teman sekolah serta kecemburuan dan persaingan yang ditimbulkan oleh seorang
cowok ganteng menegaskan kalauNegeri Neri adalah novel untuk remaja.Dibuktikan pada
halaman 139 . Sepasang kekasih itu saling memeluk di pinggir pantai Tanjung Manai..
B.Kelamahan.
Penyajian yang lancar tidak membuat novel ini steril dari keraguan. Meskipun Mala
bukanlah anak-anak biasa, kisah yang ia dengar dari Ibu Bunga kemudian diceritakannya
kembali kepada Flora terasa tidak pas bagi anak-anak. Seksualitas yang muncul dalam
hubungan Elin dan Aria memang tidak diumbar secara vulgar, tapi rasanya tidak cocok jika
ditransformasikan melalui anak berumur enam tahun. Sekalipun lewat Flora penulis
menyatakan bahwa saat menceritakannya, Mala seperti bukan Mala dan kelihatannya Mala
tidak tahu apa yang sedang ia ceritakan pada halaman 189 . “Aku benar – benar serius saat
bilang itu adalah cerita Mala padaku .Saat dia menceritakannya, dia seperti bukan Mala.
Pada gilirannya, kehadiran kisah ini di buletin anak SMA terasa tidak pada tempatnya.
Ada bagian kecil yang menimbulkan pertanyaan sehubungan dengan sumber cerita Mala. Di
halaman 188, penulis menyatakan lewat percakapan Flora dan Rio bahwa sumber cerita Mala
hanya diketahui oleh Flora, Rio, Anggi, Frans, dan Mala sendiri. Tiba di halaman 242, penulis
menghilangkan nama Anggi dan Frans. Sebenarnya, sedikit saja penyuntingan akan membuat
inkonsistensi ini bisa dihilangkan.
Mendekati bagian pamungkas, penulis juga melahirkan keraguan dalam hal penggunaan
Kota Manado sebagai seting. Ia menyebutkan Desa Douw, sebuah tempat terpencil di utara
Kota Manado yang berjarak sembilan jam perjalanan dengan mobil dari Kota Manado.
Sepertinya, penulis tidak mengenal dengan baik letak geografis Kota Manado.