Anda di halaman 1dari 7

Khutbah I

 ُ‫ِل ال َح ْمد‬ ُْ ‫ي لبت َ ْرك أَ َم َرنَا الَّذ‬


ُ‫لي ل ل‬ ُْ ‫ل ْال َمنَا له‬
ُ‫ت َوفل ْع ل‬ُ‫عا ل‬ َّ
َ ‫الطا‬.
ُ‫ن أَ ْش َهد‬ ُْ َ‫لَ أ‬
ُ َ‫لَّ لإلَ ُه‬
ُ ‫لَ َو ْح َدهُ للاُ لإ‬ ُ ‫ْك‬َُ ‫ لَهُ ش لَري‬، ُ‫ن َوأ َ ْش َهد‬ َُّ َ ‫أ‬
‫س ليدنا‬ َ ‫عبْدهُ م َح َّمدًا‬ َ ُ‫لإلَى َوفل ْع لل لُه لبقَ ْو لل لُه ال َّدا لعى َو َرس ْوله‬
‫الرشَا لُد‬.َّ ‫ل اَللَّه َُّم‬ ُ‫ص ل‬َ َ‫س لل ُْم ف‬َ ‫علَى َو‬ َ ‫سيل لدنَا‬ َ ُ‫َو َعلَى م َح َّمد‬
‫ص َحالب لُه آ لل لُه‬ ْ َ‫ب ال َها لديْنَُ َوأ‬ ُ‫ص َوا ل‬ َّ ‫علَى للل‬ َ ‫لَه ُْم التَّا لب لعيْنَُ َو‬
ُ‫سان‬ َ ‫ب يَ ْو لُم لإلَى لبإل ْح‬ُ‫اْل َمآ ل‬.

ْ ‫للا التَّق ْوا‬


‫بَ ْعدُ اَ َّما‬، ‫الم ْس للم ْونَُ فَيَااَيُّ َها‬، َُ ‫ق‬ َُّ ‫ن تقَاتله َح‬ َُّ ‫َولَتَم ْوت‬
‫ل فَقَ ُْد م ْس للم ْونَُ لإلَّ َوأَنـْت ُْم‬ َُ َ‫اَيُّ َها يَا ْال َك لري لُْم لكتَا لب لُه لفي تَع‬
َُ ‫الى للاُ قَا‬
َُ‫للا اتَّق ْوا آ َمن ْوا الَّ لذيْن‬
َُ ‫ق‬ َُّ ‫لَ تقَاتل لُه َح‬
ُ ‫ن َو‬َُّ ‫لَّ تَم ْوت‬ُ ‫َوأ َ ْنت ُْم لإ‬
َُ‫م ْس للم ْون‬:

Akhlak merupakan hal yang amat fundamental dalam Islam. Misi


utama Rasulullah ‫ ﷺ‬diutus oleh Allah pun adalah untuk
menyempurnakan akhlak. Innamâ bu‘itstu li utammima makârimal
akhlâq. Akhlak setidaknya terbagi menjadi tiga, yakni akhlak manusia
kepada Allah, akhlak individu manusia kepada masyarakat dan alam,
serta akhlak manusia kepada dirinya sendiri.

Kemuliaan orang ditentukan oleh kemuliaan akhlaknya. Sebuah


sistem juga akan berjalan dengan baik bila diisi oleh orang-orang yang
memiliki akhlak yang baik. Jabatan, status sosial, kekayaan,
popularitas tak menjamin sang pemilik lantas terhormat bila ia,
mialnya, gemar merendahkan orang lain, korupsi, menyakiti, berbuat
sewenang-wenang, dan lain-lain. Demikian pula, secanggih apa pun
sistem yang dibangun, tak ada apa-apanya jika orang-orang di
dalamnya hanya pandai memanipulasi, tak bertanggung jawab, dan
sejenisnya.
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,
Baginda nabi Muhammad ‫ ﷺ‬pernah mengingatkan kita semua:

‫للا ات َّ ل‬
ُ‫ق‬ َُ ‫ك ْن‬، ‫سيلُئ َ ُةَ َوأَتْبل لُع‬
َُ ‫ت َحيْث َما‬ َّ ‫سنَ ُةَ ال‬
َ ‫تَ ْمح َها ال َح‬، ‫ق‬
ُ‫َوخَا لل ل‬
َُ َّ‫سنُ لبخلقُ الن‬
‫اس‬ َ ‫َح‬

“Bertakwalah kamu kepada Allah di mana pun berada. Iringilah


perbuatan buruk yang sudah dilakukan dengan perbuatan baik yang
dapat menghapusnya. Dan berakhlaklah kepada orang-orang dengan
akhlak yang baik.” (HR at-Tirmidzi)

Hadits ini menerangkan tentang kewajiban seseorang untuk


mempedulikan etika sosial. Nabi menyampaikan pesan tersebut
setelah berseru agar manusia bertakwa kepada Allah di mana pun
berada: di masjid, di sawah, di kantor, di trotoar, di pasar, di warung,
di lembaga pendidikan, di forum dakwah, dan lain sebagainya.
Ketakwaan yang isiqamah, tak pandang tempat maupun waktu.
Rasulullah juga berpesan dalam hadits itu untuk tidak membiarkan
keburukan berlarut-larut, dengan menggantinya dengan perbuatan
baik.

Para ulama mengaitkan kalimat wa khâliqin nâsa bi khuluqin hasanin


sebagai imbauan tentang pergaulan sosial yang baik, sesuai arti yang
tersurat: berakhlaklah kepada masyarakat dengan akhlak yang baik.
Perintah Nabi tersebut sekaligus menandakan bahwa manusia
sesungguhnya potensial berbuat buruk kepada sesamanya. Karena
memang sejatinya manusia punya dua kecenderungan akhlak, yakni
mahmûdah (terpuji) dan madzmûmah (tercela).
Manusia berlaku tercela ketika nafsu lebih menguasai daripada hati
nuraninya. Egoisme atau kepentingan untuk memuaskan diri sendiri
atau golongan sering kali membuat kita lupa diri kepada hak-hak
orang lain, meremehkan orang lain, memojokkan orang lain, bahkan
mezalimi orang lain.
Bagaimana pengejawantahan husnul khuluq (akhlak yang baik) kepada
masyarakat sebagaimana diperintahkan Rasulullah ‫?ﷺ‬
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,
Al-Imam al-Ghazali dalam kitab Ayyuhal Walad mengatakan:

ُ‫اس َم َُع ْالخل ل‬


ُ‫ق َوح ْسن‬ َُّ َ‫اس تَ ْح لمل أ‬
ُ ‫ل النَّ ل‬ َُ َّ‫ك م َرا لُد َعلَى الن‬ َُ ‫نَ ْف لس‬، ‫ل‬ُْ َ‫ب‬
‫ك تَ ْح لمل‬ َ ‫علَى نَ ْف‬
َُ ‫س‬ َ ‫ع يخَا للفوا لَ ُْم َما م َرا لد له ُْم‬ َّ ‫ال‬
َُ ‫ش ْر‬

“Husnul khuluq (berakhlak yang baik) kepada masyarakat adalah


engkau tidak menuntut mereka sesuai kehendakmu, namun
hendaknya engkau menyesuaikan dirimu sesuai kehendak mereka
selama tidak bertentangan dengan syari’at.”

Inti dari definisi husnul khuluq menurut Imam al-Ghazali ini adalah
penghargaan yang tinggi seseorang kepada kehendak masyarakat
selama kehendak itu tidak bertentangan dengan syariat Islam. Tidak
selalu pemahaman, kebiasaan, dan kebudayaan kita sejalan dengan
pemahaman, kebiasaan, dan kebudayaan orang lain. Di sinilah
pentingnya seseorang “mengorbankan” egoisme diri untuk kehidupan
yang harmonis di masyarakat.
Hadirin,
Contoh konkret dari praktik dari pesan tersebut adalah cara
berdakwah para ulama terdahulu dalam membumikan Islam di bumi
Nusantara. Wali Songo yang mempunyai wawasan fiqih dan tasawuf
secara mendalam tak serta merta melarang tradisi dan kebudayaan
yang berkembang di Nusantara. Tentu mereka sadar ada beberapa
aspek yang tak sesuai dengan syariat, tapi toh dengan bijaksana
mereka tetap menghormati nilai-nilai lokal, mengikutinya, lalu
mengisinya dengan nilai-nilai Islam secara bertahap.

Mereka merupakan ulama-ulama yang menjunjung tinggi prinsip


memanusiakan manusia, menghargai proses, rendah hati, dan bergaul
bersama masyarakat dengan sudut pandang kasih sayang. Padahal,
dengan kapasitas, status sosial, bahkan kekuasaan yang dimiliki,
mereka waktu itu bisa saja memaksa penduduk pribumi untuk
memeluk ajaran Islam dan meninggalkan seluruh tradisi dan adat
istiadat lokal. Tapi itu tidak dilakukan, karena memang menyalahi
ketentuan wa khâliqin nâsa bi khuluqin hasanin.
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,

Senada dengan Imam al-Ghazali, salah seorang ulama Nusantara,


Syekh Nawawi al-Bantani, mengartikan berakhlak kepada masyarakat
sebagai:

ُ ‫ي النَّ ل‬
ُ‫اس م َوافَقَةُ ه َو‬ ُْ ‫ل لف‬
ُ‫شيْئُ ك ل‬
َ ‫ع َدا َما‬
َ ‫ي‬ ‫ْال َمعَ ل‬
ُْ ‫اص‬

“Berakhlak yang baik adalah mengikuti konsensus/tradisi dalam segala


hal selama bukan kemaksiatan.” (Syekh Nawawi al-Bantani, Syarh
Sullam al-Taufiq, halaman 61)
Pengertian ini berangkat dari kecerdasan para ulama kita bahwa
masyarakat punya kebudayaan atau tradisi yang berbeda-beda.
Universalitas nilai Islam mereka tunjukkan dengan bukti bahwa Islam
mampu membumi meski dengan wajah yang beragam itu.

Tradisi halal bi halal, misalnya, adalah contoh dari menyatunya nilai-


nilai Islam dengan budaya di masyarakat: nilai persaudaraan dan
saling memaafkan dalam Islam bersatu dengan keguyuban dan tradisi
kumpul-kumpul orang Nusantara. Itulah mengapa halal bi halal tak
lazim di Timur Tengah, atau belahan dunia lain, karena memang
terkait dengan kebudayaan khas Nusantara. Tidak ada yang berubah
dengan Islam, terutama yang berkenaan dengan ibadah mahdhah,
hanya saja praktiknya yang bersinggungan dengan tradisi masyarakat
bisa berbeda-beda di tiap daerah. Tentu dengan catatan tradisi itu
tidak bertentangan dengan syariat.
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,
Karena sangat menghargai kearifan budaya yang berkembang di
masyarakat, berakhlak yang baik kepada orang lain juga menghindari
gampang memvonis sesat orang lain, menuduh munafik, dan
menuduh syirik, dan lain sebagainya. Kita boleh memegang kuat-kuat
prinsip yang kita yakini, tapi tak seharusnya itu mengoyak kedamian
atau menimbulkan keributan yang tak perlu di tengah masyarakat.
Pesan yang baik pun harus disalurkan dengan cara atau akhlak yang
baik pula.
Semoga kita semua terjaga dari akhlak yang buruk, baik kepada diri
sendiri, kepada masyarakat dan alam, serta lebih-lebih kepada Allah.
Semoga kita termasuk dari umat Nabi Muhammad yang berhasil
diperbaiki akhlaknya, mendapat ridhanya, dan memperoleh
syafaatnya. Wallahu a’lam bish shawâb.
‫ار َكَ‬ ‫آن فِى َولَ ُكمَ ِلي هللا بَ َ‬ ‫ِب َمافِي َِه َو ِإيَّا ُكمَ َونَفَعَنِي ‪،‬العَ ِظي َِم القُر َِ‬
‫ل ال َح ِكي َِم َوذِك َِر آيَ َِة ِمنَ‬ ‫ُه ََو َوإِنَّ َهُ ِتالَ َوت َ َهُ َو ِمن ُكمَ ِمنَّا َ‬
‫هللاُ َوتَقَبَّ ََ‬
‫س ِمي َُع‬ ‫هللاَ فَأستَغ ِف َُر َهذَا قَو ِلي َوأَقُو َُ‬
‫ل ‪،‬العَ ِلي َُم ال َّ‬ ‫ُه ََو ِإنَّ َهُ العَ ِظي ََم َ‬
‫الر ِحيم الغَفُو َُر‬ ‫َّ‬

‫‪Khutbah II‬‬
‫للِ اَل َحم َدُ‬ ‫لى َ‬ ‫ع ََ‬ ‫سانِ َِه َ‬ ‫شك َُر ِإح َ‬ ‫لى لَ َهُ َوال ُّ‬ ‫ع ََ‬ ‫َوأَش َه َدُ َ‪.‬واِمتِنَانِ َِه تَوفِي ِق َِه َ‬
‫لَ أَنَ‬ ‫لَّ اِلَ َهَ َ‬ ‫هللاُ ِإ َ‬
‫هللاُ َ‬‫لَ َوحدََهُ َو َ‬ ‫ك َ‬ ‫أن َوأَش َه َدُ لَ َهُ ش َِري ََ‬ ‫ََّ‬
‫عبدَُهُ ُم َح َّمدًا َ‬
‫س ِيدَنَا‬ ‫سولُ َهُ َ‬ ‫إلى الدَّا ِعى َو َر ُ‬ ‫‪.‬رض َوانِ َِه ََ‬ ‫ل الل ُه ََّم ِ‬ ‫ص َِ‬‫َ‬
‫علَى‬ ‫س ِي ِدنَا َ‬ ‫علَى ُم َح َّمدَ َ‬ ‫س ِلمَ َوأَص َحا ِب َِه ا َ ِل َِه ِو َ‬ ‫ِكثي ًرا تَس ِلي ًما َو َ‬
‫اس اَيُّ َها فَيَا َ بَع َدُ أَ َّما‬ ‫هللاَ اِتَّقُوا النَّ َُ‬ ‫ع َّما َوانت َ ُهوا أ َ َم ََر فِي َما َ‬ ‫نَ َهى َ‬
‫ن َواعلَ ُموا‬ ‫هللاَ أَ ََّ‬
‫ئِ َكتِ َِه ِب َمآل َوثَـنَى ِبنَف ِس َِه فِي َِه بَدََأ َ ِبأَمرَ أَ َم َر ُكمَ َ‬
‫ل ِبقُد ِس َِه‬ ‫ن تَعاَلَى َوقَا ََ‬ ‫صلُّونََ َو َمآل ِئ َكت َ َهُ َ‬
‫هللاَ ِإ ََّ‬ ‫لى يُ َ‬ ‫ع ََ‬ ‫اَيُّ َها يآ النَّ ِبى َ‬
‫صلُّوا آ َمنُوا الَّذِينََ‬ ‫علَي َِه َ‬ ‫س ِل ُموا َ‬ ‫ل الل ُه ََّم ‪.‬تَس ِلي ًما َو َ‬ ‫ص َِ‬ ‫علَى َ‬ ‫َ‬
‫س ِي ِدنَا‬ ‫صلَّى ُم َح َّمدَ َ‬ ‫هللاُ َ‬ ‫علَي َِه َ‬ ‫س ِلمَ َ‬ ‫علَى َو َ‬ ‫ل َو َ‬ ‫علَى ُم َح َّمدَ َ‬
‫س ِيدِنَا َ آ َِ‬ ‫َو َ‬
‫ك اَن ِبيآئِ ََ‬
‫ك‬ ‫س ِل ََ‬‫ض ال ُمقَ َّر ِبينََ َو َمآلئِ َك َِة َو ُر ُ‬ ‫ن الل ُه ََّم َوار ََ‬ ‫ع َِ‬ ‫اء َ‬ ‫ال ُخلَفَ َِ‬
‫الرا ِشدِينََ‬ ‫ع َمر بَكرَ أَ ِبى َّ‬ ‫عث َمان َو ُ‬ ‫ع ِلى َو ُ‬ ‫عنَ َو َ‬ ‫بَ ِقيَّ َِة َو َ‬
‫ص َحابَ َِة‬ ‫سانَ لَ ُهمَ التَّا ِب ِعينََ َوَت َا ِب ِعي َوالتَّا ِب ِعينََ ال َّ‬ ‫ن اِلَىيَو َِم ِباِح َ‬ ‫الدِي َِ‬
‫عنَّا َوار ََ‬
‫ض‬ ‫ك َمعَ ُهمَ َ‬ ‫اح ِمينََ أَر َح ََم يَا ِب َرح َمتِ ََ‬ ‫الر ِ‬ ‫َّ‬
‫ت ِلل ُمؤ ِمنِينََ اغ ِفرَ اَلل ُه َّمَ‬ ‫ت َوال ُمس ِل ِمينََ َوال ُمؤ ِمنَا َِ‬ ‫َوال ُمس ِل َما َِ‬
‫ت ِمن ُهمَ اَلَحيآ َُء‬ ‫ل َوال ُمس ِل ِمينََ ا ِإلسالَ ََم أ َ ِع ََّز الل ُه ََّم َوالَم َوا َِ‬ ‫َوأَ ِذ ََّ‬
‫صرَ َوال ُمش ِر ِكينََ الشِر ََ‬
‫ك‬ ‫ك َوان ُ‬ ‫صرَ ال ُم َو ِح ِديَّ َةَ ِعبَادَ ََ‬ ‫َمنَ َوان ُ‬
‫ص ََر‬ ‫ل َمنَ َواخذُلَ الدِينََ نَ َ‬ ‫ن أَعدَا ََء دَ ِمرَ ََو ال ُمس ِل ِمينََ َخذَ ََ‬ ‫الدِي َِ‬
‫ك َواع َِ‬
‫ل‬ ‫ن يَومَ ِإلَى َك ِل َماتِ ََ‬ ‫عنَّا ادفَعَ الل ُه ََّم ‪.‬الدِي َِ‬ ‫َوا َلوبَا ََء البَالَ ََء َ‬
‫الزلَ ِز ََ‬
‫ل‬ ‫سو ََء َوا ِلم َحنََ َو َّ‬ ‫ظ َه ََر َما َوا ِلم َحنََ ال ِفتنَ َِة َو ُ‬ ‫طنََ َو َما ِمن َها َ‬ ‫بَ َ‬
‫عنَ‬ ‫ص َةً اِندُونِي ِسيَّا بَلَ ِدنَا َ‬ ‫سائِ َِر خآ َّ‬ ‫ان َو َ‬ ‫يَا عآ َّم َةً ال ُمس ِل ِمينََ البُلدَ َِ‬
‫سنَ َةً الدُّنيَا ِفى آ ِتنَا َ َربَّنَا ‪.‬العَالَ ِمينََ َر ََّ‬
‫ب‬ ‫آلخ َر َِة َو ِفى َح َ‬ ‫سنَ َةً ا ِ‬ ‫َح َ‬
‫اب َوقِنَا‬ ‫عذَ ََ‬ ‫ار َ‬ ‫ظلَمنَا َربَّنَا ‪.‬النَّ َِ‬ ‫سنَا َ‬ ‫لَنَا تَغ ِفرَ لَمَ َواإنَ اَنفُ َ‬
‫َن َوتَر َحمنَا‬ ‫هللاِ ‪.‬الخَا ِس ِرينََ ِمنََ لَنَ ُكون ََّ‬ ‫ن ! ِعبَادَ َ‬ ‫هللاَ ِإ ََّ‬
‫يَأ ُم ُرنَا َ‬
‫ان ِبالعَد َِ‬
‫ل‬ ‫س َِ‬ ‫تآء َوا ِإلح َ‬ ‫بى ذِي َو ِإي َِ‬ ‫ن َويَن َهى القُر ََ‬ ‫ع َِ‬ ‫الفَح َِ‬
‫شآء َ‬
‫ظ ُكمَ َوالبَغي َوال ُمن َك َِر‬ ‫هللاَ َواذ ُك ُروا تَذَ َّك ُرونََ لَعَلَّ ُكمَ يَ ِع ُ‬ ‫َ‬
‫لى َواش ُك ُروَهُ يَذ ُكر ُكمَ العَ ِظي ََم‬ ‫ع ََ‬‫هللاِ َولَذِك َُر يَ ِزد ُكمَ ِنعَ ِم َِه َ‬ ‫أَكبَرَ َ‬

Anda mungkin juga menyukai