Anda di halaman 1dari 5

Nama : Sephia Putri Sallamah

Kelas : XII IPA 1

Autobiografi

Namaku Sephia Putri Sallamah, lahir di Bekasi, 31 Agustus 2003. Aku adalah anak
pertama dari 3 bersaudara, anak dari ayah Riduwan dan ibu Lidya Fitri. Sephia atau Putri adalah
panggilanku, aku terlahir dari keluarga yang sangat sederhana. Ayahku sudah meninggal ketika
aku masih kecil, dari kecil aku tinggal dan diasuh oleh kakek dan nenekku dari keluarga ibu, ibu
harus bekerja dijakarta untuk membiayai aku dan adikku. Sejak kecil aku bercita-cita ingin
menjadi dokter.
Aku sekolah TK Al-Falah dikota Bekasi dan lulus pada tahun 2009 dan dilanjutkan SD
tapi aku tidak bertahan lama. Ketika aku menduduki kelas 3 SD ada yang aneh dengan mataku
karena makin hari ketika belajar mataku buram pada saat melihat papan tulis, karena makin
parah akhirnya salah satu guru di SD ku meminta untuk aku segera mengecek mataku, dan
setelah dicek mataku minus dan silindris. Aku bingung karena aku tidak tahu penyebab mataku
minus, karena aku tidak pernah diberikan bermain handphone atau menonton televisi dan
akhirnya nenekku bercerita bahwa aku terlahir prematur yang menyebabkan saraf mataku
terkena. Karna itu aku diharuskan memakai kacamata pada saat itu.
Ketika aku menduduki kelas 5 SD ibuku menikah lagi. Ayah tiriku hanya ingin ibuku
mengurus anak-anaknya saja. Aku, ibuku dan adikku dibawa tinggal bersama ayah tiriku. Aku
melanjutkan sekolah di SD Negeri 8 Sindangkasih, Purwakarta. Kemudian setelah lulus aku
melanjutkan sekolah di SMP Negeri 6 Purwakarta, dan setelah lulus aku melanjutkan sekolah di
SMA Negeri 1 Pasawahan, Purwakarta dan aku masuk jurusan Ipa.
Momen terbaik ketika SMA aku terpilih menjadi ketua PMR namun dikarenakan tubuhku
yang sering sakit-sakitan akhirnya aku memutuskan untuk mengundurkan diri dan keluar dari
ekstrakulikuler tersebut. Saat ini aku masih duduk dikelas XII IPA 1, selepas lulus SMA nanti,
aku berencana bekerja dan membuka beberapa usaha untuk membiayai sekolah adik-adikku.
KRITIK SASTRA NOVEL
“ HUJAN ”

Identitas buku
Judul buku : Hujan
Penulis : Tere liye
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Umum
Tahun terbit : 2016
Tempat terbit : PT Gramedia Pustaka Umum
Jumlah halaman : 320 halaman
ISBN : 978-602-03-2478-4

Sinopsis
Berawal dari pertemuan Lail dengan Elijah di sebuah ruangan terapi, Lail menemui Elijah
hanya untuk satu tujuan, yaitu ingin menghapus ingatannya tentang hujan. Lail sangat Ingin
melupakan hujan baginya hujan selalu turun dimasa tergelapnya. Delapan tahun yang lalu, 21
Mei 2042. Bayi ke sepuluh miliar lahir ke dunia. Saat itu pertambahan penduduk bumi tidak
dapat lagi dibendung, ketika dunia sedang mencari jalan keluar permasalahan merebaknya orang-
orang di bumi ditambah krisis air yang mencekik, tiba-tiba alam menyediakan solusinya
tersendiri.
Letusan gunung Purba terjadi dengan sangat dahsyat, menyemburkan material vulkanik
setinggi 80 kilometer yang menghancurkan apa saja dalam radius ribuan kilometer. Suara letusan
terdengar sampai jarak 10.000 kilometer. Letusan itu tak disangka berhasil mengurangi jumlah
penduduk di dunia hanya dakam waktu hitungan menit. Lail yang waktu itu masih berusia 13
tahun, mendadak sebatang kara. Kedua orang tuanya meninggal dalam kejadian yang tak
terlupakan oleh dunia. Takdir menbawa Lail bertemu dengan Esok. Laki-laki yang
menyelamatkannya dari reruntuhan tangga kereta api bawah tanah. Esok masih berusia 15 tahun
saat itu. Esok sudah lama kehilangan ayahnya, dan setelah bencana itu, Esok pun kehilangan ke-
4 kakaknya. Sementara ibu Esok mengalami luka yang cukup parah, sehingga kedua kakinya
harus diamputasi.
Esok adalah anak yang cerdas dan baik. Ia dan Lail berteman sangat dekat semenjak
kejadian itu, Esok pun menjadi sosok kakak untuk Lail, yang kelak ia akan menjadi sosok yang
sangat berharga bagi Lail. Suatu hari ada kabar Esok akan diadobsi oleh orang kaya, hal itu
membuat Lail sedih. Mereka harus berpisah, entah kapan akan bertemu lagi, tak ada yang tahu
pasti sementara Lail masuk ke panti sosial tempat penampungan anak-anak seusianya. Di Panti
Sosial inikah Lail bertemu dengan Maryam, gadis kecil yang akan menjadi sahabat baik Lail.
Dengan tegar Lail menjalani hidupnya, waktu berlalu begitu cepat. Hari berganti hari,
iklim pun terus berubah. Lail beranjak tumbuh dewasa, sambil terus menerka-nerkakan kemana
ujung kisah hidupnya akan bermuara. Segala pahit manis kehidupan telah dilaluinya, berjuta
memori mengisi hari-hari lail. Tentang kebahagiaan tentang kesedihan, tentang pertemuan,
tentang perpisahan, tentang cinta, tentang hujan semuanya berhanyut di kepala Lail, berkeliling
menambah kalut pikirannya. Membuat Lail sedih, bingung dan merasa sesak, yang akhirnya Lail
nekat menemui dokter ahli saraf untuk menghapus sebagian ingatannya, yakni ingatannya
tentang hujan, terutama tentang Esok.

Kelebihan
Topik yang diangkat dalam cerita dikemas dengan bahasa yang ringan dan gampang
dipahami. Meskipun cukup tebal halamannya namun alurnya tetap bagus, jalan ceritanya tidak
membosankan. Jalan ceritanya sulit untuk ditebak sehingga membuat pembaca penasaran.
Banyak kejutan-kejutan menarik yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan. Contoh, terjadinya
gunung meletus menyebabkan musim dingin berlangsung panjang. Akibat campur tangan
manusia, kini cuaca berubah menjadi musim panas dan menimbulkan malapetaka.
Ditambah lagi kehadiran berbagai teknologi canggih seperti anting-anting yang berfungsi
untuk pemandu online, kendaraan tanpa sopir, alat komunikasi yang ditanam di tangan dan
masih banyak lagi lainnya. Semua benda-benda tersebut tampak nyata dan seolah benar-benar
ada di masa depan. Ketiadaan sinopsis pada sampul belakang dan daftar isi mengundang daya
tarik pada novel karena sukses membuat semua orang penasaran untuk mengikuti sampai akhir.

Kekurangan
Karakter Lail dalam cerita kurang kuat karena hanyalah gadis cengeng yang lemah dan
tidak memiliki inisiatif. Tanpa adanya Maryam, Lail tidak mungkin mencapai keberhasilan.
Alangkah baiknya, sebagai tokoh utama, Lail digambarkan sebagai seorang inisiator bukan
pengikut. Meskipun dalam cerita ini hasilnya bagus. Semua aspek yang terkandung pada cerita
hanya seputar ilmu pengetahuan dan teknologi saja tanpa menyinggung agama.
Meskipun penulis telah menyebutkan bahwa secanggih apa pun teknologi itu tidak bisa
menandingi kekuasaan dari Tuhan. Namun, sangat disayangkan tidak dijumpai aktivitas
keagamaan seperti berdoa maupun beribadah. Alhasil, pembaca tidak mampu menebak agama
dari masing-masing tokoh sehingga terasa ada yang janggal. Selain itu, masih ditemukan adanya
typo. Ada juga kalimat yang menjadikan pembaca bingung.

Teks kritik sastra


Tere liye adalah nama pena dari darwis, beliau berasal dari pedalaman sumatera yang
berprofesi sebagai akuntan. Menulis baginya hanya sekedar hobi, pengisi waktu luang. Salah
satu karyanya paling laris adalah berjudul “Hujan” bercerita tentang Seorang gadis tunggal
penyuka hujan yang hidup di tahun 2042. Tere liye telah menghasilkan belasan novel, dia bisa di
anggap salah satu penulis yang telah banyak mengeluarkan karya-karya. Saat ini ia telah
menghasilkan banyak karya, bahkan beberapa di antara buku nya sudah dijadikan film layar
lebar.
Darwis lahir pada tanggal 21 Mei 1979 di sumatera selatan. Dia merupakan anak keenam
dari tujuh bersaudara yang berasal dari keluarga petani. Namun, walaupun berasal dari keluarga
petani dia banyak mengeluarkan karya-karya yang sangat bagus. Berbeda dan menonjol dari
penulis-penulis yang lain, tere liye memang sepertinya tidak ingin di publikasikan ke umum
terkait kehidupan pribadinya. Hal ini dapat dilihat dalam novel karya tere liye “tentang penulis”
di novelnya, maka tidak ada yang bisa kita temukan informasi mengenai tere liye dan mungkin
itu cara yang ia pilih, hanya berusaha memberikan karya terbaik dengan tulus dan sederhana.

TEKS ESAI
“BANJIR”
Banjir bukanlah fenomena langka di Indonesia. Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika
aliran air yang berlebihan merendam daratan. Banjir diakibatkan oleh volume air sungai atau
danau yang meluap dan menjebol bendungan sehingga air keluar dari batasnya. Banjir adalah
tamu tahunan bagi indonesia. Banyak faktor yang menyebabkan banjir, yaitu meluapnya air
sungai, maupun hujan deras yang melanda. Namun di balik faktor-faktor tersebut terdapat
masalah yang menjadi penyebab utama timbulnya banjir dimana masalah tersebut sangat sulit
untuk diatasi, yaitu kebiasaan masyarakat membuang sampah di sungai.
Menurut perkiraan dari badan pusat statistik (BPS) jumlah sampah pada tahun 2020 di 384
kota di indonesia mencapai 80.235,87 ton tiap hari. Dari sampah yang dihasilkan tersebut
diperkirakan sebesar 4,2% akan diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA), sebanyak 37,6%
dibakar, dibuang ke sungai sebesar 4,9% Dan tidak tertangani sekitar 53,3%. Dari sekitar 53,3%
sampah yang tidak ditangani dibuang dengan cara tidak pantas. Dan dapat dipastikan dari 53,3%
sampah yang tidak ditangani tersebut hampir 50% diantaranya berada di sungai. Jadi dapat
dipastikan akan berdampak pada timbulnya banjir.
Sungai akan mengalami banjir yang datang otomatis bagi masyarakat, dari rusaknya
barang-barang yang menimbulkan kerugian yang terendam banjir, terganggunya aktifitas sehari-
hari, timbulnya penyakit, bahkan sampai hilangnya barang barang bagi orang-orang yang
meninggal rumah nya untuk mengungsi. Namun di sisi lain ada juga masyarakat yang
menjadikan banjir sebagai alat untuk menambah penghasilan, dari cara yang halal maupun cara
yang haram. Saat warga tengah dilanda banjir dan membutuhkan pertolongan, ada saja beberapa
pihak yang mrmanfaatkan banjir untuk menambah penghasilannya. Dengan menyewakan perahu
untuk menyeberang jalan.Bahkan menodong atau mencuri barang dari para pengguna jalan yang
terjebak banjir.

Anda mungkin juga menyukai