Pertemuan pertama Anya dan Ale adalah di dalam pesawat tujuan Jakarta – Sydney. Istilah
critical evelen yang sering digunakan dalam dunia penerbangan sepertinya juga berlaku bagi
dua manusia ini. Ale dan Anya hanya butuh sebelas menit untuk saling mengenal dan
terpikat. Tiga menit pertama perkenalan Anya terpikat, dan delapan menit terakhir sebelum
berpisah Ale yakin dia menginginkan Anya.
Perkenalan di dalam pesawat itu ternyata berbuah manis, Ale dan Anya terus menjalin
hubungan dan kemudian diteruskan dengan keputusan untuk menikah.
Tahun-tahun pertama menikah, kehidupan Ale dan Anya tidak mungkin bisa lebih bahagia
lagi. Mereka sama-sama saling mencintai dan memiliki pekerjaan yang mereka cintai pula.
Ale yang seorang petroleum engineer dan Anya yang seorang konsultan. Meskipun pekerjaan
Ale memaksa mereka untuk lebih sering hidup berjauhan, toh mereka tidak kekurangan
kebahagiaan sedikitpun.
Kebahagiaan Anya dan Ale semakin besar ketika Anya kemudian hamil. Namun ternyata,
dimasa-masa bahagia itu, Tuhan punya rencana lain bagi mereka. Diwaktu-waktu terakhir
kehamilannya, bayi dalam kandungan Anya dikatakan meninggal.
When memory plays its role as a master, it limits our choices. It closes doors for us.
– Critical Eleven pg. 23
Konflik dalam buku best-seller ini muncul ketika Ale tanpa sengaja mengucapkan kalimat
bernada menyalahkan untuk Anya. Ale merasa jika saja Anya tidak terlalu sibuk dengan
pekerjaannya, mungkin bayi mereka masih hidup. Masalah ini semakin runyam ketika Anya
(yang saat mendengar pernyataan Ale bukannya marah-marah) memilih untuk menghukum
Ale dalam diam. Anya diam. Tidak lagi menganggap bahwa Ale ada. Mereka berdua sama-
sama diam, hanya bergantung pada harapan masing-masing untuk saling memperbaiki
keadaan.
Lima tahun setelah perkenalan di pesawat itu, Ale dan Anya harus mempertanyakan kembali
pilihan-pilihan yang mereka ambil.
Critical Eleven bisa jadi merupakan salah satu karya terbaik Ika Natassa. Bahasa penulisan
yang mudah dipahami dan cara Ika Natassa menghidupkan karakter buku nya mampu
membuat pembaca terhanyut dalam alur cerita. Novel ini ditulis dalam bentuk cerita
bergantian dari sudut pandang Ale dan Anya. Meskipun awalnya novel ini terasa biasa saja
namun semakin kebelakang novel ini mampu menghadirkan masalah yang terasa nyata dalam
kehidupan sehari-hari, bahwa konflik lebih sering bermula karena ucapan bukan perbuatan.
Critical Eleven patut untuk dibaca bukan hanya karena ceritanya yang menarik tapi juga
karena makna yang terkandung didalamnya.
Bahwa masalah dalam hidup lebih sering terjadi karena ucapan. Bahwa setiap orang memiliki
cara masing-masing untuk menghadapi rasa duka. Bahwa setiap orang pasti menyimpan
alasan dibalik suatu tindakan. Bahwa meski dalam titik terendah hubungan seseorang, akan
selalu ada celah untuk memperbaiki.
Mengenai kekurangan, sulit ditemukan nilai minus dari buku karya tangan emas ini.
Akan tetapi sehubung dengan judul , ‘Hujan’, saya rasa akan lebih ngena judul tersebut bila
di ending cerita, hujan turun menyertai kejadian penting bagi Lail dan Esok tersebut. Namun
terlepas dari itu, buku ini begitu lezat dilidah-lidah pembaca, ending-nya menggugah
perasaan. Cocok untuk dibaca semua kalangan.