Anda di halaman 1dari 4

Judul Buku      :           Critical Eleven

Penulis             :           Ika Natassa

Penerbit           :           PT Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit    :           2015

Tebal halaman :           344 halaman

I guess this is another thing that travel does to you.


You let your guard down and let yourself fall for
something as random as a stranger`s smile. –Critical
Eleven pg. 16
Dalam dunia penerbangan, dikenal istiral critical
evelen, sebelas menit paling kritis di dalam pesawat
— tiga menit sebelum take-off dan delapan menit
sebelum landing—karena secara statistik delapan
puluh persen kecelakaan pesawat terjadi dalam rentang waktu sebelas menit itu.

Pertemuan pertama Anya dan Ale adalah di dalam pesawat tujuan Jakarta – Sydney. Istilah
critical evelen yang sering digunakan dalam dunia penerbangan sepertinya juga berlaku bagi
dua manusia ini. Ale dan Anya hanya butuh sebelas menit untuk saling mengenal dan
terpikat. Tiga menit pertama perkenalan Anya terpikat, dan delapan menit terakhir sebelum
berpisah Ale yakin dia menginginkan Anya.

Perkenalan di dalam pesawat itu ternyata berbuah manis, Ale dan Anya terus menjalin
hubungan dan kemudian diteruskan dengan keputusan untuk menikah.

Tahun-tahun pertama menikah, kehidupan Ale dan Anya tidak mungkin bisa lebih bahagia
lagi. Mereka sama-sama saling mencintai dan memiliki pekerjaan yang mereka cintai pula.
Ale yang seorang petroleum engineer dan Anya yang seorang konsultan. Meskipun pekerjaan
Ale memaksa mereka untuk lebih sering hidup berjauhan, toh mereka tidak kekurangan
kebahagiaan sedikitpun.

Kebahagiaan Anya dan Ale semakin besar ketika Anya kemudian hamil. Namun ternyata,
dimasa-masa bahagia itu, Tuhan punya rencana lain bagi mereka. Diwaktu-waktu terakhir
kehamilannya, bayi dalam kandungan Anya dikatakan meninggal.

You just cannot exist without memory.-  Critical Eleven pg. 22


Semua orang punya cara nya masing-masing untuk berduka, begitu pula Ale dan Anya.
Meski berusaha menjalani kehidupan sebagaimana mestinya, namun setelah peristiwa itu
mereka sama-sama tenggelam dalam duka masing-masing. Mencari pembenaran. Mencari
alasan mengapa Tuhan memberikan cobaan itu. Mempertanyakan siapa yang harus
disalahkan.

When memory plays its role as a master, it limits our choices. It closes doors for us.
–  Critical Eleven pg. 23
Konflik dalam buku best-seller ini muncul ketika Ale tanpa sengaja mengucapkan kalimat
bernada menyalahkan untuk Anya. Ale merasa  jika saja Anya tidak terlalu sibuk dengan
pekerjaannya, mungkin bayi mereka masih hidup. Masalah ini semakin runyam ketika Anya
(yang saat mendengar pernyataan Ale bukannya marah-marah) memilih untuk menghukum
Ale dalam diam. Anya diam. Tidak lagi menganggap bahwa Ale ada. Mereka berdua sama-
sama diam, hanya bergantung pada harapan masing-masing untuk saling memperbaiki
keadaan.

Lima tahun setelah perkenalan di pesawat itu, Ale dan Anya harus mempertanyakan kembali
pilihan-pilihan yang mereka ambil.

Critical Eleven bisa jadi merupakan salah satu karya terbaik Ika Natassa. Bahasa penulisan
yang mudah dipahami dan cara Ika Natassa menghidupkan karakter buku nya mampu
membuat pembaca terhanyut dalam alur cerita. Novel ini ditulis dalam bentuk cerita
bergantian dari sudut pandang Ale dan Anya. Meskipun awalnya novel ini terasa biasa saja
namun semakin kebelakang novel ini mampu menghadirkan masalah yang terasa nyata dalam
kehidupan sehari-hari, bahwa konflik lebih sering bermula karena ucapan bukan perbuatan.

Critical Eleven patut untuk dibaca bukan hanya karena ceritanya yang menarik tapi juga
karena makna yang terkandung didalamnya.

Bahwa masalah dalam hidup lebih sering terjadi karena ucapan. Bahwa setiap orang memiliki
cara masing-masing untuk menghadapi rasa duka. Bahwa setiap orang pasti menyimpan
alasan dibalik suatu tindakan. Bahwa meski dalam titik terendah hubungan seseorang, akan
selalu ada celah untuk memperbaiki.

KARYA:NUR IHSAN HIDAYAT_7E_SMPN 21 SMG


Judul Buku : Hujan
Penulis : Tere Liye
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2016
          
  Siapa yang tidak mengenal penulis nusantara,
Tere Liye? Penulis berbakat yang karya-karyanya
menjadi Best Seller Book serta  recommended bagi para
penikmat sastra. Hebatnya, pria kelahiran 21 Mei ini
adalah seorang akuntan yang hanya menjadikan menulis
sebagai hobinya. Melalui hobinya tersebut tercipta
mahakarya sederhana namun begitu nikmat ditelusuri
kata-kata di tiap lembarnya.
Selain itu, karyanya yang penuh dengan pesan
moral menjadikan karya perajut kata ini pantas ditransformasikan mejadikan audiovisual.
Yah, diantara puluhan bukunya, beberapa telah diadopsi menjadi film. Seperti Hafalan Shalat
Delisa, Moga Bunda Disayang Allah, Bidadari-Bidadari Surga dan lain sebagainya. Dan
mungkin saja buku terbarunya ‘Hujan’ juga dapat melejit menjadi film yang manis sekaligus
memukau.
Buku terbitan Januari 2016 ini mengambil latar masa depan. Seutuhnya dalam buku
ini menceritakan kisah hidup dari seorang gadis yang menjadi sebatang kara karena bencana
superdahsyat, Lail. Namun nasib baik menyertainya, dalam perkiraan masa depannya yang
buruk, datanglah Esok, anak laki-laki yang hanya beda dua tahun dengan Lail. Mereka pun
tanpa ikrar tanpa kontrak sudah menjadi sahabat yang erat. Dimana ada Lail di situ ada Esok.
Beberapa tahun kedepan, barulah mereka mengetahui hubungan mereka lebih dari sekedar
sahabat.
Namun akhirnya, Lail dan Esok harus berpisah karena suatu sebab. Esok diangkat
menjadi anak oleh seorang walikota, sementara Lail harus menetap di suatu panti karena
orang tua serta kerabat yang tiada. Kisah hidup Lail tidak begitu saja suram sejak berpisah
dengan Esok, dengan kehadiran Maryam, hidup Lail menjadi lebih berwarna. Apalagi dengan
kesibukannya di organisasi relawan membuatnya dapat menahan rasa rindu.
Konflik besar terjadi saat Lail mulai merasa cemburu dengan Claudya yang
merupakan adik tiri Esok. Di akhir cerita saat bumi benar-benar mulai rusak, di saat hujan
enggan kembali turun. Kesibukan Esok terungkap jua, selama ini ia mengerjakan proyek
perahu raksasa untuk mengungsikan penduduk manusia terpilih agar manusia nantinya tidak
punah akibat bencana besar berikutnya. Esok mempunyai dua tiket sebagai manusia terpilih.
Lail berprasangka bahwa Esok pergi bersama  Claudya dengan kedua tiket tersebut, lantas
meninggalkannya yang telah berkorban untuk cintanya.
Karena frustasi, Lail pun memutuskan menghapus ingatannya tentang Esok dengan
pengobatan yag super mutakhir. Di ruangan pengobatan tersebutlah semua cerita tadi
berawal. Cerita tadi kurang lebih adalah ingatan ulang dari Lail yang harus menceritakan
kembali secara detail tentang hidupnya untuk menghapus sebagian memorinya. Esok tidak
mengetahui hal tersebut. Esok baru mendapat kabar buruk itu setelah proses penghapusan
memori itu hampir selesai dan tidak boleh dihentikan sedikitpun. Lantas apakah yang terjadi?
Akankah Lail melupakan Esok?
Lalu dimana letak penjudulan ‘Hujan’? Penulis mengambil judul ‘Hujan’ karena
setiap kejadian penting dari kisah hidup Lail selalu terjadi bersama dengan turunnya hujan,
entah itu hujan gerimis, hujan air, hujan asam, atau bahkan hujan abu vulkanik. Selain
menceritakan tentang perjuangan hidup Lail, buku ini bisa dikata dapat mencolek kepedulian
kita dengan Bumi dan sikap kita dalam menanggapi hidup. Di dalam cerita terjadi bencana
besar, setelah terjadi bencana besar, bukannya bersatu memperbaiki kerusankan bumi,
penduduk bumi malah melonjak egoismenya. Hanya peduli dengan kepentingan daerah
masing-masing. Akibatnya munculnya bencana baru. ‘Bumi tanpa hujan.’
Buku ini mengajarkan kebahagiaan yang sederhana dengan tanpa unsur menggurui.
Penulis begitu lihai merangkai kata, indah dibaca. Dengan menggunakan latar campuran,
novel ini tidak membuat bingung penulis. Dan yang paling menyenangkan ialah
di ending cerita. Akhir cerita tidak terduga, memukau dan manis.

Mengenai kekurangan, sulit ditemukan nilai minus dari buku karya tangan emas ini.
Akan tetapi sehubung dengan judul , ‘Hujan’, saya rasa akan lebih ngena judul tersebut bila
di ending cerita, hujan turun menyertai kejadian penting  bagi Lail dan Esok tersebut. Namun
terlepas dari itu, buku ini begitu lezat dilidah-lidah pembaca, ending-nya menggugah
perasaan. Cocok untuk dibaca semua kalangan.

KARYA:NUR IHSAN HIDAYAT_7E_SMPN 21 SMG

Anda mungkin juga menyukai