Anda di halaman 1dari 9

BAHASA INDONESIA

LAPORAN MEMBACA BUKU FIKSI


“hujan”
Karya Tere Liye

Nama : Trisna A. Putri


Kelas : XII IPA 5
Nis :
Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Manokwari
Tahun Pelajaran 2022/2023
KATA PENGANTAR
Rasa syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, yang sudah
memberikan berlimpah-limpah kesempatan dan nikmat berupa
kesehatan, kebahagiaan, serta pembelajaran yang sangat
berharga untuk saya lalui agar terus menuju pribadi yang lebih
baik lagi dan terus mensyukuri apa yang sudah Allah berikan
kepada saya karena dapat menyelesaikan laporan membaca
dan meringkas buku fiksi “Hujan”. Makalah ini dibuat dengan
tujuan memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Ucapan Terimakasih kepada Penerbit PT Gramedia Pustaka
Utama Jakarta dan penulis buku Hujan yang telah menerbitkan
buku ini. Tak lupa juga berterima kasih kepada semua pihak
termasuk Ibu guru yang telah membimbing saya agar dapat
menyelesaikan laporan membaca dan meringkas buku fiksi
“Hujan”. Akhir kata semoga laporan ini bermanfaat bagi kita
semua.

Manokwari, Oktober 2022

Penulis
IDENTITAS BUKU

Judul                    : Hujan
Penulis                : Tere Liye
Penerbit            : PT Gramedia Pustaka Umum
Tahun terbit     : 2016
Tebal buku        : 320 halaman (20 cm)
Cetakan : Ke-1
SINOPSIS
Novel ini menceritakan kisah cinta dua tokoh utama, yaitu Lail dan Esok.
Novel ini juga menceritakan kisah dan perjuangan hidup Lail, yang harus menjadi
yatim piatu diusia 13 tahun. Lail dan Esok bertemu setelah letusan gunung berapi
pada tahun 2042. Akibat dari letusan gunung berapi ini menghancurkan sebagian
besar bumi dan hanya meninggalkan 10% manusia di bumi, serta merusak iklim
dan cuaca bumi. Lail dan Esok tinggal di tempat pengungsian, mereka selalu
bersama-sama dan tidak terpisahkan. Namun setelah pengungsian ditutup,
mereka terpisah dan Esok diadopsi oleh keluarga wali kota dan Ia harus pindah ke
ibu kota untuk melanjutkan studinya hingga berhasil memciptakan mobil terbang
pertama. Sedangkan Lail adalah seorang gadis sederhana yang tinggal di sebuah
panti sosial yang akhirnya menjadi relawan kemanusiaan dan bersekolah di
sekolah perawat dan berteman dengan Maryam.
Lail ternyata diam-diam mempunyai perasaan lebih terhadap Esok, namun
Ia memendamnya bertahun-tahun. Akhirnya Lail memutuskan untuk
menyibukkan dirinya dengan kegiatan yang bermanfaat. Lail dan Maryam
bergabung dengan organisasi relawan dan mereka adalah relawan termuda.
Mereka juga menorehkan prestasi, salah satunya ditempatkan di Distrik 2. Ada
dua kota kembar di hulu dan hilir, dan dua kota ini telah dilegalkan sejauh 50
kilometer. Saat itu bendungan di bagian hulu retak, jika bendungan pecah maka
akan menghancurkan dua kota kembar tersebut. Saat itu, hanya ada satu cara
untuk mencapai bagian hilir yang mungkin bergerak cepat saat badai. Keduanya
berhasil memperingati kota tersebut, dan pengabdian mereka benar-benar
membuat mereka memenangkan penghargaan.
Dengan kesibukannya, Lail dapat sedikit mengalihkan kerinduannya pada
Esok. Esok selalu mengunjungi dengan membawa sepeda merah, sepeda merah
ini mereka kenakan saat bencana, dan juga memakai topi yang diberikan Lail
kepadanya. Sayangnya, intensitas pertemuan mereka menurun. Jika Esok tidak
sibuk, mereka hanya bisa bertemu setahun sekali. Lail tidak pernah menghubungi
Esok, dan terkadang dia bertanya kepada ibunya Esok tentang Esok.
Singkat cerita, ternyata sebuah pesawat luar angkasa yang sedang dibuat
Esok akan membawa penghuni bumi ke luar angkasa untuk menghindari bencana
yang lebih besar dari gunung berapi yang meletus. Tidak semua penduduk pergi,
tetapi mereka dipilih secara acak. Karena Esok berkontribusi dalam pembuatan
pesawat itu, Ia mendapat dua tiket. Esok memberikannya kepada Lail, walikota
mendatangi Lail dan memintanya untuk menyerahkan tiket kepada putri walikota
Claudia. Ada kesalahpahaman tentang hal ini. Disaat itu Lail menyadari
perasaannya dan membutuhkan kepastian dari Esok. Sehari sebelum
pengumuman resmi diumumkan pemerintah, Lail marah karena tidak ada kabar
dari Esok. Beberapa detik sebelum pesawat luar angkasa itu terbang, Lail
sebenarnya memutuskan untuk masuk ke ruang modifikasi ingatan untuk
menghapus semua kenangannya dengan Esok. Lail ingin menyingkirkan semua
beban dan menghapusnya dari ingatannya.
Esok ternyata sedang mentransmisikan data sehingga tidak bisa
menghubungi Lail. Esok terlambat untuk mencegah Lail melakukan hal itu. Esok
tak ingin Lail melupakannya. Namun pada akhirnya, di detik-detik terakhir
sebelum alat modifikasinya bekerja, Lail memutuskan untuk memeluk erat semua
kenangan menyakitkan yang dimilikinya. Garis merah yang melambangkan
ingatan yang menyakitkan telah berubah menjadi garis biru. Lail tidak melupakan
Esok. Pada hari yang sama pemerintah mengumumkan bahwa pesawat ruang
angkasa akan terbang, Lail tetap berada di Bumi bersama Esok. Sebulan
kemudian, mereka menikah. Elijah, mediator Lail di ruang operasi, mengatakan
tidak melupakan masalahnya, tapi menerimanya. Siapa yang bisa menerimanya,
dia bisa melupakan dan menjalani hidup bahagia. Namun, jika dia tidak bisa
menerimanya, dia tidak akan pernah lupa.
RINGKASAN
Ada seorang gadis yang bernama Lail. Dia bertemu dengan dokter yang
bernama Elijah dan ingin menghapus ingatan tentang hujan. Lail menceritakan
dari awal tentang kejadian saat ia masih berusia 13 tahun. Pada saat itu terjadi
suatu bencana gunung meletus yang sangat besar. Saat itu lail sedang berada
dikereta lalu terjadi gempa. Saat Lail sudah berhasil selamat bersama 1
penumpang lainnya, namun ibunya dan penumpang lain tidak selamat. Lail
diselamatkan oleh seorang anak laki laki yang bernama Esok. Setelah mereka
selamat hujan lun turun deras. Mereka berduapun berteduh di taman sambil
menceritakan kabar dan keluarganya masing masing. Setelah itu mereka
mengecek rumah masing masing. Lail sangat terkejut bahwa rumahnya sudah
hancur. Setelah itu, mereka berdua pergi ke toko kue milik ibunya Esok. Mereka
berduapun terkejut bahwa ibunya Esok masih selamat. Setelah itu, mereka
mengungsi ke tenda darurat setelah 2 hari menginap di tenda pengungsian, tiba
tiba terjadi hujan abu vulkanik. Lalu tiba tiba Lail pergi dari tenda. Esok yang
mengetahui hal tersebut, langsung pergi mencari Lail. Esok pun akhirnya bisa
menemukan Lail, lalu Esok memaksa Lail agar kembali ke tenda. Akhirnya Lail mau
ikut dengan Esok agar kembali ke tenda. Saat sedang perjalanan kembali menuju
tenda tiba tiba terjadi hujan asam. Mereka pun terpaksa berteduh dibawah
rumah rumahan yang berada di taman, setelah hujan asam reda mereka
melanjutkan perjalanan kembali menuju tenda.
Setelah beberapa hari dan bulan aktivitas kota sudah mulai berjalan normal
kembali. Setelah satu tahun bersama Esok, akhirnya Esok diangkat menjadi anak
angkat oleh keluarga barunya. Saat itulah lail menahan tangisan ketika
mendengar hal tersebut. Lail pun pindah ke panti sosial. Disana ia bertemu
dengan teman barunya yaitu Maryam. Di panti sosial mereka sudah melakukan
aktivitas normal seperti sekolah dan lain lain. Setelah pindah ke panti sosial,
tibalah hari bebas dimana dia bebas melakukan aktivitas apapun, saat itu Lail
pergi ke taman dan tiba tiba dia bertemu dengan Esok kembali saat Lail hendak
naik bus kembali ke panti sosial. Lail sangat senang ketika bertemu dengan Esok
lagi. Namun setelah 2 tahun berlalu Esok pun bertemu dengan Lail dan
menyampaikan bahwa dia harus pergi ke ibu kota untuk melanjutkan sekolahnya.
Besoknya, Lail mengantar Esok di stasiun kereta cepat, sambil membawa
ransel besar. Di sana sudah ada istri walikota dan Claudia.Beberapa menit
kemudian, kapsul kereta sudah melesat cepat meninggalkan stasiun. Lail berlari-
lari kecil menuju peron tujuh. Disana ada puluhan relawan,termasuk Maryam.
Mereka akan naik kereta ke kota terdekat Sektor 4. Lail duduk di kursi dekat
jendela dan terus menatap ke luar. Mereka tiba di stasiun tujuan pukul empat
sore. Lail melewati hari-harinya dengan semangat saat itu usia Lail hampir tujuh
belas,dan dia belum mengerti perasaannya dengan utuh. Baru beberapa tahun
lagi dia mulai paham.
Penugasan pertama di Sektor 4 berjalan lancer. Mereka tiba di panti social
menjelang gelap. Setelah membereskan barang bawaan, mandi, makan malam,
berkumpul di ruang bersama sebentar, menyapa penghuni panti yang lama tidak
bertemu, Lail akhirnya bias berbaring nyaman di ranjangnya. Lail bercakap-cakap
dengan Maryam. Meski awalnya bergurau, mereka selalu memikirkan kalimat
teman sekamarnya. Sudah saatnya mereka serius sekolah. Mereka mulai belajar
serius. Sepulang dari Sektor 4, tiga bulan kemudian, pelatihan relawan diteruskan
ke tingkat lanjutan. Bus kota rute 7 yang mereka tumpangi lengang.Mereka tiba di
panti sosial setengah jam kemudian. Malam itu bencana baru telah datang. Kali ini
rantai akibatnya panjang dan tidak terlihat solusinya.
‘Ruangan berwarna putih itu kembali lengang. Elijah, terdiam dia terus
menebak-nebak kemana arah cerita pasien di atas sofa hijau. Elijah
memperhatikan layar tablet setipis kertas HVS di tangannya.’
Lail dan Maryam menerima penugasan kedua dari organisasi relawan saat
liburan antarsemester. Tempat itu jauh lebih buruk dibanding penugasan pertama
mereka. Bangunan kota hanya tersisa 10% sisanya reruntuhan. Bersama Lail dan
Maryam, ada 12 truk militer yang membawa barang kebutuhan pokok, pakaian,
peralatan medis, dan obat-obatan. Mereka tiba di tenda komando. Mereka
beristirahat dan langsung terpapar di atas kasur tipis. Baru sebentar Lail tidur, dia
sudah dibangunkan oleh Maryam. Saat membuka tutup tenda mereka disambut
pemandangan yang menakjubkan. Lail mendongak berputar, Maryam ikut
menatap sekitar.
Karena perubahan iklim dunia, yang mengakibatkan masalah akhirnya
sepanjang hari Lail dan Maryam tinggal di rumah sakit darurat. Pukul delapan
malam Lail dan Maryam baru kembali ke tenda mereka. Tetapi situasi berubah
serius saat hari ketiga. 50 km, malam hari, hujan badai, suhu lima derajat Celsius.
Mereka berdua melintasi jalanan berlumpur sambal bercanda. 8 jam lamanya Lail
kemudian ambruk di depan tenda komando karena kelelahan. Lail dan Maryam
ditandu ke lereng bukit. Beberapa minggu kemudian, ribuan penduduk yang
selamat dipindahkan ke kota lain dua hari setelah kejadian itu, Lail dan Maryam
kembali ke kota mereka. Melupakannya
‘Elijah menatap gadis di sofa dengan tatapan tidak percaya bahwa dia
adalah salah satu korban’.
Lail dan Maryam telah melupakan kejadian saat badai hujan itu sekembali
ke panti social. Malam itu Lail dan Maryam belajar latihan soal aljabar lanjutan
ketika terdegar suara ramai di luar ternyata salju turun. Mereka bingung. Besok
pagi saat mereka berangkat sekolah kota telah dilapisi salju tipis. Tetapi,
kemudian penduduk mulai menyadari ada masalah serius yang mereka hadapi.

Anda mungkin juga menyukai