Anda di halaman 1dari 4

NAMA : PUTU BINTANG HARI PERTIWI

NO : 35

KELAS : XII MIPA 1

Menganalisis Novel

A. UNSUR INTRINSIK
1) Tema
Novel Hujan (Tere Liye) mempunyai tema utama kehidupan seorang perempuan yang mengalami trauma masa
kecil. Namun pembaca juga bisa menikmati kisah percintaan antara seorang relawan dan ilmuwan terkemuka.
2) Tokoh dan Penokohan
 Lail : gadis yatim piatu yang pemberani, pintar, berjiwa sosial, ekspresif, dan berbakat
 Esok/ Soke Bahtera : ilmuwan muda yang cerdas
 Maryam : gadis humoris yang berjiwa sosial tinggi
 Elijah : paramedis senior yang memiliki sifat sangat perhatian, penyayang, dan lemah lembut.
 Ibu Suri : tegas dan penyayang kepada semua anak asuhnya
 Ibu Esok : ulet, penyayang, dan selalu mengajarkan yang terbaik untuk anak-anaknya
 Ibu Lail : penyayang, rela berkorban, selalu mendukung anaknya
 Ayah Lail : penyayang, perhatian
 Istri Walikota : ramah, baik hati, penuh kasih sayang
 Claudia : mudah bergaul, tidak membeda-bedakan teman
 Petugas kereta : bertanggung jawab dan lebih mementingkan keselamatan orang lain
 Petugas relawan : memikirkan keselamatan penduduk, tegas dalam mengambil keputusan
3) Alur
Alur novel ini yaitu alur campuran, karena dimulai dengan keinginan Lail untuk menghapus memori
menyedihkan dalam hidupnya, kemudian kembali  kepada kisah Lail saat berusia 13 tahun.
4) Latar
a) Latar tempat
 Trotoar
 Jalanan kota
 Stadion
 Kolam air mancur kota Central Park
 Tenda pengungsian
 Sekolah
 Kantor pemerintahan
 Toko kue
 Panti sosial
 Lubang tangga darurat
 Markas Organisasi Relawan
b) Latar waktu
 Pagi
- Di Pagi harinya, Esok mengajak Lail mengunjungi sebuah tempat
 Siang
- Pukul satu siang, jadwal pulang sekolah, Lail kembali menaiki bus rute 12, menuju panti sosial
 Sore
- Sore tadi, Esok sempat menjenguk ibunya di rumah sakit
- Sorenya, dengan masih diliputi sukacita lulus dari sekolah, Lail dan Maryam tiba-tiba dipanggil ke
kantor Ibu Suri.
 Malam
- Malam hari, setelah mengambil makanan di dapur umum Esok baru bertemu Lail di tenda. Bertanya
kabarnya, apa yang dia lakukan sepanjang hari
- Malam hari, disaat hujan badai, Lail dan Maryam memberikan peringatan kepada penduduk Kota Hilir
Sungai bahwa kota tersebut akan dituruni air bah.
 Hari pertama sekolah
- Ini hari pertama Lail masuk sekolah setelah libur panjang. Itu juga yang menyebabkan jalanan Kota
terlihat padat.
-
c) Latar suasana
 Mengejutkan
- Kereta kapsul berhenti secara mendadak karena adanya letusan Gunung Purba di belahan benua lain
 Panik
- Terjadinya gempa susulan di lorong kereta
 Tragis
- Ibu Lail jatuh ke dalam lorong kereta.
 Cemas
- Hanya ada satu bangunan yang masih berdiri di sepanjang jalan itu. Toko kue. Esok berlari melihatnya.
Dadanya berdegup lebih kencang. Wajahnya terlihat harap-harap cemas
 Senang
- Lail menerima telepon dari ayahnya
- Lail dan Marayam lulus tes yang dilakukan untuk menjadi seorang relawan.
 Sedih
- Gadis berusia 21 tahun yang duduk di atas sofa hijau menyeka ujung matanya. Mengenang dan
menceritakan kejadian delapan tahun lalu itu tidak mudah.
- Lail dan Esok berpisah sementara karena Esok akan diadopsi oleh seorang Wali Kota
- Lail mengira Esok pergi dengan kapal raksasa tersebut bersama Claudia.
 Bahagia
- Esok dan Lail menikah di tengah teriknya matahari
5) Gaya Bahasa
 Majas Perumpamaan
- Rambut kribonya sangat lebat, mengembang seperti bola besar
 Majas Metafora
- Stadion ramai oleh lautan manusia saat mereka tiba
 Majas Personifikasi
- Empat puluh detik yang terasa lama sekali, atap lorong akhirnya berhenti mengejar penumpang
 Majas Hiperbola
- Air matamu bisa membuat banjir ballroom
 Majas Pleonasme
- Bangunan tangga darurat di belakangnya lenyap, ambruk ke bawah
6) Sudut Pandang
Alur novel ini yaitu alur maju mundur. Karena dimulai dengan keinginan Lail untuk menghapus
memorinya tentang seseorang. Kemudian kembali  kepada kisah Lail saat berusia 13 tahun.
7) Amanat
- Bukan melupakan yang jadi masalahnya. Tapi menerima. Barangsiapa yang bisa menerima, maka dia akan bisa
melupakan, hidup bahagia. Tapi jjika dia tidak bisa menerima, dia tidak akan pernah bisa melupakan.
- Lari dari kenyataan hanya akan menyulitkan diri sendiri
B. UNSUR EKSTRINSIK
1) Biografi Pengarang
Tere Liye lahir dan tumbuh dewasa di pedalaman Sumatera. Ia lahir pada tanggal 21 Mei 1979. Tere lie
menikah dengan Risiki Amelia dan dikaruniai seorang putra bernama Abdullah Pasai. Tere Liye menyelesaikan
pendidikan dasar sampai SMP di SDN 2 dan SMPN 2 Kikim Timur, Sumatera Selatan. Kemudian melanjutkan ke
SMAN 9 Bandar Lampung. Setelah selesai di Bnadar Lampung, ia meneruskan ke Universitas Indonesia dengan
mengambil jurusan di fakultas ekonomi.
2) Psikologi Pengarang
Meskipun Tere Liye bisa dianggap salah satu penulis yang telah mengeluarkan karya-karya best seller,
namun ketika mencari biografi dalam novel akan sulit ditemukan. Berbeda dari penulis-penulis yang lain, Tere
Liye memang tidak ingin kehidupan pribadinya dipublikasikan.
3) Keadaan Lingkungan Pengarang
Ia berasal dari daerah pedalaman Sumatera dan dibesarkan di keluarga sederhana. Orang tuanya adalah
petani biasa. Ia merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara. Kehidupan masa keil yang dilalui penuh dengan
kesederhanaan membuatnya menjadi pribadi yang tetap sederhana hingga kini.
4) Nilai-nilai yang Terdapat dalam Novel
- Nilai moral baik : pantang menyerah, menolong dengan ikhlas, kejujuran, sikap bertanggung jawab, bekerja
keras, berani menerima
- Nilai moral buruk : kebohongan, keemburuan
C. SINOPSIS
Cerita bermula ketika seorang gadis bernama Lail melakukan terapi untuk menghilangkan ingatan miliknya.
Elijah, sang terapis bertanya pada Lail tentang ingatan apa yang ingin dia hapus. Lail menjawab bahwa ia ingin
melupakan Hujan -  karena hujanlah yang akan memulai kisah panjang tentang Lail, apa yang dialaminya dan apa
yang ingin dilupakannya.
21 Mei 2042 bayi ke 10 miliar lahir ke dunia dan membawa sebuah pertanda kurang baik: jumlah manusia sudah
terlalu banyak dan pertambahan penduduk tidak bisa dibendung. Krisis air memperparah keadaan. Para peneliti
sedang susah payah mengatasi dan mencari solusi untuk masalah ledakan jumblah penduduk yang bisa berujung
pada peradaaban yang tidak stabil.
Hari itu adalah hari pertama masuk sekolah. Lail dan ibunya bergegas supaya tidak ketinggalan kereta. Tak di
sangka, alam punya caranya sendiri untuk mengatasi masalah ini. Kalau kita mengingat tentang letusan gunung
purba Toba, yang nyaris saja menghilangkan nyawa seluruh umat manusia di bumi, maka di tahun 2042 itu pula
terjadi letusan yang sama dahsyatnya. Umat manusia hampir punah seluruhnya hanya dalam hitungan menit. Lail
yang masih sangat belia harus kehilangan ibunya di depan matanya sendiri. Ayahnya? Jauh lebih menyedihkan
karena ayahnya bekerja di dekat pusat letusan sehingga bisa dipastikan bahwa Lail tidak akan bertemu lagi dengan
ayahnya. Letusan itu telah merenggut nyawa kedua orang tuanya. Setelah kejadian itu, hujan pertama pun turun di
novel ini. Hujan yang membawa Lail pada kesedihan.
Setelah kejadian gunung meletus, Lail pun bertemu dengan Esok, orang yang menyelamatkannya ketika ia
hampir jatuh dari tangga darurat saat menyelamatkan diri. Kala itu, Esok berusia 15 tahun, sedangkan Lail berusia 13
tahun. Esok sendiri nasibnya tak jauh beda dengan lail. Bencana alam itu menyebabkan ibunya mengalami luka yang
cukup parah, sehingga kakinya harus di amputasi. Ayah Esok sendiri memang sudah tiada sejak lama, tapi yang
menyedihkan adalah Esok harus kehilangan keempat kakaknya.
Esok berteman baik dengan Lail. Esok pun kemudian menjadi sosok yang sangat berharga untuk Lail. Mereka
berteman dan menjadi sangat dekat. Setelah kejadian bencana tersebut, Lail tinggal di tempat pengungsian yang
dibuat oleh pemerintah kota. Di tempat pengungsian ini, Lail selalu bersama dengan Esok.
Datanglah sebuah kabar yang akirnya memisahkan Esok dan Lail. Esok akan diadopsi oleh orang kaya sementara
Lail akan masuk ke panti sosial. Nasib memisahkan mereka berdua. Walaupun demikian, merekah masih   tetap
saling menghubungi, masih tetap saling bertukar kabar.
Di panti sosial, Lail menemukan sahabat baru bernama Maryam, seorang anak yang memiliki selera humor,
berjiwa sosial, dan memiliki cita-cita yang kuat. Di panti sosial mereka diasuh oleh seorang ibu yang tegas. Di panti
sosial inilah Lail dan Maryam tumbuh dewasa dan mengejar angan mereka yang sempat mereka tepis jauh karena
bencana dahsyat itu. Maryam pun menjadi tempat baru bagi Lail untuk berbagi harinya, untuk berbagi kisah
hidupnya.
Singkat cerita, Maryam tahu bahwa Lail punya perasaan untuk Esok. Maryam sering menggoda Lail tentang
kedekatannya bersama Esok. Belakangan, Lail juga terlihat cemburu ketika Maryam menyebut-nyebut
nama Claudia - adik angkat Esok. Dan juga, semakin hari, Esok semakin sulit dihubungi karena kesibukannya
berkuliah dan mempersiapkan kelulusan.
Suatu hari Esok memberitahu Lail bahwa dia sedang dalam proyek pembuatan kapal yang bertujuan untuk
membawa manusia keluar dari bumi karena semenjak letusan gunung supervolcano itu, keadaan bumi semakin
parah dan tidak layak lagi menjadi tempat hidup untuk manusia.
Esok juga membocorkan rahasia bahwa tidak semua orang boleh naik ke kapal itu. Esok memberitahu Lail bahwa
dirinya hanya punya satu tiket karena Esok sendiri adalah teknisi yang punya peranan penting dalam pembuatan
kapal itu. Sisa tiketnya dipilih secara acak oleh mesin. Hanya mereka yang punya gen terbaik yang boleh ikut.
Selebihnya mau tak mau harus tetap tinggal di bumi.
Suatu ketika, Lail bertemu dengan walikota. Walikota meminta Lail untuk memberikan tiket miliknya kepada
Claudia - adik angkat Esok. Lail pun kebingungan karena ia tidak tidak punya tiket tersebut. Ternyata, walikota
tahu bahwa Esok ternyata punya satu tiket lagi. Walikota juga sudah tahu bahwa Esok akan memberikan satu tiket
kepada orang yang dia cintai yaitu Lail. Itulah mengapa walikota meminta Lail untuk mengorbankan tiket  miliknya.
Namun, Lail tidak menjawab apa-apa karena dia tidak tahu-menahu tentang dua tiket milik Esok. Hanya Esok yang
tahu tentang hal itu. Lagipula, sejauh ini belum ada kabar apa-apa dari Esok karena dia tidak bisa dihubungi.
Sehari sebelum kapal berangkat walikota menemui Lail kembali untuk mengucapkan terima kasih kepada Lail.
Esok akhirnya mau memberikan tiketnya untuk Claudia. Lail terkejut akan hal itu namun ia hanya memendamnya.
Lail sendiri juga masih belum ada menerima kabar dari Esok. Apakah Esok memang lebih memilih Claudia? Akhirnya
Lail mengambil kesimpulannya sendiri bahwa sesungguhnya Esok memang lebih mencintai Claudia daripada dirinya.
Lail pun patah hati.
Inilah yang membuat Lail pergi ke pusat terapi saraf. Ia ingin menghilangkan ingatannya tentang hujan - tentang
Esok. Maryam yang tidak bisa menghetikan Lail akhirnya mencoba menghubungi Esok. Setelah berbiara di telepon
dengan Esok, Maryam mengetahui bahwa Esok tidak bisa dihubungi karena dia sedang sibuk membuat kloning
otaknya. Memang satu tiket itu diberikan untuk Claudia dan tiket satunya lagi ia berikat kepada ibunya. Esok tidak
ikut naik ke kapal itu. Ia memilih untuk tinggal bersama Lail, orang yang dia cintai. Begitu mendengar kabar tentang
Lail yang sedang terapi modifikasi ingatan, Esok langsung pergi mengejarnya ke pusat terapi saraf.
Akan tetapi terapi dan operasi menghilangkan memori sudah terlanjur dijalankan dan sudah selesai. Esok panic
dan terisak. Ia merasa berslah karena telah membuat kesalahpahaman ini. Esook memohon pada Lail agar tidak
melupakannya. Tiba-tiba Lail tersenyum dan ia bisa mengingat Esok. Rupanya, di detik terakhir sebelum mesin
modifikasi ingatan itu bekerja, Lail memutuskan untuk memeluk erat semua kenangannya itu, kenangan tentang
Esok.
Akhirnya, satu bulan kemudian, Esok dan Lail menikah, di tengah terik matahari. Esok berjanji pada Lail, mereka
akan melewati musim panas bersama-sama. Esok tidak akan meninggalkan Lail lagi.

Anda mungkin juga menyukai