0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
12 tayangan3 halaman
Siswa tertidur di perpustakaan sekolah selama 7 jam. Ia terbangun oleh suara buku jatuh. Buku itu ternyata buku harian tanpa nama yang berisi surat bunuh diri dari Hana untuk Dito karena cintanya ditolak. Mayat Hana ditemukan di perpustakaan dengan luka irisan nadi. Siswa menjadi tertekan setelah mengetahui ia adalah Dito yang disebut dalam surat bunuh diri Hana.
Siswa tertidur di perpustakaan sekolah selama 7 jam. Ia terbangun oleh suara buku jatuh. Buku itu ternyata buku harian tanpa nama yang berisi surat bunuh diri dari Hana untuk Dito karena cintanya ditolak. Mayat Hana ditemukan di perpustakaan dengan luka irisan nadi. Siswa menjadi tertekan setelah mengetahui ia adalah Dito yang disebut dalam surat bunuh diri Hana.
Siswa tertidur di perpustakaan sekolah selama 7 jam. Ia terbangun oleh suara buku jatuh. Buku itu ternyata buku harian tanpa nama yang berisi surat bunuh diri dari Hana untuk Dito karena cintanya ditolak. Mayat Hana ditemukan di perpustakaan dengan luka irisan nadi. Siswa menjadi tertekan setelah mengetahui ia adalah Dito yang disebut dalam surat bunuh diri Hana.
sebuah buku jatuh dari rak buku. Aku yang tertidur pulas merasa sangat terganggu. Kuusap-usap mataku, aku mulai berpikir, aku telah tertidur selama tujuh jam. Terakhir kulihat malam tadi jam masih diangka sepuluh. Aku mulai berjalan gentayangan menuju ke arah jatuhnya buku.
Buku harian seseorang di sekolah ini, tanpa nama. Aku
menuju katalog, kucari-cari tetapi tidak ada judul buku seperti itu. Bau anyir semakin menguat, angin berhembus perlahan, membuka buku yang kupegang, selambar kertas lusuh terjatuh dari halaman buku. Nampak bayangan putih seorang gadis berlumuran darah. Kukedipkan mataku, seketika bayangan itu hilang.
Dito, kenapa kamu gk pernah balas cintaku? Apa
kurangnya aku? Aku sangat terluka ketika kamu menolak cintaku. Hanya itu isinya, aku langsung teringat Hana, teman sekelasku. Pikiranku kacau. Aku lari keluar disaksikan pak satpam yang membuka ruangan. Tiba- tiba pak satpam teriak keras. Aku yang sedang panik kembali ke dalam perpustakaan. Pak satpam yang ketakutan langsung memegang erat tanganku dan membawaku ke kantor guru.
Kulihat para guru dan siswa mulai berdatangan, aku
duduk manis di kantor guru. Aku melihat ke arah jendala kaca, nampak bayangan gadis, Hana yang berjalan, ia melirikku. Anyir darah mulai berhembus lagi, aku hampir saja muntah. Polisi-polisi mulai masuk keperpustakaan , membawa bungkusan oranye berisi mayat, sepertinya.
Ruang CCTV yang dekat kantor guru mulai ramai,
termasuk polisi yang tadi membawa bungkusan mayat. Mereka ke arahku dan menanyai keadaanku tadi malam. Aku hanya menjawab bahwa tak ada yang janggal selama aku tidur di perpustakaan. Hana bunuh diri dengan mengiris pergelangan tangannya, di perpustakaan tadi malam, begitu yang kudengar. Meski aku di perpustakaan mereka tahu dari CCTV aku tak ada hubungannya dengan kematian Hana. Tidak! dalam surat itu akulah Dito, penyebab Hana bunuh diri. Masih kugenggam buku harian itu, kulihat bayangan Hana yang tersenyum, akupun semakin heran.