Anda di halaman 1dari 4

Judul: Akhir Mimpi

Nama: Gendis Putri


Kelas : XI MIA 3

Malam minggu yang kelabu. Mengapa? Karena aku masih sendir Karena belum
kutemukan pangeranku
Mila, teman sekelasku mengundangku di birthday party yang bertempat dipinggiran kota
kecil yang penuh dengan taburan cahaya malam. Yah pirla nama keren nya.
Di bagian akhir kartu undangannya, terpampang nyata.

Harus datang dengan pasangan!

Kupikir undangan ini salah alamat. Jelas dia tau aku telah menjomblo sejak kami saling
mengenal 3 tahun lamanya. Mila, dengan mudah mendapat cowok yang ia inginkan.
Hanya dengan PDKT kilat andalannya, cowok incarannya sudah bertekuk lutut
dihadapannya. Namun beberapa hari belakangan ini, ia selalu menceritakan tentang
pacarnya “Zian” kepadaku, aku rasa mereka ada masalah. Benar saja, beberapa hari
kemudian, kudengar mereka putus. Pertanyaannya, mengapa Mila menggelar birthday
party dan harus membawa pasangan, kalau ia sendiri single?

Malam Minggu yang lebih sepi dari biasanya. Kurebahkan kepalaku pada bantal
sambil membaca novel yang tadi pagi ku beli di pasar tadoha mapacing. Sampul usang
tidak terlalu tebal. Novel yang kurang terkenal, nama penulisnya saja asing bagiku.
Kubuka halaman tengahnya.

Suara jangkrik malam itu membuat sandra terlelap.

Nama kamu siapa?

“Ndis”.

“Kamu?”

“Ikut aku dulu, yuk…” dia membawaku pada sebuah bukit yang sangat indah. Begitu
membuatku terpukau pukau. Kini perhatianku tertuju pada sebuah pohon bunga sakura
yang ada di dekat jurang. Lalu tiba tiba bunga sakura itu berguguran diikuti terpaan
angin ke arahku. Saat konsentrasiku tertuju pada bunga itu, aku mendengar teriakan
seseorang dari arah jurang. Saat aku sampai di sana…

“Hey…, mengapa kamu bergelantungan di sana?” teriakku dari atas.

Ia menggeleng, “cepat ulurkan tanganmu, tolong aku!!! teriaknya. Segera kuulurkan


tanganku. Kini tangan kami saling bergenggaman. Namun aku merasa ia seperti
menarikku ke jurang. Anehnya aku tak mencoba menarik tanganku. Tubuhku jatuh ke
dalam jurang curam itu. Sendiri, orang yang coba kutolong tadi menghilang.

“Aduh…!! Kurasakan tubuhku menyentuh tanah yang lembab. Udaranya begitu


dingin. Saat kubuka mataku.

“Kamar?”

Aku terjatuh dari tempat tidur. “Ternyata hanya mimpi” huft.

Aku sedang memutar lagu noah-tak lagi sama, saat seseorang menghampiri ku di
taman kota, ia tak langsung duduk, namun mengamati keseluruhan tempat itu. Buat
apa? Seperti maling saja sekarang ia memperhatikan kolam air mancur itu. Mungkin ia
terpukau melihat anak-anak TK piawai bermain sepak bola, atau terkesima melihat
sepasang anak muda yang sedang asyik melakukan melakukan syffle dance? Entahlah.
Aku lebih tertarik mengetahui akhir dari novel yang kubaca ini.

Ia tak jadi duduk, malah pergi begitu saja. Lalu untuk apa barusan aku cepat cepat
membereskan novel yang berserakan di bangku panjang ini?.

Taman ini tak asing lagi bagi orang sekitar, lebih-lebih orang asing sepertiku. Aku
yang baru pindah ke kota ini 3 bulan lalu. Dari bangku pertama ada sepasang anak
muda yang sepertinya usai bertengkar. Di bangku kedua ada 3 orang dengan satu di
antara mereka adalah orang papua lainnya berasal dari penduduk pribumi. Lalu di
bangku ketiga duduk lima anak SD yang asyik dengan gadgetnya masing masing.
Bangku keempat tadinya diduduki seorang anak SMP yang sedang menunggu sesuatu.
Mungkin pacarnya, mungkin temannya, orang tuanya atau lainnya?. Entahlah.
Kufokuskan lagi halaman 105 dari novel yang kubaca.

Membaca dalam hati ternyata juga melelahkan. Kerongkongan kering kerontang. Aku
perlu sesuatu yang segar. Namun.Tak satupun pedagang asongan di area tamkot ini.
Karena menurut berita, polisi yang sering merazia mereka sering sekali menyamar di
taman ini. Jelas mereka takut. Kalau mereka nekat menjajakan dagangan di area taman
ini, selain dagangan mereka disita, mereka juga akan masuk bui. seperti itu yang aku
dengar dari warga sekitar saat subuh tadi aku membeli sayur di depan tamkot.
Berlebihan bukan?

Lewati kerumunan orang di tengah jalan tempat kecelakaan maut barusan. Jalan itu
dipenuhi garis polisi. Kudengar salah seorang korban tewas di tempat, dan korban
lainnya dilarikan ke rumah sakit terdekat karena mengalami luka serius. Kulihat
beberapa orang sibuk membersihkan pecahan kaca yang berserakan di area TKP.
Warga lainnya bergotong-royong menyingkirkan mobil dari area TKP.
“Dian,,,.!!!”. Kudengar seseorang berteriak memanggil sebuah nama saat ia mendekati
polisi dan disodori sebuah dompet, mungkin ia terkejut atau tidak mengira
sebelumnya. Mungkin korban kecelakaan itu saudaranya, temannya, kekasihnya atau
lainnya.

Kuguyur tubuhku dengan air dingin yang dinginnya begitu menusuk sampai ke
tulangku. Aku masih terpikir soal kecelakaan tadi. Nama Dian, rasanya tak asing
bagiku. Tapi siapa dia? mobil plat merah itu pula.

Aku keluar dari kamar mandi dengan badan menggigil. Kulihat pintu kamar ku baru
saja ditutup. Dan di meja sudah ada coklat panas yang menanti. Mungkin mama sudah
pulang dari tugasnya di luar kota. Kulihat dari jendela kamarku. Di bawah telah
terparkir rapi honda swift hitam milik papa.

Papa dan mama sedang asyik menonton acara televisi kesukaan mereka. Sesibuk
apapun, mereka selalu mengusahakan agar tidak ketinggalan 1 episode saja. Aku
mengendap-ngendap bermaksud untuk mengejutkan mereka.

“Ndis saraswati… putri papa yang paling usil.” Sapanya. Gagallah rencanaku.

“Iya, papa. Oleh-olehnya?”

Papa mengeluarkan sebuah buku yang sampulnya sangat familiar bagiku. Setelah aku
perhatikan, aku berteriak kegirangan.

“Papa sengaja mampir ke toko buku langganan. Dan papa yakin, buku kamu sudah
terbit. Benar saja malahan terpampang jelas di rak terdepan, bersanding dengan,”
jelasnya bangga.

“Buku-buku kakak, kan, Pa?” ia mengangguk.

“Jadi best seller juga, sayang”. Tambah mama.

Ku jejak kakakku menjadi penulis saat novel pertama kakakku terbit. Ia tak tanggung-
tanggung mengajariku menulis. Saat ia kuliah jauh dari keluarga, aku
mengaplikasikan segala ilmu yang ia berikan di atas kertas kosong. Itu tak sia sia. Aku
berhasil menarik perhatian penerbit besar dan berkelas untuk menerbitkan bukuku.

Kukirim pesan singkat untuknya saat kepala sekolah mengumumkan hari libur untuk
esok. Kakak jemput aku di tempat biasa, ya. Penting. Love and miss.

Ndis Saraswati (23), seorang penulis muda berbakat, menutup karirnya dengan
meninggal dalam kecelakaan maut kemarin Kamis (31/01/2010) di Jl. Sulawesi.
Kecelakaan tak terelakkan saat avanza hitam dengan nomor polisi DK2023TS melaju
kencang dari arah selatan, kehilangan kendali lalu menabrak sebuah truk yang sedang
parkir di tepi jalan. Mobil avanza tersebut sempat terguling dua kali sebelum
mengalami ledakan kecil di tengah jalan. Siska (18), korban lain yang berada di dalam
mobil Ndis, dilarikan ke rumah sakit terdekat karena mengalami luka serius, dan
dikabarkan mengalami koma.

Anda mungkin juga menyukai