Anda di halaman 1dari 19

JALAN MENULIS

PENTIGRAF

TENGSOE TJAHJONO – KAMPUNG PENTIGRAF INDONESIA


PENGANTAR
"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak
menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari
sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian."
- Pramoedya Ananta Toer-

"Semua orang akan mati kecuali karyanya, maka tulislah


sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat kelak."
- Ali bin Abi Thalib-

"Penulis hidup dua kali.“


Natalie Goldberg
PENGANTAR
"Jika ada buku yang ingin kamu baca, tapi belum ditulis,
maka kamu harus menulisnya.“
Toni Morrison

"Jika kamu ingin mengenal dunia, membacalah. Jika kamu


ingin dikenal dunia, menulislah."
-Armin Martajasa-

“Hal paling menakutkan adalah hanya pada saat kamu belum


memulainya.”
– Stephen King -
PENGANTAR
"Mulailah menulis, jangan pedulikan apa pun. Air
tidak akan mengalir hingga keran dihidupkan."
- Louis L'Amour-

"Seorang penulis yang baik tidak hanya memiliki


semangatnya sendiri tetapi juga semangat teman-
temannya.“
Friedrich Nietzsche
PROSES MENULIS
PROSES MENULIS
MENULIS PENTIGRAF
FORMULA PENTIGRAF
PENTIGRAF SEBAGAI
TEKS NARASI

tokoh

tema

alur latar
ADA SUARA BARANG PECAH
DEDEH SUPANTINI

Ada suara barang pecah di dapur. Jantung Borma berdetak kencang. Secepat
kilat ia berlari ke dapur. Pembantu barunya berdiri dengan wajah ketakutan di
depan rak piring, dan terbata-bata mohon maaf atas kecerobohannya menjatuhkan
piring. Borma menganggukkan kepala dengan ringan, mengisyaratkan bahwa ia
tidak memerlukan permintaan maaf itu. Yang dibutuhkannya saat itu adalah
gawainya. Ia harus menanyakan keadaan seluruh anak cucunya di grup whatsapp
keluarga. Sekadar memastikan bahwa mereka semua dalam keadaan baik, dan
barang pecah itu bukan merupakan pertanda buruk.
“Kakek lebay!” Komentar anak bungsunya untuk kesekian kalinya. Salah
seorang menantunya menganggap Borma terlalu percaya tahayul, sedangkan
cucunya berpendapat sang kakek terlalu perasa. Namun demikianlah yang terjadi
berulang kali: setiap kali ada barang pecah, Borma selalu menanyakan kabar
keluarganya melalui medsos, atau bahkan menelpon langsung.
Prang! Pagi itu ada suara barang pecah di ruang keluarga. Jantung Borma
berdetak kencang. Sambil komat kamit menggumamkan doa, Borma meraih
gawainya dan siap menulis. Sesungguhnya ia merasa lelah dengan perasaan
seperti ini. Mungkinkah ini sebuah hukuman, setelah di masa mudanya ia sering
melayangkan benda apapun ketika marah, hingga suatu saat gelas yang
dilemparkannya pecah dan melukai mata kiri istrinya.
KONFLIK SENJA DI PANTAI KUTA
Tengsoe Tjahjono
Konflik
Manusia
dengan dirinya Sore itu aku sengaja menghabiskan
waktu di Kuta. Langit berwarna jingga.
Matahari hendak kembali ke pangkuan
Manusia bumi. Hatiku seperti terbawa masuk ke balik
cakrawala saat kuingat Ni Komang.
dengan orang Perempuan itu dulu merebahkan kepala ke
lain dadaku saat senja seperti ini.
“Berani berselancar?” dia menantangku.
Manusia Aku pun mengangguk, dan kami pun
dengan alam/ bermain ombak berdua. Tetapi senja ini,
budaya papan-papan selancar telah disimpan.
Tegak berderet di tepi pantai. Cintaku juga
Manusia tersimpan, menunggu kabar Ni Komang
dengan Tuhan kembali.
Menikmati senja di pantai Kuta tanpanya
terkesan hambar. Pantai dan payung-
payungnya yang berjajar jadi sunyi. “Beli
menungguku?” suara lembut menyapaku
dari belakang. Ni Komangkah? Saat
kutoleh, tak ada siapa-siapa di sana.
BUKAN SEKADAR
PINDAHKAN FAKTA

SUSU TERAKHIR
Hujan turun sangat deras. Namun, ia tidak peduli.
LIMA EKOR KUCING
Diterobosnya hujan itu. Keempat anaknya sedang
Ada 5 ekor kucing di menunggu.
halaman rumah. Yang Di sebuah gudang tua, dijumpainya keempat
seekor induknya, yang anaknya meringkuk di sudut. Tampak menggigil
lain anak-anaknya. kedinginan. Dipeluknya mereka satu persatu dengan
Anak-anaknya tampak sepenuh cinta sang bunda. Disusuinya pula.
bermain-main dengan Saat seekor tikus melintas, tiba-tiba ia
bola. Ada pula yang mengejarnya. Dengan cekatan si tikus melompat
berlarian. membelah hujan yang tak kunjung reda. Ia pun
memburunya. Sebuah sepeda motor yang melaju
Kucing itu terlihat kencang tak bisa menghentikan kecepatannya.
bahagia. Saling Tanpa mengeong tubuhnya terlindas setelah baru
mengeong dengan saja memberikan pelukan dan susu terakhir bagi
gembira. keempat anaknya.
NAMA DI SAMPUL BUKU
Saat pulang sekolah aku menemukan Saat pulang sekolah aku menemukan
sebuah buku di dekat pagar bunga sepatu. sebuah buku di dekat pagar bunga sepatu.
Buku matematika. Ada nama seorang Buku matematika. Ada nama seorang
perempuan di sampul itu: Rebeka Kelas 10 A. perempuan di sampul itu: Rebeka Kelas 10 A.
Besok waktu jam istirahat akan kucari anak Besok waktu jam istirahat akan kucari anak
itu, bisikku dalam hati. itu, bisikku dalam hati.
Waktu jam istirahat aku segera Waktu jam istirahat aku segera
bergegas ke ruang kelas 10 A. “Siapa yang bergegas ke ruang kelas 10 A. “Siapa yang
bernama Rebeka?” tanyaku. “Kamu bernama Rebeka?” tanyaku. Seorang siswi
menanyakan Rebeka?” seorang siswi berambut keriting malah bertanya padaku
berambut keriting malah bertanya padaku. mengapa aku mencari Rebeka. Sedangkan,
“Iya. Kenapa emangnya?” jawabku. Beberapa beberapa siswa di kelas itu tampak
siswa di kelas itu tampak terdiam. terdiam.
“Aku menemukan buku matematikanya. “Aku menemukan buku matematikanya.
Aku mau memberikannya,” aku berusaha Aku mau memberikannya,” aku berusaha
menjelaskan. Siswi berambut keriting itu menjelaskan. Siswi berambut keriting itu
mendekatiku. “Kamu belum tahu berita ya. mendekatiku. Sambil setengah berbisik ia
Rebeka sudah wafat 3 bulan lalu karena menjelaskan bahwa Rebeka sudah wafat 3
kecelakaan,” katanya setengah berbisik. Kini bulan lalu karena kecelakaan. Kini aku
aku yang terdiam. Buku matematika di yang terdiam. Buku matematika di tanganku
tanganku terasa bergetar. terasa bergetar.
BERLATIH Sudah hampir 2
jam yang ditunggu
“Di mana kamu tak kunjung datang.
simpan benda itu?” Surti mulai gelisah.
tanya Burhan Sementara hari
kepada bocah kecil semakin gelap.
yang tampak Sendirian dia di
ketakutan itu. terminal yang makin
Kakinya gemetar. sepi.
….. ….
…… …..
1. Pilih satu pentigraf yang belum selesai, baru ada satu paragraf.
2. Lanjutkan dengan menambah paragraf 2 dan 3
3. Berilah judul yang menarik.
BERLATIH

Tulislah sebuah
pentigraf
berdasarkan
gambar. Pilih salah
satu saja.

Anda mungkin juga menyukai