Anda di halaman 1dari 5

PELABUHAN

( sebuah romansa dari Danau Toba)

Berdiam dan menikmati pantai pelabuhan yang udaranya sungguh menusuk dan
melegakan pikiran. Kapal – kapal yang hendak berlabuh ke tepi pelabuhan. Sungguh indahnya
alam ini yang bisa membuatku merasakan kelegahan, sedangkan kendaraan-kendaraan dengan
tak sabar menunggu kedatangan sang kapal yang akan membawanya hendak berlayar. Anak-
anak yang berenang di tepian danau berlomba-lomba menangkap koin gratis dari penumpang
kapal. Semua ini sungguh mengingatkanku pada suatu hal yang belum dapat aku lupakan sampai
detik ini. ialah seseorang yang pernah masuk dalam kehidupan ku, ialah seseorang yang sampai
detik ini sangat sulit untuk kulupakan.

Di tempat ini aku pernah dipertemukan dengan seorang pria. Saat itu aku sedang
memejamkan mata menikmati segarnya udara di tepi danau. Aku dikejutkan dengan bunyi
potretan kamera yang dipegang oleh seorang pria, aku kebingungan melihatnya, lalu pria itu
menyapaku dengan senyuman yang bersinar. Kuncinya terjatuh saat ia melangkah masuk
kedalam kapal.

“hei, kuncimu jatuh”, ia berhenti lalu memandangku, lalu kuberikan kunci itu padanya, tatapan
matanya sungguh bersinar yang membuatku tak mampu bertahan menatap matanya, ketika
kupalingkan wajahku dari hadapannya ia pun tersenyum, lalu aku pergi menuju kapal yang akan
ku tumpangi. Aku duduk di kursi kapal tepatnya paling atas. Sambil menikmati keindahan danau.
Ia datang menghampiri kursi kosong disebelahku, lalu ia menunjukkan potretannya padaku.

“ lain kali kalau menikmati udara segar itu, gak usah lebay, lihat tuh wajahmu”.

“hah kenapa jelek yah?” dengan spontan aku menarik kamera itu dari tangannya

“ ih gak ada apa-apa, biasa aja muka nya,emang ini jelek yah?” aku berusaha mencari kesalahan
pada potretan itu. ia tersenyum dan tatapan matanya tertuju pada ku

“ Cantik” kata itu keluar dari bibirnya dan seketika aku tersipu malu dan tak berani membalas
tatapan matanya yang sungguh mempesona itu. baru kali ini ada lelaki mengatakan itu dengan
mata yang bersinar. Kami pun berkenalan dan bercanda gurau, ternyata ia bernama Jack.
Sayangnya waktu itu dibatasi dengan kapal yang berhenti dipelabuhan. Sejak saat itu kami pun
sering bertemu dan memulai hubungan yang serius.

Suatu hari kami pergi ke pantai kami duduk di area pantai di bawah pohon rindang.
seketika kulihat raut wajah Jack yang terlihat kosong menatap birunya langit. Mata nya mulai
berkaca-kaca, air matanya pun terurai begitu saja membasahi kedua pipinya. Keadaan dimana air
mata mulut tak mampu berucap. Keadaan dimana air mata yang akan menjelaskan semuanya
hatinya tergores. Berusaha tetap kuat layaknya baja. Namun, hati tak bisa dibohongi. Sekuat
apapun menahannya, hati yang tetap menjadi sasaran. Ku genggam tangannya sedekap mungkin
untuk menghilangkan rasa kekhawatirannya.

“ Kamu kenapa? ” Tanya ku. Jack langsung mendekapku dalam pelukannya, tingkahnya yang
begitu aneh seperti takut kehilangan. Derai air matanya yang tak dihentikan. Sebuah bisikan
lembut terdengar mengucapkan beberapa kata hingga membentuk sebuah kalimat.

“ jangan pergi, tetap lah bersamaku”. Berulang kali kalimat itu diucapkan oleh Jack.

Aku berusaha merenggang dari dekapannya.

“aku akan tetap disini bersamamu, aku tak akan pergi. Jack setiap detak jantung kamu adalah
detik yang berharga dalam hidupku". Aku mengelus pipinya berusaha mencari apa yang sedang
ia khawatirkan.

Namun, malam itu Jack tak kunjung ada kabar, aku selalu menghubunginya tetapi tak ada
jawaban sekalipun. Seminggu sudah ia tak ada kabar, karena ke khawatiranku aku pun pergi ke
rumahnya. Saat di depan rumahnya aku menghubungi nya hanya jawaban di luar jangkauan. Aku
membuka pintunya, ruang tamunya yang begitu kosong

“ jack…. Jack…. Sayang aku datang, Jack ini aku Raina, dimana sih?” lalu aku pergi ke
kamarnya, teryata ia masih tidur, lalu aku pergi ke ruang tamu menyiapkan makanan. Jack
terbangun dan terkejut saat melihat ku ada di ruang tamu, lalu ia mendekat

“ kamu ngapain datang ke sini? Udah mendingan kamu pulang”. Aku bingung dengan perkataan
Jack dan tatapan matanya yang seperti tak menginginkan ku ada disini.

“ Aku mau Tanya, apa alasannya kamu bertanya seperti itu? aku bingung lihat kamu”
“ udah-udah kamu duduk dulu di ruang tamu, aku mau mandi.” Ia pun melepas genggamannya
dari bahuku. Sejenak aku hanya menghela napas dan pergi ke ruang tamu.

Sungguh berantakan meja itu dengan makanan dan minuman soda, lalu kubersikan dan
tak sengaja tanganku menghempaskan sebuah kertas hingga terjatuh ke lantai, ku ambil dan
kubuka isi dalam amplop itu dengan rasa penasaran. Seketika membaca surat itu remuk hati yang
kurasakan bercampur air mata dan mendekap selembar kertas itu. Ternyata surat itu menyatakan
bahwa Jack divonis mengidap kanker hati. Pilu yang ku rasakan seperti bercampur darah yang
keluar dari alur yang salah. Jack melihat ku dan mendekati ku, aku menatap wajahnya,

“ jadi ini yang kamu sembunyikan dari aku dan menghilang sejenak? Hah” tanyaku padanya

“ kamu bicarain apa sih, aku gak ngerti?”, wajah Jack yang begitu penasaran dengan pertanyaan
ku. Tak mampu ku tanyakan soal surat itu padanya. Jack menarik tangan hingga ke pintu

“ kalau kamu gak mau bicara, kalau kamu tetap gak mau cerita , mendingan kamu pulang” kata
Jack

“ kenapa kamu gak bilang kalau kamu sakit?” aku menjawab pertanyaan itu dengan nada tinggi
dan kekesalan. Mendengar perkataan ku, Jack hanya bisa terdiam tak mampu berkata.

“ Jack jawab aku……jawab aku, aku gak mau kehilangan kamu….” Kata itu keluar dengan rasa
kekesalan, aku memeluknya tanpa mengucapkan apapun.

“Aku akan pergi ke kota, aku akan baik-baik saja, aku akan kembali setelah sembuh” jack
menggenggam tangan ku dengan erat.

“ Aku ikut” sahut ku dengan mata yang berbinar.

“ kenapa? Aku bisa jaga kamu di sana”. Lanjutku membujuknya

“ Raina, aku akan baik-baik saja, aku akan kembali”. Jack berusaha menenangkan hatiku, aku
hanya dapat pasrah mendengar ucapan jack. Tak ada lagi yang bisa ku lakukan selain membawa
namanya dalam doaku. Keesokan harinya aku mengantarnya ke pelabuhan “kamu baik-baik
disana yah disini” dengan senyuman terakhirnya, Jack kembali mendekapku dalam pelukannnya
yang hangat. Tak sempat ku ucapkan satu katapun setelah ia pergi. Kapal itu pun mulai berlayar
dan meninggalkan tepian.

“ aku akan menunggumu” kata-kata itu selalu berulang-ulang terucap dalam hatiku sambil
berlinang air mata. Saat aku pulang ke rumah, kulihat orang-orang sekitar berbondong-bondong
sedang membicarakan sesuatu, “lihat saja di berita kapal itu tenggelam di danau, baru saja
terjadi” kalimat itu terdengar dari seorang warga di kampung itu. dengan rasa penasaran, aku
bertanya kepada salah seorang warga,

“buk, ibu kenapa berkumpul-kumpul apa yang sedang terjadi?”

“ itu nak, kapal yang berangkat tadi pagi tenggelam di tepi danau”. Jawabnya dengan penuh
kegelisahan.

“ nama kapalnya apa buk?” Tanya ku dengan nada cepat

“kapal jaya surya nak”. Mendengar jawaban itu kerapuhan menguasai diriku. Kapal itu adalah
kapal yang ditumpangi Jack tadi pagi. Derai air mata tak bisa ku hentikan. Aku tak dapat
mengucap sepatah kata pun. Saat itu hujan turun sangat deras kaki ku melemah saat berada di
tempat itu, semua orang yang berduka datang ke tempat membawa tangis bagai hujan yang
mengguyur deras ketidak terimaan. Saat itu juga aku melihat tubuh jack yang kaku dan
membeku, aku lari dan menghampiri tubuh yang kaku itu, wajah seorang yang ku temukan
pertama kali di hidupku membawa isak tangis yang Ingin ku hempaskan.

“jack…. Jack…. Bangun, jack aku sayang sama kamu….. jangan tinggalin aku jack” bahkan
teriakan ku sama sekali tak disambut oleh Jack

“Maaf buk, dia sudah meninggal”. Aku langsung terdiam kebingungan dengan apa yang terjadi.
Rapuh jantung yang kurasakan, aku menangis meraung-raung meratapi jenazah Jack. Jack yang
pergi tanpa mengatakan bahwa ia akan pergi selamanya dari hidupku. Ia seperti kapal yang
berlabuh di pelabuhan yang ingin ia singgahi sementara saja, lalu ia pergi berlayar selamanya
dan tak niat berhenti di pelabuhan itu lagi. Untuk mengingat kenangan itu, aku selalu pergi ke
makam Jack dan selalu membawa bunga yang selalu ia berikan pada ku. Pelabuhan itu memberi
kisah padaku antara dipertemukan dan dipisahkan. Wajah Jack tak akan pernah tergantikan
dihidupku. Andai aku bisa meminta kepada Tuhan, aku akan meminta Tuhan supaya mengambil
nyawaku untuk bertemu kembali dengan Jack.

BIODATA PENULIS

Nama lengkap : Rodearny Purba

Email : rodearnypurba09@gmail.com

Nomor HP : 081375437466

Nomor WhatsApp : 085297733743

Alamat Instagram : Rodearnyp

Anda mungkin juga menyukai