Anda di halaman 1dari 4

The Book of Fate

Sejak kecil, kehidupanku tidak pernah bahagia. Pengecut, bermuka jelek, tak
memiliki bakat yang spesial, ditindas dan diejek oleh teman sekelasku, selalu
dibandingkan oleh orang lain. Semua yang kulakukan rasanya hanya sia sia dan
buang buang waktu saja. Sekeras apapun aku berusaha. Satu pertanyaan dari
dalam diriku muncul,
“Apa Artinya Bahagia?”
Aku terbangun dari tidurku, akupun melihat sekitar dan tersadar itu hanyalah mimpi
“……..Ternyata hanya mimpi ya”
“Kenapa aku selalu bermimpi buruk”
*Jeedarrr. Tiba tiba pintu kamarku terbuka
“Kak Reiji kau akan telat jika kau tidur terus!. Dan kau terus saja mengomel saat kau
tidur huhh.”
Dia adalah adik perempuanku, Hoshino. Dia memiliki rambut hitam yang Panjang
dan berkilau, tubuh yang langsing namun atletis. Ia cantik, pintar dalam segala
bidang, berwibawa, ramah, baik hati dan disukai oleh semua orang. Berbeda dari ku
yang penuh dengan kekurangan, adikku adalah sebuah perwujudan dari kata
“Kesempurnaan”. Satu-satunya kekurangannya adalah memiliki seorang kakak yang
tak bisa diandalkan sepertiku.
“Maaf Hoshino, tadi malam aku begadang hingga larut malam untuk belajar karena
hari ini akan diadakan ujian” (Reiji)
“Ya memang sih belajar untuk ujian itu penting tapi tolong jangan memaksakan
dirimu kak, kalau kamu jatuh sakit aku bisa khawatir padamu” (Hoshino)
“Baik baik tolong jangan mengomel lagi, aku akan segera pergi mandi lalu aku akan
sarapan” (Reiji)
“Nah gitu dong, cepat pergi mandi kalau tidak kau akan terlambat ke sekolah”
(Hoshino)
“Ya ya” (Reiji)
Akupun pergi mandi dan mengganti bajuku dari baju tidur ke seragam sekolah lalu
aku pergi ke ruang makan untuk menyantap sarapan ku
“Aku berangkat dulu” (Reiji)
“Baaikkkk, hati hati di jalan kak” (Hoshino)
“Ya” (Reiji)
Aku selalu berangkat lebih pagi dari Hoshino agar Image Hoshino sebagai siswa
teladan tak rusak. Jika orang orang tau Hoshino punya kakak yang tak bisa
diandalkan dan tidak berguna sepertiku reputasinya akan rusak, aku berangkat
sangat pagi juga karena aku suka saat ruang kelas kosong. Aku suka atmosfir nya.
Disaat melewati sebuah gang aku mendengar sebuah barang terjatuh
*Bukk
“Suara apa itu?” (Reiji)
Akupun mencari sumber dari suara itu dan mataku tertuju pada sebuah buku hitam
yang memiliki simbol kunci yang dikelilingi oleh semak belukar dan bertuliskan
“Fate Changer”
“Buku apa ini?, terlebih lagi milik siapa?” (Reiji)
Selagi aku merenung, tiba tiba seekor kucing lewat dihadapanku. Ketika ia melihat
kearah buku yang ku pegang, ia meloncat dan mencakar tanganku.
“Ow,apa apaan itu” (Reiji)
“Sebaiknya aku bergegas berangkat ke sekolah” (Reiji)
Akupun memasukkan buku yang kupungut kedalam tasku lalu bergegas pergi
kesekolah
*Diiing diiing diing.
Bunyi bel masuk telah terdengar dan seorang guru memasuki ruang kelasku
“Baiklah anak anak, seperti yang saya bilang kemarin hari ini akan diadakan ujian.
Waktu mengerjakan 90 menit. Kerjakan ujian yang bapak berikan kepada kalian
secara jujur, setelah semua selesai kita cocok kan. Kalian mengerti?” (Guru)
“Mengerti pak” (Satu kelas)
*Diiing diiiing diiing.
Bel istirahat berbunyi, para murid bergegas pergi dari ruangan kelas.
Sementara murid murid lainnya pergi dari kelas, aku termenung di kursi ku sambil
menatapi kertas hasil ujian ku yang bertuliskan 65
“Hahhh, padahal sudah belajar hingga aku hampir tak mendapat waktu untuk tidur
namun hasilnya tetap saja buruk” (Reiji)
“Aku penasaran bagaimana tampang ku jika adalah orang yang populer dan pintar.
Apakah tampang ku akan lebih ceria? atau tampangku lebih ‘hidup’ ?. Apakah
tampangku akan lebih tampan?. Yah tak ada gunanya meratapi nasib.” (Reiji)
“Namun, aku penasaran apa yang terjadi pada kehidupanku jika aku lebih berbakat”
(Reiji)
Saat melamun aku mengingat kalau aku membawa sebuah buku yang misterius,aku
lantas mengeluarkan buku tersebut lalu membuka halaman pertama buku tersebut.
Di dalam buku tersebut terdapat tulisan
“Buku ini akan mengabulkan seluruh permintaan mu. Kau hanya perlu menuliskan keinginan
mu Ke dalam buku ini”
“Berhati hati lah tentang apa yang kau minta”

“Apa maksudnya dengan berhati hatilah tentang apa yang kau minta?” (Reiji)
Karena penasaran, aku pun menuliskan permintaanku “Aku ingin jadi pintar”
Tiba tiba tulisan tersebut menghilang. Pada awalnya aku merasa tak ada perbedaan,
aku iseng membuka buku pelajaran matematika dan mulai membaca materinya
“Huh kok aku lebih mudah memahami materinya” (Reiji)
Hal yang sama terjadi pada buku pelajaran kimia,bahasa inggris,bahasa perancis,
fisika. Aku memahami materi yang ada dengan mudah dan hanya perlu sekali baca.
“Astaga apa aku benar benar jadi pintar hanya karena menulis permintaanku di
dalam buku ini?” (Reiji)
Karena penasaran aku terus terusan menuliskan keinginan ku
“Aku ingin tampan”, “Aku ingin populer”, “Aku ingin kaya”, “Aku ingin HP model
terbaru”, “Aku ingin tubuh yang atletis”. Dan semua itu terwujud, tiba tiba aku jadi
tampan, semua orang suka berbicara padaku, gadis gadis suka mendekati aku.
Untuk sehari aku seperti hidup di dalam dunia mimpi.
*Diiing diiing diiing
Bel pulang telah berbunyi, setelah menyapa “teman teman” ku aku bergegas pulang
kerumah. Di tengah perjalanan aku mendengar suara hantaman yang keras diikuti
dengan teriakan seorang perempuan. Akupun bergegas menghampiri arah suara
tersebut. Saat berbelok disebuah gang aku melihat Hoshino tergeletak bersimbah
darah di hadapanku.
“Ho-Hoshino, apa yang terjadi siapa yang melakukan ini padamu!” (Reiji)
“Kak Reiji,Ma-Maafkan aku kak” (Hoshino)
Hoshino menghembuskan nafas terakhirnya. Akupun tak sanggup menahan air mata
ku. Tubuh Hoshino menjadi dingin, tubuhku gemetaran, pikiranku kacau, aku ingin
berteriak namun satu satunya yang dapat keluar hanya air mata ku. Kemudian aku
mengingat tentang buku misterius itu
“Apakah penyebab kematian Hoshino dikarenakan terkabulnya harapanku? Kalau
begitu aku akan berharap semua Kembali normal” (Reiji)
Akupun menuliskan “Aku harap semua kembali normal” pada buku tersebut. Tulisan
tersebut menghilang setelah itu aku kehilangan kesadaranku.
Aku terbangun di kamarku
“Ap-apa yang terjadi?” (Reiji)
Karena mendengar suara seseorang memasak di dapur akupun pergi menuju ke
dapur. Sesampainya di dapur aku melihat ibuku dan adikku sedang memasak.
Ayahku sedang membaca koran di temani dengan secangkir kopi.
“Oh selamat pagi nak, tumben sekali kau bangun pagi” (Ayah)
“Eh kenapa kakak bangun pagi sekali?” (Hoshino)
Melihat Hoshino Kembali normal aku memeluknya sambil menangis bahagia
“Ap- Eh apa yang kakak lakukan, kenapa kakak menangis” (Hoshino)
“Tak apa apa, aku hanya bersyukur punya adik sepertimu” (Reiji)
“Humm serah kakak aja dah” (Hoshino)
Buku misterius itu telah hilang bersamaan dengan terkabulnya permintaanku, aku
tak tau kemana benda itu pergi. Yang kutahu, aku tidak memerlukan benda
semacam itu. Asalkan Hoshino bisa tersenyum dengan ceria setiap harinya, itu
sudah cukup bagiku.

Anda mungkin juga menyukai