Anda di halaman 1dari 80

MY HERO IS MY SELF

Author: Aksara Hikari

“berlari, berlari, dan terus berlari, mungkinkan aku akan tetap disini” berharap
hatsune miku menyanyikan lirik yang baru saja ia buat, sembari mendengarkan lagu
BadEndNight ia merangkai kata.
` Akhir dari cerita yang bagus, dia tidak tahu lagi harus bagaimana. Seorang
penulis yang karirnya hampir-hampir meredup, apa yang dapat dilakukannya? Itu
yang selalu masyarakat pikirkan tentangnya.
Malang sekali nasibnya, pengangguran sudah menjadi gelarnya sekarang.
Puluhan novel bestseller yang ia ciptakan hanya menjadi tumpukan rongsok di sudut
meja. Andai, andai saja dia dapat memasuki dunia imajinasinya kembali, mungkin
saat ini dia tidak lagi termenung mendengarkan alunan musik sambil menertawakan
nasib buruk yang menimpanya.
Semua ini berawal dari kematian orang tersayangnya, shizuo kenji. Shizuo
kenji, adik satu-satunya yang paling ia sayangi. Yah, saat itu…,
--
“korden terbuka dan cahaya mentari masuk, kakak saatnya bangun!!!” teriaka
keras dari bocah mungil di sampingnya seketika membangunkannya dari mimpi
indah dunia dreamland. Selimut hangat terpaksa ia singkirkan.
“shi, jangan membangunkanku dengan kata-kata aneh. Dasar penulis cilik
nakal!” bentak sang kakak.
Dia mungkin tak tahu, adik nakalnya ini begitu menyukai wajah polos sang
kakak ketika ia baru terbangun. wajah polos seolah tak ada satupun masalah yang
membebani pundaknya. Shizuo terkekeh kecil di depan sang kakak.
“kakak apa ayah dan ibu akan pulang hari ini? aku ingin menunjukan line
terbaruku…” dia menundukkan tatapannya, berharap kali ini sang kakak
menjawabnya dengan berbeda.
Akan tetapi, belum sempat sang kakak menjawab. Ketukan pintu depan
menarik minat sang kakak untuk membuka pintu. Meski shizuo tersenyum pahit, sang
kakak hanya dapat berjalan keluar kamar sembari tertawa licik. Rumah yang
sederhana namun mewah ini cukup merepotkan. Minimalis dengan gaya modern
simple. Shizuo tidur bersama kakaknya sehingga hanya terdapat 1 kamar yang dihuni
mereka sendiri. kamar orang tua mereka, telah dijadikan kantor penulis oleh sang
kakak. sejak surat pemberitahuan kematian yang ia terima 7 tahun lalu, dia tidak
dapat lagi mempertahankan kamar tersebut.
Kamarnya berada di lantai kedua sehingga membutuhkan tangga dari besi
yang turun melingkar. Di ruang bawah kau akan menemu rak-rak yang berisi
berbagai barang penuh nilai artistik yang di dominasi oleh buku-buku. Rak berwarna
warni yang berada di segala tempat, dapur, ruang tamu, bahkan kamar mandi. Warna
setiap dindingnya pun bercorak abstrak simple, berwarna-warni, dan berbeda setiap
dindingnya. Seakan-akan berada dalam zona waktu yang ceria. Tentang rumah ini,
indah, menarik, dan penuh warna.
Sesampainya sang kakak pada pintu kayu berganggang bulat, sejenak dia
mengintip seseorang di balik pintu dari kaca bulat kecil di pintu bagian atas. dia
tersenyum, tersenyum riang mengetahui siapa yang datang berkunjung.
Pintu pun dibuka dan seorang gadis berseragam sma masuk secara hormat.
Sepasang mata biru miliknya menyapu seluruh pemandangan ruang tamu keluarga
kenji. Darah bangsawan eropa masih melekat padanya.
“kakak, boleh aku sarapan di sini?” ucapnya lembut
“tentu, hiki!” sahut sang kakak.

Dari atas, shizou menuruni tangga cepat sekali. suara tawa hiki yang sangat ia
rindukan akhirnya datang. setibanya dia di ruang makan, senyuman dari hiki
menyambutnya hangat.
“kakak hiki?!”
“oh shinzou, cepatlah duduk atau kau tidak akan mendapat sarapan!” ancam
hiki, lengan seragam ia singsikan sembari menyiapkan makan pagi untuk sang kakak
dan shinzou juga dirinya.
Sejujurnya, sang kakak yang lebih tua 2 tahun dari hiki sedikit sungkan pada
hiki. Sejak mereka berdua bertemu di panti, hiki selalu saja berkunjung sekedar
membantunya dalam urursan bersih-bersih rumah. “hiki, aku kan tuan rumah, kau
tidak perlu menyiapkan sarapan. Aku bisa sendiri kok.” Kata kakak malu-malu.
Sayang shinzou tidak mendukungnya, senyumannya selalu pahit setiap kali
kakak mengucapkan ketidak enakannya. Sedang hiki, cukup tersenyum manis
menolehnya, “sudahlah kakak! aku hanya membantu. Bagaimana dengan line
terbarumu shizou? Boleh hiki tau?” tanyanya sambil meletakkan beberapa piring ke
meja makan.
“boleh! Line terbaruku berisi cerita tentang seseorang yang dapat memasuki
sebuah buku cerita! Bagaimana? Temanya menarikkan?” riang shizou
Sang kakak tersenyum tipis bertopang dagu di meja, “mungkin
menyenangkan jika bisa seperti itu…” gumamnya,
“bagaimana dengan novelmu kak?” sahut hiki
“aah.., cerita biasa tentang seorang yang terpaksa tinggal dengan seseorang
yang paling dia benci. Akhirnya bisa di tebak, tokoh utamanya malah menyelamatkan
orang yang dibenci itu…” jelas kakak malas.
“ceritanya biasa, tapi cukup menarik bagaimana jika kedua cerita itu di
gabungkan?” ceplos hiki yang tentu langsung menjadi pusat perhatian.
“oh maksudmu, tokoh utamanya masuk ke dalam cerita bersama orang yang
ia benci?” timpal kakak
“bagaimaa jika tokoh utamanya awalnya masuk bersama orang yang ia cintai
juga?” sahut shizou
“namun, sayangnya orang yang di cintainya terbunuh dan orang yang
membunuh itu di benci oleh tokoh utama.” Seru hiki
“dan tokoh utama terjebak di dalam buku bersama orang yang dibencinya?”
“yeah!!” sorak sorai hiki dan shizou kompak.
Hidangan yang sudah siap sedia di meja menghentikan perbincangan mereka
sementara. Aroma sedap dari masakan hiki sungguh menggonda. 3 telur ceplok
dengan nasi goreng spesial menu hari minggu.
Setelah 24 menit menghabiskan waktu di meja makan. Shizoe lekas bersiap-
siap. Seragam smp dengan setelan jas hitam bermotif batik. 07.23 hiki dan shizou
berangkat sekolah. sesudah mereka berpamitan pada kakak shizou dan hiki bergegas.
Sekolah mereka berdekatan, hiki kelas 3 sma sedangkan shizou kelas 2 smp. Hampir
setiap hari mereka selalu bersama.
Sang kakak akhirnya di tinggal sendiri. masa smanya telah berlalu 2 tahun
lalu. masa sma yang tidak telalu indah untuk di kenang.
“huh, sekarang pikirkan cerita dulu!!!” dia begitu semangat hari ini. menulis
adalah satu-satunya pekerjaan yang ia senangi. Dia pun mengajarkan kiat-kiat
menulis dengan benar pada shizou hingga hasilnya mereka berdua menjadi keluarga
penulis yang sukses sampai saat ini. Jalan yang ia tapaki selama menjadi penulis juga
menjadi jalan yang shizou tapaki. Mereka bersama dan saling berbagi. Tidak ada kata
‘aku’ Cuma kata ‘kita’.
“lho?!” dia terkejut mendapati seluruh kertas kosong di buku tulisnya raib.
“argh! Perlukah aku untuk keluar?” pandangannya tertuju pada pena di tangan
kanannya “malas sekali… em, mungkin di gudang masih ada.” Katanya sembari
bangkit melangkahkan kaki menuju gudang yang terpisah dari gedung rumah.

Di gudang,
dari luarnya saja sudah kelihatan, gudang sangat tua. Yah, maklum kakak
belum berani mengeluarkan gojek besar untuk merenovasinya terlebih gaji seorang
penulis tidak melebihi gaji pegawai kantoran di kota tersebut. pintunya berdebu dan
reyot, dindingnya kusan dan kotor, sudah sangat lama gudang ini tidak pernah
dibuka. Sang kakak jadi sedikit menyesal menelantarkannya.
“gudang tua yang menakutkan, mungkin bisa ku masukan ke dalam ceritaku.
Hmm, lumayan!” girangnya
Pintu yang terbuka menunjukan isinya yang tak beda jauh. sudah diduga
sebelumnya. Banyak kardus-kardus yang bertumpuk-tumpuk tak teratur, hiasan-
hiasan kuno yang berdiri tegak di rak-rak penuh debu, dan barang-barang yang
menggantung di dinding lainnya. satu-satunya yang masih berfungsi hanyalah lampu
50 watt yang tertancap di langit-langit bagian tengah ruangan.
“begitu banyak barang yang tidak berguna disini. ayah hari ini hari rabu,
jadwalmu membersihkan gudang… haha, tak terasa sudah 7 tahun kalian tidak
kembali, mungkin surat itu benar-“ sang kakak menundukkan kepalanya beban
tanggung jawab memberatkan dahinya. “mungkin surat itu benar, kalian sudah
meninggalkan dunia ini… hiks..” rintinya. Dia menangis tanpa satu tetes arimatapun
yang jatuh.
Disudut manapun, tidak terlihat tumpukan buku yang memungkinkan untuk di
pakai. Semuannya rusak dan kotor. Sang kakak menyerah kemudian membalikkan
badan seraya kembali, belum sempat kaki kanannya terangkat, bingkai foto yang
tergantung di dinding tepi pintu seketika mengejutkannya. bingkai foto jadul nan
polos berwarna coklat tua itu terlihat bersih,
Sang kakak berjalan mendekat meraihnya. Selembar foto terpampang jelas di
balik kaca kinclong yang menutupinya. foto dimana sebuah keluarga yang terdiri dari
ayah, ibu, bocah 7 tahunana, dan balita nampak bahagia, mereka tersenyum bersama.
Sang balita berada dalam gendongan snag ibu sedang bocah 7 tahunan berdiri
diantara ayah dan ibu. Foto keluarga yang utuh.
“kenji’s family..” dia tersenyum mengingat momen itu. Tiba-tiba, dia teringat
buku warisan ayahnya yang berada dalam genggaman ocah 7 tahunan dalam foto
tersebut. “ya ampun, dimana aku menyimpan buku itu?!!” teriaknya heboh
kesedihannya sedikit berkurang.
1 jam 21 menit sang kakak mencari buku peninggalan ayah. Akhirnya
membuahkan hasil, buku tersebut berada di dalam kota kayu yang terkunci gembok,
beruntung gemboknya sudah sangat rapuh sehingga dia dapat dengan mudah
menghancurkannya.
“kotak kayu, tempat penyimpanan buku terbaik, kahaha..”
Sang kakak membawanya ke dalam kantor penulis sebelum membukanya.
maka, detk itu juga dia membukanya secara perlahan dan isinya adalah ….
(jantungnya bedegub lebih kencang dari biasanya)
Kedua matanya terbelalak kaget. “a-apa ini?” jantungnya memacu leih cepat,
gugup dan gelisah, dia bimbang sekaligus bingung. Berusaha mengingat satu hal
kecil yang ia lupakan.
Mendadak, perhatiannya teralihkan pada handphone di sakunya yang bergetar
kencang. seseorang dengan nomer tidak diketahui menelponnya!
“ha-halo dengan keluarga kenji di sini ad- ha?!” keringat dingin tiba-tiba
menetes “jangan bercanda, mereka sedang bersekolah saat ini! jangan membuatku
takut!” kata kakak sedikit membentak.
“aku tidak bercanda! Aku bertemu mereka di pemakaman dan ketika ku
tinggal ke parkiran sebentar, mereka menghilang!”
Seolah baru saja katana kuroseki menembus tepat dijantungnya hingga
darahnya mengalir deras dan otaknya berhenti berpikir, “apa tadi malam kau mabuk?
Kau harus minum air putih untuk memulihkannya.. “
“ada apa denganmu ini?! jika kau tidak percaya, akan ku kirimkan surat ini
lewat pos dan tunggu saja mereka sampai mati!!” teriaknya sambil menutup telepon.
“pemakaman? Jarak kota ini dengan tempat itu sangat jauh…” ucapannya
semakin lama semakin lirih sampai tak terdengar lagi. Kebingungannya bertambah.
Tatapannya mengosong seiring jiwanya melemah.

Bagaimana mungkin mereka menghilang tiba-tiba, padahal hangat kepala


shizou masih ku rasakan di tanganku. Jinnin pasti berbohong. Tidak biasanya dia
menelponku, ta-tapi.. baru pertama kali dia membentakku…! Sial.. sial.. sial!!!

Jam dinding terus berputar ketika penantian sang kakak berlangsung. berulang
kali sang kakak memastikan keberadaan mereka pada pihak sekolah dan teman-teman
mereka. akan tetapi hasilnya nihil. Daftar absensi mereka berdua kosong tanpa
keterangan dan kursi tempat mereka duduk di kelas juga kosong tak berpenghuni.
Siang berlanjut ke sore dan sore berlanjut ke malam, akan selalu begitu dan
pastilah begitu. Fajar akan berganti menjadi senja walaupun begitu keindahannya
tidak berbeda sama sekali. sayangnya, waktu yang berjalan terlampau cepat
membawakan kabar burung dari kepolisian.
“kami akan berusaha mencari mereka, anda cukup menunggu dan simpan
bukti surat ini baik-baik. para penculik itu pasti akan kami tangkap!” tegas sang
komandan. Di depan gerbang rumah keluarga kenji sang kakak terus menunggu
dengan berbekal surat yang baru saja datang dan salam perpisahan dari sang
komandan polisi.
Wajahnya pucat dan kanung mata menggantung di bawah matanya.
tatapannya memudar, tampang tampannya menghilang hanya dalam waktu 48 jam.
tanpa makan dan tanpa tidur, hebat sekali.
Di meja berkaki pendek dia letakkan tangan kanannya sebagai bantalan kepala
dan tangan kiri meremas surat ancaman dari si penculik. Dia duduk lesehan di lantai
rumah yang begitu dingin.

tidak ada gunannya aku hidup jika shizou tidak lagi berada di sampingku..

dia sakit baik jasmani juga rohani. Tetangganya tidak melihatnya keluar sejak
hari itu. Dia mengurung diri menunggu laporan pasti dari kepolisian. Di luar
pekerjaan menulis, dia benar-benar payah. Menggoreng telur pun gagal total. Tak ada
jalan lain selain memakan pop mie yang untungnya ia simpan tanpa sepengetahuan
adiknya. 07.00, biasanya hiki sudah berdiri di depan pintu dan shizou sudah
menunjuan senyum polos pada kakak tercintanya.
Sang kakak menangis tersedu-sedu tentu saja tanpa suara dan airmata.
“tolong Tuhan.., jangan lagi! Jangan lagi! Sudah cukup kedua orang tuaku! Jangan
adikku ku mohon… aku berjanji! Aku berjanji akan lakukan aapun jika mereka
berdua hidup, aku hanya meminta satu hal.. ku mohon jaga mereka. Engkau boleh
ambil apapun dariku, apapun itu asalkan mereka berdua selamat…!”
Mendapat nasib malang itu tidak menyenangkan. Manusia akan selalu
berkeluh kesah dan menyesal saat mereka kehilangan sesuatu, dan malah sebaliknya
bergembira berlebihan ketika mereka mendapat sesuatu.
Dan ketika itu…
Gubrakk..
Serpihan-serpihan kayu berterbangan mengikuti angin yang berhembus
kencang pada sang kakak. dia yang sedang tergeletak tak berdaya tersentak kaget
hingga ia berdiri mematung. Pintu tiba-tiba terbanting keras sampai jatuh rusak parah.
Padahal dia menggunakan semua kunci pada pintu itu, seberapa kuat dobrakan tadi?
Asap yang tidak di ketahui dari mana menutupi bagian pintu. Asap coklat
yang kemungkinan abesar merupakan kumpulan dari debu dan pasir.sang kakak
menyadari keberadaan seseorang di pintu tersbeut. Seseorang yang melangkah maju
saat sang kakak melangkah mundur.
“hei pengecut. Apa kau akan terus diam dan menunggu? payah!” oceh orang
misterius tersebut.
Sang kakak sampai pada jalan buntu, punggungnya menyentuh dinding. “si-
siapa kau? apa maksudmu?” gugup sang kakak
Akhirnya debu menghilang sosok orang itu terlihat sangat jelas. “apa kau
tidak mengenalku?” tanyanya. Dia menyeringai menunjukan deret giginya yang
meruncing. Tangan kanannya membelai poninya yang panjang di sebelah kanan.
Telinga kirinya bertindik dan rambutnya serta jerseynya berwarna merah darah.
Celana pendek selutut berwarna coklat tua senada dengan sandal jepit putih yang
dipakainya.
“ka-kau..” sang kakak menunjuknya heran
Sedangkan orang itu kegirangan, “kau pasti mengenalku kan?”
Kedua alis sang kakak menukik tajam sembari berpikir keras, “siapa? siapa
kau?!!!” teriak sang kakak.
Spontan, orang itu menganga tak percaya. “apaaa??!” aura dendam seketika
keluar dari tubuh rampingnya.

12 menit setelah perdebatan membosankan terjadi.


“aku G, yah aku tidak yakin itu nama asliku tapi yang jelas banyak orag yang
memanggilku G si berandal.” Ungkapnya sambil mencoba duduk tenang di depan
sang kakak.
“aku bertanya siapa dan mengapa kau ada disini, jawab dengan lengkap.”
“huh, kau menyebalkan. Aku tidak tau kenapa aku ada disini, tapi yang jelas
aku hanya mengikuti peta yang ku dapat dari pertarunganku dengan manusia hitam,
ah tidak! paling hitam yang pernah ku lihat.!” omongannya terdengar serius tapi
kakak sulit mempercayainya.
“peta? Manusia hitam? Apa maksudmu?”
“arrrghh!!” dia merintih keras “ketika aku sedang berjalan-jalan pada malam
hari, tiba-tiba seseorang bertubuh tegap dan gelap menghadangku. Aku tidak terlalu
ingat, tapi setelah itu aku merasa kalau orang itu menusukkan sesuatu di tengkukku
hingga akhirnya aku pingsan dan baru tersadar keesokan harinya. Sebuah peta berada
di genggamanku saat itu, padahal yang ku ingat aku tidka membawa apapun malam
itu..” jelas G sambil memejamkan mata dan bergaya sok berpikir.
Sang kakak bertopang dagu di meja, “boleh ku lihat petamu?”
G langsung mengangguk kemudian memberikannya segera. Kakak membaca
dan menganalisisnya secara teliti. Peta dengan lebar 1 kali 1 meter itu bernar-benar
mengarah pada rumah kakak. aneh, bukan hanya rumah kakak yang dilngkari merah
akan tetapi ada 3 tempat lain setelah rumah kakak yang dilingkari merah. Tanda
panah hitam memberitahu jalan menuju tiap-tiap tempat tersebut.
Menunggu kakak membaca peta, membuat G jenuh. Matanya yang menyapu
seluruh ruangan menangkap selembar kertas yang tergulung tidak rapi di samping
mejanya. G mengambilnya diam-diam dan membacanya.
“peta ini adalah peta kota pusat. kau pasti dari kota bagian barat. dari peta ini
kau harus menuju rumahku di kota bagian selatan, selanjutnya menuju kota bag-“
“bukankah itu tidak penting, yang terpenting adalah kenapa aku harus
mendatangi rumahmu. Dan aku sudah menemuan alasannya!!” ucap G
Mereka saling melempar tatapan serius. G melempar surat di tangannya ke
meja, sedikit melambai pelan namun akhirnya mendarat mulus. Kakak menatapnya
tajam berikut senyum pahitnya,
G nyengir hampir-hampir terkekeh, “ku rasa aku harus meminta maaf padamu
pemimpin!! Khiihi..”
Sang kakak berpikir kembali, akan tetapi surat ancaman dan peta? Dia gagagl
menemukan titik terangnya. Sehingga, teramat terpaksa, “kumohon jelaskan padaku!”
G tertawa menghina setelah akhirnya terlepas dari tirani aura ke’senioritas’an
pemilik rumah. “sebelumnya aku ingin tau, jika aku tahu dimana 2 adikmu itu berada,
apa yang akan kau lakukan?”
“tantu saja aku akan memaksamu menunjukan tempatnya”
“lalu?”
“pergi menjemput mereka..”
Tawa G kembali pecah memaksa kakak memasang tampang kesalnya,
“khahaha… bagus! Aku suka semangatmu! Peta itu adalah jalan menuju adik-adikmu
juga ingatanku..”
“darimana kau tahu?”
G lantas menarik kembali surat tersebut kemudian melipat-lipar bagian
perbagian dengan menggunakan bagian isi sebagai bagian luar/cover. Kakak
menungunya dengan penuh rasa penasaran. Sampai akhirnya G melipat bagian
terkecil membentuk lingkaran dimana huruf-huruf isi tersusun membentuk lingkaran
kompas yang juga membentuk sebaris kalimat. Belum selesai, G kemudian
menjajarkannya pada lambang arah pada peta. Benar saja, gambar arah pada peta
sama persis dengan kompas surat tersebut.
Sang kakak melongo tidak percaya, “kau cerdas, ngomong-ngomong kalimat
ini memakai bahasa latin bukan? artinya?” tanyanya sambil menunjuk kalimat yang
melingkari pusat kompas.
“aku menunggu kalian datanglah secepat mungkin. Aku benci menunggu.”
“maksudnya..” dia melempar tanda tanya besar pada G
“ayo bergegaslah kita tidak punya waktu banyak!!” G berdiri kemudian
mengulurkan tangannya pada kakak, “aku kehilangan ingatan tentang siapa diriku dan
aku ingin merebutnya kembali, meski aku tak tahu bagaimana caranya!”
Tanpa basa basi, sang kakak dengan cepat meraih telapak tangan G dan
menyalaminya, “baiklah, mohon bantuannya!” seru kakak
“tentu!” balas G
Mereka pun tertawa. Bersama-sama saling meringankan beban sendiri.
menghapuskan rasa ragu dan ketidak percayaan pada masing-masing. Berharap tidak
akan melupakan apa yang tarjadi hari ini dan esok.
Tiba-tiba, sang kakak menghentikan ayunan jabat tangan mereka, senyum
pahitnya kembali, “aku tahu kita akan saling bekerja sama, tapi.. kau tidak akan
melupakan pintu itu kan?” ucapnya sembari menunjuk pintu bobrok yang terbarig
rusak di lantai berdebu dan penuh serpihan.
Glek, G menelan ludah menanti hukuman dari sang kakak.
---

palu menancapkan paku pada pengait baru pintu masuk. lelah berketok-ketok
selama hampir 1 jam, G tepar di sofa dengan kedua tangan memerah.
“sial! Rasanya tanganku terbakar! Oi kakak, cepatlah aku bosan menunggu!!”
oceh G, mulutnya sangat sulit terkatup rapat. “kakak! bawakan aku makanan, aku
lapar!”
Sang kaka tidak menggubris G dan malah sibuk mengemas barang pribadinya.
G kesal tapi tetap melanjutkan ocehannya. Entah mengapa G resah. Dia tidak tahu
apakah jalan yang mereka akan lalui benar-benar benar? Atau justru menyimpang.
“arrgh.. membosankan!”
“hei G, bantu aku bawa barang ini!” suruh sang kakak dari lantai atas.
Mau tidak mau G pun membantu. Dia lekas berjalan menitih tangga aneh
menuju lantai 2 “kakak rumahmu hebat unik, rasanya nyaman berada di sini… “
“terima kasih pujiannya! Cepatlah!”
Siang itu G dan kakak semakin akrab. Yah mau tidak mau mereka memang di
tuntut untuk selalu mengakrabkan diri. Malam ini, G menginap. Makan malam
ditemani oleh semangkuk mie sedap saschet dan segelas es teh. Di bawah bintang
yang bersina dan bulan yang menerangi, mereka berdua duduk di balkon memandang
langit. melepas lelah setelah seharian berkerja. Angin berhembus pelan, menyegarkan
udara di sekitar.
Sang kakak terdiam mengingat sosok shizou yang selalu berada di tempat G
bila malam tiba dan waktunya bersantai. Sama seperti kakak, G pun terdiam berusaha
melegakan hatinya.
“hei, kakak besok rumah ini akan kau tinggalkan. Apa kau yakin?” tanya G
memecah keheningan.
“rumah ini tidak lebih dari benda mati. Aku bisa mendapatkannya kapanpun,
tapi kalau adikku dia bagian dari jiwaku, aku akan mati jika dia mati..”
“hmm… “
Pembicaraan berlanjut sampai bulan tertutupi oleh awan mendung yang
menurunkan hujan lebat dan badai petir. Angin tak lagi berhembus pelan, daun-daun
bergugur akibatnya. Sang kakak tak lagi memakai kamarnya, terlalu menyakitkan
untuk dikenang kembali. G dan kakak tidur di sofa yang bersebelahan. Sofa hitam
namun empuk sekali itu, menculik mimpi mereka dari dreamland. Kegelapan sejati
terlihat menyelubungi mereka.
hingga, fajar pun tiba dan mentari pagi bersinar terang benderang. Tetes
embun terjatuh dari dedaunan basah. hujan deras tadi malam membuat genangan-
genangan kecil di halaman rumah keluarga kenji. Kakak tak perlu repot-repot
menyirami seluruh tanaman yang mereka pelihara, genangan-genangan itu rasanya
cukup untuk bertahan selama 1 minggu.
Kakak menyiapkan sarapan sebelum keberangkatan mereka. G sudah bersiap,
tubuhnya sudah terbilas dengan bersih sayangnya, dia masih belum dapat melepas
jersey merah yang ia kenakan dari kemarin. Kecintaannya pada warna merah
membawa takdir malangnya, bau badan.
Sembari mengeringkan rambutnya yang panjangnya sebahu dengan handuk
bergambar doraemon, G menyandarkan punggungnya pada kulkas didapur sambil
melihat kakak menyiapkan sarapan, “oi. Terima kasih atas kebaikanmu, aku tidak
bisa mandi jika kau tidak mengizinkanku..” katanya sedikit canggung.
“tak apa. aku juga berterima kasih kau sudah mau membantuku mencari
adikku.. aku sangat beruntung bertemu kau, G” balas lembut sang kakak.
G tersentak kaget, “beruntung? Aku tidak berniat membantumu, aku juga
terpaksa tau!” kesal G yang kemudian membuang mukanya pada sang kakak “oh btw,
kau tidak berniat membawa buku di bawah meja tamu? Dari covernya mungkin itu
buku bagus, lumayan untuk teman perjalanan…”
Sang kakak refleks menghentikan kedua tangannya memasak, “buku? Apa
kau membacanya?”
“tidak, tapi ingin..”
“jangan bercanda, itu hanya buku kosong. Aku tidak akan membawanya.”
“oh begitu… yasudah” G melangkah pergi menuju ruang keluarga dimana
sebuah tv 21 inc telah menunggunya bersama dengan setoples kripik kentang pedas
level 7, cocok untuk makanan ringan pembuka sarapan pagi.
Selesainya mereka sarapan pagi, mengecek dan mengunci seluruh barang
berharga, jendela, pintu dan lain-lain, kemudian masing-masing membawa tas
gendong yang berisi peralatan bertahan hidup seperti yang sering digunakan oleh para
pendaki gunung.
G terus menguceh semenjak mereka meninggalkan gerbang. berbagai alasan
ia ungkapkan secara blak-blakkan agar sang kakak berbaik hati membawakan tas
miliknya.
“tu-tulang punggunggkuuu!!!”
--
Kalender di handphone kakak tertanda merah melingkar pada tanggal 27
september hari ini. hari dimana petualangannya dimullai. Hari dimana kakinya
melangkah lebih jauh dari yang biasanya dan mata yang terus menatap maju ke
depan. angin mengiringi langkah mereka. suasana kota metropolitan yang penuh
dengan asap dan kebisingan turut ikut serta meramaikan.
Kota dipadati bukan hanya oleh kendaraan tetapi juga ribuan orang yang
rasanya lebih memilih jalan kaki ketimbang kendaraan umum. Hawa panas
meningkat seiring naiknya matahari ke titik zenit.
“sial seharusnya kita membawa payung! Oi kakak kenapa kau tidak memilih
bus atau kereta? Aku lelah!” jengkel G
Sang kakak sedang sibuk membaca peta, “G peta ini meminta kita untuk
berjalan kaki, aku tidak dapat berbuat banyak,”
G mendengus kesal mendengar alasan sang kakak. kulitnya yang putih dan
mulus menjadi korban, dia hanya bisa meratapi nasibnya dengan menunduk lesu
berharap waktu segera berlalu cepat.

CHAPTER 1
DI LORONG GELAP, BOCAH KECIL BERMAIN
Dari kota selatan ke kota timur, G dan sang kakak melaluinya dengan berjalan
kaki dan beberapa kali berlari tanpa istirahat. Kota selatan merupakan kota terkecil
dari 4 kota yang mengelilingi kota pusat sehingga tidak membutuhkan banyak waktu
untuk sampai di kota timur. pukul 04.21, mereka tiba di jantung kota timur. daerah
dimana teknologi berkembang pesat. Daerah maju dan modern, pusat pengkajian ilmu
pengetahuan. Banyak mitos yang berkembang di daerah yang dikenal dengan nama
SpeedCity salah satunya yaitu lorong gelap dimana bocah kecil bermain. Mitos yang
menjadi legenda di kota ini.
Hari semakin gelap ketika akhirnya G dan kakak berkunjungi ke sebuah cafe.
Cafe bertemakan jepang dengan seluruh pelayannya memakai baju cosplay anime. G
girang bukan main, melihat maid-maid cantik nan moe membutakan matanya.
sungguh beruntung, wajah tampan G menarik simpati banyak maid café tersebut. G
sibuk dengan mejanya sendiri, meninggalkan sang kakak di meja bartender.
Kakak duduk di bangku paling ujung yang terpisah dari deret bangku lain,
bartender bertopeng joker memberinya segelas kopi jahe. Bertender itu memiliki
tubuh yang ramping dan tinggi seperti model dan yng pasti gaya rambut urakannya
menambah kesan maskulin terlebih tidak ada satupun kulitnya yang nampak bahkan
kedua tangannya tertutupi oleh sarung tangan hitam. Dia benar-benar menghayati
perannya.
“sorry, who are you? I never see you ini here.. new customer?” tanyanya
dengan logat kanto.
Kakak tersenyum ramah, “oh terima kasih, aku seorang penulis dari kota
selatan. Yah aku hanya berkunjung, jadi maukah kau memberitahu padaku tentang
kota ini? aku cukup kesulitan..”
“kota selatan? Kota kecil, indah, dan damai. Jauh berbeda dengna kota ini, apa
yang menarikmu datang, kenji?”
“ah, kau berlebihan. Aku sedang mencari adikku yang di culik, itu saja”
Tiba-tiba frank menarik bangku dan bertopang dagu di meja mendengarkan
cerita sang kakak. “ku harap ini bukan salah satu cerita karanganmu, penulis”
“khaha, mana mungkin. Kemarin lusa, mendadak temanku menelponku.
Katanya dia melihat adikku dan tetanggaku di area pemakaman keluarga kami di
pusat lalu saat temanku menemui mereka lagi, mereka sudah tidak ada dan sebuah
surat tertempel di batu nisan ayahku. Lalu temanku menghubungi polisi karena aku
terlalu shock mendengar penculikan adikku. Setlah itu, tak lama seseorang datang
mendobrak pintu dan-“
Gubrak… G menghantam meja bar, memotong pembicaraan antara kakak
dengan frank. Dari tatapannya kakak bisa tahu, dia sedang melampiaskan amarahnya.
“kakak ayo kita pergi. Firasatku buruk..” ucapnya sembari melirik tajam
frank.
Frank menatap lurus ke kakak,”bukankah kalian baru sampai 30 menit lalu,
kau sudah tidak lelah lagi? Kakak lanjutkan ceritanya!” kata frank lembut.
Sang kakak merasa ada hal yang janggal diantara mereka bertiga. sejenak jam
saku ia toleh, “oh maaf frank. Ku rasa ada baiknya jika aku dan G pergi dahulu. Kami
masih harus mencari penginapan..” ngeles sang kakak. “kalau besok kita bertemu,
pasti akan ku lanjutkan.. thanks” kakak tersenyum sambil melambaikan tangan seraya
pergi diikuti G.
“aku bahkan belum memperlihatkan wajahku, sialan kau G” batin frank.
Pintu cafe terbuka dengan sendirinya swaktu kakak berdiri di ambang pintu
keluar. G mengucapkan beberapa salam perpisahan pada beberapa maid yang sudah
dekat dengannya dalam waktu 30 menit, benar-benar playboy. Kakak geli melihat
tingkahnya.
Perjalanan pun berlanjut, kota kian ramai di bawah langit penuh bintang dan
jalanan bersinar terang. Cahay bulan pun kalaj dengan gemerlapnya kota timur.
kendaraan yang berlallu lalang terlihat mewah dan mahal. G menyeka debu di
lengannya, perjalanan mereka terasa membosankan. Sang kakak diam tak berkata,
sibuk dengan peta di tangan kanan dan es the pemberian frank di tangan kiri.
“hei kakak” sapa G sambil menepuk pundaknya dan berjalan di sampingnya.
“beritahu aku tentang jalan kita selanjutnya.”
“tumben, baiklah. Jalan selanjutnya,..” sejenak kakak melihat panah di peta
“hm, ku harap kau tidak takut horor. Karena kita akan lewat jalan pintas. Lorong
gelap dimana bocah kecil bermain!” kata kakak senang
“a-apa? itukan mitos legenda…” merinding sekujur tubuh G, keringat dingin
turut menetes membasahi wajahnya. “ka-kau ya-yakin?!” sekuat tenagan G menelan
ludah. Kerongkongannya terasa kering kerontang. “aku benci horror”
Tanpa mereka sadari, di salah satu bayang-bayang gedung yang mereka lalui,
seseorang tengah menanti, mengawasi, dan menertawai mereka. Red eyes miliknya
tertuju pada suatu benda di kantong sang kakak yang sangat menarik perhatiannya.
Dia nyengir kuda memikirkan apa yang akan terjadi pada mereka berdua jika barang
itu berada di tangannya.
Banyak orang berlallu lalag tanpa permisi, G dan kakak cukup kerepotan
karena sering terjadi insiden tabrakan tak di sengaja. Mereka seolah tidak melihat
orang lain yang juga sednag berjalan di jalan tersebut, langkah mereka yang terburu-
buru membuat G jengkel, untung ada kakak yang siap sedia memberinya nasehat.
Demi meminimalisih ocehan G, dengan senang hati kakak menghiburnya.
Walaupun lawakannya gagal total sehingga memaksa G mengeluarkan aura komedian
yang tersembunyi selama ini. mereka tertawa di tengah kesibukan kota timur nan
indah. Tiba-tiba,
Brukk.. seorang anak kecil seukuran shizou menyenggol lengan kiri kakak hingga
membuat kakak hampir saja terjatuh andai G tidak menopang punggungnya. G yang
kesal langsung mengomeli anak kecil tersebut.
“hoi, bocah lepas topimu dan meminta maaflah,” ketus G
“tidak!” balas anak bertopi detektiv tersebut.
Refleks tangan G terangkat hendak menampol pipi anak nakal itu, namun
sang kakak segera menghadang dengan tangan kanannya. anak itu menunduk tak
berdaya, “G dia jangan pernah melakukannya. Dia mengingatkanku pada adikku”
kata kakak yang tersenyum lembut dan malah kemudian mengelus-elus kepala sang
anak yang tertutupi topi detektiv berwarna coklat. Seketika G dan snag anak terkejut
bukan main. sang anak yang tidak mengerti dengan tangkas menampik tangan kakak
dan langsun berlari sebelum memperlihatkan wajahnya.
“hei!” teriak G terkejut,
“sudahlah ayo!” ajak kakak
G menurut tapi rasanya sesuatu yang janggal baru terjadi mengusik
ketenangan hatinya. kota ini semakin meresahkan.
1 jam setelah itu,
“apa?! jangan-jangan bocah yang menabrak mu tadi?!”
“ti-tidak mungkin!” kata kakak ragu.
G tidak dapat menahan amarahnya, kakinya otomatis bergerak. Dia berlari
menuju tempat dimana mereka bertabrakan dengan bocah topi detektif. Padahal awal
keberangkatan, dia mengoceh tentang berat tas yang dibawanya tapi sekarang dia
malah dengan entengnya berlari kencang meninggalkan sang kakak.
“sial kemana G?!”
Sang kakak menyusul, firasat buruknya datang tiba-tiba. seluruh gang yang ia
temui ia hampiri satu persatu. Kucing, orang mabuk, dan hewan pengerat yang
nampak di gang-gang tersbeut. Manusia bernama G menghilang di telan kegelapan!
Sosoknya tidak terlihat, mungkin dia sudah memasuki lorong gelap dimana bocah
kecil bermain.
Langkahnya terhenti di sebuah gang sempit yang gelap dan basah. keringatnya
bercucuran, mugkin seperempat lemaknya telah terbakar. Nafasnya ngos-ngosan,
lelah dia berlari.
“G dimana kau?!!” teriak sang kakak,
Nampaknya, seseorang di dekatnya mendengar teriakan kakak dan berjalan
menghampirinya. dengan senyuman lembut dan tepukan tangan orang itu menyambut
kedatangan snag kakak dari dalam gang sempit di belakangnya. Kedua mata sang
kakak melotot kaget.
“ka-kau siapa?”
Sosoknya baru terlihat setelah dia terkena sinaran dari lampu remang yang
tergantung di samping kakak, “aku-“ mata birunya menyala bersamaan dengan taring
tajam dari seringaiannya, “aku yakin kau tahu..” dia mulai membuka tudung
dikepalanya.
Tiba-tiba, “tunggu dulu!!!” teriakan G saat dia mendarat mulus di depan
kakak.
Seketika kakak menganga, “da-dari atas?”
G melempar tatapan tajam pada orang berjubah itu, “sialan kau, jadi kau yang
menjebak kami? Dimana dompet kakak yang anak buahmu ambil? Katakan padaku!”
dia membentak kasar
Tiba-tiba, seseorang yang lain muncul dari belakang orang berjubah itu.
“kau bocah tengik!” hina G ketika anak bertopi detektif itu terlihat jelas
dimatanya dengan sebuah dompet di tangan kirinya. “kembalikan!!” G
menghentakkan kaki ke tanah melihat senyuman dari 2 orang di depannya menambah
kesal dirinya. Dia berjalan maju menangkap sang bocah, akan tetapi mendadak di
langkah ke 5nya tubuhnya tehuyung ke depan. kedua matanya melotot menahan sakit
di setiap tulang rusuknya. Kakak shock. Seseorang yang lain datang dan langsung
menghantamkan tinju pada G.
“arr- siapa kau?” rintih G yang kemudian jatuh dengan darah mengalir dari
mulutnya. Sang kakak terlalu terkejut hingga tatapannya tidak dapat teralihkan.
“aku tidak melihatmu datang. tolong jawab pertanyaan kami..” ucap kakak
Si pemilik mata biru mengulurkan tangan kirinya yang bersapu tangan hitam.
Diikuti tatapan binar dari si bocah dan si manusia berrahang keras yang baru saja
datang. “ikutlah, kami akan menjelaskannya padamu” katanya sembari berlutut
dengan tetap mengulurkan tangan pada kakak.
“apa yang kalian inginkan?”
“kakak tidak perlu cemas, kami akan menjaga keslamatanmu” jelas sang
bocah.
“katakan nama kalian masing-masing. Aku ingin G mendengarnya”
“baiklah, kami di kenal dengan Dark Saber. Panggil aku seven, bocah ini
Kaluka, dan si badan besar Hito. Cukup?” jelas si mata biru atau seven. Kakak
mengangguk, kemudian menjabat uluran tangan seven. G memegang kaki kakak agar
tidak melangkah mengikuti darksaber. Akan tetapi, dia tidak memedulikannya dan
bahkan menendang tangan G tanpa menolehnya.
“mungkin ini ada kaitannya dengan adikku, kumohon tinggallah..” lirih
kakak. G mendengarnya tapi kesadarannya seketika menghilang sebelum sepatah kata
dia ucapkan. Kakak menahan amarahnya, senyuman pahit dan tatapan sinis ia
sembunyikan. Kepalan tangan kanannya terbuka oleh kaluka yang kemudian
menggenggamnya. Sosok kakak tertelan oleh kegelapan gang sempit.
---
Pagi datang cepat sekali, burung nocturnal kembali ke sarangnya. Fajar
mewarnai langit timur. bintang dna bulan terkalahkan oleh terang sinarnya. Rutinitas
pagi terlihat di sepanjang kota.
“dia terbangun!!!”
“kakak! dia terbangun!”
Keberisikan suara anak-anak menyadarkannya lebih cepat. Kedua matanya
terbuka melihat langit-langit ruangan. masih buram, dia belum bisa melihat dengan
jelas termasuk pada anak-anak yang berada di samping kanannya.
“kakak itu menyeramkan!”
“tapi tampan!
“bla.. blaa.. blaa..”
Perbincangan mereka menambah pening kepala. Suara mereka yang bagaikan
bluberry segar namun berefek buruk bila berlebihan.
“dimana-“ pandangannya semakin jelas ketika seorang laki-laki bertubuh
ramping dan tinggi masuk menghampirinya. “-aku?” wajhnya tidak asing, begitu pula
kedua matanya. tajam setajam silet. Dia mengangkat bahunya berusaha bangkit,
namun langsung di hentikan oleh laki-laki tersebut.
“kau masih dalam penyembuhan, tidurlah” katanya.
Dia merintih, tulang-tulangnya bersenggolan ketika dia membaringkan tubuh
kembali “a-aku..uhuk.. dimana??”. Laki-laki itu membalikkan badan tidak menjawab
lalu mengusir anak-anak keluar dari ruangan bercat putih ini. ruangan ini menjadi
senyap. Laki-laki itu datang kembali membawa sebuah nampan perak berisi sebuah
mangkuk keramik dengan secangkir sesuatu yang berasap dan beraroma coklat.
Dia meletakkannya di meja di samping ranjang. Kemudian duduk di kursi
beroda di sampingnya.
“aku frank. Kau bisa menceritakan semuanya setelah mangkuk dan gelas itu
kosong.” Kata frank yang tentunya membuat dia terkejut bukan main. rasanay darah
kembali mengalir dari mulutnya.
“uhuk.. fr-frank?!”
“ya tuan G!”
“!@#$%^&*((*&^%$#@” Dia pingsan seketika.
15 menit kemudian..
G memakan semangkuk sop iga sapi dan segelas cofe moca late. Seluruh rasa
asam, pedas, manis, gurih, dan lainnya bercampur aduk menjadis satu di mulutnya.
Sorot matanya lesu memandangi pantulan wajahya sendiri di gelas cofenya.
“yah begitulah, dia meninggalkanku. Aku tidak tahu lagi harus berbuat apa..”
kata G yang lalu menyeruput cofe yang tersisa.
Frank menunduk mengerti. “G kenapa saat di bar kau seolah sudah
mengenalku? Tolong jawab sejujurnya.” Tatapan dinginnya menembus relung hati G
seketika.
G sendiri terkekeh, “entahlah, kan sudah ku bilang aku tidak mengingat
apapun. Saat aku melihat mata elangmu, hatiku berkata ‘jangan dekati dia dan
berhati-hati’ apa kau tahu alasan hatiku berkata demikian?”
Frank menggeleng pelan dan G semakin terkekeh hingga akhirnya tertawa
terbahak.frank mengeluarkan aura tirani dari tubuhnya maka pad adetik itu juga G
terdiam kalem, “cukup!” dia bangkit berdiri. “aku sudah membuang jerseymu, pilih
baju yang kau suka di lemari itu dan segera turun! Kita harus cepat!” perintahnya
seraya berjalan pergi dan menutup pintu rapat-rapat. G menghapus cahaya dimatanya
tatapannay menyendu mengingat kegagalannya menghentikan kakak. entah, pednag
apa yang sedang menancap di jantungnya, yang jelas sampai sekrang dia belum
berhasil mencabutnya.
---
G besiap, seragam militer berwarna hitam dengan panjang mencapai lutut di
pilihnya. Tak lupa aksesoris lengkap di kotak di bawah gantungan baju trsebut. Topi
berbaret merah, sarun tangan, celana, dan boots semua berwarna hitam dengan corak
garis putih. Dia bergaya sejenak di cermin yang tergantung di dinding. Kemudian
turun sesuai instruksi frank. Begitu dia membuak pintu keluar, sebuah mobil jeep
berplat nomor merah terparkir di halaman menantinya.
Mulutnya menganga lebar dan kedua matanya berbinar girang. “apa ini?!!”
bagai melihat impian kecilnya tercapai dia lekas memeluk body jeep tersebut dan
mengelus-elusnya seperti peliharaannya sendiri. frank mengelus dada melihatnya.
“dasar bodoh! Tangkap ini” frank melempar sebilah pedang panjang pada G,
G menangkapnya dengan tangkas. “kita akan butuh senjata melawan mereka.”
ucapnya tegas. Frank tidak memakai topengnya, seragam mliter seperti yang
dikenakan G melekat cocok padanya.
“oh pedang hitam! Aku menyukainya. Tolong jelaskan siapa mereka dan siapa
kau di perjalanan kita. Ayo!”
G naik terlebih dahulu, dan frank setelahnya. Frank menjadi supir bagi G
sambil menjelaskan tentang organisasi kriminal DarkSaber. Pemandangan kota
tersuguhkan dengan indah. Angin segar berhembus kencang mengiringi tur mereka.
G mangamati setiap orang di jalan yang mereka lalui. Dari jalanan yang pnuh orang-
orang dan gedung pencakar langit, kecepatan diatas 50 km perjam membawa mereka
melihat pemandangan alam yang jauh lebih indah dari pemdangan kota. Pegunungan
terbentang sejauh mata memandang berlatarkan pesawahan hijau segar dan aroma
embun menghiasi sepanjang jalan.
“perbatasan, kenapa perbatasan?”
“siapkan pedangmu”
G meningkatkan penjagaannya. Mobil mengambil jalan naik menuju gunung.
Jalanan yang frank ambil sangat berbahaya. sejatinya itu berujung pada jaln tol yang
sudah tidak di gunakan karena terlalu sedikit mobil yang mau melewatinya bahkan
tidak ada lagi sejak insiden terjatuhnya sebuah mobil ke jurang di samping kiri jalan.
G menelan ludah mentah-mentah mendengar cerita tersebut.
“hei, kau mau kembali?” frank meledeknya “sayangnya, sudah terlambat.”
“apa-?”
Setir berada dalam kendali penuh frank ketika mobil tersebut melewati sebuah
tikungan tajam menanjak. G merinding ngeri melihat jurang dalam dari jendela tanpa
kaca. Tiba-tiba,
“sial!”
“eh?!”
Padahal mobil sedang melaju dalam kecepatan penuh, tapi mendadak frank
menginjak pedal rem sehingga mobil terhenti dan langsung terjungkal ke depan lalu
terseret maju beberapa meter. Beruntung G dan frank memilki refleks yang gesit, jadi
mereka dapat melindungi dirinya sendiri dengan menjadikan kedua tangannya
sebagai bantalan kepala. Percikan api keluar ketika besi rangka mobil bagian atas
bergesekan dengan aspal. Kaca bagian depan pecah dan asap mengepul dari kap
mesin. Frank segera membuka pintu mobil dan mengeluarkan dirinya sendiri dan G
dari mobil tersebut.
G selamat tanpa luka apapun, tidak dengan frank telapak tangan kanannya
tergores sesuatu. G memasang muka sebalnya “hei kenapa kau rem mendadak?
Bodoh sekali!!” ocehnya sembari duduk melepas ketegangan dengan meluruskan
kedua kakinya.
“llihat siapa yang berdiri di depan mobil” kata frank yang sedang membalu
lukanya dengan perban yang sengaja di bawa.
G menoleh seseorang yang dimaksud frank. Kemudian wajahnya berubah
memerah padam. kedua tangannya bergetar menahan murka. Frank mengamati
perubahan sikapnya. Pedang di sabuk kiri, G tarik sembari bangkit berdiri. nafasnya
memburu.
“apa-“ dengan tangan kiri, dia mencabut pedangnya. “Apa yang kau
lakukan?!!” teriaknya yang langsung berlari ke arah 3 orang berjubah hitam yang
sedang berdiri merantai kedua tangan kakak yang terduduk pasrah di tengah jalan
dengan mata tertutup kain hitam. Salah seorang dari mereka berlari menghadapi G.
seorang yang paling pendek dari 2 lainnya.
G mengayunkan pedangnya, memulai pertarungan pertama antara G dengan
pedangnya dan Kaluka dengan kanibarinya (pedang pendek). Bagai seorang petarung
perofesional G manghadapi musuhnya. Tak mau membuang waktu. frank bergegas
menghampiri 2 orang tersisa.
“wah..wah.. siapa tentara ini? kau temannya kakak yah?” kata seven
Frank mengacuhkannya, dia menatap iba sang kakak di depannya, “lepaskan
dia, kau pasti sudah mendengar ceritanya. Lepaskan!!” bentaknya yang lalu mencabut
pedangnya dan memotong rantai yang melilit kedua tangan sang kakak sekaligus kain
yang menutupi matanya.
Seven tersenyum jahat. “aku kecolongan. Hito bantu kaluka, biar aku yang
mengurusnya.” Perintah seven yang tentu dijawab dengan anggukan “ingat, tidak ada
satu nyawa yang terbuang di sini.”
“baik!”
Seven dan hito melesat cepat menghampiri G dan Frank. Seven langsung
menhantamkan pedang panjangnya pada katana frank. Tudungnya terlepas dan
seringaiannya terlihat berikut mata biru nan indah juga rambut birunya. Layaknya
bercermin, kakak tidak dapat membedakan mereka berdua kecuali dengan melihat
seragam dan jubah yang mereka kenakan.
“mari kita mulai pertarungan legenda, kakak dan adik ini!” kata seven senang.
Pertarungan sengit dimulai. G dan frank bersusah payah melawan mereka
bertiga, darksaber yang mereka bawa tidka membantu banyak. Berkali-kali mereka
berdua jatuh dan terluka tapi mereka belum menyerah. Sang kakak lemas melihat
pertarungan mereka. dia bahkan tak dapat berdiri lagi. Air matanya hampir-hampir
jatuh jika G tidak berterika
“jangan cengeng bodoh! Bantulah kami apapun itu, bahkan dengan doa itu
pun cukup!!” katanya. Sang kakak terhentak kaget, teriakan penuh semangat itu
sampai ke hatinya.
Sang kakak menarik nafas dalam-dalam, lalu “hentikan! Masi sama-sama
mencari tahu siapa dalang di balik semua ini! aku ingin mencari adikku dan kalian
ingin mengetahui jati diri dan ingatan bukan?! mari bekerja sama! Kita cari tahu apa
yang sebenarnya tengah terjadi!!” dia berteriak sampai nafasnya tersenggal dan
keringatnya bercucuran. Amarahnya telah ia curahkan. Sekarang tergantung mereka
yang mendengarkan. Sang kakak kehilangan tenaganya.
Seven, hito, dan kaluka seketika melompat mundur mendengarnya. Di
hadapan sang kakak, mereka berdiri.
“jati diri? Mlihat pandangan orang-orang pada kami, cukup mudah menebak
siapa kami sebenarnya. Kami penjahat.” Jelas seven. “frank, seharusnya kau
bergabung dengan kami, mereka juga mengusirmu saat melihat wajahmu bukan?”.
Kaluka dan hito menunduk teringat saat-saat mereka di usir.
Frank melempar pedangnya ke tanah, “ya, itulah mengapa aku hidup dengan
topeng jokerku. Tapi, setelah sekian lama akhirnya ada satu orang yang berani
mengobrol denganku saat aku tidak menggunakan topengku.”, G menahan hasrat
untuk bersinnya agar tidak mengganggu pembicaraan menegangkan ini.
“apa?! itu tidak mungkin frank!” teriak kaluna
G menyeka poninya, “yah, manusia hidup diatas ketidakmungkinan. Hei luka,
sejak kapan kalian membuang kepercayaan pada diri kalian sendiri? khahah.. uhuk”
darah muncrat keluar saat ia berbicara. Nampaknya lukanya belum sembuh.
“si-sial..” kaluka menangis sejadi-jadinya. “hiks.. hiks.. lalu apa? apa yang
harus kami lakukan?! Berbicara itu mudah! Hiks.. hiks.. aku tidak dapat lagi melihat
senyum ayah dan ibuku. mereka membenciku! Mereka membenciku! Hiks..” dia jatuh
berlutut berusaha mengehnetikan aliran airmatanya yang deras. Hito merangkulnya.
G menghampiri kakak dan membantunya berdiri. kemudian serentak mereka
bertiga berdiri di depan seven, hito, dan kaluka lalu mengulurkan tangan kanan
masing-masing. Frank mengulurkan tangan pada seven, G pada kaluka, dan kakak
pada hito. Dengan senyuman yang menghiasi wajah mereka, “ayo bergabunglah
bersama kami, darksaber!”
Dark saber ternganga menatap kaget mereka. tangisan kaluka terhenti. Seven
menggeram “bukankah kalian seperti kami? Tapi mengapa- mengapa kalian masih
bisa tersenyum?” tanya hito
G meringis ria, “justru karena kami seperti kalian, itulah alasan kami menjadi
satu. Kami sama-sama tidak mau menerima takdir dengan mudah, kalaupun takdir
kami benar-benar buruk maka sebelum aku memastikannya sendiri aku tidak akan
mempercayainya. Dan kami berada di sini untuk memastikannya.”
“kebenaran harus di buktikan dan di terima. Hanya itu prinsip kami” tambah
kakak.
“menyakitkan tapi juga menyenangkan!” sahut frank.
Bagai melihat sekilas cahay yang begitu terang benderang, dark saber
akhirnya tersenyum lega. Kaluka dengan berani menjabat tangan G bersama
senyuman manisnya, kemudian Hito melepas tudung dan memperlihatkan wajahnya
lalu tersenyum menjabat tangan kakak, lalu yang terakhir seven, ia membuang muka
sambil menjabat tangan frank.
Mereka tersenyum bahagia, kecuali seven, dia belum mempercayai frank, G,
dan kakak sepenuhnya. masih terdapat keraguan besar di dalam hatinya. sampai, tiba-
tiba muncul retakan di antara kaki frank dan seven.
Memanfaatkan kegesitannya seven menendang kaluka dan hito jauh-jauh, lalu
mengayunkan pedangnya pada frank, G, dan kakak hingga memaksa mereka
melompat mundur sekaligus melepas jabatan tangan masing-masing. Retakan
semakin membesar. Tidak ada waktu bagi seven melarikan diri.
“lo-longsor! Seven pergi dari situ!!” teriak hito cemas.
Mereka baru menyadarinya, namun begitu sangat terlambat tanah beraspal itu
mulai turun dengan cepat membawa serta seven jatuh bersama. Seven merentangkan
tangannya ke atas ketika kakak berlari cepat hendak menolongnya. Semuanya
merasakan aura ketegangan luar biasa. Mendadak tanah berhenti setelah terun 1 meter
dari permukaan jalan. Kakak mengulurkan tanganya, dia tidak peduli pada bajunya
yang kotor akibat menyentuh aspal dan nyawanya yang juga terancam karena dia
tertelungkup di atas tanah dimana retakan masih muncul.
“seven raih tanganku! Cepat!” teriak kakak.
Seven diam tak bergerak, seolah ia melihat seseorang yang lain yang berada
disamping kakak. seseorang yang sangat berarti tapi sudah dilupakannya, seseornag
yang pernah memasang wajah secemas kakak sekarang.
“kenapa? Aku bukan siapa-siapa bagimu..”
“kau ini bodoh!? Kau sudah menjabat tangan frank itu artinya kita adalah
teman!!!”
Gemetaran muncul di tangan kanannya yang hendak meraih tangan kakak.
akan tetapi, tanah kembali bergerak jarak semakin memanjang. Sampai tanah benar-
benar jatuh menuju jurang dalam itu, seven menutup matanya.
“aaarrghh…” urat-urat muncul di dahi dan lengannya.
“dia berhasil! Kakak kau berhasil meraihnya!” teriak hito girang.
Seven membuka matanya dan melihat dengan mata kepalanya sendiri,
seseorang yang baru dikenalnya mengorbankan lengan kanannya berrdarah terkena
batuan tajam demi menolong dirinya. Seven tidak lagi dapat menahan tangisannya.
Hito dan frank berlari membantu kakak mengangkat tubuhnya.
“kenapa? Kenapa kau-.. aku-.. aku-…” seven bersujud memukul-mukul aspal
pijakannya, “aku membencimu! Aku membencimu!!” teriaknya sedih.
Semuanya mengelilingi seven, “tak masalah bagiku” ceplos kakak.
Airmata mengalir deras. Akhirnya mereka dapat tertawa lepas dengan
menjadikan seven objek lawakan. G tak henti-hentinya tertawa hingga dia pun
menangis karena sakit maghnya kambuh. Seven dan kaluka mengutuk G diam-diam.
Keputusan telah dibuat, dark saber dna frank bergabung dalam kelompok G dan
kakak menuju kota pusat.
Hari berakhir menyenangkan. Dompet kakak kembali dan mereka semua
menginap 1 malam di rumah frank sebelum melanjutkan perjalanan dengan mobil
darksaber. Wajah mereka riang ceria meski perban-perban menempel di tubuh. G
yang paling parah, dia tergeletak tak berdaya di kursi paling belakang. Tulang
rusuknya masih belum sembuh total. Hito berkali-kali meminta maaf, sedangkan
Seven dan kaluka berkali-kali menertawainya. Frank menjadi dokter pribadi dan
kakak menjadi sopirnya.
“ngomong-ngomong, kalian dapat mobil ini darimana?” tanya kakak
“benar juga, mobil ini luas, mewah, keren, bangkunya empuk, dan acnya
dingin.. ini pasti mahal, kalian dapat uang adarimana?” tamabh frank
Seven nyengir kuda “tentu dengan mencopet!! kahahah” kompak darksaber
Mobil terus melaju menuju kota utara. Pegunungan indah tetap terlihat walau
mereka sudah meninggalkan kota timur. matahari bersinar terang pertanda baik agi
mereka sang petualang!

CHAPTER II
THE LOST CANVAS
Malam menjadi akhir perjalanan mereka hari ini. kondisi G yang semakin
lama semakin mengenaskan, membuat kakak memilih menginap di penginapan salah
satu keluarga di desa Lag Barour. Desa yang berbatasan langsung dengan kota barat.
meski berbatasan langsung bukan berarti sekali melangkah mereka sampai di kota
barat, tentu saja bukan, mereka masih harus melewati hutan dan sungai buatan, baru
setelah itu, mereka akan memasuki gerbang masuk Dangesu, nama lain kota barat.
Kakak memesan 1 kamar yang isinya 4 ranjang. Kertebatasan biaya menjadi
masalah utama. Mereka semua paham, untungnya, sang pemilik motel bermurah hati
mau memberikan makan malam gratis untuk mereka. semua orang bersujud syukur.
Penginapan Fictori berusia lebih dari 20 tahun, dari depan akan terlihat gedung kokoh
dari beton, tetapi dalamnya, semua dinding terbuat dari kayu jati. Agak lapuk tapi
masih kuat. sama halnya dengan bagian kamar, hanya lampu, kasur, bantal dan
korden yang tidak terbuat dari kayu.
“-_- hmm, sepertinya pak pemilik rumah tukang kayu!” bisik seven pada hito.
Pintu kamar hanya ada 1 jadi mereka harus mengantri sebelum memasuki
kamar yang berisi ranjang tingkat 2 tersebut. seven mengoceh pada frank berharap G
yang sednag di papahnya terganggu. Suasana menjadi bising ketika kaluka nimbrung
bersama hito. Sedangkan kakak sibuk mengatur teman seranjangnya.
“aarrgh!!!” G histeris “kalian diamlah!! Mau kayu atau bukan aku tidak
peduli! Aku sudha tidak tahannn!!!” G berlari sambil berteriak masuk, dia tidak
peduli kakak yang di tabraknya karena berdiri di pintu. Dia langsung saja
menjatuhkan tubuhnya ke salah satu ranjang yang paling luas dan paling empuk dan
terpisah serta merupakan ranjang tunggal.
Seven, kaluka, hito, dan frank shock berat. Ranjang yang menjadi inceran
semua anggota darksaber telah dirampas oleh G. segera saja, terjadilah peperangan
sengit antara G dan dark saber. Keributan semakin parah. Sampai frank mengeluarkan
aura murka yang sungguh menakutkan.
Akhirnya,
“frank, seven, kalian kembar?” kakak antusias
“ya begitulah” seven menjawabnya. “bagaimana denganmu? Kau satu-satunya
yang ingatannya tidak hilang, kau punya keluarga?”
“ya, tapi orang tuaku sudah meninggal. Aku tidak memiliki saudara satupun”
“hohoho.. kau kita sama. Aku hanya dengan kakakku, kaluka sudah dilupakan
orang tuanya, dan hito- ah sebenarnya aku tidak tahu apa-apa tentang hito.”jelasnya
santai sambil mengunyak satu stick pockynya.
Frank menatap tajam sang kakak, sesuatu yang menarik baruu terlihat di
kedua matanya. sembari mengobati G telinganya tidak melewatkan 1 pembicaraan
pun.
Sinar bulan tertutupi oleh awan mendung. Bintang-bintang meredup seiring
jarum jam mendekati angka 12. Frank berada di ranjang atas kakak, sedangkan seven
dan kaluka berada di samping mereka bersama Hito yang berada di atas seven.
Mereka tertidur pulas.
Pagi harinya, sang kakak yang bangun pertama memakai kamar mandi
pertama kali. Setelah beberapa menit, dia keluar dan bertemu dengan seorang laki-
laki tua beruban yang membawa sebuah kannvas dan kotak peralatan melukis. Kakek
tua itu mungkin tidak melihat kakak. nyatanya dia berjalan dihadapannya tanpa
senyum atau sapa.
Kakak mengejarnya, “hei, permisi..” kata kakak sembari meraih pundaknya
dan menghentikan langkahnya.
Sang kakek terkejut kemudian menolehnya, “ka-kau?!” dia langsung
memelototkan kedua matanya lalu melepas tangan kakak di pundaknya, kemudian
melangkah mundur perlahan. “a-ada apa? apa? apa yang kau butuhkan..?” getaran
kecil di bibir bawahnya
Tentu kakak juga terkejut, “mm.. maaf paman. kau pengunjung penginapan
ini? apa kau dari kota barat? kalau kau dari kota barat, aku mohon ceritakan padaku
tentang kota barat.”
“a-ah.. a-aku. Si-siapa kau?!” kata kakek gagap
“aku kenji, seorang penulis dari kota selatan.” Santai kakak
Kakek terdiam cukup lama dengn pandangan seolah kakak adalah hantu dari
kerabat jauh. “sial bagaimana bbisa aku bertemu dengannya lagi?! Bagaimana
caraku kabur?!”
Tiba-tiba frank datang mengagetkan kakak dengn menepuk bahunya dari
belakang. Kedatangannya mengganggu tapi menyelamatkan kakek tersebut “kakak,
sarapan sudah siap. Ayo!” katanya yang langsung menyeret kakak menuju ruang
makan. Sekilas lirikan tajam frank tertuju pada sang kakek.
Di meja makan, semua orang berkumpul. Frank, kakak, dan G berada dalam
deret kursi yang sama, sedang Hito, seven, dan kaluka berada di seberang mereka.
makanan baru di sajikan setelah si pemilik rumah keluar dari ruang makan dan pintu
terbuka untuk para pramu saji masuk. asing-masing membawa troli makanan yang
berisi sekitar5 wadah baik itu piring juga mangkuk dan gelas, semua tersaji lengkap.
Kaluka kegirangan, “trolinya ada 6 berarti satu orang dapat satu troli?!”
bisiknya pada seven. Kakak tertawa kecil melihat air liur kaluka dan G yang mengalir
deras saat melihat makanan-makan tersebut.
Semua makanan terlah di hidangkan di atas meja, para pramusaji keluar, pintu
tertutup. Ruang makan menjadi sepi sebab tidak ada seorangpun selain mereka yang
makan di ruang makan nan luas dan megah. Layaknya sebuah resort yang telah di
sewa. Meski kesederhanaan tergambar jelas pada dinding dan seluruh erabotan
ruangan tersebut. ada banyak meja bulat kosong tetapi hanya ada 1 meja panjang
yang kini merek atempati.
Kakak menyadarinya, menyadar isesuatu yang aneh. Dia tidak menyentuh
sendok makannya. Matanya sibuk mengintai setiap sudut ruang makan. Frank melihat
tingkah kakak dan merasa heran padanya, “kakak, makanlah makananmu..”
G menghentikan makannya detik itu juga, “hei kakak! kau tidak mau? nanti
kau semakin kurus, angin bisa menerbangkanmu dengan mudah!” ledek G yang
langsung menjadi bahan tertawaan seven dan kaluka.
Kakak tersenyum, “oh, kau terlihat sehat, sudha sembuh? Aku baru sadar” G
mengacungkan jempolnya seraya tersenyum lebar. Kakak tertawa.
Frank masam, alisnya menukik ke bawah, “ada hal penting yang ingin ku
katakan pada kalian..” semua sorot mata beralih padanya, “aku dan hito akan menetap
disini lebih lama..”
“eh?!”
Semuanya terkejut, begitu terkejut engan apa yang diaktakan frank. Sendok
dan garpu ditangan mereka semua kembali tergeletak di meja.
“a-apa maksudmu, frank? Memang apa yang ingin kau lakukan?” tanya kakak
Frank memandangi semuanya satu persatu dimulai dari kakak sampai pada
kaluka, “aku ingin pergi ke suatu tempat,lagi pula aku rasa kalian berempat sudah
cukup untuk melanjutkan perjalanannya..aku yakin masih banyak orang yang akan
kalian temui nanti. jadi, cukup sampai disini saja, kita akan bertemu di pusat.” jelas
frank. Semuanya terdiam berpikir, bahkan kakak tak bisa manolak keinginan frank.
Tiba-tiba seven berdiri menggebrak meja sembari berteriak “tidak bisa! Kalau
kau mau tinggal aku pun akan tinggal disini! untuk pertama kalinya aku akan
mengatakan kejujuran hatiku. Aku tidak akan melepasmu lagi! Sudah cukup kita
terpisah di kota timur. aku tidak mau kehilanganmu lagi!”
“hm.. baiklah, biarkan aku yang memutuskan semuanya..” kakak megambil
alih perhatian. “kelompok ini akan terbagi menjadi 2. Kelompokku dan kelompok
frank. Kelompokku, terdiri dari aku, G, dan kaluka, tapi kalau kau bersedia kaluka…
dan kelompok frank terdiri dari frank, seven, dan hito. Bagaimana?”
Kaluka mengangguk pasti, “aku setuju”
Kemdian, semuanya pun menjawab, “baiklah, aku setuju!” terkecuali frank.
Kakak melanjutkan, “karena G sedang sakit, ku pikir kami bisa memakai
mobilnya untuk melanjutkan dan tentang akhir, kelompokku tidak akan memasuki
markas musuh sebelum kami bertemu dengan kelompokmu frank”
“ha?!” semuanya terkejut
“ya, sebenarnya aku sudah menyalin peta menuju pusat beberapa lembar. Aku
akan memberimu dua untuk berjaga-jaga. Aku juga sudah melingkari beberapa
tempat yang mungkin untuk di kunjungi, kita bertemu di salah satu tempat. Jika
kalian sampai terlebih dahulu, berikanlah pesan di tempat tersebut untuk kami. Beru
kalian boleh melanjutkannya, kami pun dmeikian. Aku hebat kan?” dia terkekeh
dengan tangan membentuk tanda peace.
Semua memasang tampang sebal mereka.
“kakak kau hebat, tapi kau berkata seolah kau tahu ini akan terjadi..” kata G
“aku seorang penulis, hal seperti ini sering terjadi di dalam kisah petualangan.
Aku memahaminya lebih dari siapapun disini!”
Tanpa di suruhpun, jempol kanan mereka teracungkan khusus untuk sang
kakak. sendok kembali bergerak, suara gesekannya dengan wadah keramik
menggema. G mendapat stok makanan paling banyak, kaluka dan seven iri padanya.
Perdebatans engit terjadi dan diakhirri dengan tawa semuanya. Kakak sempat
mendongeng ketika makanan penutup berada di ujung sendok. Kaluka hampir-hampir
tertidur saat itu.
Pintu di buka oleh sang pemilik, kakak dan yang lainnya bergegas keluar.
Namun, frank meminta tinggal lebih lama di ruangan, kakak mengizinkannya.
Bersama dengan snag pemilik kakak dan kawan-kawan mengangkat barang-barang
G, Kakak, dan kaluka ke mobil. Sedangkan frank menyambut seseorang yang diam-
diam masuk menemuinya.
Kakak yang tidak tahu apapun hanya memandangnya khawatir dari luar pintu
ruang makan. Aneh, tidak ada satu orang pun pengunjung? Padahal tadi dia bertemu
dnegan seornag kakek. Kakak mulai memikirkannya. sempat, kakak bertanya pada
pemilik rumah, tapi dia hanya menjawab
“ah, mungkin dia hanya tukang kebun, atau salah satu pelayan” kata sang
pemilik rumah.
Cengengesan pak pemilik rumah semakin membuatnya curiga. Setelah
mengecek kesiapan mobil. Frank akhirnya keluar mengantar kepergian kelompok
kakak. senyuman yang di tunjukannya bermakna lain di pikiran sang kakak. lewat
jendela mobil tanngan kirinya menyembul keluar melambaikan tangan. G mengambil
alih kemudi dan kaluka mendapat tempat terluas di kursi belakang.
Frank, hito, dan seven tersenyum melambaikan tangan. Mobil melaju cepat
sebab G langsung menancap gas penuh. Sembari merapikan poninya kakak menutup
jendela mobil, menyembunyikan tatapan dinginnya.
Sosok kakak menghilang dari hadapan mereka bertiga, frank lantas
mengenggam erat peta di tangan kanannya. lalu menoleh kepada hito dan seven di
belakangnya, “ayo, waktu kita terbatas…”
Ke arau utara, mobil melaju cepat di tanah berpasir. Melewati hutan lebat
dimana bunga-bunga berjejer sebagai pembatas jalan. Jalan gunung yang penuh
genangan dan becekkan. Semakin ke dalm semakin gelap, dedaunan dari pohon yang
menjulang tinggi menutupi cahaya mentari hingga hanya dapat masuk dari celah-
celah kecil saja.
“ini hutan maringoko, entah bagaimana rasanya aku hafal jalan ini..” kata
kakak yang sedang menyipitkanmata melihat angkasa “dari sini, kita akan melewati
pemakaman, nah kita harus hati-hati. Firasatku buruk!”
Seketika G begiik ngeri, “ka-kakak jangan menakutiku, aku benci
pemakaman.”
“mungkin kau akan menbrak hantu! Hati-hati niii chan.. kahahh..” canda
kaluka.
Benar, patok bertuliskan pemakaman desa log mereka lewati, G menyeka
keringat dingin di dahinya. Tangannya sendiri sudah kepalang basah. bukannya
menurunkan kecepatan, G tiba-tiba menancap gas. Kakak dan kaluka kaget bukan
main, G terlalu takut hingga dia salah injak pedal. Sial,
“stop!!!” kakak berteriak kencang begitu melihat seseornag yang sedang
berdiri di tengah jalan. G kebingungan hingga mendadak kakinya menyentuh rem,
namun. Wajah kakak shock dan memucat seketika. Jantungnya bagai berhenti,
seluruh tubuhnya gemetar. “bukankah sudah ku bilang, berhati-hati! Sekarang apa
yang akan kau lakukan?” nada saranya sendu seolah dia menangis
G dan Kaluka menatap heran sekaligus kaget kakak, “apa maksudmu? kenapa
kita berhenti?” kata G cemas
Kakak terkejut, “kau tidak melihatnya?! Pemuda berkacamat itu?! Kau tidak
melihatnya?!” tanya kakak histeris.
Tanpa menunggu jawaban, kakak lantas membuka pintu dan segera keluar
memastikan keadaan orang yang dilihatnya tadi. Aneh, tidak ada sebercak darahpun
di bagian depan mobil. Kakak mnelik ke arah ban, dan tak ada apapun disana. G ikut
turun memastikan,
“kakak, apa ada yang salah?” kata G heran.
Dia tak menjawabnya karena seseorang memegang bahunya dari belakang.
“maaf, apa kau mencariku?!” kata laki-laki tersebut.
“a-apa kau yang tadi berdiri di tengah jalan?” gugup kakak sembari
membalikkan badan. Wajahnya pucatnya kembali seperti semula, namun tatapan
kagetnya masih tetap, “kau masih hidup? Ah maaf tapi ku pikir kau sudah-!”
G menggaruk-garuk kepalanya melihat tingkah kakak yang sangat aneh. “hei
kakak kenapa kau berbicara sendiri? jangan membuatku takut!” kesal G
Sang kakak semakin was-was, “apa maksudmu G? kau tidak sopan!” sentak
kakak sambil menolehnya, kemudian kembali menatap sang pemuda “ah maaf yah…
mungkin matanya agak rabun..”
Sang pemuda menggeleng, “jangan pikirkan, aku malah terkejut kau bisa
melihatku. Apa kau hantu juga?!” pertanyaan santainya seketika membuat kakak
kaget mematung
“ka-kau hantu?!”
Dia tersenyum seolah tak terjadi apapun, “entahlah, tidak ada seorangpun
yang dapat melihatku… ku pikir aku hantu, tapi aku tidak menemukan batu nisanku
di pemakaman ini…”
“oh! Apa kau memiliki sesuatu yang bulat seperti kompas dan ada sebaris
kalimat di bagian pusatnya? Benda, gambar, atau apapun..” kata kakak curiga
Dia berpikir sejenak, dia memiliki bulu mata yang lentik di balik
kacamatanya. Mata hijaunya begitu sejuk di pandang, “ah! Aku tahu, aku punya
jimat!” katanya semangat sembari merogoh sesuatu di balik kerahnya, kemudian
menunjukannya pada kakak, “sebuah jimat kalung kompas emas, keren bukan?!”
Kakak melongo melihatnya. Tangan kanannya yang hendak menyentuhnya segera
dihantikan oleh snag pemuda. “maaf, ini pemberian dari seseorang, aku harus
menjaganya. Bisakah kau tidak menyentuhnya?”
“siapa yang meberimu?”
Kaluka tertarik pada apa yang kakak lakukan. Dia lantas keluar menemui G
dan bertanya padanya tentang apa yang terjadi. Sedangkan sang pemuda
memberitahunya, mengenai si pemberi kalung emas itu padanya. Bulu kuduk G
merinding mendengar cerita-cerita karangan kaluka. Padahal Cuma karangan. G
benar-benar penakut.
Kakak mengalihkan pandangannya pada seorang gadis yang berada jauh di
tengah-tengah area pemakaman. Seorang gadis bergaun musim panas putih itu
membawa sekuntum bunga mawar putih yang mempesona sambil berdiri di depan
sebuah batu nisan.
Kakak berlari menghampirinya. kaluka dan G saling berpelukan kaget
sekaligus takut. “kakak kesurupan?!”
Setibanya kakak di samping gadis itu dengan nafas ngos-ngosan, “hei, aku
mohon beritahu aku semua yang kau tahu tentang karegiko!!!”
“karegiko? Karegiko usano? Apa kau mengenalnya?” suaranya lembut
“ya! Aku bertemu dengannya tadi!”
“apa?! itu tidak mungkin, dia-.. dia sudah lama mati!”
Angin bagai menghembuskan kabar buruk ke dalam lubuk hati karegiko. Di
samping mobil, walaupun jarak sangat jauh dari sang gadis, dia masih dapat
mendengarnya. Entah kemampuan apa yang dia miliki. Tapi hatinya sungguh tersakiti
berkatnya.
“karegiko usano adalah sahabatku. Kami teman satu desa dan satu kelas.
Suatu hari aku mengajaknya bermain dan memberikannya hadiah ulang tahun sebuah
kalung emas. Tapi sehari setelah itu, tiba-tiba dia menghilang. Tidak ada seorangpun
yang menemukan keberadaannya. Aku menyesal, dia mati karena aku yang terlalu
bodoh! Seharusnya aku tidak menerima kalung emas itu!” dia terisak sambil jatuh
menangis. Ujung rambutnya menyentuh tanah.
“siapa yang memberimu?”
“hiks… seorang gadis, kurang lebih seumuranku.. ku pikir dia sudah
menerimaku sebagai teman. Tapi dia membohongiku..”
“gadis? sebutkan ciri-cirinya!”
“Aku lupa, yang ku ingat hanya dia seornag gadis, bermata biru dan cantik
sekali. aku lupa!”
“baiklah, tak apa” kakak membantunya berdiri, “bisakah kau jaga rahasia
kecil karegiko?”
“ha?”
Wajah G dan kaluka memerah setelah melihat kakak menggandeng tangan
seorang gadis cantik menghampiri mereka. gejolak yang meluap-luap dari
kecemburuan sembunyi mereka. kakak hanya tersenyum simpul.
“mulai hari ini, saki aluka dan kagerou usano akan bergabung dalam geng
kita. Aku sudah menjelaskan semua padanya, dan mereka mengerti, lalu memutuskan
untuk bergabung. Kaluka kau duduk di belakang yah!” jelas kakak sang sontak
membuat kaluka kesal
“kenapa aku d belakang? Aku kan bisa duduk di samping aluka!”
“baiklah, tapi kau juga harus duduk disamping karegiko. Ku kira kau tidak
akan suka.. tapi ya sudahlah!”
“EH? Apa maksudmu ku kira kau tidak akan suka? Memang dia hantu?”
“ya!”
“….?! !@#$%^&*()”
Seketika kaluka dan G jatuh terkapar. Jiwanya telah menghilang akibat
ketakutan yang mengambil alih tubuhnya. Kakak eringis tak bersalah. “aku bercanda
loh..”
Akhirnya, perjalannan berlanjut. Kakak mengambil alih bangku supir. Saki
duduk disampingnya, G dan Kaluka tertidur di bangku paling belakang, dan karegiko
berada di bangku tengah. Mobil melaju kencang meninggalkan area pemakaman
dimana seorang gadis yang baru menjadi bahan perbincangan duduk diatas sebuah
batu nisan tak bernama di bawah sebuah pohon oaks tua yang daunnya mulai
berguguran. Dia terkekeh kecil, matanya yang biru mengkilat memandangi wajah
tampan dari seseorang yang membuatnya cukup cemburu, “kakak? siapa namamu
sebenarnya?” suaranya yang lirih hilang di telan angin badai yang datang membawa
kegelapan.
Di jalanan yang sepi itu, kakak berpikir. Berpikir lebih keras dari yang
lainnya. di pihak lain, Frank menemukan sesuatu yang lebih mengejutkan hari itu,
sehingga mendorong kelompoknya untuk menjelajahi kota selatan guna untuk
mengambil satu kepingan memori yang tertinggal.

CHAPTER III
REASON!
Ruang mobil menjadi lebih sepi, sebab G dan Kaluka menutup rapat-rapat
mulutnya karena takut mengganggu karegiko. Kakak sudah membujuk berkali-kali
tapi mereka masih melakukannya. Karegiko mati-matian menyakinkan mereka tapi
mereka malah tambah takut padanya, suaranya membuat seolah ruang mobil sama
seperti kuburan. Namun, tawa dari saki dapat meluluhkan dinding ketakutan mereka.
dengan wajah memerah, mereka terpesona.
“kakak, ku mohon kau bujuk mereka” karego tak tahan lagi.
Kakak dan saki terus saja tertawa, “baik-baiklah,”
Tiba-tiba dia menginjak rem. Mobil terhenti. Bersama senyuman lembutnya
yang penuh dengan arti, dia mengancam “kaluka, G. duduklah bersama karegiko.
Atau akau akan meninggakan kalian di pemakaman selanjutnya.. khihihi…” dia
tertawa licik. G dan Luka memasrahkan semuanya. Mereka lekas berpindah tempat
duduk.
“kakak, bukan berarti aku-“ celotehan karegiko segera di hentikan G
“Yah, daripada bertemu hantu yang sebenarnya, lebih baik duduk disamping
hantu jadi-jadian karegiko! Maaf sebeluumnya!” kata G ramah. Keregiko terkejut,
Kakak menancap pedal gas lalu berkata, “karegiko, G dan luka hanya
bercanda. Lagipula aku hanya bercanda tentang pemakaman selanjutnya. Aku minta
maaf juga pada kalian yah..”
G dan kaluka kompak mengacungkan kedua jempol tangan mereka. “tentu!”
Karegiko dan ski tertawa bersama melihat tingkah polah dua pelawak pro, G
dan kaluka. Suka dan cit mewarnai suasana di mobil tersebut. sayangnya, senyuman
yang menghilang dari wajah kakak akhirnya disadari oleh G. tatapan tajam dan dingin
itu, kakak pasti memikirkan sesuatu. Memang benar, saat ini pikirannya sedang
terpusat pada satu titik, kota barat.
1 Hari berlalu, lagi-lagi penginapan sederhana mereka singgahi. Penginapan
di sebuah desa terpencil bernama Hakurazi. Hampir sama dengan penginapan yang
sebelumnya, hanya harganya saja yang berbeda. Di sana pun sedikit lebih ramai di
banding sebelumnya. Kakak memesan 2 tempat, satu untuk 4 orang dan 1 lagi untuk
1. Tentu karen aada anggota wanita, kakak tidak mau membebaninya.
Terlalu lelah, 4 anggota lain selain kakak sudah tepar duluan dikamar masing-
masing. Sedangkan kakak memilih berjalan-jalan menjelajahi desa kecil itu. Masih
banyak orang yang berkeliaran. Dari desa ini, bintang masih terlihat cukup jelas.
Kakak mendongakkan wajahnya ke langit seraya menikmati hembusan angin malam
dan indahnya gugusan bintang.
Lampu yng masih menyala sungguh mengganggu. Terlebih bulan bersinar
lebih terang dari biasanya. Keindahan seperti ini tidak boleh di lewatkan. Kakak
berbelok menuju jalan setapak kecil yang mengarah ke luar desa. Jalan setapak nan
gelap dan panjang. Di sebuah taman bunga yang nampaknya terawat dengan baik
kakak berhenti. terdapat sebuah bangku panjang yang berada di dekat jalan setapak
tersebut. dia menghabiskan waktu disana.
“hohoho.. taman yang penuh dengan bunga. Dibawar sinar rambulan, aku
duduk bersama dengan hawa dingin yang menusuk juga aroma bunga yang terasa
menyejukkan hati. Oh keren juga. Aku bisa menggunakan kata-kata tadi…haaah..”
kakak menghela nafas panjang melepas keletihannya.
Tanpa sadar, keberadaannya mengganggu orang lain yang juga berada
disekitar taman. “maaf, bisakah kau pergi?” suara seorga gadis mengejutkannya.
kakak langsung mencari sumber suara.
“ah, maaf juga… aku hanya melepas lelah dan menikmati malam. Apa ini
tamanmu?” di abertanya sambil celingak-celinguk mencari sang gadis.
“begitu.. yasudahlah..” suara yang begitu lembut perlahan hilang. Kedua
matanya menyapu seuruh area taman, tapi tetap tak menemukan gadis itu.
“hei, siapa kau? aku mendengarmu, tapi tak melihatmu. Aku yakin kau orang
desa itu, jadi bisakah kau mengantarku ke tempat penginapan pak Jougi? Aku
tersesat, mungkin aku terlalu lama di taman ini.. maaf yah..”
Dia kembali, gadis itu kembali, kakak dapat mendnegar suara langkahnya
diatas dedaunan kering. “jougi? Jika aku memberimu lentera, apa kau bisa kembali
sendiri?”
Kakak menggaruk kepalanya yang sama sekali tidka gatal, “yah, tentu saja
tidak.. aku tidak memiliki ingatan yang baik. satu kali ini saja, tolong antar aku..”
mohon kakak. “aku hanya ingin ke tempat pak jougi,”
Gadis itu akhirnya memunculkan dirinya. Bermandikan cahaya bulan, kedua
mata gadis itu bersinar. Merah darah warnanya. Kakak mengucek-kucek matanya
berharap dia salah lihat.
“apa kau takut?!” tanya gadis itu dingin.
Wajahnya seputih salju dan rambutnya berwarna hitam lebat dengan gaya
kepang dua. Gaunnya berwarna hitam di bagian atas dan hitam di bagian rok yang
panjangnya sampai ke mata kaki.
“untuk apa aku takut padamu? Kau manusia kan, lagipula aku pasti sudha
ditunggu disana. jadi bisakah kau mengantarku segera?” kakak benar-benar cemas
bila G tahu dia tidak datang tepat waktu seperti yang dijanjikan sebelum dia pergi.
Gadis itu berjalan tanpa mengatakan apapun. Menyusuri jalan setapak dia
mengantar kakak berbekal sebuah lentera yang entah sejak kapan ada di pinggir jalan.
Kakak berjalan di belakang sang gadis.
“hei, akan bosan jika kita tak saling bicara.. ngomong-ngomong, apa kau bisa
bercerita tentang rumor yang akhir-akhir ini beredar di desa ini? aku baru
mendengarnya tadi..” kata kakak
“shogi uraka, dia adalah monster berbentuk manusia. Melihatnya saja sudah
menjadi kemalangan.” Jelas gadis tersebut.
Kakak terkekeh, “shogi? Namanya lumayan bagus. Memang seperti apa dia?”
Sang gadis berhenti tiba-tiba, “bagus? Dia itu monster!” nada suaranya keras
dan menyentak. Kkak kaget dibuatnya.
“memang apa masalahnya? Dia hanya monster”
Sang gadis semakin heran dan kesal, “kau berkata seolah kau ini sama
sepertinya! Siapa kau sebenarnya?! Kenapa kau tidak takut padanya? Kenapa?!!!”
nadanya semakin keras saja.
“mungki karen aku bukan penduduk sini, jadi aku tidak tau dia seperti apa.”
“dia adalah a-“ ucapannya berhenti ketika seseorang yang memegang lentera
melambaikan tangan di ujung jalan setapak ke arah mereka berdua. dia meneriakkan
sesuatu, tapi karena angin yang mendadak bertiup kencang. suaranya tidak terdengar
sama sekali. kakak dan gadis itu menolehnya kaget.
“oh, apa itu pak jougi?” kata kakak sembari menyipitkan matanya
“pergilah! Dia mungkin akan mengantarmu..”
Kakak tersenyum kecewa, “apa ada jalan lain selain jalan ini?”
“ya, tapi kau harus memutar desa.. jaraknya 3 kali lipat lebih jauh.”
“aaarrgghh… hei, sebelum aku pergi. Aku ingin kau menjawab ini. apakah
rumor monster itu adalah dirimu?”
Seketika, snag gadis tersentak kaget, sorot matanya berubah menjadi sendu,
dia menunduk, membiarkan beberapa helai rambunya jatuh menutupi wajahnya, “ya.
Pergilah, sebelum aku berpikir untuk membunuhmu..”
Kakak berjalan melewatinya, “jika kau monster, kau tidak akan menolongku.
Aku bukan sok baik hati, tapi dari matamu aku bisa tau kau pasti tidak bertah disini.
maka dari itu, aku memmberi tawaran terbatas padamu.” Dia berhenti sejenak “jika
kau ingin pergi dari desa ini, datanglah padaku. Tawaranku terbatas hanya sampai
tengah hari esok. Terima kasih!” kakak langsung berlari menuju pak jougi di ujung
setapak. Shogi menjatuhkan lentera dari tangannta. Awan badai lantas menutupi
cahaya bulan. Cahaya merah di bolamatanya meredup kehilangan sumber cahaya.
“bodoh!”
omelan dari pak jougi tak cukup bagi kakak. walau sepanjang jalan bentakkan
mengiringi jalannya, pikirannya masih tertuju pada shogi. Tidak berharap banyak dia
menerima tawarannya, tapi setidaknya, kakak masih memiliki lebih dri 1 % harapan
dia akan menerima. Tak sampai disitu, ternyata G menangkap basah kakak yang
datang terlambat. hukuman tidur di lantaipun menjadi akhirnya.
“aku menunggumu..”
Rintik hujan terdengar. Padahal fajar baru muncul dan burung-burung kembali
ke sarangnya. Tirai jendela terbuka menampakkan suasana dingin yang menyelimuti
kota. Cahaya yang masuk menyilaukan mata, kakak menghadangnya dengan tangan
kanannya. seseorang di tepi jendela tengah menunggunya,
“oh, kakak sudah bangun? selamat pagi!” serunya
Seketika raganya ternguncang hebat, “shi-shizouu!!” teriaknya yang langsung
terbangun dari tidurnya. Sangat terasa, jantungnya berdegub kencang dan keringat tak
hentinya menetes. G terlonjak kaget sampai dia jatuh dari ranjang tepat di samping
kakak.
“oi kakak, jangan membangunkanku tiba-tiba! teriakanmu berisik sekali!”
keluhnya sambil mengelus-elus wajahnya yang malangnya jatuh terlebih dahulu.
Nafas kakak tersenggal, dia menutupi wajahnya yang begitu ketakutan. G merasa
bersalah karena sudah membentaknya, “oi kakak, kau pasti mimpi buruk! Sebaiknya
cuci mukamu sana!”
Kakak lekas berdiri kemudian berlari menuju kamar mandi. G menghela nafas
panjang, “shizou yah? Hah.. selalu saja, kakak membebani dirinya sendiri. memang
bodoh!”
Sejak itu, kakak tidak pernah berkata apapun. Bahkan dimeja makan, suasana
kuburan snagat terasa karenanya. G dan kaluka memilih menahan lawakan mereka.
santapan pagi yang seharusnya lezat menjadi hambar. Karegiko dan saki pun terlihat
kebingungan dengan kondiri sepi ini. kakak memangs sangat memepengaruhi
kelompok ini.
“maaf,” seru kakak yang tentu mengagetkan semuanya. “hari ini aku merasa
tidak enak badan, aku akan jalan-jalan di sekitar sini. kalian bersiap yah..” suaranya
sedikit serak.
“ba-baik” jawab kompak semua,
Setelah itu, kakak benar-benar pergi meninggalkan semuanya di penginapan.
Di jalanan desa hampir semua oarrang memandanginya heran. Kakak tidak tahu
penyebabnya, tapi yang jelas setiap orang yang berada di dekatnya langsung
menghindar begitu melihatnya. Kakak berusaha memahami, dia membeli sebuah
jaket hitam kemudian memakainya sekaligus tudung untuk menutupi wajahnya.
“shizou… maaf, aku tidak berguna!”
Di pihak lain, seseorang mengusik kesibukan G dan kawan-kawan yang
sedang mempersiapkan bekal perjalanan. seorang gadis berjubah dan bertudung
merah dengan sebuah koper yang dibawanya.
“ada yang bisa kami bantu?” sambut G ramah
Dia menunduk, tidak ada satupun kulitnya yang terlihat, wajahnya tertutupi
tudung, gaun panjang berwarna hitam putih juga sarung tangan putih di pakainya,
“aku mencari ..-“
Sekian lama berkeliling. Pukul 09.28 kakak memutuskan kembali. tak ada lagi
yang menarik untuk dilihat di desa ini. kakak hanya menemukan kekosongan dan
kesepian, percuma dia menghibur diri, semua permainan, pemandangan indah, dan
hal lain yang menarik bagi orang lain malah melelahkan matanya. batinnya tersiksa
berlama-lama disini.
Sesampainya di motel, senyuman dibrikannya pada G dan kaluka yang datang
menghampirinya di pintu. Karegiko dan saki sudah lelah menawarkannya minum.
Mereka tak mengatakan tamu yang bau saja datang, yah lebih tepatnya mereka tidak
sempat karena kakak langsung menuju kamarnya. Hingga,
Kakak membuka pintu kamar perlahan kemudian memasuki kamarnya.
Langkahnya melambat. Tiba-tiba, pintu tertutup. Kakak terkejut tapi tahu apa yang
sedang terjadi.
“tawaran itu masih berlaku bukan? aku menerimanya” kata seseorang yang
sedang berdiri bersandar pada pintu kamar.
Kakak menghela nafas panjang, “ya, kau bisa memasukan tasmu ke bagasi
dan bergabunglah dengan G dan kawan-kawan, shogi, aku akan-“
“perjalanan ini tidak akan ernah di lanjutkan jika kau masih seperti ini”
potong shogi langsung “dasar penulis bodoh, jangan berpikir seolah kau sudah gagal
menyelamatkannya, jika kauberpikiran seperti itu artinya perjalanan ini sia-sia dan
kau bukan hanya membohongi dirimu sendiri tetapi juga kami semua. pengecut!”
Kakak memjamkan matanya, “kau tahu darimana? G?”
“aku baru datang, melihat wajah semua temanmu muram aku jadi tertarik apa
yang menyebabkannya, dan ternyata kau sang ketua. Aku bisa membaca pikiranmu,
itulah mengapa aku sangat kecewa pagi ini”
“kau menakutkan..”
“meakutkan? Kau yang bila mau menerimaku dengan senang hati, jadi kau
juga takut? Aku mohon jangan katakan pa yang orang-orang desa juga
memikirkannya…” shogi menghampiri sang kakak kemudian berdiri di sampingnya,
“masih ada 2 jam lagi, kalau kau mau, dengan senang hati aku meu
mendengarkanmu. Anggap saja sebagai tanda terima kasihku..” katanya sambil
menunjukkan senyuman termanisnya
Kakak terkekeh kecil, lalu membuka matanya, “kau kan bis amembaca
pikiranku, aku tidak perlu mengatakannya bukan?” akhirnya dia tersenyum.
“ayolah, anggap aku manusia biasa saat ini..” kata shogi menggoda.
Tak ingin membuang-buang waktu, kakak memasrahkan diri. Dengan
ditemani shogi, mereka berdua duduk berhadapan. Shogi duduk di sebuah kursi dan
kakak di tepi kasur. Kakak bercerita semua perasaan yang ia rasakan pagi ini. semua
yang membebani pikirannya, dan semua yang membuatnya gelisah juga takut.
Keraguan dalam hatinya turut ia kisahkan. Shogi mendengarkan sungguh-sungguh.
Hingga tibalah waktu bagi G menguping,
“aku ingin melindungi mereka apapun yang terjadi”kata kakak yang spontan
membuat G terkejut. “maka dari itu, aku mohon pinjamkan kekuatanmu, shogi. Aku
lelah menjadi beban mereka. aku akan melindungi keluarga kecilku ini…”
Shogi dibuatnya begitu gembira, sembair menyeringai tajam seaka mangsa
mendatanginya tepat saat dia sednag kelaparan. “tentu!”
Lantas kakak segera mengakhiri obrolannya. Dibantu oleh shogi dia
merapikan barang bawaannya kemudian membawanya keluar. G sudah turun terlebih
dahulu beberapa menit setelah kata-kata terakhir dari kakak. suasana kembali menjadi
hangat, kakak kembali tersenyum menyambut semua orang. Namun, kegelisahan
sekarang malah menghampiri G.
CHAPTER IV
REMEMBER, WE ARE STRONGERST!
“yak! Aku perkenalkan anggota baru kita.” kakak mempersilahkan shogi
melangkah maju. Di hadapan G, kaluka, karegiko, dan saki kakak memperkenalkan
shogi.
Shogi menarik nafas dalam-dalam, kemudian “aku shogi uraka, seorang
monster dari desa ini”
“hahh?!” kaget kompak G dan kawan-kawan.
“mo-moster?” wajah kaluka seketika memucat.
Mendadak kakak menggandeng tangan shogi, “tenang saja, selama dia berada
di dekatku, monternya tidak akan muncul! aku berjanji akan melindungi kalian, jadi
jangan takut yah!” kata-kata kakak bagai cahaya di mata kaluka. Muka shogi
memerah, G menatapnya kesal. “oh dan shogi. Aku akan memperkenalkan anggota
lama kelompok ini…
Pertama, G, orang pertama yang mendatangiku dan yang menjadi salah satu
penyebab aku berada disini sekarang. nama panjangnya, aku dan dia sendiri tidak
tahu. Dia seperti model, berwajah tampan, tinggi, dan pokoknya perfect. tapi dia yang
paling penakut disini.
“apa?! aku tidak penakut!!!”
Kedua, Kaluka, orang yang mencuri dompetku dan si penyebar rumor legenda
kota timur. dia adalah anak smp kelas 3, yang dengan senang hati membolos sekolah
untuk ikut denganku. Si genius ini, juga menjadi pasnagan seven dalam hal mengerjai
G, kahaha…
“yups!”
“APA?!”
Ketiga, karegiko usano, anak sma yang menyerupai hantu hingga membuat G
dan kaluka begidik ngeri di sampingnya. hanya aku yang dapat melihatnya. Cowok
berkacamata dan cupu ini adalah seorang yang baik dan rendah hati. Siapapun akan
senang menjadi temannya.
“ter-terima kasih”
“HEI! Kami tidak ngeri!”
Terakhir, Saki aluka sang kembang desa yang jatuh cinta pada karegiko dna
karegikopun menyukainya. Mereka pasangan yang serasi, ah aku lupa, inikan rahasia!
Kau tidak boleh mengatakannya pada siapapun shogi! Ah, jika dia marah, dia juga
menakutkan sama sepertimu. Tapi selebihnya dia manis sekali!”
“kau sudah mengatakannya kakak! sialan”
Kakak mengakhirinya dengan tepuk tangan setelah telapak tangan G, kaluka,
dan saki mendarat mulus diwajahnya dan menyebabkan wajahnya menjadi kemerah-
merahan.
“tunggu!” shogi mengehntikan kakak yang sedang akan membuka pintu
mobil. “seven? Kau blum menceritakan anggoa lain yang tidak berada disini.”
“ah iya, aku lupa! Maaf, kau bisa mendengarkannya lainkali”
shogi mengerti kode dari kata ‘lain kali’ yang di ucpkannya. Perjalanan
berlanjut, menuju kota utara mereka akhirnya kelaur dari daerah pelosok dan hutan.
Pepohonan telah tergantikan dengan perbukitan hijau yang tak kalah indah. Gerbang
kota barat dapat terlihat dengan jelas di kejauhan. Gerbang yang memiliki pagoda
dewa penghancur di kedua sisinya, berdiri kokoh dan menjulang tinggi dengan
sederet tulisan nama kota melintang di bagian atas. beberapa penjaga berada di
bawah menyortir semua orang yang akan memasuki kota. Senjata jenis senapan
seribu berada dalam genggaman masing-masing.
Penjagaan sangatlah ketat, ada beberapa anjing penjaga dan mesin detector
canggih yang tertempel di atap gerbang. memang pantas bila kota seribu budaya ini
mendapat gelar sebagai kota teraman. Negara ini begitu unik. Setiap kota memiliki
kehebatannya masing-masing. Berbeda tapi saling melengkapi.
“hei kakak, apa di kota utara anggota kelompok akan bertambah lagi?” tanya
G yang sudah lelah bertemu dengan orang-orang yang memiliki ke anehan dan ikatan
yang sama dengannya.
Kakak menggeleng menanggapinya. “aku tidah tahu, tapi feelingku
mengatakan kalau perjalanan kita akan segera berakhir. Ya ampun, aku benar-benar
bingung..”
Semuanya terkejut kompak, “benarkah?!” kaat mereka
“maksudmu kita akan bertemu dengan musuh sebenarnya? Kapan?!” tanya
shogi menggebu-gebu, kedua tangannya sudah kelu untuk di gerakkan.
“apa kakak punya rencana?” karegiko menambahkan.
Kakak cengengesan ria,”bagaimana kalau kita bersenang-senang? Entah
kenapa aku sangat memantikannya bersama kalian, nah kita mau kemana? Kalian
mau kemana? Ada rekomendasi?” kakak kembali membaca petanya
G kesal, “bukankah sebaiknya kita menyusun strategi daripada bersenang-
senang? Simpan tenagam itu..” ucapnya ketus.
“G kita belum tahu siapa musuh kita sebenarnya, maka dari itu daripada
memikirkan hal yang akan membuat kita pusing nantinya, lebih baik kita habiskan
waktu luang kita untuk bersennag-senang. Ku lihat dari kemarin wajah kalian
murung.” Jelas kakak
Kata-katanya barusan memicu senyuman G mengembang kembali. aura
bahagianya terpancar indah. “baiklah!! Sebenarnya aku sudah marndukan pantai!
Ayo kita ke pantai!!” ajak G semangat
Kaluka memayunkan bibirnya, “tidak! kita akan ke kebun binatang! Atau ke
taman kota! Atau-”
“sequere dominic,“ sambungan dari saki menjadi pusat perhatian semuanya.
Jempol dan senyuman langsung terarah padanya. Kakak pun memutuskan,
“baiklah! Tujuan pertama kita adalah area squere dominic!!”
Sequere dominic adalah area khusus bagi semua warga negara untuk
menghabiskan hari liburnya dengan bersantai, bermain, dan belajar seluruh
kebudayaan yang dimiliki negara ini. area ini sangat mendukung pendidikan dan
pelestarian kebudayaan tradisional dan nasional. Area ini menjadi daya tarik utama
kota utara.
Taman bermain, aneka wahan permainan, laut buatan, pantai buatan,
pegunungan buatan, hutan buatan, museum, taman mini, kebun buah dan sayuran,
dan masih banyak lagi fasilitas yang terdapat di squere dominic.
“datang dengan sennyuman pulang dengan tawa, dan datang dengan tangisan
pulang dengan senyuman” kata-kata khas dari maskot squere dominic yang berbentuk
kucing hitam dengan mata biru yang dapat berdiri dan membagikan selebaran di pintu
masuk dan pintu pulang, dia akan selalu mengatakan hal tersebut pada siapapun yang
ia temui. Anak-anak menyukainya, mereka dapat berfoto bersama hanya dengan
membayar (jika dirupiahkan) Rp7500.00.
Namun squere dominic tidak terbuka bagi anak dibawah usia 12 tahun. Tidak
ada yang tahu mengapa, pihak pemilik akan menjawab “ini bukanlah area anak
balita” hanya itu.
Untung kaluka sudah berumur 14 tahun, jadi tidak ada yang menunggu diluar.
Area squere dibatasi oleh dinding beton yang tingginya sama seperti pembatas kota
utara. Gerbangnya pun sama. Area squere dinyatakan sebagai kota buatan atau kota di
dalam kota. Area ini terletak di jantung kota utara, tepatnya wilayah bagian tengah.
Kakak mendapat tiket spesial dimana dia akan dapat mengunjingi seluruh
fasilitas yang ada, berkat mengantri berjam-jam. tiket edisi terbatas ini sangat
terbatas, hanya 1 setiap bulannya. Tiket ini berlaku selama 24 jam penuh termasuk
tidur dan makan. Tanpa membuang-buang detik waktu, kakak langsung tancap gas
memasuki gerbang. maskot berbentuk kucing anggora mereka anggurkan.Kaluka
menangis karenanya.
Pertama kali masuk, mereka disambut aroma wangi dari bunga-bunga
berwarna warni, indah dan mempesona. Taman bunga di kanan dan kiri tepi trotoar
jalan. Taman tersebut beraa di sepanjang jalanan aspal.
“Indah sekali bukan?! jalan ini dinamakan jalan cinta! Karena akan lebih
indah jika kau berjalan-jalan dengan orang terkasihmu!!” jelas kakak sembari
melihat-lihat pemdandangan.
Shogi memperhatikannya lebih dari siapapun, merona merah muncul di
wajahnya. “kalau begitu kenapa kita tidak berhenti dan berjalan-jalan?”
“oh benar!!” seru kaluka yang paling semangat.
“ok, kalian turun dulu, aku akan memarkirkan mobil ini.”
Mereka setuju, kakak menurunkan mereka di depan sebuah gedung pencakar
langit yang dikenal dengan nama Mourine Down. Setelah kakak bergabung baru
mereka semua masuk bersama. Tiket khusus berada di karet gelang yang dipasang di
tangan kanan mereka. mourine down merupakan sebuah gedung yang didalamnya
terdapat permainan visual illusion, yaitu permainan dimana mereka akan dipasangi
kacamata 4D saat memainkannya. Mereka terlebih dahulu memilih jenis permainan
seperti, action, horror, misteri, techno, dan lain-lain. permainan berbasi roleplay.
Kakak memilih horror. Jadilah, kaluka dan G ketakutan setengah mati, tubuh
mereka kaku saat berbagai hantu datang mendekat. Lorong rumah sakit menjadi
tempatnya menangis tersedu-sedu meratapi penyesalannya masuk ke gedung ini.
kakak dan shogi tertawa puas. Padahal level horor masih ebrada di tingkat awal, G
dan kaluka sudah menyerah. Kakak, karegiko, saki, dan shogi meneruskan permaian
sampai pada level puncak, hadiahnya berfoto engan para hantu yang ada. G dan
kaluka menertawai mereka begitu mereka keluar.
“tadi kakak sudah memilih, sekarang giliran aku!” ungkap G.
Kaluka tak mau kalah “tidak seharusnya giliaranku!!”
“kenapa tidak aku saja?” saki menambahkan
“ya! Aku dukung saki!” timpal karegiko
Shogi mengeluarkan aura monsternya, “kalian diam! Sekarang giliranku!” G,
Kaluka, saki seketika terdiam takut.
Perdebatan terus berlanjut dan semakin sengit. Kaluka, G, saki, dan shogi
saling berebut mdan kukuh mempertahankan hak suara mereka. kakak bertepuk dahi
dan karegiko mengalihkan pandangannya ke arah taman yang berada di sebrang jalan.
Firasatnya megatakan akan ada hal aneh yang terjadi. Kakak berdiri di antara kaluka,
G saki dan shogi. Ada tekanan aneh yang membuatnya meringkuk saat mereka
berdebat.
Sampai akhirnya,
“kita akan ke taman!!” seru kakak
Spontan, tatapan tajam dan dingin langsung tertuju pada kakak. kakak
mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya membentuk tanda peace dengan
cengirannya.
“baiklah karena kakak yang memilih aku tidak bisa menolak!” kata kaluka
pasrah.
Sama halnya dengan kaluka, G menghela nafas panjang menerimanya. “hah,
aku juga, tapi setelah ini aku tidak akan mengalah pada kalian, luka, saki, shogi.
Pantai akan menjadi tujuan utama!”
G menyulut emosi shogi, “tentu saja tidak! lower town pastinya!!”
tariakannya mendorong saki ikut nimbrung
“cardise soon!!”
Akhirnya perdebatan kembali terjadi dan memaksa kakak memsangan
ekspresi sedihnya yang menuntut rasa iba dari mereka semua. perjalan berlanjut!
Di pintu gerbang, mereka di sambut oelh seornag petugas laki-laki berkaamata.
Tingginya sama dengan kakak, andai kakak emmakai seragam itu mereka pasti sulit
dibedakan dari belakang. Das, nama petugas itu. Das mengajak mereka berkeliling
koridor. Koridor panjang tanpa pintu dan jendela. Sepi dan kosong, tk ada tanda-
tanda kehidupan disana kecuali langkah kaki mereka yang menggema di sepanjang
koridor.
Tak lama, sebuah pintu kayu mereka temukan di salah stau dinding. Pintu
yang langsung menghubungkannya dengan kebun bunga. Kakak dan kawan-kawan
berdiri mematung sebab takjub karena keindahan bunga berwarna-warni yang
terbentang sejauh mata memandang.
“a-apa ini mimpi?!” kata kakak
Aroma bunga menuuk begitu harum. Hanya ada 1 jalan masuk, jalan tanah
yang lurus dari pintu. Lantas tunggu apa lagi? Mereka bergegas berlari masuk
menikmatinya.
“ini adalah taman buatan. CPR Corpooration berusaha semaksimal mungkin
membuatnya nyata. Langit, rumput, bunga, lebah, dan bahkan angin ini juga
merupakan buatan kami. Waktu anda disini 1 jam, aku berada dipintu, jadi hubungi
aku jika ada sesuatu yang kalian butuhkan. Terima kasih!” jelas pertugas sembari
tersenyum kemdudian menutup pintu.
G sama sekali tidak mempedulikannya, begitu sampai di area bunga lavender
dia lekasmenjatuhkan dirinya pada bunga-bunga malang itu. Melihat apa yang
dilakukan G, kaluka tidak mau kalah, dia pn menjatuhkan dirinya pada kumpulan
bunga roselia tak jauh dari G. karegiko dan saki asik berpacaran di bawah pohon
sakura yang berada di tepi kolam ikan koi.sedangkan shogi berdiam diri menatap jauh
ke depan di atas bukit. Kakak kebingungan mengatur mereka semua,
“oi-oi, kalian jangan seenaknya disini. nanti aku yang dimarahi!” katanya
dengan nada perintah.
G yang berada disampingnya menatap tajam kakak, “kau sendiri yang billang
kita harus bersenang-senang kan? Kenapa kau bingung sekarang?”
“kakak! petugas itu tidak ngomong kalau kita tidak boleh seperti ini!!!” teriak
kaluka menambahi.
“ta-tapi”
“suah-sudah, aku tahu kau bingung mau ngapain, mending sana main ama
shogi, hanya dia yang menyendiri. Aku pikir, ada yang ingin dia bicarakan
denganmu” jelas G yang tiba-tiba berdiri dan mendorong kakak pergi.
Kakak menghela nafas panjang, benar apa yang dikatakan G. Daripada
menganggur lebh baik mengunjungi shogi. Bukit kecil dimana shogi berada
ditumbuhi rumput seluruhnya tapi kakak bisa dengan mudah mendakinya. Untung
tidk terlalu tingggi.
Dipihak shogi, keindahan taman di depannya membuatnya tidak menyadari
hawa kedatangan kakak. sampai kakak menunjukannya sendiri dengan menepuk bahi
shogi dari belakang. Shogi terkejut tapi kakak malah cengengesan lalu duduk
disampingnya sembari menyuruh shogi duduk pula.
Shogi bersimpuh, “ada apa kak?”
“eng.. aku bingung, G dan kaluka sibuk bermain, dan kergiko-saki, mereka
sedang kencan. Aku bingung mau ngapain, jadi aku ke sini deh, apa mengganggu?”
kata kakak dengan wajah memelasnya
“tentu tidak!”
Mereka saling melempapr seyum sebelum mengalihkan pandangan mereka
menuju sebuah gunug yang sangat jauh dan berdiri kokoh di hadapan mereka.
pemandnagan yang teramat sangat indah dimana seluruh lapangan dipenuhi bunga-
bunga berwarna-warni yang saling bercampur aduk menjadi satu kesatuan yang
teramat indah.
“oh iya, G pikir ada sesuatu yang ingin kau bicarakan denganku, apa?” tanya
kakak yang seketika mempercepat lau detak jantung shogi.
Tanpa sadar wajah shogi memanas dan memerah, “si-sial G pasti bermaksud
perasaanku pada kakak! sial, sial, bagaimana G bisa tahu?!!!” tangannay tak
berhenti bergetar saat batinnya menggerutu kesal. “a-aku hanya ingin bercerita saja”
nampak jelas kegugupan yang dirasakannya.
“cerita apa? aku mau mendnegarkannya”
Shogi menunduk menyembunyikan wajahnya, “a-aku memiliki seorang
teman, dia satu-satunya orang yang tidak takut padaku…”
“wah, aku tidak tahu kau memiliki teman. Kau tidak pernah bercerita padaku!
Ku pikir hanya aku yang tidak takut padamu!” kata kakak sedikit kesal
Shogi membatin “aku lupa,, dia terlalu bodoh untuk mengerti.” shogi
memberanikan diri menatap kakak, “ada perasaan aneh saat aku bertemu dengannya.
jantungku tiba-tiba dedegub kencang, wajahku terasa begitu panas, dan a-aku tidak
dapat mengehntikan kegugupanku. Menurut kakak apa ini yang dinamakan jatuh
cinta?”
Kakak menolehnya sambil berpikir, “pasti! Itu pasti jatuh cinta pada
pandnagan pertama! Ya ampun, aku tidak percaya loh yang seperti itu nyata!!” kakak
berseru gembira dengan tampang polosnya.
“kenapa kau tidak sadar?!” shogi mengatur nafasnya, “aku selalu ingin
bersamanya, aku sellau ingin membantunya. Tapi aku tidak tahu apa dia mencintaiku
atau tidak aku emutuskan untuk bertanya padanya sekarang.”
“itu baru namanya semangat! Eh, sekarang? Itu artinya dia berada disini?”
kakak cukup terkejut.
“ya! Nah kakak apa kau sedang mencintai seseornag juga?”
Mendadak kakak mengalihkan pandangannya ke gunung shiromichi itu, “ah
entahlah, aku tidak tahu…”
“kakak, sekarang gantian dong! Ceritakan padaku!” rengek shogi
Kakak meliriknya sembari tersenyum, “aku merindukan seseorang yang
membuatku derada disini sekarang. Gadis yang sangat ku sayangi sama seperti
adikku,..”
Serasa terhenti jantung shogi, “gadis? siapa?”
“namanya, hiki. Aku bertemu dengannya di panti asuhan. Dia sangat aneh dan
lain dimataku. Bagaimana tidak? dia tiba-tiba datang ke rumahku sata kami beru
berkenalan. Dia 2 tahun lebih tua dariku tapi kurasa itu tak masalah. Hehhe” kakak
menatap shogi bersama senyuman gembiranya.
“apa dia ju-juga mencintaimu?”
Saat itu pula, senyuman kakak mendadak menghilang, “aku tidak tahu dan
aku tidak peduli. aku hanya akan menjaganya sebegai tanda cintaku, meski dia takkan
membalasnya. Aku pun bahagia. Sayangnya, aku memang tidak baik untuknya,
nyatanya sampai sekaang aku belum bisa membebaskannya dari penculik itu. Aku
benar-benar pria yang lemah yah?” dia kembali tersenyum pada shogi.
Shogi menunduk menyembunyikan airmata yang keluar tanpa izin, “tidak!
kakak tidak lemah! Ka-kaka terlalu bodoh untuk menjadi orang baik! kakak benr-
benar bodoh! Kenapa kau begitu pengecut! Kau seharusya mengatakan padanya kalau
kau mencintainya!!!!!” shogi terisak.
“a-apa maksudmu aku harus memperjuangkannya?”
“ya! kau haru smemperjuangkannya! Kau harus membuatnya jath cinta
padamu! Kau harus- kau harus membuatnya menerimamu!!! Hiks,,hiks..jangan
biarkan perasaanmu tak berbalas!”
Senyuman kakak mengembang , dia mengeser tubuhnya lebih dekat dengan
shogi kemudian (plukk..) tangan kanan kakak mendorong kepala shogi hingga
menyentuh bahunya, lalu memeluknya. “baiklah, mari kita sama-sama berjuang
meraihnya.. suatu hari aku pasti akan mendapatkannya, aku berjanji.. kau juga
berjanjilah padaku.”
Shogi tidak dapat lagi berkata-kata, airmatanya berhenti namun gemertar
dikedua tangannya tak tertahankan, hangat tubuh kakak seakan-akan
menenggelamkan kesedihannya, “aku berjanji.” Jawabnya lirih.
Kakak terkekeh kecil, “kau polos seperti adikku.”
“bodoh! Mana aku mau jadi adikmu! Jangan samakan aku dengannya!” kata
shogi kesal. Kakak lekas melepas pelukannya, kemudian memegang kedua pipi shogi
lalu menengadahkan wajah shogi untuk menatapnya. Spontan, wajahnya memerah
tomat.
“kita adalah keluarga, kita akan berbagi semuanya, katakan apa yang kau
rasakan pada semua orang disana. bebanmu pasti akan berkurang… nikmati dan
tertwalah..” kata kakak yang kemudian menarik kedua tangannya kembali ke sisinya.
G yang melihat adegan cukup romance itu langsung membuka lebar-lebar
mulutnya, ia tidak menyangka kakak dapat melakukannya. Orang sepolos kakak! lain
dengan kaluka, dia malah memandang mereka berdu adengan mata berbinar cerah.
Sedangkan saki an karegiko cukup tertawa kecil. Kakak melambaikan tangannya
pada G dan kaluka lalu pada sakid an kergiko sembari memanggil mereka mendekat.
Mereka pun berkumpul mengelilingi kakak. bersama senyuman masing-
masing mereka bercanda-canda ria. Tawa menggema. Semuanya tertawa, tak
terkecuali shogi. Sampai 1 jam berlalu dengan cepat. Mereka segera keluar dengan 1
lembar foto dalam genggaman. foto bersama semua orang.
Kisah berlanjut,
CHAPTER V
SEPERTI KATAMU! MY HERO IS MY SELF
Lelah berkeliling di taman mini yang isi sleuruhnya hanyalah jenis tanaman
dan bunga, mereka beristirhat di warung pinggir jalan. Orang-orang ramai berlalu
lalang. Kakak memperhatikannya dengan sekasama, suasana perkotaan yang mulai
padat. Dari arah gerbang, sebuah mobil melaju kencang namun begitu lwat di
hadapan kakak, kecepatannya menurun. Kakak terkejut melihat seorang laki-laki
gundul yang mengendarai mobil dengan tangan menyembul di jendela mobil yang
terbuka sepenuhnya. kedua matanya melotot tajam mengikuti arah gerak mobil.
Sampai mobil tersebut menghilang di hadapannya, kakak tidak bergerak sama sekali
bahkan nafasnya terhenti sejenak.
“siapa orang itu? Bagaimana bisa dia memilikinya?!
G menepuk bahunya, ia menyadarkan kakak. perjalanan berlanjut, kakak
memberikan G wewenang memilih.karena itulah, kaluka menjadi ribut dengannya.
kaluka kesal karena pantai yang dipilih G berlawanan dengan kebun binatang yang
dipilih kaluka. Tidak bisa membatah kakak, akhirnya kaluka melampiaskannya
dnegan mengejar G yang terus-terusan meledeknya.
Kakak mengacuhkan mereka, pikiran dan hatinya sedang terfokus pada apa
yang berada di tangan pengendara mobil yang dilihatnya tadi. Jalan aspal mendadak
ramai dengan mobil yang melaju cepat. G selalusaja lolos dari sergapan kaluka
sampai hal tak terduga terjadi. Di pinggir jalan, G tak sengaja terrsandung kakinya
sendiri hingga tubuhnya melompat menuju ke tengah jalan ketika sebuah mobil
mercy putih 760 datang ke arahnya.
“G!!!” teriak kaluka
Kakak mengalihkan pandangannya pada G.
“aku pasti mati!”
Mobil semakin dekat dan tubuhnya sedikit lagi menyentuh aspal.
Membutuhkn waktu sekitar 30 detik baginya untuk segera bangun dan melarikan diri,
akan tetapi butuh 20 detik bagi mobilnya untuk menabraknya sekaligus
membunuhnya.
Pada detik ke 17,sebuah tangan secara refleks mencengkram kerah G dan
langsung menariknya. Refleks yang sangat cepat sampai shogi sang monster tak dapat
melihat gerakan tangannya. tubuh G dilemparnya kebelakang hingga menabrak pagar
tanaman.
“arrghh!!” rintihnya saat punggunggnya terasa patah.
Mobil melaju dengan cepat menghapus keringat G yang sempat menetes di
aspal. Pengendara di dalamnya sama sekal tidak bekomentar apapun. Semua orang
kini meatap kagum seseorang yang berada di pinggir jalan tempat G hampir tewas
karen akecerobohanny.
“kakak?!” semuanya kompak memanggil
“lain kali berhati-hatilah!” pertintah kakak yang kemudian melangkah pergi
mendahului mereka. sorot mata tajam dan dingin terlihat di mata kakak, G masih
merasakan tekanan aneh yang mendorongnya jatuh. Dia yakin, itu bukanlah ke
salahannya.
Kakak memimpin menuju gedung kaerogaki, gedung yang menjadi pembatas
antara pantai dengan kota. Gedung hanya berlantai 2. Berdinding beton di lantai satu
dan berdinding kaca di lantai 2. Jendela di lantai 2 di desain menyerupai warna
dinding sehingga nampak hanya berupa dinding beton saja. di halaman terdapat
stand-stand yang menjual berbagai hal yang berkaitan erat dengan pantai, seperti,
pakaian renang, papan seluncur, bola pantai, dan lain-lain.
Di pintu masuk yang sangat kinclong sampai-sampai kaluka tidak bisa
membedakannya dengan jendela jika tidak terdapat ganggangnya, kakak, shogi, saki,
dan karegiko malah beselfi-selfi ria. Setelah beberapa menit menunggu G dan kaluka
berganti baju, mereka lantas menuju bagian pantai.
Pantai sudah diramaikan ratusan orang. Stand makanan pun sudah penuh. G
dan kaluka yang paling brsemangat. Shogi dan kakak cukup duduk tenang di bawah
payung pantai yang berwarna biru putih. Karegiko dan saki langsung menghilang
entah kemana. Semuanya bersuka cita menikmati keindahan pantai yang sangat
bersih itu, ombak yang cocok bagi para peselancar, dan angin yang tidak begitu
kencang, sungguh sangat mirip dengan yang aslinya.
Kaluka dan G bersekongkol menarik paksa kakak menuju obak besar yang
mendatangi bibir pantai. Kakak memberontak namun tak berdaya menolak adik-adik
nakalnya ini. puas mengerjai kakak, bola voli menjadi target selanjutnya. lapangan
voli yang awalnya tenang berubah menjadi heboh karena mereka berdua. sialnya, lag-
lagi kakak dipaksa terlibat menjadi tim G yang terdiri dari kakak, G, dan kaluka
melawan 5 orang lain yang baru mereka kenal. Shogi menjadi cheerleader dadakan.
Waktu yang diberikan habis, kakak dan kawan-kawan harus segera beralih ke
tempat selanjutnya. baju kakak basah jadi dia membeli jersey hitam dengan kaus
potih dan celana pendek hitam. Gaya barunya semakin membuatnya tampan dimata
shogi.
Di kebun binatang
Seorang petugas mengantar mereka berkeliling. Dari mulai kandang gajah
dimana kaluka menyerbot antrean menaiki hewan ini hingga kakak yang
mendapatkan omelan dari para pengunjung lain, kemudian di kandang gorila dimana
lagi-lagi kaluka membuat onar dengan melewati batas aman untuk sekedar memeluk
gorila hitam yang terbesar, lalu tempat reptil yang membuat shogi tepar sebab asam
lambungnya naik begitu melihat hewan-hewan melata yang menurutnya sangat
menjijikan. Kakak, G, kaluka, Saki, karegiko, dan seorag petugas wanita yang
berseragam coklat dan membawa seekor ular phyton albino yang melilit di tangan an
lehernya, mereka berfoto bersama. Shogi sibuk muntah di kamar mandi.
Berlanjut ke area burung, disana shogi dapat ikut berfoto bersama semua
orang dan burung elang bondol yang langka. Berbagai jenis hewan dapat dilihat
mereka secara langsung. Penjelasan petugas sangat membantu. Tatanan interior,
tempat, dan gaya setiap ruangan cocok dengan setiap hewan yang menempatinya,
seperti kandang singa yang mereka kunjungi. Dengan berlapis kaca, mereka bisa
melihat aktivitas singa dari samping atau pun dari atas. dari samping yaitu jendela
kaca cembung yang di pasang mengelilingi kandang, dari atas yaitu atap kandang
dimana bagian atao tersebut merupakan dasar lantai 2.para singa tidak akan tergnaggu
karen adimata merek akaca-kaca tersebut hanyalah dinding biasa. Lagi-lagi
kreativitas berperan tinggi.
Waktu senggang tiba, kakak, G dan kaluka menghabiskannya dengan
beristirahat di sekitar kandang harimau putih. Mereka duduk menghadap kandang. Di
kursi yang disediakan khusus, mereka melepas lelah.
Kaluka duduk diantara G dan kakak, sambil mnyandarkan punggung dia
berkata, “aku bahagia! Ini pertama kalinya aku datang ke kebun binatang! Aku
bahagia sekali, terima kasih kakak! kau sudah mewujudkan satu impian kecilku! Aku
sangat berterima kasih!” katanya ceria
“ah kau berlebihan!” balas kakak
“ku rasa dia tidak berlebihan, aku juga ingin berterima kasih padamu. Kau
sudah menolongku dan mengabulkan keinginanku ke pantai. Terima kasih banyak
kak!” timpal G terus terang.
Kakak tertawa, “kalian ini aneh yah. Tapi baiklah, aku menerimanya!”
Tiba-tiba speaker kaebn binatang berbunyi nyaring, nafas sesoerang yang
mengaktivkannya terdengar ngos-ngosan. “pengumuman-pengumuman! Bagi semua
pengunjung yang berada di area kandang harimau dimohon untuk segera pergi dari
sana, seekor harimau di nyatakan kabur dari kandangnya. Seklai lagi dimohon untuk
segera pergi-”
Mereka bertiga sontak kaget mendengarnya, G membopong kaluka saat
mereka bertiga berusah akabur bersama pengunjung-pengunjung lain. mereka pasti
akan saling berdesakan di pintu evakuasi, maka dari itu kaluka lebih baik tidak
berjalan sendiri, dia terlalu kecil digerombolan orang-orang itu. Tepat ketika mereka
akn bergabung dengan pengunjung lain, saki berlari menghentikan langkah mereka.
wajahnya ketakutan dan pucat pas,
“kakak! shogi! Shog! Shogi dalam bahaya! Ada harimau yang tiba-tiba
mencegatnya!” saki berteriak keras sekali.
“apa?!” G kepalang kaget,
Kakak tercengang sampai rasanya tubuhnya mematung tak dapat bergerak
sama sekali, G mengguncang-guncang bahu kakak guna menyadarkannya. Akan
tetapi bukannya sadar sorot mata kakak malah berubah dari syok menjadi dingin.
Kakak melepas kedua pegangan tangan G di bahunya, “kalian pergi dulu dari
sini, aku akan meminta petugas menanganinya.”
“shogi monster dia pasti bisa menanganinya sendiri”
“justru karena dia monster aku harus melindunginya” kata kakak yang
kemudian membalikkan badan lalu pergi meninggalkan G dan saki yang terbengong
oleh kata-kata kakak yang misterius.
Di tempat lain,
Shogi terdesak, harimau putih dengan belang hitam itu mendengus ke
padanya. Mereka sama-sama menyeringai, taring tajam sang harimau nampaknya
lebih besar dari taring shogi, namun kenapa sorot mata sang harimau terlihat
ketakutan?
Shogi menahan tawanya, “kau monster rendahan! Jangan berani-berani
menyerangku yah! Atau aku yang akan melukaimu!” katanya riang.
Para petugas datang berbondong mengelilingi mereka berdua. senapan laras
panjang berisikan peluru berada di tangan setiap petugas. Wajah ketakutan mereka
tidak melebihi wajah sang harimau. Shogi terkekeh melihat adegan aneg yang
seharusnya tidak perlu terjadi. Yah, monster di depannya tidak lebih dari kucing kecil
yang manis.
“nona! Tolong jangan bergerak, setelah aba-abaku, larilah!” teriak salah satu
petugas yang tengah berada pada posisi menembak.
Shogi mengerutkan dahi, “tidak-tidak, kalian tidak perlu -“
Tiba-tiba, “Shogiii!!!” shogi tersentak kaget mendapati kakak sedang berlari
kearahnya menerobos barisan petugas. Kedatangan kakak yang tiba-tiba
mengecohkan petugas, dia pun berhasil melewati mereka lalu berdiri di depan shogi
sambil merentangkan kedua tangannya. shogi kaget tak bergerak, tatapan tajam dari
kakak malah membuatnya dalam bahaya. “jangan pernah menunjuka jati dirimu yang
sebenarnya kecuali padaku! Hanya aku yang tidak takut padamu! Shogi larilah saat
aku mengalihkan perhatiannya!” sentak lirih kakak.
Shogi tersadar, “ka-kakak, apa yang kau lakukan disini?! manamungkin aku
meninggalkanmu sendiri, kau kan manusia biasa!” bisik shogi
Kakak tersenyum, “manusia biasa? Kalau begitu biarkan aku menunjukannya
padamu siapa diriku yang sebenarnya…”
“apa?!”
Mendadak, kakak berlari maju bersamaan dengan sang harimau yang
melompat padanya. Shogi terlambat menghentikannya, beberapa detik lagi, jarak
kakak dengan sang harimau menghilang. Semua petugas terkejut dan langsung
berteriak histeris. Mendengar gema mereka, G yang berada tidak berniat pergi dan
masih tinggal di tempat yang sama kemudian berlari menuju sumber suara. Rasa
penasarannya meningkat.
Sampai dia tiba di saat yang tidka tepat, “ka-kakak? KAKAK!!!!” dia pun
berteriak histeris melihat tangan kanan kakak yang menyembul keluar dari bawah
tubuh harimau belang putih tersebut. Raga dan jiwanya teruguncang saat darah
mengalir keluar membasahi tangan tersebut. bukan hanya dia, shogi malahan jatuh
pingsan melihatnya. Dia berlari menghampirinya, tapi beberapa petugas memegangi
tubuhnya. “kakak! kakak! aku tidak mau kehilangan dirimu!! Lepaskan aku!” ia
meronta-ronta hingga dia dapat melepas paksa pegangan petugas tersebut.
“ka-kami sedang memanggil ambulance.” Ucap salah stau petugas sedih.
G teduduk lemas di samping tangan kanan kakak. perasaan kecewa, kesal,
sedih, marah bercampur aduk menyakitkan di hatinya.dia tidak tahu lagi apa yang
harus ia perbuat, matanya memanas menahan airmata yang memaksa keluar. “kakak!
bangunlah! Bangunlah!” tubuh kaku sang harimau menindih sekaligus menutupi
tubuh sang kakak yang lebih mungil darinya.
“kalau begitu tolong aku!” sebuah suara kecil menyahutnya.
“hah? Apa aku sduah gila? Suara dari mana itu?” ucapnya heran sembari
celingak-celinguk mencari orang tersebut.
Sekonyong-konyong, tangan kakak yang berada di pangkuan tangan G
bergerak terangkah ke atas. G melompat mundur sambil berteriak kaget.
“tolong aku! aku tidak bisa bernapas!!” teriak seseorang itu yang ternyata
adalah kakak. G girang bukan main, dengan cepat dia mendorong tubuh sang harimau
ke pinggir dan menyelamatkan kakak. kakak dapat bernapas lagi, akan tetapi
“bahumu berdarah!”
“ah, dia menggigitku, untungnya suntikan peluru itu tepat waktu!”
“dasar bodoh! Kau bodoh! Bodoh! Bodoh! Bodoh!”
Dan seterusnya, sejak itu G tak henti-hentinya mengoceh tentang kebodohan
yang dimilii sang kakak. bahkan di ruang kesehatan pun dia masih engoceh. Saat
dokter membalut luka kakak, dia msih mengoceh. Di ranjang tidur kakak
menyandarkan punggungnya dan duduk tenang sambil melepas lelah. sdangkan G
duduk di kursi tamu di samping ranjangnya,
Tatapan dingin dan tajam khas kakak kembali terlihat saat ia memandang
dinding di depannya, G tak enak hati memulai pembicaraan, tapi hatinya menolak
menahan pertanyaan ini terlalu lama. “kakak! aku-“
“bagaimana ke adaan shogi? Dia sudah bangun?” kakak memotongnya
“ya. anu sebenarnya aku ingin bertanya padamu..”
“selanjutnya kita akan ke dangerous game, ah.. rasanya aku mengingat
sesuatu” dia memejamkan matanya, “bisakah kau mencegah saki dan shogi masuk
kesana?” kedua matanya tebuka memperlihatkan seringaiannya.
“kenapa? Kenapa aku haru melakukannya?” G menatapnya curiga.
Mendadak senyuman pahitnya muncul, “kau tidak harus melakukannya, lagi
pula, aku baru tahu warna darahku merah cerah..” sejnak dia terdiam membisu, “aku-,
kalau kau tidak mau tidak apa-apa.. aku tidak memaksa.”

“oh, kau sudah mneyadarinya yah? Emm, aku rasa aku harus segera memperlihatkan wujudku yah kak?”

“kakak siala! Kenapa kau menolongku?!”


Di depan G, kaluka, saki dan karegiko, shogi melampiaskan kekesalannay dengan
memukul-mukul kakak. dia sama sekali tidak tahu rasa sakit yang ditimbulkan
kepalan tangannya yang kuat tapi lembut.
“biar ku katakan sekali lagi,,” kakak menangkap kedua tangan shogi,
mengehntikannya sejenak, lalu menoleh ke semua kawannya, “kalian memanggilku
kakak kan? Itu artinya dari awal aku sudah mengemban tugas untuk melindungi
kalian sebagai adik-adikku.. berhentilah mempermsalahkan ini, kalian harus tahu, aku
tidak mau kehilangan kalian semua.. kita memiliki musuh yang sama, maka dari itu,
cukup pikirkan musuh kita yang sesungguhnya. Aku lelah dengan sikap dan
pertanyaan kalian mengenai diriku..” jelasnya yang malah menderaskan air mata
shogi. Shogi menarik kedua tangannya kemudian merangkul tubuh kakak.
“aku tidak peduli..” kata shogi keras.
“kakak, kau tidak boleh egois, kam pun bisa melindungi diri kami sendiri..”
timpal karegiko yang tak biasanya menunjukan wajah seriusnya.
Kaluka melangkah maju, “aku juga tidak mau peduli, aku masih anak-
anak,tapi aku juga punya kehormatan..”
‘kakak jika kau menganggap kami sebagai keluargamu, kami pun sama. Maka
dari itu, kami pun tidak bisa membiarkanmu terluka karena kami, aku yakin adikmu
uga tidak akan membiarkanmu terluka!” sahut saki yang memancing kegeraman
kakak.
“kalian!”
“kakak, dari awal, kami mengikutimu bukan untuk menjadi bebanmu..”
“ha-?”
“wajahmu itu, yang membuat kami tahu kalau kami menjadi beban berat
bagimu.. aku minta maaf..” kata G sambil menunduk menyesal. Kakak terkejut.
kaluka mengikuti G menunduk pada kakak, kemudian diikuti saki, dan terakhir
karegiko. Kakak mulai canggung,
“a-aku… heee! Hentikan! Aku tidak bermaksud…”
Shogi tertawa sambil menatap kakak dekat-dekat, “kami minta maaf yah
kakak!”
“aarrgh… baiklah! Apa janjiku untuk tidak menjadi egois saat ini cukup untuk
mengangkatkan kepala kalian?”
G, kaluka, saki, dan karegiko kompak menengadahkan wajah
mempertontonkan senyuman mereka yang lebar pada kakak. mendadak, kaluka
berlarli memeluk kakak juga shogi, kemudian saki dan karegiko. Dan yang terakhir
G. momen membahagiakan mereka menjadi tanda anya bagi para petuga yang
menyaksikan. Kakak tertawa bersama dengan ke lima adik nakalnya itu.
Kakak bagaikan cahaya yang dikerubungi oleh bayangan semu. Di mata sang
gadis, dia begitu menggodanya. Senyuman manis dari sang jahat memberikan
sengatan kecil di benak sang kakak,
“kita akan segera bertemu! Xixixi…”
CHAPTER V
PERTEMUAN KEMBALI
Rencana ke dangerous game batal. Kaluka memaksa mereka pergi ke school
moment. Dia sampai menangis tersedu-sedu pada kakak dan saki. demi seorang gadis
cantik yang tak sengaja menbraknya di jalan persimpangan antara dangerous game
dan school moment, snag gadis memilih school moment dari pada dengeroud game
itulah mengapa kaluka ngebet ingin ke sana.
Maklum dia sednag melewati masa pubernya. Dibantu dengan G, kakak
akhirnya mengizinkannya. Di pintu masuk, kakak dkk di bekali seragam lengkap
anak sma sesuai ukuran masing-masing. Kaluka dan saki mendapatkan seragam smp
yang sama, sedangkan kakak, G, dan shogi mendapatkan seragam sma. Karena
karegiko tidak terlihat, dia tidak mendapatkan seragam.
Kakak masuk pertama, bersama karegiko dia menyusuri koridor sekolah.
hanya kakak yang dapat melihat karegiko dan setiap orang harus memasuki school
moment sendiri-sendiri jadi kakak memasukinya lebih dulu.
“apa kau sedih giko?” anya kakak yang cukup peka dengan karegiko. “kau
dari tadi hanya diam dan memperhatikan para gadis yang lewat, kau mau satu?”
Karegiko tertawa kecil, “saki cukup untukku..” dia tersenyum tapi kakak tahu
lebih apa yang ada dalam hatinya
Sembari melihat-lihat kelas yang ada, kakak bejalan santai “apa yang
seharusnya kakak lakukan untuk membuat adik kecilnya berkata jujur? Haruskan aku
melompat dari lanai 21?”
Bear tebakana kakak, senyuman karegiko langsung menghilang mendengar
pertanyaannya yang konyol, “aku hanya ingin mereka melihatku, aku kesepian
kak!”dia menunduk mempermainkan jari-jarinya.
Kakak mengehntikan langkahnya, “tunggulah…” karegiko berehnti seraya
menolehnya “tunggulah sebantar lagi… aku berjanji akan mendapatkan kembali
keberadaanmu dan kau akan bisa menunjukan seyumanmu itu pada saki dan lainyya..
hanya butuh sedikit pengorbanan dan kesabaran! Semnagat yah!”
Karegiko kembali tertawa, tawanya bahkan lebih keras dari sebelumnya
sampai airmatanya pun menyembul keluar di ujung kelopaknya, “ah maaf…! Kakak
juga semangat yah!” senyumannya mengembang. Kakak senang bisa membanunya
melegakan kegelisahannya meski justru kegelisahannya lah yang semakin bertambah
berkat perkataannya tersebut.
Kakak dan karegiko berpisah di koridor selanjutnya. kakak memilih menuju
lantai 2. Satu persatu anak tangga ia lewati santai, bagitu dia sampai di lantai 2.
Seseorang diujung koridor menmbuat kakak menjamkan sorot matanya.
“kau?”
Dia tersenyum mengacungkan tanda peace. “ya? aku!”
Kakak mengacuhkannya dengan mengalihkan langkahnya ke tangga menuju
lantai 3. Dia yang disana nampak kecewa, tapi kemudian kembali tersenyum setelah
kakak berkata, “ada yang ingin ku bicarakan”
--
Kaluka yang berada di antrean ke dua, dengan kemampuannya berlari dia
menghilang cepat begitu petugas mengizinkannya masuk. sema halnya dengan
kaluka, saki pun menghilang dengan cepat mencari-cari karegiko yang emilih pergi
bersam kakak. sedangkan shogi ketika ia sampai di koridor dan bertemu banyak anak
smp,dia tak dapat mengeluarkan diri dari para laki-laki yang mengerubunginya
karena aura kecantikannya yang luar binasah.
G di urutan terakhir memilih mengabaikan shogi yang menangis tersedu
berharap G mau membantunya. G malah tertawa terbahak-bahak melihatnya
menderita. G memasang tampang tampannya dengan gayanya yang maskulin, dia
cukup menarik perhatian para wanita. termasuk seorang gadis yang sedang brsandar
di pintu sebuah kelas. G yang sedang menikmati masa-masa smanya di hentikan oleh
ulah sang gadis bermata sinis itu yang dengan sengaja merentangkan pedangnya di
jalan yang G lewati.
“oh, kau mau minta tanda tanganku?” ledek G yang sebenarnya kesal.
Sang gadis menurunkan pedangnya, kemudian menggerai rambut biru
panjangnya yang menyangkut di kerah lehernya. Pipinya yang tirus memberikan
kesan berbahaya. “kau mengenal pemuda yang dipanggil kakak dan berbicara dengan
hantu?” suaranya kecil, imut tapi cukup sadis.
G was-was firasatnya berkatta gadis di depannya ini memiliki ketertarikan
khusus pada kakak. “katakan namamu, baru aku mau menjawabnya..”
“rizu kuomori”
G bermuka masam, “ah, kau langsung menjawabnya tanpa basa basi. Ya! aku
mengenalnya kenapa?”
Tiba-tiba, rizu mengayunkan pedangnya ke leher G. G kaget bukan main,
namun sanat terlambat menghindarinya. G terlempar menabrak dinding kayu. Dia
meringis kesakitan. Rizu beridiri dengan ekspresi innocentnya sambil mengarahkan
pedangnya pada G. bola mata hijaunya mengkilat menatap sinis G.
“ouh.. sakit tahu!! Rizu kenapa kau ini?!” rintih G seraya menegakkan
tubuhnya kemduian menyandarkan punggungnya.
Mendadak rizu mengangkat pedangnya, mengunci leher G tak membiarkan
kepalanya bergerak mengalihkan pandangan darinya, “ikut denganku, ada sesuatu
yang harus ku sampaikan padamu…”
“ke-kenapa aku harus mempercayaimu?”
“karena ini berkaitan dengan kakakmu tercinta.”
“apa?!”

Apa yang mereka sebut dengan ‘musuh’ sedang bergerak. Kebahagiaan yang
mereka rasakan saat ini satu persatu terenggut karenanya. Kaluka bertemu dengan
sang gadis yang disukainya, saki dan shogi bertemu dengan 2 orang yang tak terduga,
seharusnya mereka bersuka cita akan tetapi belum sempat mereka menunjukan
senyumannya kesadaran mereka menghilang seketika. Tubuh mereka menghantam
lantai yag dinginnya seperti tetesan hujan di musim panas.
Pintu atap terdobrak oleh seseorang, kawan kakak meringis terkejut
menolehnya, pintu yang didobrak oleh seorang yang tak terlihat dimatanya. Kakak
tidak dapat mengalihkan pandangannya dari gedung-gedung pencakar langit yang
sangat jelas dari atap ini.
“kakak! saki, shogi, kaluka di culik dan G aku tidak dapat menemukannya!”
cemas karegiko yang menjadi saksi dari senyuman sang jahat.
“oooh.. sudah terjadi. Nah kakak, kapan kita berangkat?”
Kakak memejamkan matanya, “karegiko tolong cari G sekali lagi. Kita akan
segera menjemput mereka.” kata kakak dengan aksen dingin
Karegiko tidak peduli dengan teman kakak yang memandnagnya aneh, tapi
melihat kakak sendiri yang bersikap dingin dari biasanya padanya langsung membuat
hatinya sedikit terluka meski kakak ingin menyelamatkan saki. Langkah seseorang
dibelakangnya mengejutkan karegiko.
“aku disini, kakak kau berhutang satu penjelasan padaku…” kata G yang pasti
mengundang senyuman licik kawan kakak.
“G, aku senang melihatmu..”
G menajamkan alisnya, “kau seven atau frank?”
Dia tersenyum menyingkirkan poni yang menutupi sebelah matanya, “tentu
saja, seven… “ G dan karegiko kompak kaget melihat simbol kompas di kelopak
mata kanan seven. “aku bisa menyembunyikanya dari kalian semua, kecuali kakak.”
“kakak sebelum aku salah sangka, ku mohon jelaskan padaku, apa yangs
ebenarnya terjadi!” gretak G
Kakak yang sendari tadi diam kemudian mulai membuka mulutnya “seven,
lakukanlah…”
Seketika seven menyeringai diikuti dengan sebuah lingkaran yang menyala
biru di bawah kakinya. “baiklah!!” kegirangannya menjadi tanda tanya bagi G dan
karegiko. Lingkaran biru itu mulai membentukgaris yang menyebar keempat penjuru.
Kakak berdiri memperhatikannya, ketika garis-garis tersbeut mulai terhubung satu
sama lain dan membentuk simbol kompas yang berubah menjadi warna hitam terang.
Seven menjadi pusat dari 2 jarum jam yang menunjuk angka 12. G dan kaaregiko tak
dapat menahan rasa terkejutnya, mereka berlari mendekat.
Kakak berjalan masuk, menyentuhkan alas sepatunya pada angka 9. “G di
angka 6 dan karegiko di angka 3. Cepatlah!”
Perintah kakak dituruti dengan baik. seven semakin girang. Tangan kanannya
terangkat menentuh simbol di kelopak matanya, sembari berkonsentrasi secara
perlahan simbol bercahaya di lantai terangkat pula, menghapuskan sosok kakak, G,
Karegiko, dan seven sendiri. 7 detik kemudian, keberadaan mereka benar-benar
menghilang.
Baru saja mengedipkan mata, G sudah melihat pemandangan yang berbeda.
Begitu juga yang lain. namun rasanya hal itu tidak menjadi masalah bagi kakak.
tatapan dingin yang di pasangnya menjelaskan bahwa dia sudah mengetahui
kemampuan seven sebelum ini terjadi.G tak perlu bertanya, yang perlu ia tanyakan
hanyalah,
“dimana kita?!”
Langit masih berwarna biru cerah, tapi lantainya berubah menjadi beton
berbentuk bunga mawar. Di kelilingi pagar tanaman hijau dan deretan bunga-bunga
berwarna warni yang hanya menyisakan satu jalan besar menuju sebuah gedung
semacam kastil. Kastil yang memiliki pintu begitu tinggi dan besar. beberapa anak
tangga kecil di pelatara, dan atap segitiga runcing bergaya eropa kuno.
“rumah ini tidak asing dimataku.” Gumam kakak sembari berjalan lambat
menuju kasti tersebut.
G dan karegiko tersenyum masam. Angin berhembus pelan ke arah mereka,
pepohonan hitam nan teduh menyejukkan mata. Rerumputan hijau, kupu-kupu yang
mencari nektar di ratusan bunga yag tertanam rapi,juga aroma kesegaran yang sangat
terasa. Seolah memaksa mereka untuk tetap tinggal di luar. Taman berbentuk labirin
lingkaran ini sama sekali tidak menarik minat kakak.
Kakak sampai lebih dahulu di pintu. Dia menyentuhnya sambil berusaha
mengingat kenangan yang terlupakan. Kekasaran dari pintu tersebut terasa hangat di
jari-jarinya. Dia tersenyum, entah apa alasannya. Kebahagiaan yang bercampur
dengan kesedihan menurunkan mentalnya, namun airmata tidak dapat lagi mengalir.
G menepuk bahunya keras-keras, kakak terbantu oleh senyumannya yang
mengingatkannya pada senyuman adik-adiknya yang lain.
“nah kakak, apa kau yakin kita tidak membutuhkan senjata?” tanya G yang
dari tadi heran mengapa tak ada satu penjaga pun yang berjaga di kastil sebesar ini.
Genggaman seven menguat, “frank berkata, musuh kita tidak membuuhkan
satu perlindungan apapun. Dengan senjata yang ada pada diri setiap manusia dia
dengan mudah mengalahkan kita. Aku tidak mengerti perkataannya, dia sudha lebih
dulu tertangkap sebelum menjelaskannya.”
“senjata pada setiap diri manusia? Apa itu?” karegiko tak kalah penasaran.
belum juga terpikirkan jawabannya, pintu kastil terbuka tiba-tiba. mereka
berempat refleks melompat mundur. Kakak memasang kuda-kuda menyerang, sorot
mata tajamnya menangkap satu sosok yang mmbuatnya luar biasa terkejut,
“kakak?” seuara lembut dan indah dari gadis mungil bergaun biru
menyambutnya beserta senyuman manisnya.
“hi-hiki?!”
G, Seven, dan karegiko menatapnya langsung. Seorang gadis berambut
twintail berwarna hitam, berwajah cantik, dan berkulit putih, mengenakan gaun biru
dengan sepatu kaca yang mengkilat. “kakak! siapa dia?!” kompak mereka.
Kakak mengacuhkan pertanyaan mereka seraya berlari cepat ke arah hiki.
Mata blue diamond yang dimilikinya menatap sendu kakak, kakak tak dapat lagi
menahan perasaannya, dia langsung memeluk hiki erat-erat.
“hiki, maafkan aku. maafkan aku, maafkan aku…” kakak merona-ronta
menyesal, dia tidak tahu hiki sedang tersenyum dengan wajah memerah karenanya.
“maafkan aku, bagaimana keadaanmu, apa kau baik-baik saja?” kakak cemas,
kemudian melepaskan pelukannya, akan tetapi hiki tak membiarkannnya dengan
tidak melepaskan dekapan tangannya.
“katakan padaku, apa kau mencintaiku?” dia berbisik
Kakak terkejut tapi senyumannya justru mengembang, “aku tidak tahu apakah
ini cinta atau bukan, hanya saja aku tidak mau kehilanganmu lagi..”
Seven meraih pundak karegiko dan G, ia memberikan sebuah kode dari
tatapan tajamnya pada kakak dan hiki. “bersiaplah!”
Hiki melepas rangkulan tangannya, kemudian secara mendadak jatuh
terduduk bersama dengan kakak yang memegangi kedua lengannya. Dia masih
tersenyum, kedua tangannya menarik kedua tangan kakak lalu mengenggam masing-
masing. “kalau begitu tinggalah bersamaku disini… kita akan hidup bahagia
selamanya…”
Sontak G terkejut marah, “hei apa maksudmu?!!”
“kakak, aku akan membebaskan adik-adikmu asalkan kau mau menemaniku
selamanya disini…”tangan kiri hiki mengusap kening kakak
“a-apa maksudmu?”
“apa kau pernah mendengar sebuah dongeng dimana seorang putri tinggal di
kastil dengan panjagaan seekor naga? Atau kastil sunyi yang sepi yang di huni oleh
seorang putri berambut sangat panjang?”
“ya.”
“menurutmu dari mana cerita itu berasal?”
“legenda.”
“fufufu… dan legenda itu di buat olehku, sang book fairies.. keberadaanmu
disinipun akulah yang menyeretmu.” Hiki menyeringai “apa kau sudah lupa
tempatmu tinggal sebelumnya? Negara kyokite tidak terbagi dalam 5 wilayah, kau
tidak menyadari kekonyolan wilayah ini?”
Sekilas ingatannya kacau, kepalanya memanas seolah seuatu yang berat
memasuki paksa alam pikirannya. Dia menjerit kesakitan, kepala terasa akan
meledak. Kedua tangannya menekan kuat-kuat kesadaran di kepalanya, berusaha
menhentikan aliran ingatan tersebut. matanya mulai melihat kenangan-kenangan
sebelum adiknya di culik. Ingatan-ingatan terus mengalir sampai pada saat ia
pertama kali melihat dengan kedua matanya.
7 tahun yang lalu,
“a-aayaahh!!!!” teriakannya mendengung keras, mengiringi jatuhnya tubuh
sang ayah. Darah mengalir di kedua mata, jatuh menetes layaknya air mata, tangisan
darah tak henti-hentinya. Dia berusaha meraih tangan snag ayah yag terbujur di
depannya dengan senyuman yang mengakhiri penglihatannya.
Gelap, kegelapan memluknya tiba-tiba. sampai setitik cahaya berjaan ke
arahnya. Semakin dekat hingga dia dapat menyentuhnya. Sengatan kecil di ujung jari
memaksanya membuka mata, seketika cahaya mentari menyiraminya. Jendela kamar
terbuka lebar dan dia malah tertidur di lantai dengan sebuah buku di rangkulan kedua
tangan di dadanya.
Anah baginya, tubuhnya tak mau bergerak kecuali tangan kanannya yang
mengepal. Dia mengangkatnya hendak memperlihatkan telapak tangannya namun
selembaru kertas putih jatuh menutupi wajahnya. Dia mengambilnya kemudian
membaca judul yang tertera di bagian atas kertas.

In Memorial
Nagareboshi,12 November 1783

Kenji Frediction
Kepala keluarga kenji meninggal akibat misi gagal.
Meninggalkan dua putra yang bernama Kurokaname Kenji, dan
sShozou Kenji. Dengan surat ini, kami mengesahkan kematian
Kenji Frediction pada 12 November 1783.
Tempat pemakaman: -
Waktu pemakaman: -
Tidak diketahui identitas lebih lanjut. Pewaris keluarga
Kenji secara sah jatuh pada Kurokaname Kenji. Book of legend
di pegang oleh Kurokaname sebagai generasi selanjutnya.
Nagareboshi, 12 November 1783
-
“misi gagal? apa maksudnya?”
“maksudnya, ayah tertelan buku itu,” seseorang menyahutnya, kakak ingin
melihat siapa yang duduk di smpingnya tapi di atidak dapat menggerakkan lehernya.
“percuma kakak, seberapa keraspun kau berusaha kau tetap tidak akan bisa bergerak.“
“kakak? berarti kau ini shnzou? Kenapa aku tidak bisa bergerak?”
Shinzou menekuk kedua lututnya dan menopang dagunya di kedua lututnya,
dia menatap iba seseorang di depannya, “kematian ayah akan terjadi juga pada kita.
Setelah kau mati, aku yang akan menggantikanmu..Buku legenda itu adalah kutukan
abadi keluarga ini, padahal ibu sudah menyarankan untuk membakarnya, tapi.. “
kesedihan kehilangan ibu membuatnya meneeskan airmatanya kini, “ayah bodoh,
kenapa dia masih menyimpannya?!”
“apa maksudmu? dimana ibu?”
“mereka berdua mati demi menyelamatkanmu! Jika saja kau tidak terjebak!
Jika saja kau tidak membuka buku itu! Ini semua salahmu!!!”
Kurokaname kaget dan bingung “tolong jelaskan padaku apa yang sebenarnya
terjadi..”
“keluarga kenji adalah keluarga yang di berikan amanat untuk menjaga buku
legenda dan memusnahkan buku tersebut apabila sesuatu keluar darinya. buku itu
tidak boleh terbuka satu lembar pun. Karena book fairies akan dapat menemukannya
dan dia pasti akan mencarinya untuk memutarbalikkan dunia nyata dengan dunia
fantasi. “
Kuroakname membelalakan matanya, “a-apa?”
“ayah dan ibu terperangkap di dalan buku itu untuk menyelamatkanmu. Kau
melanggar aturan, sudah seharusnya kau mati di buku itu, tapi, ayah dan ibu tetao
menolongmu. Sekarang apa artinya aku hidup tanpa mereka dan justru denganmu?
Aku tidak bisa menerimanya kakak!” kata-kata sadis keluar dari mulutnya.
Kurokaname tak dapat berkata-kata lagi, pernyataan dari adiknya tidak dapat
dia bantah. Sambil memejamkan mata, “maafkan aku… katakan padaku bagaimana
caraku menebusnya?”
“bunuh book fairies dan hancurkan bku legenda itu… aku akan
memaafkanmu jika kau berhasil melakukannya..”
“bagaimana?! Bagaimana aku membunuh penyihir itu?! Dia penyihir dia pasti
memiliki kekuatan! Mana mungkin aku manusia biasa me-“
“kita keluarga kenji di bekali Clowetry. Kemampuan khusus yang dapat
menciptakan alur cerita hidup. Sebentar lagi, dia akan datang, penyihir itu akan
datang menemuimu… maka dari itu, sampai aku benar-benar menemukan cerita yang
bagus untuk membunuhnya aku harus menhapus ingatanmu saat ini.”
“ta-tapi shizou, kau belum menjawabku, bagaimana aku membunuhnya?!”
“aku akan membuat cerita dimana kau akan menjadi tokoh utamanya. Ada
kemungkinana penyihir itu bis amembaca pikiranmu… nah kakak, aku akan berusaha
menjadi adikmu. Semoga aku bisa yah! Selamat tinggal..”
“tu-tunggu!”
Kurokaname akhirnya dapat menggerakkan tubuhnya, secepatnya dia bengkit
dan menoleh shizou tapi terlambat, belum sempat mereka bertatap muka, kegelapan
kembali menjagkitnya, hanya senyuman shizou yang terlihat cukup jelas. Tiba-tiba,
ketukan pintu membangunkannya dari tidur di sebuah ranjang putih nan empuk dan
hangat. Kurokaname mengusap-usap wajahnya. Matanya masih berat. Ketika pintu
terdengar kembali. dia menurunkan kakinya terlebih dahulu kemudian mulai berjalan
membuka pintu lalu keluar menuruni tangga yang berputar hingga akhirnya sampai di
ruang tamu dimana pintu utama berada.
Kakak membukanya, mendadak sebuah tubuh jauh ke dekapannya. Untung
kuro memiliki refleks yang bagus, seorang gadis berambut hitam bertwintail. Gadis
itu terlihat lemah dan lusuh dan sedikit pucat. Dia membuka matanya, blue diamond.
Kakak tercengang melihatnya,
Dia menatap kuro dengan tatapan sayunya, gemetar kecil terlihat di kening,
bibir, dan kedua tangannya, “tolong aku..”
Kuro gugup, pertama kalinya dia menyentuh tubuh seorang gadis, “a-apa?
siapa dan kenapa kau ini?”
“aku kelaparan dan yang ku ingat hanyalah nama hiki…”
“ah, tu-tunggu sebentar..akan ku ambilkan ma-”
“siapa dia kak? Temanmu?” shizou mendadak muncul dari dalam
mengangetkannya.
---
“Arrrghhh….” Kakak membenturkan kepala ke lantai, membiarkan darah
mengalir keluar dari luka di dahinya. “a-apa yang terjadi?!! Ka-katakan ppadaku
hiki!” kakak meminta tapi dengan nada mengancam. G, Karegiko, dn seven tak dapat
berbuat apapun. Kakak terlihat sangat mengerikan.
Hiki tersenyum simpul, “apa maksudmu?”
“katakan padaku dimana ini?!!!!”
“ini duniaku.. jujur saja, aku lemah di dunia nyata. Tapi jika buku itu ku
temukan aku sangat kuat loh!!” kata hiki sangat ceria.
Kakak menunduk, “dimana shizou? Kau yeng menculiknya bukan?”
“ya, kalau kau memberitahu dimana buku legenda, aku akan senang hati
membebaskannya..”
Kakak nampak kecewa dengan bibir yang melengkung ke bawah, dia bangkit
berdiri, menatap dingin hiki, kemudian berbalik ke belakang menoleh G, Karegiko,
dan seven. Hiki memperhatikannya dengan seksama, dalam batinnya dia bertanya apa
yang akan kurokaname lakukan sekarang. Dia sungguh sial, kemampuannya
membaca pikiran tidak berhasil ia terapan pada kuro, shizou sialan menghambat
jalannya.
“G, kau cari di sebelah kanan, seven kiri, aku dan karegiko di atas.. geledah
semua ruangan, jangan sisakan satupun..”
“baik!!” mereka menjawabnya kompak kemudian berlari menyebar sesuai
yang di perintahkan. G dan seven berlari memasuki ruangan koridor kastil, sedangkan
karegiko berlari menaiki tangga kemudian berbelok ke kiri. Mereka memasuki
ruangan satu persatu. Dengan santainya Kakak berjalan menaiki tangga
mengikutijejak karegiko. Dia tidak sadar, bahwa hiki telah bangkit berdiri,
memandangnya tajam dan tersenyum licik di belakangnya.
“ku berikan pilhan, kau serahkan buku itu dan aku akan membebaskan kau
dan shizou hidup-hidup.pilihan kedua, aku akan membunuh shizou jika kau tidak
menyerahkan buku itu, eh tidakhanya shizou aku pun akan menyiksa adik-adik mu
yang lain sampai mereka mengakhirinya sendiri..” jelas hiki
Langkah kakak berhenti di kaki kanan, “kenapa kau menginginkannya?”
“yah, keinginan kecil. Aku hanya ingin memutarbalikkan dunia manu-“
“kenapa kau ingin memutar balikan dunia ini?!” kakak membentaknya keras
Hiki cukup terkejut, “aku akan membuat manusia merasakan apa yang para
tokoh dalam cerita rasakan. penderitaan, kehilangan, perpisahan, dan bahkan
pembunuhan dan peperangan. kalian pikir..-“ hiki mengepalkan tangan kanananya
sembari menunduk, “kalian pikir kami dapat menerimanya?!!” hiki berteriak menatap
kesal kakak. “kalian menulis takdir kami seenaknya.. menjijikan. Kami diciptakan
oleh kesadaran dari imajinasi kalian, maka dari itu jika aku mendapatkan buku
legenda, aku akan mngambil seluruh daya imajinasi kalian dan menenggelamkan
kalian dalam cerita yang kami buat sendiri…” senyumannya mengembang menunggu
jawaban dari kakak.
“kalau kau melakukan itu, lalu apa bedanya kau dengan kami? Imajinasi yang
kami torehkan kebanyakan adalah hal-hal yang tidak bisa kami lakukan. Selalu ada
awal dan akhir, selalu ada senyum dan tangis, dan selalu ada penderitaan dan
kebahagiaan, itulah rahasia kami”
Hiki tersenyum manis kemudian terkekeh, “kata-kata darimana itu? Ayahmu
atau ibumu?” sorot matanya menajam begitu senyumannya menghilang “kau sampah,
aku bisa membuat kehidupan yang kau inginkan, harta, tahta, wanita kau dapat
memiliki sleuruhnya.. katakan padaku, dimana buku itu?!”
“kenapa kau tidak mengerti?”
Hiki merentangkan tangan kanannya ke depan lalu menengadahkan telapak
tangannya. “mungkinkah kau akan berdamai denganku jika.-.” linkaran bercahaya
muncul di samping kaki hiki, berputar-putar mengeluarkan seseorang dari lorong
hitamnya. Seorang laki-laki yang tertutup kain pada kedua matanya, terantai tangan
dan kakinya, terduduk di sebuah kursi. Dia tak berdaya, seragam smp yang di
pakainya koyak di bagian pergelangan kaki dan tangan yang berarti dia berusaha
keras melepaskan rantai tersebut. “jika shizou disini..”
“ap?!” tanpa buang waktu kakak menoleh ke belakang. Menoleh adik
tersayangnya. “shi, shizou!!!” dia berteriak shock melihatnya.
“kakak? apa itu kau kakak?”
Kakak berlari menuruni tangga, sinar kebahagiaan yang terpancar dari
matanya mendadak menghilang oleh pantulan cahaya yang mengenai matanya dari
sebuah pisau di tangan kiri hiki. Kakak mempercepat langkahnya, tapi
kekhawatirannya yang bertambah membuat langkahnya kacau. Dia harus lebih cepat
sebelum
Jleb… sebelum pisau hiki menancap di bahu kanan shizou. Kakinya tersandung,
membuatnya jatuh menguling di tangga sampai ke lantai. dia terlambat,
“aaaargghhh…” shizou telah berteriak kesakitan sedangkan hiki tertawa geli.
Di samping itu
Terlalu banyak deret pintu yang berjajar di setiap dinding kastil ini. tidak ada
satu perbedaan apapun yang terdapat di setiap pintu. Pintu belah dua berwarna coklat,
berganggang emas-perak, dan memiliki ukiran random vallution karya fanck fluit. G
membuka satu persatu pintu yang ada sembari berharap seseorang yang di carinya
ada di salah satunya.
Sudah hampir 39 pintu yang terbuka olehnya, tapi tidak ada seorang pun yang
ia temui. Napasnya yang tersenggal dan keringat yang bercucuran deras, dia tak
sanggup lagi. Sama seperti G, meski dia hanya sebuah roh, akan tetapi rasanya sama
halnya ketika dia memiliki tubuh, seolah-olah, semakin lama dia mendekati ujung
koridor ini, keberadaan tubuhnya semakin berasa. Karegiko tak pantang menyerah,
tujuan utamanya hanyalah menyelamatkan saki dan kawan-kawannya, tidak lebih dari
itu. Bahkan jika dia harus kehilangan tubuhnya, ia rela.
Mereka berdua berada di ambang batas, sedangkan seven yang memiliki
energi lebih telah menemukan siapa yang dia cari saat ini. usahanya tidak terbuang
dengan percuma, setelah melewati puluhan pintu dan belasan koridor, akhirnya di
balik sebuah pintu berarsitektur mozaik kuno dan berganggang perak, seseorang yang
sangat di khawatirkannya sedang terduduk menunggu dirinya. Siapa lagi kalau bukan,
“maaf, aku begitu terlambat…, frank!” ucap seven yang sedang cengengesan
senang melihat kakaknya,
Frank menengadahkan wajah memandang seven, “kenapa..-, kenapa kau
meninggalkan kakak sendiri, dia pasti akan mengambil keputusan yang salah” tanpa
sadar, air mata frank mengalir membasahi kedua pipinya, seven terkejut, dan baru
menyadari kedua tangan kakaknya yang terikat kuat oleh rantai emas yang ujung
rantainya tenggelam di kegelapan ruang.
“apa maksudmu?!”
“kau-.. adikku yang bodoh..”
Seven membelalakan matanya, baru kali ini kata-kata kakak tersayangnya
masuk menembus ulu hatinya. tiba-tiba, sebuah bayangan mencul dari belakang
seven, seseorang yang berdiri di belakangnya dan menutupi pintu ruangan tersebut
sekaligus membuat frank kembali tertunduk.

“kenapa hiki?! Kenapa kau melakukan ini?!!!” kakak berteriak begitu keras
dan menggema ke seluruh koridor.
“kenapa? Aku sudah memberitahumu.. apa kau masih tidak mau menyerahkan
buku itu?”
“..-jangan… jangan kakak!!” shizou menyela sambil menahan rasa sakit di
bahunya. “kakak ingat janji kakak!!”
Kakak menunduk seraya memukul lantai dengan tinjunya. Penyesalan,
kecewa, amarah, menyatu menjadi satu dalam pikiran dan hatinya. bahkan untuk
berdiri kakinya menolak keras. kedua matanya otomatis terpejam mengingat
gambaran wajah ayah dan ibunya. Dua orang korban akibat ulahnya. Hiki nampaknya
tidak terlalu sabar, senyuman kecutnya memperlihatkan ketidak sukaannya menunggu
keputusan kakak.
“katakan dimana buku itu!” sentak hiki.
“kakak! bukankah kakak berjanji padaku..?”
“hiki, shizou… kalian ingat cerita yang kita buat bersama hari itu?” senyuman
mendadak mengembang di wajah kakak,
Hiki tentu terkejut, “ya”
“ya”
“kalau begitu bagaimana jika endingnya kita ubah,”
“jangan bercanda!!”
“aku ingin suatu saat buku terakhirku ini akan menjadi legenda…”
“kakak, saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk -“
“oh, bagaimana jika kita susun ulang ceritanya… dari awal, sejak kita para
pemeran belum memasuki buku ini…”
“apa maksudmu?! jangan-jangan kau?!”
Kakak bangkit berdiri, menghadapkan mukanya pada shizou dan hiki, lalu
menutupi sebelah matanya dengan tangan kanannya, “aku- akan menyusun ulang..”
Dalam sekejap mata, G, karegiko, saki, frank, seven, dan hito hadir dalam ruangan
itu, berdiri melingkar di belakang hiki dan shizou dengan simbol komas di tapakan
kaki mereka.
Mereka kaget bukan main, tanpa terkecuali shizou, “kakak apa yang-?”
Kakak tersenyum lembut dengan tatapan yang begitu teduh, ia memandangi
satu persatu semua orang yang berada di sana, “jika kalian hidup dalam keyakinan, ku
pikir kalian tidak akan tersesat, tapi selama ini, kalian tetap mempercayai dirku dan
akhirnya terjebak bersamaku…” setetes airmatanya terjatuh dari kelopak mata
kirinya, “karena itulah, ku mohon berjalanlah di jalan kalian sendiri, jangan mengkuti
siapapun tanpa tahu siapa yang kalian ikuti”
“kakak apa yang kau lakukan?!” G membentaknya,
“kakak..” saki terengek
“frank terima kasih.., berkatmu, aku akhirnya bisa mendapatkannya”
“frank, kakak! apa yang kalian sembunyikan?!” seru seven tak mau kalah
sembari berusha menggerakan tubuhnya yang mendadak kaku.
“hito, berkatmu juga, aku bisa sampai di sini, terima kasih…” kakak
mengacuhkan semua pertanyaan,
Frank nyengir bahagia, “tidak kakak, seharunya akulah yang berterima kasih,”
air mata frank tak luput jatuh, kemudian diikuti hito,
“kakak! aku berjanji akan merawatmu!”
“khahah,.. ku harap aku tidak merepotkan kalian… G dan Seven, jika
semuanya menjadi nyata, kalian tidak boleh bertengkar lagi ya, karena aku sudah
tidak bisa menertawakan kalian, jadi.. kumohon berbaikanlah..”
Seven dan G bermuka masam seakan-akan akhir dari kisah ini sudah ia
ketahui. “baik!”
Begitu juga hiki, dengan kekuatannya dia dapat mengegrakkan tubuhnya dan
menghalau pembatas yang dibuat oleh kakak, dia melompat hendak mencekik kakak,
namun sebuah rantai emas tiba-tiba muncul dari dalam lingkaran pembatas dan
melilit pinggang, leher, dan seluruh pergelangan tubuh hiki sebelum ia sempat
menyentuh kakak.
“sial!”
“saki, jika karegiko sudah mendapatkan tubuhnya, kau harus selalu
bersamanya dan menjaganya..”
“dan untukmu shizou, maaf, kakak tidak bisa membunuh orang yang kakak
cintai.. sebagai gantinya, aku akn membakar buku ini, dan menyelesaikan cerita yang
sudah kau buat. Jati diri kakak akan menghilang, mungkin kau akan kerepotan
menjaga kakak, tapi satu hal yang perlu kau tahu,… kakak sangat menyayangimu..”
“kakak!” tangis shizou terpecah, “tidak! tidak.. jangan lakukan itu!! Aku-- aku
hanya-“
Frank menyela “kakak, apakah shogi baik-baik saja?”
“Tentu, maka dari itu, mugki jika aku kembali ke dunia nyata, dia akan
menyiksaku… jadi.. ya kau tahu..” air mata dari mata kakak berubah warna, menjadi
kemerah-merahan. “sudah saatnya, aku mengucapkan selamat tinggal… semuanya,
tolong jaga diriku yang lain disana…”
Semua orang tersentak kaget melihat kakak memindahkan tangan kanannya
dari wajah bagian kanannya yang sendari tadi tertutup, sebuah jarum waktu berputar
dengan sumbu utama pupil mata kanan kakak. tinggal satu detik yang tersisa bagi
kakak sebelum jarum panjang berhenti di angka 12.
“good bye..”
“KAKAKK!!” semua berteriak ketika cahaya putih bersinar menyilaukan
mata. Mereka terpejam saat itu, dan tetes terakhir dari air mata darah sang kaka
terjatuh.
---
Kurokazaki, siapa yang tidak mengenal namanya, penulis muda berbakat yang
sudah mengelilingi dunia untuk menjual hasil karyanya. Ribuan fans selalu
menantinya di setiap negara. siswa yang baru lulus SMA tahun kemarin ini, tinggal di
sebuah panti asuhan yang pemiliknya tidak diketahui siapa itu, yang jelas, rumah
tempatnya tinggal merupakan rumah milik seorang model terkenal yang juga telah
mendunia.
Kurokazaki merupakan anak yatim piatu dan sebatang kara, saudara, orang
tua meninggalkannya begitu lama dan tanpa sebab. Kata orang-orang panti yang
menjaganya, dia adalah siswa yang cerdas dan penuh talenta. Begitu baik, rendah
hati, dan peduli pada sesama. Mereka sangat menyayanginya.
Namun, pada suatu hari, dia kehilangan ingatannya. Ingatan mengenai siapa
dirinya dan orang-orang terdekatnya. Sejak hari itu, semua keunggulan yang ia miliki
musnah. Daya imajinasinya menghilang. Keseharian yang ia lakukan pun hanya
memandangi selembar foto yang tergambar crayon yang tertempel di akhir buku yang
di buatnya. Semua fansnya sangat menyayangkan hal ini.
“kuro, saatnya kita makan…” ajak seorang gadis panti yang membawa
nampan berisi semangkuk bubur dan segelas teh. Kuro tidak menjawab.ia terus saja
memandangi selembar foto itu. Sampai, gadis di sampingnya meneteskan airmata
karnanya.
Dia, pemuda yang sendari tadi mengawasi kuro, hanya termenung sedih di
sudut ruangan sembari meengingat semua yang telah terjadi sampai saat ini. “shogi,
hentikan tangismu..” katanya datar.
Shogi mengangguk sambil menyeka air matanya. 2 orang yang lain masuk,
dan lekas menghampiri kuro. Seorang gadis yang menenteng keranjang buah lalu
meletakan tas tersebut tepat di depan kuro tanpa menindihi buku miliknya.
Sedangkan pemuda yang bersamanya,melempar senyuman ceria pada kuro.
“shogi, shizou, maaf kami terlambat!” ramah sang pemuda.
“hei kakak! kami kembali! aku membawakanmu buah apel!!!” riuh sang
gadis. teriakkannya menarik sepasang pemuda berwajah tampan dan sama untuk
datang meramaikan suasana di ruangan tersebut.
“kare ayam, kau sangat terlambat..” ceplos salah satu diantara mereka.
“saki, ada untukku?” tanya salah satunya.
“maaf, ka frank, kali ini kau tidak dapat bagian!!”
“eeehhh?!”
Mendadak telepon selular yang terletak di meja tamu berdering keras
mengagetkan mereka berenam. Seven berlari mengangkatnya.
“haloo.. dari panti- oh kau cover boy? Ada apa?”
“WOI, aku Gin! PANGGIL aku GIN!!” dia yang berada di ujng teleopn
berteriak keras,
“ahh, maaf, tuan Gin, ada apa?”
“bagaimana keadaan kakak?”
“dia seperti biasa…”
“ohh..”
“kami sudah mendiskusikannya semalam… “
“…”
“kau.. tidak perlu mencari cara untuk mengembalikan kakak. sudah
mendirikan panti ini saja, merupakan jasa yang sangat besar.. kembalilah ke sini G.
kakak selalu menantikan kita berfoto seperti yang ada di ending ceritanya… aku
mohon kembalilah segera…”
“tidak- aku akan terus mencari caranya..!”
“sampai kapan? Bertahun-tahun kau mencari cara mengembalikannya, tapi
kau tahukan buku itu sudah hancur? Claire Conduct milik kakak yang menyelamakan
kita…dia hanya ingin kita hidup bahagia bersama setengah jiwanya.. walaupun dia
berubah total, setidaknya, dia masih berada di samping kita G, aku hanya tidak ingin
saat kau kembali, semuanya telah terlambat…”
“uhh, kau benar, baiklah.. aku dan hito akan segera kembali… tanyakan pada
kakak, hadiah apa yang dia inginkan… aku pasti akan membelikannya..”
“sok lu, “
“khahah… hei, seven, sebenarnya, aku masih penasaran bagaimana frank dan
hito berkerja sam adengan kakak!”
“telmi lu ye?! Yang menulis prolog cerita itu adalah shizou, tapi yang
memilih para tokohnya adalah kakak, jadi wajar saja, kalau kakak menentukan frank
dan hito yang menjadi tokoh yang membantunya mejalankan semua rencanannya
dalam cerita..”
Ckelk.. telepon mendadak putus, Seven terkejut dan lekas membantingnya
keras-keras pada meja. Meskipun begitu, teleponnya sama sekali tidka mengalami
kerusakan. Bukannya mendinginkan kepala seven, shogi, shizou, frank, karegiko, dan
saki malah menertawainya seolah seven adalh seornag badut yang gagal.
“siaall.,,, awas kau G!!!!!”

Amanat:
1. Kau hidup bukan di dunia ilusi, tentukan jalanmu sendiri, karena takdir
berada di tanganmu.
2. Cinta, au mencintai siapapun, dan aku sanggup mengorbankan diriku
untuk siapapun, terutama pada orang yang juga mencintaiku.
3. Aku hanya ingin menjadi orang yang berguna, aku tidak ingin mereka
menangis karenaku, dan aku akan membalas semua yang orang lain
korbankan untukku, entah itu akan di terima oleh mereka atau tidak, aku
tidak peduli.
4. MY hero is My self

Anda mungkin juga menyukai