Anda di halaman 1dari 2

Rumah Ke-dua

Sudah hampir dua tahun aku tinggal sendirian di sebuah apartemen yang terletak di
pusat kota. Alasan kenapa aku menempati apartemen salah satunya karena apartemen
itu milik keluargaku dan mungkin apartemen itu berjarak cukup dekat dengan tempat
aku bersekolah. Kebetulan ada beberapa temanku yang tinggal di apartemen yang sama.
Tapi ada satu penghuni apartemen itu yang aku sukai. Namanya Micelle, aku biasa
memanggilnya Misel, dia adalah teman satu jurusanku disekolah walaupun berbeda
kelas denganku. Kita berteman sejak aku pindah ke apartemen itu. Waktu itu kita
berkenalan ketika aku ingin membeli sesuatu di mini market didekat apartemen.
Setelah itu, kita mengobrol banyak tentang persekolahan dan juga saling bertukar
cerita.

Saat Masa Orientasi Sekolah (MOS) waktu itu, kakak OSIS membagi kelompok untuk
mengerjakan tugas MOS. Dan kebetulan aku satu kelompok dengan Misel. Hal itu
membuat kita semakin akrab satu sama lain, kami jadi sering mengerjakan pekerjaan
bersama-sama. Tugas MOS yang di tugaskan oleh kakak OSIS kita adalah membuat review
singkat mengenai sebuah buku. Kakak pembimbing kita memberikan kebebasan untuk
setiap kelompok nya memilih buku, asalkan setiap kelompoknya tidak me-review buku
yang sama. Saat itu kami memilih buku Azzamine untuk di-review, buku ini sendiri
menceritakan tentang sebuah perjodohan antara Raden Azzam Al Baihaqi dan Haura
Jasmine. Karena Misel dan dua teman kelompokku sudah pernah membaca bukunya,
akhirnya kita memutuskan untuk langsung mengerjakannya setelah pulang MOS, meskipun
batas pengumpulan tugasnya adalah hari terakhir MOS.

Hari ini adalah hari terakhir kami masuk sekolah yang kebetulan juga di sekolah
sedang mengadakan acara classmeeting, dan minggu depan sudah masuk masa liburan
smester. Namun sepertinya aku tidak akan pergi liburan ke luar kota atau ke tempat
rekreasi seperti teman-temanku yang lain, aku hanya akan pulang ke rumah orang
tuaku dan menikmati masa-masa liburan dirumah. Saat aku sedang mengemas barang-
barang pribadiku yang akan kubawa, tiba-tiba Misel mengetuk pintu apartemenku, dan
aku menyuruh Misel untuk masuk.
“Misel, ngapain? Kamu ga beres-beres barang-barang kamu buat pulang ke rumah?”
tanyaku sambil mengemas.
“Belum nih, aku masih bingung Jun apakah aku pulang atau engga”
“Loh, kok gitu sih Sel?”
“Sebenernya aku kesini pengen cerita apa yang belum aku pernah ceritain ke orang
lain Junn”
“Yaudah, sini ceritain ke aku, aku bakalan dengerin semuanya!”
Misel langsung bercerita tentang apa yang di alaminya, sebenarnya Misel memiliki
orang tua yang sudah tidak utuh. Misel bercerita bahwa dia ditinggalkan oleh Ibunya
semenjak dia kelas 8 SMP karena Ibunya terserang penyakit yang langka. Lalu Misel
bercerita tentang alasannya kenapa tidak mau pulang ke rumah. Misel bercerita bahwa
dia merasa tidak nyaman dengan perlakuan Ibu tiri dan Kakak tiri-nya. Padahal dia
sudah mencoba membicarakan hal ini kepada sang Ayah namun tanggapan-nya seperti
acuh tak acuh, setelah itu akhirnya Misel tidak ingin pulang ke rumah, dan lebih
memilih untuk pulang kerumah Pamannya. Namun Misel memiliki perasaan bahwa dia
tidak ingin terus-terusan merepotkan keluarga Pamannya . Dia bilang bahwa Ayahnya
sekarang seperti alat pemberi ‘uang’ saja. Misel merasa bahwa dirinya sudah tidak
punya rumah lagi setelah pergi dari rumah Pamannya itu. Setelah Misel bercerita
panjang lebar pada sore itu, dia memutuskan untuk tetap tinggal di apartemennya dan
tidak akan pulang kemana-mana saat liburan smester. Tapi terkadang dia pergi
liburan ke luar kota atau ke tempat rekreasi untuk healing. Dan dia bercerita
kepadaku sambil nangis, akupun turut ikut bersedih karena merasakan kesedihannya.
Setelah Misel bercerita tentang apa yang di alaminya itu aku ingin berinisiatif
untuk mengajak Misel ikut pulang ke rumah bersamaku.
“Eh Jun maaf yaa, aku ceritanya sampai nangis gini” ucap Misel.
“Ga papa kok Sel, thanks ya kamu udah mau cerita sama aku. BTW kamu mau ikut pulang
ke rumahku aja ga? Nanti kalau udah sampai rumah kita bisa seneng-seneng, cerita-
cerita, main-main dan lain-lain deh, biar kamu gak sedih lagi” kataku sambil
menghapus air mata Misel.
“Beneran Jun, aku boleh ikut pulang sama kamu?”ucap Misel dengan perasaan gembira.
“Iya Micelle boleh. Sekarang kamu kemasi barang-barang kamu deh, besok rencananya
aku mau berangkat pagi-pagi banget.”

Mendengar perkataanku Misel kembali senang, karena dirinya akan merasakan


kehangatan keluarga lagi. Setelah itu Misel kembali ke apartemennya untuk mengemasi
barang-barang yang akan dia bawa kerumahku.

Dipagi hari itu, aku dan Misel pergi ke bandara diantar oleh mobil apartemen.
Semalam aku sudah memesan 2 tiket pesawat untuk penerbangan kita berdua. Setelah
sampai di bandara kota tujuan, Ayahku menyambut kita berdua dengan perasaan senang.
Ayah memang sudah biasa menjemputku ketika aku pulang ke rumah. Di perjalanan,
tidak lupa kita mampir dulu ke sebuah supermarket untuk belanja makanan, minuman
serta kebutuhan kita selama liburan smester ini. Jarak rumahku dengan bandara cukup
jauh, jadi selama di perjalanan kita bermain HP dan sedikit mengobrol, karena lelah
kita lelah. Sesampainya dirumah kita di sambut hangat oleh Ibuku dan Kakakku. Lalu
kami duduk di ruang tamu sebentar untuk memperkenalkan lagi Misel kepada keluargaku
walaupun mereka sebenarnya sudah tau, Misel disambut oleh keluargaku dengan baik.
Aku dapat melihat wajah Misel yang bahagia ketika dia mengobrol dengan keluargaku.
Setelah selesai berkenalan, aku pergi ke kamarku dan Misel pergi ke kamar tamu
untuk beristirahat dan merapikan barang-barang bawaan kita. Lalu setelah itu kita
bersiap untuk makan malam.
“Sel, seneng ga?” tanyaku kepada Misel.
“A….seneng banget Jun…. udah lama aku ga ngerasain perasaan kaya gini. Keluarga
kamu baik banget Jun. Thanks a lot udah mau nerima aku disini” .ucapnya sambil
memegang tanganku.
“Iya Sel, sama-sama. Kamu boleh anggap rumah ini kaya rumahmu sendiri ya, nyaman-
nyamanin aja. Kamu bebas mau panggil orang tuaku juga, aku udah anggap kamu itu
bagian dari keluarga aku Sel”
“Jun…Makasihh banyakkk pokoknyaa buat kamu!” kata Misel sambil memelukku.

Misel merasa senang sekali karena dirinya dapat merasakan kehangatan, keharmonisan
dan kasih sayang dari Ibu dan Ayah. Misel juga dapat merasakan kembali suasana yang
sudah lama tidak dia rasakan, yaitu suasana ‘rumah’. Dan kini Misel memiliki rumah
ke-duanya setelah sekian lama dia ingin merasakannya.

Cerita ini terinspirasi dari cerita yang berjudul rumah by Delima Mutiara

Anda mungkin juga menyukai