Anda di halaman 1dari 37

PROLOG

Di sore yang cerah, ada seorang gadis yang sedang terduduk terdiam
menatap langit. Ia menghela nafasnya, sudah ke berapa kalinya gadis kecil ini
terdiam sambil memandangi rerumputan di depan rumahnya

"Nduk, ayo masuk, sudah mulai sore," gadis kecil tersebut menoleh lalu
mengangguk dan beranjak berdiri memasuki rumah kecil nan sederhana itu

Bunyi piring dan sendok beradu, mulai memenuhi keheningan di tempat meja
makan tersebut. Seorang wanita yang mulai berkeriput tersebut mulai
memandangi anak semata wayang nya itu sambil tersenyum

"Besok kamu sudah mulai bersekolah, ibu harap kamu mempunyai banyak
teman disana" ucapnya memecah keheningan

Gadis kecil itu pun menatap sang wanita yang mulai berkeriput itu yang biasa
ia sebut, Ibu. Gadis tersebut mengangguk lalu tersenyum lebar , "tentu saja!!
aku bakal punya banyak teman disana hehe... ibu ga usahh khawatir, aku akan
baik-baik saja" ucap gadis itu dengan semangat sambil memperlihatkan
senyumnya yang masih mengambang

"Bagus deh, anak bapak sudah mulai besar, udah mau masuk SD kelas 1," gadis
kecil yang masih menatap ibunya pun mulai menoleh dan menatap sang ayah,
"aku masih kecil tauuu!!! kataa bapak kalau udah besar itu kalau udah berumur
15 tahun sedangkan aku masih berumur 7 tahun" ucap gadis itu sambil
menggembungkan pipinya cemberut

"Hahahaha.... iya, anak bapak masih kecil, ya sudah di selesaikan setelah itu
tidur. Besok pagi harus bangun pagi dan pergi ke sekolah" tutur sang ayah
sambil mengelus surai rambut anak nya itu dengan penuh kasih sayang. Gadis
tersebut pun menganggukkan kepalanya lalu mulai menghabiskan makanannya

Hari sudah mulai gelap, gadis kecil itu masih terduduk di tepi ranjang nya. Ia
sedang berpikir bagaimana sekolahnya besok, apakah ia akan mendapatkan
seorang teman? apakah ia dapat beradaptasi disana? huh... sudahlah.
Gadis itu memandang dirinya di cermin sebelah pintu kamarnya. Ia beranjak
lalu memandang dirinya sendiri. Gadis itu mulai menarik nafasnya perlahan
sambil menutup matanya lalu mulai berbicara

"H-halo.. namaku Ka..." "Nduk!! ayo tidurr, ini sudah larut!" Gadis kecil
tersebut menghela nafasnya lalu menatap dirinya di depan cermin itu lalu
menganggukkan kepalanya tanda ia siap

Ia pun mulai menidurkan dirinya di kasur yang ada di kamarnya tersebut. Ia


tidak sabar untuk menantikan dirinya bersekolah di sekolah baru tersebut. Ia
tertidur dengan tersenyum

Keesokan harinya...

Seorang gadis kecil sedang berjalan di sepanjang koridor sambil meremas rok
nya tanda ia gugup. Ia berjalan di belakang seorang wanita yang berjalan sambil
memegang tas dan buku di tangannya. Sepertinya beliau adalah guru di sekolah
ini.

"Nah kamu di sini dulu ya, nanti kalau ibu udah menyuruh kamu untuk masuk
ke dalam kelas ya?" ujar bu guru tersebut lalu melangkah memasuki kelas
tersebut

Selama 10 menit, gadis kecil itu terdiam sambil meremas rok merahnya, dia
sangat gugup. Ntah mengapa angin yang semilir menerpa wajah lugu gadis
tersebut tidak membuat ia merasa tenang. Beberapa menit kemudian, gadis
tersebut mendengar suara bahwa ia di suruh untuk masuk ke dalam ruangan
tersebut.

Selang beberapa lama, ia mendengar suara gaduh yang menggema di seluruh


ruangan itu. Mata gadis itu mengerjap memandang seluruh teman nya itu.
Teman? ya semoga saja ia bisa berbaur dengan mereka dan memiliki teman
yang sangat baik atau mungkin sahabat?.

"Baikk sini dengarkan saya dulu semuanya, kita kedatangan teman baru. Coba
perkenalkan nama kamu," gadis tersebut menggigit bibir dalamnya, lalu
menghela nafas sebentar untuk mengurangi rasa gugupnya
"H-halo... namaku Kalea Abhinaya, aku biasa di panggil Kalea atau Lea. Aku
pindahan dari sekolah yang berada di Yogyakarta. S-semoga kita b-bisa
berteman dengan b-baik yaa..." ucap Kalea si gadis kecil tersebut. Seluruh siswa
yang disana pun terdiam lalu menatap nanar ke arah gadis itu.

"Baik nak Kalea, silahkan duduk di sebelah sana, ada bangku kosong," Kalea
mengangguk lalu berucap terima kasih ke guru tersebut, ia pun berjalan menuju
bangku kosong tersebut.

"Baik nak Kalea, perkenalkan nama ibu, ibu Cathrien.... ibu mengajar kelass 1
sampai kelas 4 dengan mengampu pelajaran bahasa Indonesia. Ibu juga wali
kelas untuk kelas 4" ucap bu Cathrien sambil tersenyum ke arah Kalea. Kalea
pun membalas dengan mengangguk kan kepalanya

"Baik kita mulai pembelajaran pada hari ini..."

Inilah awal kisah Kalea Abhinaya, seorang gadis lugu yang ingin mencari jati
dirinya. Akan kah dia bisa melalui semua kisah hidupnya yang penuh dengan
lika liku? atau akan kah ia mampu menjalani kerasnya kehidupan di dunia ini?.
Inilah kisahnya...
CHAPTER 1 : "CINTA MONYET?"

~ Wherever you are, I hope I can meet you in the next life ~
.

Semua bermulai saat Kalea masuk kelas 4, seluruh cerita di mulai dari sini

"Nanti pulang jam berapa?" tanya ayah Kalea

"Jam 1 an pak, jangan telat lagi kaya kemarin lohh, nanti aku nunggu lama di
gerbang sekolah" gerutu Kalea sambil mencebikkan bibirnya yang membuat
ayah Kalea tertawa gemas oleh tingkah laku putrinya

"Iya-iya, bapak nanti jemput ga sampe telat kok, ya udah belajar yang bener
loh!" perintah sang ayah sambil menunjuk ke arah wajah Kalea. Kalea
mendengus kesal lalu mengangguk kepalanya acuh

Setelah itu, Kalea pun mulai masuk ke dalam sekolah, ia pun berjalan di
sepanjang koridor depan kelas. Kelas 4 ini memang agak jauh dan paling pojok
dekat gudang, makanya itu kalau sedang suasana mendung pasti vibes nya
selalu horor.

Sampailah Kalea ke kelas nya, ia pun mencari tempat duduknya lalu mulai
berjalan ke arah tempat duduknya. Ia kemudian duduk dan mulai menaruh tas
nya di kursinya itu. Lalu datanglah teman Kalea, Michelle Aretha Jovanka, atau
biasa di panggil Aretha
"Le le.... kamu udah ngerjain PR Bahasa Indonesia belum dari bu Cathrien?"
tanya Aretha itu sambil mendudukkan dirinya di kursi sebelah Kalea. Kalea
nampak berpikir lalu mengangguk, "Iya udah, baru aja semalam ku kerjain"
jawabnya sambil tersenyum ke arah Aretha

"Kamu udah ngerjain semua? bukannya susah ya? aku lihat dong yang nomer 4,
susah banget tau!" gerutu Aretha sambil mencebikkan bibirnya membuat Kalea
tertawa pelan

Kalea pun mengambil buku itu dari tas ungunya, lalu ia memberikan buku itu
kepada Aretha. Aretha tersenyum bahagia sampai memperlihatkan deretan
giginya yang beberapa masih ompong, lucu bukan?.

"Terimakasih Kaleaa!!" ucap Aretha senang bukan kepalang sampai memeluk


Kalea membuat Kalea terkejut bukan main, lalu ia melepas pelukan Aretha dan
menganggukkan kepalanya, "Sama-sama, Retha. Kembaliin bukunya waktu
sebelum pelajaran Bahasa Indonesia ya?" Aretha mengangguk lalu mulai
beranjak berdiri dan mulai berlari kecil ke tempat bangku nya sendiri

Kalea pun mulai memfokuskan diri ke buku diary nya. Lalu mulai menulis
sesuatu. Isinya ya sudah jelas tentang hari ini, perasaan dia saat ini, apa yang
membuat kamu marah, dan lain-lainnya.

Saat ia sedang asik menulis, tiba-tiba datanglah seorang anak laki-laki seumuran
dia yang sedang duduk di sebelah dirinya lalu mulai melihat Kalea menulis.
Kalea terperanjat saat ada seseorang yang memegang rambutnya, lalu dengan
cepat ia menengok ke arah kanan lalu mendapati seseorang yang sedang duduk
sambil cengengesan

Ntah keberanian darimana, lelaki tersebut pun bertanya, "Nulis apa itu? mau
baca dong" ucap anak lelaki tersebut yang membuat Kalea gugup seketika

"A-anu bu-bukan apa-apa k-kok, El," Marcel Argantara Cushel atau biasa di
panggil Marcel, hanya bisa mengerutkan keningnya tanda ia kebingungan

"Oh ayolah, cuma buku biasa bukan?" "BUKAN BUKU BIASA INI!!"

Teman-teman kelas Kalea yang sudah mulai ramai itu pun mulai menatap ke
arah Kalea dan juga Marcel. Marcel yang terkejut atas teriakan Kalea hanya
bisa diam

Melihat perubahan ekspresi muka Marcel, Kalea langsung menunduk lalu ia


meminta maaf kepadanya, "M-maaf Marcel, a-aku ga sengaja neriakin kamu, a-
aku cuma g-ga mau buku ini di b-baca oleh orang l-lain s-saja" ucap Kalea
sambil menundukkan kepalanya dan berbicara dengan nada patah-patah

Marcel pun tersenyum melihat gadis di depannya itu, lalu menganggukkan


kepalanya, "Iya gapapa Kale, aku yang seharusnya minta maaf, oh ya, kalau
begitu aku balik ke kursiku dulu ya" Ujar Marcel sambil beranjak berdiri lalu
berjalan ke arah temannya yang lain.

Di satu sisi, hati Kalea sangat menghangat karena Marcel mengerti apa yang
tidak seharusnya ia lakukan. Ntah mengapa, kalau di dekatnya, jantung Kalea
berdetak lebih cepat dari biasanya. Ya, Kalea sudah mengerti perasaan ini.
Perasaan suka.

Tapi, Kalea hanya bisa apa? ia hanya bisa mengaguminya dalam diam. Ia juga
sadar kalau orang lugu dan culun sepertinya tidak akan mendapatkan perasaan
yang sama seperti dirinya. Apalagi teman-teman kelasnya sangat menyukai
interaksi antara Biella dengan Marcel.

Biella sendiri juga di ketahui menyukai Marcel tetapi Marcel hanya


menganggap dirinya sebagai teman. Biella terkadang selalu menjahili Marcel,
yang berakhir di soraki oleh teman-teman sekelasnya dengan nada seakan-akan
menggodai mereka berdua. Di tambah orang tua Biella dan Marcel juga dekat,
itu lah yang membuat Kalea merasa dirinya tidak mungkin untuk mendapati
Marcel.

Istirahat pun tiba, Kalea dan Aretha pun berjalan beriringan sambil bercanda
bersama. Hingga sampai di kantin, ekor mata Kalea memandang seseorang yang
tak jauh dari sana sedang duduk bersama seorang gadis berkuncir satu itu. Kalea
hanya bisa tersenyum kecut saat melihat dengan jelas bahwa Biella dan Marcel
sedang makan bersama

Aretha yang melihat Biella dan Marcel itu pun berinisiatif mendatangi
mereka. Aretha pun menarik tangan Kalea yang membuat Kalea terkejut bukan
main, tapi ia tambah terkejut saat arah jalan Aretha itu ingin menghampiri
Biella. Dan benar saja, Aretha pun duduk di sebelah Biella sedangkan Kalea
pun masih berdiri. Marcel yang melihat Kalea tidak duduk pun bertanya

"Kenapa ga duduk?" tanya Marcel sambil memakan mie kremes nya

Kalea pun menoleh ke arah Marcel yang menatap dirinya. Ntah kenapa dirinya
terlihat salah tingkah saat di pandang seperti itu

"A-anu ga enak aja, soalnya kan B-biella n-nanti cemburu ... haha iya cemburu
iya kan, Biel? Mending kamunya aja yang duduk di sebelah Marcel nah aku di
sebelah Aretha" ucap Kalea bermaksud menggoda Biella dan bisa Kalea lihat
bahwa Biella sedang salah tingkah mendengar ucapan Kalea

"A-ah ga ah, nanti yang ada aku berantem terus sama dia haha. Tapi ya sudah,
Cel, geser dong," Biella pun beranjak berdiri lalu mendorong sedikit bahu
Marcel agar Marcel bergeser ke arah samping

"Ck, menyusahkan, tinggal duduk di sebelah sini kenapa dah" gerutu Marcel
sambil menggeserkan tubuhnya dan membuat Biella tersenyum lebar lalu duduk
di sebelah Marcel

Kalea pun duduk berhadapan dengan Marcel, lalu mulai memakan jajan yang
dia beli tadi. Ntah kenapa ia gugup ketika ekor matanya melihat Marcel
menatap dirinya sambil memakan makanannya. Aretha yang menyadari gerak
gerik Kalea pun mengerutkan keningnya tanda bingung.

Lalu, Aretha pun menyenggol lengan Kalea dengan sikutnya yang membuat
Kalea menoleh ke arahnya. Aretha pun membisikkan sesuatu dan dengan reflek
nya Kalea pun mendekatkan telinganya ke arah kepala Aretha

"Kamu kenapa? kayak gugup gitu" tanya Aretha dengan berbisik yang justru
membuat Kalea salah tingkah

Kalea pun menggeleng kan kepalanya lalu balik membisikkan sesuatu, "Engga,
aku gapapa, cuma kebelet pipis" jawab Kalea dengan berbisik juga

Aretha pun menjauhkan tubuhnya lalu memutar bola matanya jengah,


sedangkan Kalea hanya bisa tersenyum memperlihatkan giginya sedikit.

Beberapa jam sudah berlalu, dan kini sudah waktunya pulang sekolah. Kalea
sudah berkemas-kemas sejak tadi, sedangkan Aretha masih fokus mencatat
materi dari papan tulis tersebut. Kalea pun menyusuri segala ruangan kelasnya.

Kringg... Kringg... Kringg....

"Baiklah anak-anak, cukup sampai disini pembelajaran pada hari ini. Ibu akhiri
dengan berdoa. Ayo ketua kelas" ucap Ibu Guru sambil menatap semua murid-
muridnya.

"Sikap sempurna," semua hening dan mencari sikap sempurna

"Berdoa" "Mulai," semua murid langsung menunduk kan kepalanya dan


memejamkan matanya berdoa karena sekolah pada hari itu sudah berjalan
dengan lancar
"Cukup," semuanya langsung mendongakkan kepalanya lalu menatap ke arah
ibu guru yang sedang membereskan buku-bukunya di meja guru

"Beri salam,"

"Selamat siang bu," ibu guru tersebut tersenyum lalu menjawab, "Iya, selamat
siang juga" balas salamnya kepada seluruh murid di kelas tersebut

Kalea pun mulai menggendong tas nya lalu berjalan keluar kelas bersama
Aretha. Aretha membuat candaan yang terkadang berhasil membuat Kalea
tertawa. Aretha juga menceritakan awal kedekatan gebetannya dengan dirinya

"Sumpah deh Le, tadi si Arsen ganteng banget main banteng-bantengannya,


lucu aja" ujar Aretha sampai telinga nya memerah membuat Kalea tertawa

"Hahaha, telingamu aja sampai memerah, kamu suka atau suka??" goda Kalea
sambil menaik turunkan alisnya. Aretha lalu memukul lengan kecil Kalea
membuat Kalea mengaduh kesakitan

"Halah tadi aja kamu ngelihat Marcel sampai segitu nya. Suka atau suka?" goda
balik Aretha kepada Kalea yang membuat wajah Kalea memerah menahan
malu. Apa terlalu nampak kah? pikir Kalea

Tanpa sadar mereka berdua sudah sampai di gerbang sekolah. Aretha pun pamit
dan melambaikan tangannya tanda selamat tinggal dan di balas lambaian tangan
milik Kalea.

Sendiri sambil duduk itu membosankan. Sedari tadi Kalea hanya diam dan
mengayunkan kedua kakinya. Dia pun menunduk melihat tali sepatunya lepas
dari ikatan pitanya. Lalu ia pun mulai membungkukkan tubuhnya. Tanpa di
sadari sudah ada Marcel yang berdiri di samping kirinya.

Saat menegakkan kembali tubuhnya, Kalea pun menoleh ke arah kiri mendapati
Marcel sedang bersedekap di depan dada sambil memiringkan kepalanya sedikit
dan memperhatikan Kalea. Tanpa di sadari Kalea gugup menatap wajah Marcel

"Belum di jemput?" tanya Marcel memecah keheningan, Kalea pun menatap ke


arah Marcel lalu menggelengkan kepalanya, "Belum, kamu belum di jemput
juga?" tanya Kalea balik

Marcel pun menganggukkan kepalanya lalu berkata, "Coba besok rambutmu di


kucir tengah" pinta Marcel membuat alis Kalea berkerut dan memiringkan
kepalanya bingung, "Kenapa?" tanya Kalea kebingungan
Marcel mengangkat bahunya, "Gapapa cuma pengen tau aja, coba aja besok
gimana" jawab Marcel yang membuat Kalea semakin bingung

Kalea pun menghela nafasnya sejenak lalu menatap ke arah depan dan melihat
seorang ibu-ibu masih berumur muda sedang tersenyum melambaikan
tangannya. Kalea pasti itu adalah ibu Marcel.

"Ibumu sudah jemput itu" ucap Kalea sambil menunjuk ibu Marcel dengan
telunjuknya lalu Marcel pun menatap jari tersebut dan mengikuti arah dari jari
itu.

Marcel tersenyum sesaat, dapat di lihat Kalea sedang tertegun melihat


senyuman lebar milik Marcel. Marcel pun menatap Kalea sebentar lalu
membisikkan sesuatu. Bisikan tersebut membuat Kalea melebarkan matanya
terkejut campur salah tingkah

"Pergi dulu ya Kalea" pamit Marcel sambil melambaikan tangannya dan di


balas lambaian juga oleh Kalea

"Hati-hati!!" seru Kalea membuat Marcel menengok ke belakang dan


menganggukkan kepalanya

Tak selang beberapa lama, ayah Kalea pun datang. Kalea pun mendengus
melihat cengiran khas ayahnya tersebut. Memang tidak bisa di harapkan huh
ujarnya dalam hati kesal.
CHAPTER II : "APAKAH AKAN
SELALU SAMA PERASAAN INI?"

~Roda kehidupan akan terus berputar pada porosnya, sama


seperti perasaan ini, akan mulai memudar dengan perlahan
karena keadaan ~
.

Semuanya telah berlalu. Sekarang Kalea sudah resmi naik ke kelas 6 SD yang
sebentar lagi ia akan masuk ke jenjang lebih tinggi, yaitu Sekolah Menengah
Pertama atau SMP.

Baru saja kemarin waktu kelas 5 ia di bully oleh teman-teman Biella. Ntah
kenapa ia di bully, padahal ia tidak punya salah sama sekali ke mereka.
Mungkin karena penampilan?

Dari kelas 5 itu lah, Kalea mulai menjadi gadis pendiam, cuek, dan jarang
tersenyum. Ntah sudah berapa banyak cara ia sudah terbully oleh teman-teman
Biella. Bahkan sekarang, Marcel pun hanya diam dan cuek kepadanya.

Sekarang yang ia punya hanyalah Aretha. Walaupun Aretha pernah


bersekongkol dengan temannya Biella, tetapi ia pun sekarang sudah tidak lagi.
Kalea mengerti mengapa sudah tidak lagi, karena ia sudah lelah juga di jadikan
babu oleh teman-temannya Biella

Bahkan waktu kelas 5 SD, ia baru saja berduka karena sudah kehilangan adik
kecilnya yang meninggal di kandungan ibunya. Sedih sekali membayangkan
adik kecilnya telah menyatu dengan tanah. Tapi seiringi berjalannya waktu,
Kalea sudah mengikhlaskan kepergian adik kecilnya yang sudah ia tunggu-
tunggu kedatangannya.

Di kelas 6 ini, Kalea sudah mulai belajar dengan giat karena ia sebentar lagi
akan memasuki jenjang SMP. Dia sudah berangan-angan sekali bisa masuk ke
SMP favorit.

"Le, udah ngerjain belum pr dari bu Magda?" tanya Aretha sambil duduk di
bangkunya dan membuka tas nya

Kalea melirik sebentar lalu mengangguk tanda ia sudah mengerjakan. Aretha


hanya menghela nafas pasrah. Ntah mengapa sekarang Kalea sangat berbeda
seperti dia yang dulu. Aretha pun tersenyum lalu menjawab, "Baiklah, kirain
belum ngerjain"

Pelajaran pertama di mulai. Kalea memfokuskan dirinya untuk tetap


memperhatikan ke arah depan dimana bu Magda, guru Bahasa Indonesia kelas 6
SD itu menerangkan pelajarannya.

Ekor mata Kalea bersibobok dengan Marcel saat ia membalikkan tubuhnya ke


belakang. Meja mereka berseberangan, Marcel duduk paling depan sedangkan
Kalea di pojok kanan.

Marcel menatap Kalea sebentar lalu mengedip-ngedipkan matanya melihat


Kalea yang sedang menatapnya juga. Kalea mendengus lalu memalingkan
wajahnya dan menatap ke arah depan kembali.

Istirahat tiba, Kalea masih duduk di bangkunya sambil memakan bekalnya.


Tiba-tiba, Biella datang dan tersenyum ke arah Kalea

Kalea menatap Biella lalu berkata, "Mau apa?" tanya Kalea

"Ah tidak apa, cuma mau lihat kamu saja" jawab Biella tersenyum kikuk

Kalea pun fokus kembali memakan bekalnya. Biella menghela nafasnya


panjang
"Kale," Kalea menengadahkan kepalanya saat ia sudah selesai menutup bekal
makannya, lalu menatap ke arah Biella penuh tanya

"Kamu mau ga? ikut aku sebentar" ajak Biella membuat Kalea merengutkan
keningnya

"Kemana?" tanya Kalea tetapi tidak di gubris Biella lalu menarik tangan Kalea
membuat Kalea berdiri lalu berjalan mengikuti Biella

Disini lah mereka, Kalea dan Biella sedang berjalan lalu Biella berlari ke arah
mereka. Kalea terkejut, kenapa ada Marcel disini?. Biella pun menjelaskan
maksud dia gimana membuat kening Kalea berkerut.

"Jadi gimana? mau jadi bagian dari kita?" tanya Biella sambil tersenyum ke
arah Kalea

Kalea menatap ragu ke arah mereka berempat, ada Marcel, Biella, Gavriel,
Fernan, dan Adira. Kalea menatap sekilas ke arah Marcel, ntah mengapa
jantung ia berdebar-debar saat menatap ke arah Marcel. Kenapa rasa ini masih
ada? aku kenapa sih??! monolognya dalam hati

"Gimana Kalea?" tanya Adira membuat Kalea yang tadi melamun pun terbuyar
dan menatap ke arah Adira

Kalea menunduk, "Kalian mau berteman denganku itu dengan baik-baik atau
memang kalian kasihan kepadaku?" tanya Kalea sedih membuat empat orang di
depan Kalea terdiam.

Kalea mendongakkan kepalanya lalu tersenyum, "Aku bakal terima kalau ini
bukan paksaan dari kalian, aku mau berteman dengan baik bukan terpaksa. Aku
bakal memikirkan ini" ujar Kalea lalu meninggalkan keempat teman sekelasnya
itu yang sedari tadi terdiam

Kalea pun sampai di depan kelasnya lalu duduk di bangku teras depan kelas.
Ia menunduk sambil berfikir apakah ia masuk atau tidak. Tiba-tiba datang 3
siswi sekelas dengan Kalea lalu menepuk bahunya. Kalea terperanjat lalu
mendongakkan kepalanya

"M-mau apa kalian?" tanya Kalea gugup sebab di depannya adalah orang-orang
yang sudah membully Kalea selama ini.

Ostine tertawa lalu menepuk bahu Kalea, "Santai aja kali" ucap Ostine sambil
tersenyum lebar membuat Kalea merasakan hawa yang tidak mengenakkan
"Kita cuma mau duduk aja disini, ngapain tegang banget sih?" tanya Grace lalu
duduk di samping Kalea

Kalea hanya menunduk lalu berdiri, membuat Grace, Ostine, dan Ayya
mengerutkan keningnya

"Kenapa berdiri?" tanya Ostine membuat Kalea menggelengkan kepalanya,


"Aku lupa kalau di panggil bu Tari tadi, aku pergi d-dulu" jawabnya dan pergi
dengan tergesa-gesa

Disinilah Kalea, berada di bilik Wc sambil menangis diam. Dia takut untuk
kembali ke kelas, selama ini dia hanya diam dan tidak membalas, dia capek mau
berbuat bagaimana lagi. Pertemanan hanya memiliki satu teman itu pun sangat
berarti untuk Kalea

Kalea pun keluar dari bilik tersebut, lalu membasuh mukanya dan menatap
dirinya ke arah cermin di depan.

Kalea tersenyum tipis menatap wajahnya di depan kaca itu, dan arah matanya
tidak sengaja melihat Marcel menatap dirinya dan berhenti melangkah. Kalea
pun membalikkan tubuhnya untuk menatap juga ke arah manic coklat Marcel

Marcel tersenyum tipis lalu berkata, "Sudah ku duga" ucapnya membuat Kalea
kebingungan

Marcel pun menunjuk ke arah rambut Kalea yang di kucir tengah itu. Kalea pun
mengikuti arah jari tangan nya itu lalu meraba rambutnya

"Kamu terlihat lebih rapi daripada di gerai rambutnya" ucap Marcel sambil
tersenyum tipis membuat Kalea mengedip-ngedipkan matanya kagum akan
senyuman itu

"dan juga cantik"

Kalea mematung seketika saat mendengar perkataan yang terucap dari bibir
Marcel. Kalea menelan ludahnya susah payah karena saking gugupnya

Kalea pun berlari meninggalkan Marcel yang masih diam di dalam toilet
tersebut. Bisa di lihat dari ekor matanya bahwa Marcel terkejut sebab dirinya
berlari dengan kencang.

Bel pun berbunyi, Kalea pun membereskan bukunya setelah mengucap salam
kepada guru yang megajar. Kalea pun menghela nafasnya lalu memanggil
Biella
"Biel," Biella pun menengok ke arah belakang sambil memiringkan kepalanya
tanda ada apa

Kalea pun menggigit bibirnya lalu membuka mulutnya, "T-tawaran tadi a-apa
masih b-bisa?" tanya Kalea dengan memalingkan wajahnya gugup

Biella tersenyum lalu mengangguk semangat, "Tentu saja masih!! Kamu bisa
ngajak Aretha kalau dia ingin bergabung" ujar Biella senang membuat Kalea
tersenyum tipis

Biella pun ikut tersenyum lalu mengatakan, "Kita tulus mau ngajak kamu
berteman dengan kita, kita juga ga mempermasalahkan kalau kamu nolak atau
nerima" ucap Biella membuat Kalea tersenyum lebar

"Terimakasih ya, Biel"

Semakin hari, kedekatan Kalea dengan Biella semakin dekat. Tapi terkadang
Kalea harus menahan rasa cemburunya melihat kedekatan Marcel dengan
Biella. Tapi tak apa, Kalea yakin suatu saat nanti rasa yang menggebu-gebu ini
bisa hanyut tanpa tersisa

Dan sekarang, hari dimana kelulusan Kalea. Kalea sudah sampai di sekolah
dengan baju kebayanya. Sekarang adalah waktu yang tepat ia akan menyatakan
perasaannya kepada Marcel.

Kalea sudah duduk bersama dengan Aretha, Dahlia, dan Asel. Dapat Kalea lihat
bahwa Marcel duduk di sebelah Biella yang sedang bercanda bersama. Kalea
tersenyum melihat nya. Tidak apa, sebentar lagi aku akan pergi katanya dalam
hati

Ya memang Kalea akan pergi, dia ikut dengan ayahnya dan ibunya untuk
pindah ke daerah Jogja untuk meringankan pekerjaan ayahnya selama ini.

Kalea awalnya tidak menyetujuinya tapi semakin lama Kalea paham bahwa
dengan membawa patung sebanyak itu dari Kutowinangun sampai Jogja
tidaklah mudah.

Ah iya sampai lupa, pekerjaan ayah Kalea adalah memproduksi patung, jadi
beliau membuat patung di rumah dan setiap 2 minggu sekali di stor ke pabrik
yang berada di Bantul
Sekarang Kalea sedang terdiam termenung, ia sebenarnya tidak rela berpisah
dengan Aretha, tetapi mau tidak mau ya harus mau bukan?

Aretha yang melihat sahabatnya melamun pun menyenggol halus lengan Kalea
membuat Kalea menoleh ke arahnya,

"Kamu kenapa?" tanya Aretha dan di jawab gelengan kepala dari Kalea, "Tidak
apa hanya memikirkan mau lanjut sekolah dimana" jawab Kalea sambil
cengengesan

Aretha pun membulatkan bibirnya membentuk huruf O, "Aku besok mau


sekolah disini aja" ujar Aretha sambil tersenyum ke arah Kalea

Kalea menganggukkan kepalanya, lalu memfokuskan pandangannya ke arah


depan sebab acara kelulusan nya di SD ini akan segera di mulai. Kalea
menghela nafasnya kala melihat teman-temannya cantik-cantik sebab mereka
merias wajahnya sendiri.

Acara telah selesai, sekarang adalah sesi foto. Kalea terdiam sambil menatap
ke arah seseorang yang sedang berfoto bersama teman-temannya yang lain.
Tiba-tiba arah pandangan nya itu bertemu dengan manik laki-laki yang bernama
Marcel itu

Kalea terpaku akan pandangan Marcel, lalu Marcel melangkah menuju arahnya.
Semakin lama semakin dekat, Kalea pun menunduk kala Marcel sudah ada di
depannya.

Marcel pun mengulurkan tangannya pada arah pandangan Kalea yang sedang
menunduk. Melihat tangan Marcel terulur, ia pun langsung mendongakkan
kepalanya lalu menatap wajah Marcel

Marcel tersenyum, "Selamat ya udah lulus" ucapnya sambil tersenyum

Kalea terpaku sebentar, lalu tangan kanannya terulur menjabat tangan Marcel
yang terulur tersebut

"M-makasih ya, Marcel? S-selamat juga untuk kamu ya? aku harap kita bisa
ketemu di hari kemudian" ucap Kalea sambil tersenyum tipis

Marcel mengerutkan keningnya tidak paham, tapi ia segera mengembalikan raut


wajahnya menjadi tersenyum kembali lalu mengangguk

"Ya, aku harap.. kita akan bertemu kembali" ujar Marcel


Kalea tersenyum lalu melepaskan jabatannya dari tangan Marcel. Lalu ia
menunduk

"B-bolehkah aku ngomong s-sebentar?" tanya Kalea gugup sambil mengetuk-


ngetukkan kaki kanannya dan menunduk kan wajahnya malu

Marcel pun menganggukkan kepalanya dan tersenyum

"Tentu saja,"

Disinilah sekarang, di taman dekat kantin sekolah terlihat ada 2 murid yang
sedang duduk dengan rasa gugupnya. Ah ralat, sebenarnya yang gugup adalah
Kalea. Kalea sedari tadi menunduk membuat Marcel kebingungan

Hening.

"Kamu mau bicara apa?" tanya Marcel memecah keheningan

Kalea menengadahkan kepalanya dengan cepat lalu menoleh ke arah Marcel


dengan cepat juga

"Ah a-anu, a-aku," dahi Marcel mengerut lalu memegang pundak Kalea
membuat tubuh Kalea menegang

Marcel terkekeh, "Ga usah tegang gitu, aku cuma anu emm khawatir kamu
kenapa-kenapa" ujar Marcel sambil menatap ke arah Kalea khawatir

Telinga Kalea memerah menahan malu dan salah tingkahnya. Kalea lalu
menjauhkan tangan Marcel dari pundaknya lalu menatap dalam ke arah Marcel

"Marcel?"

"Hm?" Kalea menarik nafasnya lalu kembali menatap ke arah Marcel

"Cel, aku harap kamu jangan jijik sama aku ya?" pinta Kalea sambil tersenyum
tipis

Marcel mengerutkan keningnya lalu mengangguk

"A-aku"

Marcel menganggukkan kepalanya pelan, "Aku?" ucap Marcel mengulang kata


Kalea yang dia ucap

"A-aku a-aku"
"Katakan saja Kalea"

Kalea menarik nafasnya dalam-dalam lalu berseru, "Aku suka kamu!!!" seru
Kalea di hadapan Marcel

Marcel sangat amat terkejut atas pengakuan Kalea. Pundaknya merosot lalu
menundukkan kepalanya. Dapat Kalea lihat bahwa Marcel menarik dalam
nafasnya lalu kembali menatap dirinya

"Maaf..." satu kata yang Marcel ucap itu membuat Kalea tersenyum miris

Kalea menggelengkan kepalanya, "Tak apa Marcel, aku hanya ingin


mengutarakan perasaan aku yang aku pendam selama ini kepada kamu" ujarnya

"Ya aku tau bahwa kamu menyukai emm mungkin sih, menyukai orang lain,
dan aku juga sadar diri kalau aku ga pantes sama kamu" lanjutnya sambil
menundukkan kepalanya

Marcel menggelengkan kepalanya tidak setuju. Kalea kembali menatap manik


mata Marcel

"Tapi, kali ini, aku sangat lega sekali mengutarakan isi hati aku" ucap Kalea
sambil tersenyum tipis

"Aku senang bisa mengenalmu Marcel, makasih udah hadir di hidup aku ya?
Aku bahagia bertemu denganmu di sini"

Marcel menganggukkan kepalanya, ntah mengapa pikiran dia campur aduk

"Marcel, disini aku juga mau pamit dari hadapan kamu," Marcel pun
membulatkan matanya terkejut

"Maksudnya apa?" tanya Marcel dengan nada sedikit ia serukan sebab ia sangat
terkejut

Kalea menganggukkan kepalanya, "Aku bakal pindah ke daerah Jogja"

Marcel pun mengedip-ngedipkan matanya lalu menatap wajah Kalea dalam, "K-
kenapa Kale?" tanya Marcel sedikit bergetar, mungkin ia akan menangis? ah
tidak mungkin

"Aku harus ikut bapak ku supaya meringankan pekerjaannya. Aku awalnya


menolak tapi aku juga paham bagaimana capeknya bapak harus mondar-mandir
bawa kerjaannya kesana" jawab Kalea sambil menundukkan wajahnya
Kalea pun mendongakkan kepalanya lalu tersenyum ke arah nya, "Semoga kita
bisa bertemu di kehidupan selanjutnya ya Marcel?" harapnya membuat Marcel
tertegun atas penuturan Kalea

"Satu hal lagi yang harus kamu ketahui," Marcel menahan nafasnya sebentar
lalu menatap ke arah Kalea

"Bahwa aku suka kamu saat kita kelas 3 SD, dan aku harap kamu bisa bertemu
dengan orang yang bisa mengerti keadaan kamu ya?" pinta Kalea dengan netra
yang berkaca-kaca

Marcel pun tersenyum tipis lalu mengelus kepala Kalea dengan lembut. Ah
masih anak-anak sudah bisa buat romantis saja.

"Maaf Kalea aku belum bisa balas perasaaan kamu," Kalea tersenyum lalu
menganggukkan kepalanya

Marcel pun menatap mata Kalea dalam lalu berkata, "Tapi aku juga sayang
kamu" lanjutnya membuat Kalea melototkan matanya tanda terkejut

Marcel tersenyum lebar lalu terkekeh kecil melihat wajah Kalea memerah

"Semoga kita bisa bertemu ya...

Kalea Abhinaya"
CHAPTER III : "PERTEMANAN
PERTAMA DALAM HIDUP"

~ Aku memang pandai dalam mengubah topeng wajah yang


terpasang di wajahku, tetapi aku tidak bisa menata kembali
ruang hati yang sudah tersayat karena masa lalu ~
.

Disinilah kehidupan Kalea pada masa remaja, harus memposisikan diri


bahkan menyesuaikan lingkungan baru lagi. Sedih. Sedih rasanya harus
meninggalkan rumahnya yang ada di Kutowinangun itu.

Dan sekarang Kalea harus pindah ke Jogja, lebih tepatnya di daerah Bantul
untuk waktu yang lama. Kalea sekarang sudah memasuki bangku SMP dan dia
di terima di SMP 3 Bantul
Hari ini adalah hari dimana Kalea akan bersekolah di sekolah barunya
tersebut. Sangat amat gugup sebab ia takut tidak mempunyai teman disana.

Kalea sudah siap dengan seragam biru putihnya. Ia pun mulai menarik nafas
dalam-dalam lalu tangannya mulai mengambil tasnya lalu menggendongnya di
punggung

Setelah itu, Kalea berpamitan kepada ibunya dan ke sekolah di antar oleh
ayahnya. Benar-benar gugup sekali saat di perjalanan menuju sekolah barunya.
Tambah gugup lagi saat sudah sampai di gerbang sekolah

Kalea pun turun dari motor ayahnya, lalu bersaliman kepada ayahnya. Ayahnya
berkata, "Cari teman yang banyak ya, Nduk. Ga usah mikirin yang lain,
semangat ya!" ujar ayah Kalea sambil mengelus kepala Kalea

Kalea mengangguk lalu tersenyum, "Terimakasih bapak!! Aku bakal cari teman
yang banyak, bapak jangan risau" ujar Kalea dengan wajah tersenyum membuat
ayah Kalea ikut tersenyum

"Ya udah, sana masuk" suruh ayahnya membuat Kalea mendengus

Kalea pun berjalan menuju dalam sekolah, lalu memutar badannya ke arah
ayahnya lalu melambaikan tangannya ke arah ayahnya dan mulai berjalan
kembali ke dalam sekolah

Kalea sudah berada di dalam sekolahnya beberapa menit yang lalu dan tentu
saja ia langsung mendapatkan teman, namanya adalah Elizabeth Jihan
Guaniverse dan Putri Lintang Ashana.

Sekarang mereka bertiga sedang ada di lapangan upacara karena sedang


melaksanakan kegiatan MPLS atau Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah.
MPLS itu di laksanakan sampai dengan hari Kamis saja.

"Panas banget cuacanya" keluh Asha sambil mengelap keringatnya

Kalea mengangguk lalu ikut mengelap keringatnya di dahinya, "Iya pliss, ini
panas banget mana kaya di jemur hadehh..." ucap Kalea membenarkan ucapan
Asha

Jihan yang hanya melihat mereka berdua berkeluh kesah pun menggelengkan
kepalanya pelan, lalu mengajak mereka untuk duduk di bawah pohon yang
rindang
"Untung saja sudah selesai acaranya" ujar Asha sambil duduk meluruskan
kakinya

Kalea mengangguk lalu mengambil tisu di dalam sakunya, "Kalian mau?" tanya
Kalea sambil menyodorkan tisu di depan mereka

Jihan mendengus kesal lalu mengambil nya dengan lumayan kasar, "Pakai
nanya kamu, Le" ucap Jihan sambil mengelap keringatnya memakai tisu yang
tadi ia ambil dari Kalea

Asha terkekeh lalu ikut mengambil tisu tersebut

"Btw, habis ini ngapain?" tanya Asha sambil menatap Kalea dan Jihan

Jihan berpikir sebentar lalu mengatakan, "Katanya sih, di suruh ke aula sekolah"
jawab Jihan

Kalea tampak bingung, "Aula? dimana aulanya?" tanya Kalea tampak


kebingungan sambil celingak-celinguk mencari aula di sekolah itu

Jihan mengedikkan bahunya tanda ia pun juga tidak tahu. Kalea pun mendengus
kesal melihatnya

Beberapa hari kemudian, MPLS sudah selesai di laksanakan dan tiba saatnya
mereka pembagian kelas. Untung saja Kalea, Jihan, dan Asha satu kelas, sebab
yang Kristiani di jadikan satu kelas.

Kalea datang pagi-pagi dan melihat tidak ada seorang pun di dalamnya, lalu ia
pun mengangkat kedua bahunya tanda tidak peduli. Lalu ia mencari tempat
duduk yang ingin ia duduki

Beberapa menit kemudian, kelas sudah ramai, sudah banyak orang yang
berkenalan, banyak yang bercerita dan lain sebagainya. Kalea sendiri duduk
bersama Jihan dan Asha dan berbicara bersama. Tiba-tiba datanglah seorang
siswi yang berjalan ke arah mereka

"Haiii," Kalea, Asha, dan Jihan pun menatap ke arahnya lalu tersenyum, "Hai
juga" jawab mereka bertiga bersama

"Boleh kenalan?" tanya nya dan di angguki oleh Kalea

"Aku Marshanda Belsaria, biasa di panggil Abel atau Marsha" ucap Abel sambil
tersenyum senang

"Aku Kalea, Kalea Abhinaya"


"Salam kenal ya, aku Elizabeth Jihan Guaniverse, biasa di panggil Jihan atau
Ive"

"Dan aku, Putri Lintang Ashana, biasa di panggil Intan atau Asha, tapi lebih
baik Asha hehe"

Abel pun menganggukkan kepalanya, "Salam kenal ya Kale, Jihan, Asha" ucap
Abel dan di angguki Kalea, "Salam kenal juga, Abel" balas Kalea

Semua berjalan normal, di bangku nya yang sekarang kelas 7 ini, Kalea sangat
amat di kenal akan keceriaannya, humornya, dan lain sebagainya. Bahkan ia
juga sangat pandai mengajak berteman, tapi satu pertanyaannya, apakah ia tidak
trauma dengan apa yang sudah ia alami semasa hidup nya di bangku sd?

Tentu jawabannya, iya. Iya, dia masih trauma. Siapa yang tidak trauma dengan
adanya pembullyan? Terus mengapa Kalea malah sekarang terlihat lebih ceria?
Sebab ia tidak mau merasakan kesepian lagi, rasanya di bully sangatlah tidak
mengenakkan.

Kalea harus mempunyai banyak teman supaya pengetahuan serta wawasan nya
dalam berteman juga semakin erat. Tidak hanya di sekolah, Kalea juga di kenal
oleh orang-orang di desanya, bahkan mereka adalah keluarga yang sangat
mudah di ajak berkomunikasi.

Tidak jarang, di desanya jika ada Kalea sedang jalan-jalan menggunakan sepeda
nya, ia selalu di sapa dan Kalea pun selalu membalas sapaannya dengan
tersenyum lebar.

Kalau di tanya apakah sudah menyesuaikan tempat baru yang sekarang zkalea
tempati, jawabannya juga masih belum, sebab semenjak kecil, ia selalu di
ajarkan bahasa Indonesia, jadi untuk menyesuaikan bahasa Jawa di Jogja agak
susah. Bahkan Kalea sudah bersekolah di SMP nya itu sudah seminggu, tetapi
masih saja memakai bahasa Indonesia sebab belum terlalu fasih untuk memakai
bahasa Jawa di Jogja

Dan disinilah Kalea, tepatnya di sekolah nya, Kalea sedang berjalan bersama
Asha dan Alie, temannya yang baru dari kelas 7F. Kalea berkenalan dengan
Alie saat Alie sedang menunggu jemputan di depan gerbangnya, sama
sepertinya.

"Rame banget plis," keluh Kalea

Asha pun mengangguk, lalu menarik tangan Kalea dan Alie, "Kantin belakang
aja ayo" ajak Asha dan di angguki Kalea
Di sepanjang perjalanan, Kalea, Asha, dan Alie bercanda gurau bersama, hingga
tak sadar sudah sampai di kantin belakang.

Saat Kalea memilih jajanannya, tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya yang
sontak membuat Kalea menoleh ke belakang.

"Ah... Dareen, kirain siapa," Dareen yang di sebut namanya pun terkekeh.
Dareen adalah teman sekelasnya yang sangat amat jahil.

"Hehehe, maaf ya, btw ambilin itu dong" ucap Dareen sambil menunjukkan
sebuah permen yang menggantung disana

Kalea mendengus lalu membalikkan tubuhnya ke arah Dareen sambil berkacak


pinggang menatap Dareen dengan tatapan kesal. Gimana tidak kesal, permen
tersebut hanya tinggal 2 yang berarti sangat susah di jangkau oleh seorang
Kalea

"Helloooo, bisa di lihat tuan Dareen terhomat, saya itu pendek, jadi silahkan
anda sendiri yang ngambil," setelah mengucap itu, tangan Kalea mengapit ke
telinga Dareen lalu menjewernya membuat Dareen meringis, "Aduh, aduh, sakit
Kale" ringis Dareen

Kalea pun bersedekap dada, lalu menunjuk ke arah permen yang tergantung di
atas, "Silahkan di ambil sendiri tuan Dareen Bagaskara" ujarnya sambil
melangkah meninggalkan kantin belakang

Kalea pun menunggu temannya di tangga menuju kelasnya, dan saat melihat
Asha dan Alie berjalan ke arahnya Kalea pun tersenyum lalu ikut berjalan
bareng bersama mereka berdua. Mereka berdua berpisah dengan Alie
sesampainya di koridor kelas 7, lalu masuk ke dalam kelasnya

Saat menikmati makanannya, tiba-tiba datang lah lelaki ke arah meja Kalea

"Lea," Kalea pun menengadahkan kepalanya lalu menatap orang tersebut

"Kenapa, Galen?" tanya Kalea sambil menutup bekal makannya yang sudah ia
lahap

Galen pun melihat sekitar yang membuat Kalea kebingungan, "Kenapa, Len?"
tanya nya lagi

"Si Dareen sama Gio mana?" tanya Galen membuat Kalea mendengus, "Dareen
di kantin belakang, aku tadi lihat Dareen, Tara, sama Yuda" jawab Kalea sambil
memakan jajanan yang sudah ia beli tadi
Galen pun mengangguk lalu mengelus kepala Kalea membuat Kalea mematung,
"Terimakasih, Lea" ujarnya sambil pergi dari hadapan Kalea yang masih
mematung itu

"Sial" umpat Kalea pelan sambil memakan jajanannya dengan menundukkan


kepalanya

Semua itu tak luput dari pandangan teman-teman Kalea yang masih berada di
kelas, yaa hanya beberapa sih tapi tetap saja mereka melihat interaksi mereka.

"Cie cieeee.... ihirrrr Kalea sudah ada buih-buih cinta nih sama Galen" goda
teman-teman Kalea yang masih berada di kelas

"Ck, Galen kan udah ada pacar dari kelas 7B itu, ngapain aku suka sama dia,
kita itu just friend okay?" jelas Kalea yang menolak bahwa ia sedang jatuh
cinta, tapi serius, ia hanya terkejut atas tindakan Galen

"Ah yang benerrr, mumpung ga seagama mereka, trobos aja kali," Kalea
mendengus kesal lalu menatap salah satu temannya yang berbicara tadi, "Aku
sama Galen juga beda agama helloo, walaupun kalau aku seagama pun, he's not
my type" ucapnya sambil menyilangkan tangannya di depan dada

"Iya sih, bener juga, lagi pula ngapain juga ngerusak hubungan orang?" Kalea
pun terkejut dengan adanya suara dari samping kanannya, ternyata si Jihan

"Jihan! kamu ngagetin tau gak!" seru Kalea sambil memukul pelan lengan Jihan
yang membuat Jihan meringis, "Sakit tau!" ringisnya sambil mengelus
lengannya, sedangkan Kalea tertawa kecil

"Maaf ya Jihan, kamu sih ngagetin aku" tuturnya membuat Jihan mendengus,
"Iya gapapa, aku juga minta maaf" ujar Jihan

Beberapa jam kemudian, kelas sudah terisi lagi, sebab bel pelajaran berikutnya
akan berkumandang. Kalea pun sudah mengeluarkan buku pelajaran selanjutnya

Dari arah depan terlihat Dareen dan Joel sedang bercanda bersama, lalu Dareen
pun menghadap arah belakang menatap Kalea. Kalea yang merasa ada yang
menatapnya pun ikut menatap Dareen

"Kenapa lihat-lihat?" tanya Kalea sambil melototkan matanya

Joel pun ikut menghadap ke belakang, "Koe kui nek melotot ki ra serem"
("kamu itu kalau melotot itu ga serem") ucap Joel membuat Kalea mendengus
"Lah itu sebelahmu ngapain lihat-lihat aku?" Joel pun menoleh ke sampingnya
melihat Dareen, dan betul saja lelaki tersebut sedang menatap ke arah Kalea

"Kale," Kalea yang sedang menunduk membaca buku pelajarannya pun


menengadahkan kepalanya menatap Dareen

"Kenapa?" tanya Kalea

Dareen menahan tawanya, "Gapapa" jawab Dareen sambil menahan tawanya


membuat Kalea merengut kesal

"Maumu apa tuan Dareen?" tanya Kalea kesal sambil mengumpat pelan sedikit

"Pffttt....," Joel yang melihat itu pun ikut merengutkan keningnya, "Apa to?"
tanya Joel penasaran

Dareen pun membisikkan sesuatu kearah Joel. Joel pun sesekali melirik ke arah
Kalea membuat Kalea mendengus kesal. Dan lihat sekarang, Joel malah ikut
menahan tawanya

"Pffttt... yang bener lu?" tanya Joel sambil menahan tawanya

Kalea pun berdecak kan mulut nya kesal, "Apa sih kalian itu mau ngomong
apa?" tanya Kalea kesal

Asha yang sedari tadi menyimak pun ikut nimbrung, "Ren, kenapa sih?" tanya
Asha ikut penasaran

"Jadi tuh, kemarin aku lihat si Kale itu lagi duduk di depan gerbang, tau gak apa
yang terjadi...," Kalea nampak berpikir mengingat kejadian kemarin, dan setelah
itu wajahnya pun memerah menahan malu

"Diem deh kamu rennn!" seru Kalea sambil menahan malu yang membuat
Dareen dan Joel pun tertawa kencang membuat mereka menjadi atensi pehatian.

"Diem!" ancam Kalea sambil menunjukkan jari telunjuknya ke arah Dareen

Asha pun mendengus kesal sebab Dareen menceritakannya tidak sampai selesai,
"Gimana sih? apa, Ren?" tanya Asha dengan nada kesal campur penasaran

Dareen pun terkekeh, "Ga jadi, Sha, lah anaknya ngamuk" ujar Dareen
membuat Asha mendengus kesal
Pelajaran pun di mulai, dan tiba saatnya pelajaran terakhir, dimana pelajaran itu
adalah pelajaran Bahasa Jawa. Hampir seluruh siswa mengantuk mendengar
ocehan guru yang berada di depan itu, termasuk Kalea.

Kringgg...Kringgg....Kringggggggg

Seluruh siswa yang berada di kelasnya pun bersorak bahagia sebab bel pulang
sudah terdengar. Kalea pun mulai membereskan buku-buku pelajarannya dan di
masukkan ke dalam tas sekolahnya. Dan setelah itu persiapan untuk pulang

Setelah pulang, Kalea masih berada di dalam sekolah karena menunggu


seseorang. Ia duduk di gazebo sekolah lalu menatap sekitarnya yang sudah
mulai ramai karena waktunya pulang sekolah. Kalea pun mengayun-ayunkan
kakinya dan tiba-tiba

“Kalea?” Kalea yang merasa terpanggil pun menoleh ke samping kiri, “Loh,
Galen? Nunggu siapa?” tanya Kalea sambil menatapnya

Galen pun duduk di sampingnya, dalam jarak yang lumayan jauh. Galen pun
berkata, “Aku lagi nunggu Bella” jawab nya sambil menolehkan kepalanya ke
arah atas melihat apakah Bella sudah keluar atau belum

“Oh, pacar kamu itu?” tanya Kalea yang di balas anggukan Galen, “Kalau
kamu? Ngapain duduk disini? Nungguin siapa?” tanya balik Galen

Kalea pun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, “Emmm.. lagi nunggu
Asha, tadi dia di panggil Bu Andayan ke ruang guru” jawab Kalea dan di balas
anggukan kepala Galen

Saat sedang duduk-duduk dan berbincang-bincang bersama Galen, Kalea


melihat dari sudut matanya bahwa ada seorang perempuan yang akan datang ke
arah mereka berdua. Lalu, Kalea pun menoleh dan terdapat sosok Bella, pacar
Galen.

“Kalea ya?,” Kalea pun mengangguk, “Tenang aja Bel, aku ga sama sekali ada
niatan buat dapetin Galen kok, kita tadi Cuma berbincang sebentar tentang
pelajaran” jelas Kalea supaya Bella tidak salah paham setelah melihat dirinya
dan Galen sedang berbicara berdua
Bella mengangguk, “Iya Kalea, gapapa kok, oh iya aku duluan ya?” pamitnya
sambil menarik lengan Galen

Galen pun mulai mengikuti Bella dari belakang lalu menengok ke belakang lalu
berseru, “Duluan ya Kaleeee!!” seru Galen berpamitan kepada Kalea dan di
balas lambaian tangan dari Kalea

Sekarang Kalea pun sedang menunggu jemputannya, biasanya memang


begini, ayahnya selalu terlambat di karenakan kesibukannya memproduksi
patung. Kalea juga tidak mempermasalahkan nya jika ayahnya terlambat
menjemputnya.

Disaat Kalea sedang melamun, ada seseorang menepuk pundaknya. Kalea pun
tersentak lalu menolehkan kepalanya ke samping kanan dan melihat orang yang
sudah menepuk pundaknya. Rupanya si Abel, teman sekelasnya itu

“Ngalamun ae, mikirin apa?” tanya Abel sambil mendudukkan dirinya di


sebelah Kalea

Kalea nampak mendengus lalu menjawab, “Menurutmu, terlalu cepat ga sih


kalau Galen sama Bella pacaran?” tanya Kalea sambil menatap sekeliling yang
ramai siswa siswi keluar gerbang sebab sudah hari pulang

“Hmmm....,” Abel berpikir sambil bergumam

“Aku pikir sih iya juga, Le, soalnya kita juga baru semingguan ini masuk ke
sekolah” ujar Abel sambil memakan cilor yang barusan ia beli

“Yah benar kan? Sebenarnya awal aku masuk ini, aku malah gagal fokus
dengan si Agam itu,”

“Agam 7E?” tanya Abel dan di angguki Kalea

Kalea menopang dagunya dengan kedua telapak tangannya, “Aku bukannya


suka, cuma kagum aja sama dia” jelas Kalea

Abel pun menatap dirinya, “Tapi Kale, dia playboy tau, friendly juga, aku
saranin jangan suka dia” ujar Abel sambil menunjuk telunjuknya ke arah wajah
Kalea

Kalea mengangguk santai, “Tenang aja kali, santai, aku ga akan suka dia kok”
ujar Kalea dan di angguki oleh Abel
Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan sudah berjalan
sseiringnya waktu dan Kalea semakin menyibukkan dirinya untuk menghadapi
ulangan akhir semester di SMP nya itu.

Dan disinilah Kalea, sedang duduk sambil membuka buku pelajarannya untuk
memahami kembali materi yang sudah di ajarkan oleh guru-gurunya itu. Dalam
melaksanakan ujian ini, Kalea duduk sebangku dengan kakak kelasnya bernama
Lia, kelas 8f.

Saat lagi fokus dalam membaca, tiba-tiba ada yang menepuk bahunya dan
membuat Kalea menoleh ke arah kiri

“Joel? Ngapain?” tanya Kalea sambil menutup buku bahasa Indonesia nya itu

Joel menggelengkan kepalanya lalu dirinya pun bertanya apakah Kalea


beberapa minggu yang lalu pergi ke Cilacap dan di angguki oleh Kalea. Kalea
kebingungan, kenapa Joel menanyakan itu? Apakah....

“Kamu kenal Geya Hellinda?” tanya Kalea hati-hati dengan memicingkan


matanya

Joel mengangguk, “Dia saudaraku,”

“WHAT THE---!!!!???”

Kalea pun melototkan matanya. Jadi selama ini, Joel adalah..... saudara nya
juga? FAKTA MACAM APAAA INIII. Kalea pun menatap Joel penuh selidik
karena ia sempat berpikir sesuatu di dalam pikirannya, sebab ibunya pernah
berbicara dulu, bahwa ada anak dari Pak Yoan ikut natal bersama dengan
keluarga ibu, dan waktu itu Kalea sedang duduk di bangku SD, ntah kelas
berapa dirinya lupa.

“Kamu..... anaknya pak Yoan?” tanya Kalea

Joel menganggukkan kepalanya, “Kok tau?” tanyanya balik sambil menopang


dagunya dengan telapak tangan sebelah kiri

“BERARTI BENER KAMU ORANGNYA!,” Joel terkejut atas seruan Kalea


yang membuat atensi sebagian siswa disana melihat ke arah mereka

“Ssttt, ga usah teriak woi!” ujar Joel sambil menjitak dahi Kalea yang membuat
Kalea meringis

“Ck, jawab dulu, Joel Bramasta,” “Jawab yang mana, Kalea Abhinaya?”
Kalea pun memutar bola matanya jengah, lalu ia membenarkan posisi duduknya
jadi hadap-hadapan dengan Joel, yang membuat Joel menaikkan sebelah alisnya

“Kamu kan yang dulu pernah ikut ke Pengandaran? Acara natal bersama
keluarga ibuku, tiba-tiba kedatangan tamu yaitu ayah kamu,”

“Nah, aku pernah lihat kamu dulu waktu kecil, tapi aku ga tau namamu siapa
dulu, dan ya gitu jadinya aku lebih ke Geya sedangkan Geya memperkenalkan
kakakmu, Rayna Violline” jelas Kalea panjang lebar membuat Joel
mengangguk

“Ya, makane kui, aku pas lihat story Instagram kamu, ya aku kaget, ‘kok Kalea
kenal Geya’ dan aku nanya mamaku, ternyata mamaku lumayan ingat tentang
kamu, dan suruh nanya ke kamu gitu, dan sekarang makanya aku nanya,” Kalea
pun mengangguk kan kepalanya paham

“Nama mamamu siapa? Aku lupa” tanya Kalea sambil cengengesan

“Winola Violline,” Kalea pun menepuk lengan Joel lumayan keras yang
membuat Joel mengaduh kesakitan, “KOK NABOK-NABOK ORANG SIH”
seru Joel

Kalea pun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dengan gugup lalu tertawa
kecil, “Heheheh maaf ya Joel, aku terkejut kok, ga sengaja sumpah, maaf ya?
Ya?” pinta Kalea sambil mengelus lengan Joel yang terkena pukulan nya itu
yang membuat Joel memutar bola matanya

“Emang kenapa?,” Kalea dan Joel pun terkejut lalu menengok bersama ke arah
sumber suara

“Woi! Ngagetin” ujar Joel sambil berdiri dari bangku sebelah Kalea lalu
menghampiri orang yang sudah membuat mereka berdua terkejut. Orang
tersebut malah cengengesan ga jelas sambil melihat ke arah Kalea yang sedang
mengatur nafasnya

“Ravindra Sadam! Plis deh!,” Ravindra, teman dari Joel dan Dareen itu pun
hanya tertawa keras tanpa rasa bersalah lalu berlari keluar dari kelas sebab
Kalea sudah ingin melayangkan pukulan ke arah dirinya

Kalea yang melihat itu hanya berdecih dan mulai duduk kembali dan
membuka buku pelajarannya untuk belajar kembali sebab bel masuk akan di
bunyikan 15 menit lagi.
Kringgggggg..... Kringgggggg.....

CHAPTER IV : “FIRST BOYFRIEND”


“Terimakasih sudah hadir di dalam ruang kecil hatiku yang
telah lama kosong. Kamu akan selalu jadi bagian dari goresan
bukuku”
-Kalea

.
.
Hari demi hari berganti, dan sekarang Kalea sudah memasuki kelas 8 SMP.
Setelah menerima raport dari sekolah, Kalea menduduki rangking 6 di kelasnya.
Ntah mengapa dia merasa lega masuk ke dalam 10 besar.

Dan hari demi hari pun, Kalea selalu mati-matian untuk tidak memikirkan
Agam kembali. Dan saat memasuki kelas 8 ini, Kalea sudah benar-benar
melupakan kejadian tempo lalu itu. Kalea sekarang akan memfokuskan dirinya
ke pelajaran dan jika ada seseorang yang ingin dekat dengan dirinya maka ia
akan menerima ajakan itu tetapi tidak menggunakan hati, melainkan sebagai
teman.

Sekarang adalah hari MPLS untuk adek kelasnya yang akan memasuki kelas 7
dan selama 4 hari ini, Kalea tidak ada jam pelajaran sebab semua guru
mengurus MPLS untuk adek kelasnya itu.

Disinilah Kalea, melihat MPLS adek kelas nya itu membuat dirinya merasa
dejavu sebab dirinya pernah merasakan hal tersebut dulunya. Saat Kalea sedang
menatap satu persatu adek kelasnya itu, tiba-tiba sorot matanya menyipit
melihat seseorang yang juga menatap dirinya

Kalea yang sedang menyipit itu pun lantas mengedip-ngedipkan matanya dan
benar saja dirinya juga di tatap oleh 2 orang lelaki dari sebelah timur lapangan
itu. Kalea pun mengedikkan bahunya acuh lalu mulai berjalan menuju kelasnya
yang berada paling pojok sendiri.

Saat bel istirahat, Kalea menyempatkan dirinya untuk berjalan ke kantin


bersama dengan Abel temannya itu. Saat sudah sampai disana, ia langsung
mendudukkan dirinya ke kursi kantin dan mulai memakan bekalnya disana.
Suasana disana cukup ramai sebab banyak siswa siswi yang mengantri ingin
mencoba menu baru dalam kantin itu

“Eh, katanya bakso sama mie ayam nya enak tau, aku jadi mau beli” ujar Abel
membuat Kalea memutar bola matanya malas

“Kamu itu, mikirnya makanan terus, tuh di lihat,” Abel pun menunduk menatap
banyaknya makanan yang ia beli, “Bahkan meja ini berisi makanan kamu yang
kamu beli di kantin” ujar Kalea

Abel tertawa kecil, “Hehehe, ya maaf, namanya lagi kelaparan karena pelajaran
Pak Gatot itu” ujar nya sambil memakan makanannya

Kalea pun memakan makanannya juga disana, sempat berpikir ia juga ingin
sekali mencoba mie ayam yang baru itu. Tapi apa daya, dia lupa membawa
sangu uang. Maklum, namanya tergesa-gesa.

“Tapi, aku juga mau nyoba sih, cuma ya, aku lupa membawa uang” ujar Kalea
sambil mengerucutkan bibirnya

“Kalau duit ku masih, aku bakal jajain kamu hehehe tapi ya udah habis duitku
huhu” ujar Abel dengan nada sedih dan di balas kekehan Kalea, “Tak apa Kale,
aku juga ga mau ngerepotin kamu” ucap Kalea

Saat asik makan, tiba-tiba ada seorang lelaki yang berdiri di sebelah Kalea dan
sontak membuat Kalea dan Abel pun menghentikan acara makan nya itu lalu
melihat ke arah lelaki itu. Ternyata ada 2 lelaki yang sudah berdiri di sebelah
Kalea. Dapat Kalea lihat bahwa mereka adalah adek kelasnya yang lagi
melaksanakan MPLS pada hari itu dan betapa terkejutnya ia bahwa 2 lelaki
tersebut adalah orang yang menatap dirinya saat dirinya selesai dari toilet

“Em...mbak Kalea kan?” tanya salah satu lelaki yang berdiri tepat di samping
Kalea dan menatap ke arah dirinya

Kalea menganggukkan kepalanya,

“Ya, saya Kalea, ada apa ya?” tanya Kalea balik

Lelaki itu tersenyum lalu mengulurkan tangannya, “Kenalin mbak, saya Fransis
Geoviel biasa di panggil Frans atau Geo, khusus mbak Kalea boleh manggil
saya ‘sayang’” jawabnya sambil tersenyum ke arah Kalea

Kalea yang mendengar itu pun lantas tersedak akan minumannya lalu
terbatuk-batuk dan membuat Abel panik lalu berjalan ke arah Kalea lalu
menepuk punggung perempuan tersebut. Geo dan temannya itu pun ikut panik
dan tidak sengaja tangan Geo ikut menepuk punggung Kalea. Lalu setelah
lumayan baik, Kalea pun menarik nafasnya dalam-dalam lalu menatap ke arah
lelaki tersebut

“Ekhem.... okey deh, salam kenal ya Geo, dan ......,” Kalea pun menoleh dengan
ke arah belakang tepat melihat teman dari Geo itu

“Reiner Avindra, panggil saja Reiner mbak” ucap Reiner, teman dari Geo itu

Kalea pun menganggukkan kepalanya dan tersenyum tipis, dan mulai menaruh
atensinya ke arah Geo, “Ada apa memanggil saya?” tanya Kalea dengan nada
lembut

Geo tersenyum tipis yang membuat jantung Kalea berdegup dengan kencang,
Sial kenapa ini! Monolognya dalam hati

Abel pun menepuk tangan Kalea membuat Kalea terkejut lalu menoleh ke arah
depan dimana Abel menaikkan dagunya bertanya-tanya. Kalea menggelengkan
kepalanya lalu menatap ke arah Geo

“Tidak ada mbak, aku disini cuma mau ngasih ini ke mbak Kalea” ujar Geo
sambil menyodorkan semangkuk mie ayam yang baru di buka di kantinnya itu

Melihat itu, Kalea pun menatap ke arah Abel dan juga sebaliknya, dan terjadilah
saling pandang dan keduanya juga bersamaan ikut menatap ke arah adik
kelasnya itu

“Ini..... buat aku?,” tanpa sadar Kalea mengubah nama ‘saya’ menjadi ‘aku’
yang membuat Geo tersenyum lebar

“Tentu saja, ini huat kamu, di makan ya mbak? Aku capek tau ngantri panjang
buat mbak Kalea doang” tuturnya sambil mengelus kepala Kalea dan membuat
Kalea menatap ke arah Geo dan sebaliknya

Rasa ini...

Benar-benar dia merasakannya kembali


Lumayan lama Kalea dan Geo saling tatap dan membuat Reiner pun memutar
bola matanya jengah lalu memukul punggung Geo dengan agak kasar membuat
Geo pun memutuskan kontak matanya itu dengan Kalea dan membuat Kalea
pun terbuyar akibat Abel menepuk-nepuk punggung tangannya

“Emmm... anu mbakk, aku duluan ya mbak, udah di tunggu temen hehe di
makan ya mbak Aleee!” seru Geo sambil berjalan cepat meninggalkan kantin
dan meninggalkan Kalea dengan semangkuk mie ayam nya yang habis ia beli
untuk kakak kelas pujaannya itu

Kalea yang masih terus menatap kepergian Geo pun hanya bisa terdiam dan
mulai menatap ke mangkuk yang masih terlihat uap yang muncul perlahan dari
arah mangkuk itu yang berarti masih terasa hangat

“Kayanya dia suka kamu,” Kalea yang sedang mencoba sesendok kuah mie
ayam itu pun tersedak dan membuat rasa perih di dalam tenggorokannya
membuat ia terbatuk-batuk

“Uhuk... uhuk..”

Abel yang melihat itu pun membelalakkan matanya lalu mencoba membuka
tutup botol minum milik Kalea lalu menyodorkannya ke teman nya yang sedang
terbatuk-batuk di hadapannya itu.

Dengan cepat Kalea pun mengambil botol minum tersebut dan meminumnya
dengan tergesa-gesa

“Pelan-pelan, Le!” Kalea yang sudah selesai meminum itu pun hanya tertawa
cengengesan

“Maaf, emak Abel” ujar Kalea membuat Abel melebarkan matanya terkejut

“Sialan!”

Dan terjadilah aksi kejar mengejar di antara mereka berdua. Bahkan sampai di
dalam kelas pun, Abel masih bersikeras mengejar Kalea dengan membawa
gagang sapu dan mengangkatnya

“Sini kamu!” Bukannya berhenti, Kalea malah terus mengejek Abel

“Kamu cocok jadi peran ibu tiri, Bel” ujar Kalea membuat Abel memanas
menahan kesal lalu mulai mengejar Kalea dengan sekencang mungkin
Naas sekali bagi Kalea, ia malah menubruk punggung seseorang hingga orang
tersebut pun jatuh ke depan dan sialnya dirinya pun ikut terjatuh dalam posisi
berbaring ke arah kiri

“Duhh... sshh sakit banget” rintih Kalea sambil berusaha berdiri tetapi tidak bisa
akibat rasa ngilu pada kaki kanan dan tangan sebelah kirinya akibat menopang
tubuhnya itu

Abel yang melihat itu pun terkejut dan menghempaskan sapu yang ia bawa tadi
dan segera menghampiri Kalea yang masih dalam posisi yang sama seperti tadi

Abel pun mulai ikut membantu Kalea untuk bangun dan duduk sambil
merapikan seragamnya yang kotor terkean tanah. Abel menengadahkan
kepalanya melihat seseorang yang tidak sengaja jadi korban dalam insiden lari-
lari tadi

“Maaf temanku sudah menubrukmu,” Lelaki tersebut berbalik di kala Abel


sudah bangkit berdiri

Mata Abel membelalak terkejut, “Reiner??”

Reiner pun mengusap-usap lengannya yang kotor akibat terjatuh tadi.


Mendengar nama Reiner pun, sontak kedua bola mata Kalea menatap ke arah
Reiner dan mengangakan mulutnya.

Dirinya pun mulai berdiri secara perlahan di bantu oleh Abel lalu menundukkan
kepalanya

“Maaf, Reiner! Aku bener-bener ga sengaja udah nubruk kamu” ujar Kalea
sambil meringis akibat ada luka di lengan kirinya tersebut

Reiner menganggukkan kepalanya, “ Tidak apa-apa, Mbak. Tidak terlalu sakit


juga kok” jelasnya sambil tersenyum tipis

Kalea menghela nafasnya lega


“Tapi....,”

“Mbak Kalea berdarah,” perkataan dari Reiner itu sontak membuat Kalea
mengecek bagian tangannya dan kakinya yang terasa sakit itu Dan benar saja,
darah terlihat di lengan baju kirinya

Asha yang melihat kejadian itu pun langsung menghampiri mereka bertiga
lalu melihat keadaan Kalea. Dan langsung saja tanpa basa basi, Kalea pun di
antar oleh Reiner, Asha dan Abel ke UKS untuk di obati

Krieett....

Bunyi pintu berdecit. Reiner pun menuntun Kalea untuk duduk, Asha pergi
membelikan teh hangat di kantin, sedangkan Abel mencari obat P3K untuk
mengobati Kalea.

Saat sudah duduk di ujung kasur, Reiner pun duduk di sebelah Kalea sambil
memandang isi dari UKS perempuan itu. Memang UKS di sekolah ini di pisah,
lelaki sendiri dan perempuan sendiri.

“Sakit gak, mbak?” Kalea pun menatap ke arah Reiner sambil merengutkan
keningnya

“Ohh... errr gaa begitu hehehehe,” Reiner lantas mengangguk lalu berdiri
berpamitan untuk kembali ke kelasnya sebab bel masuk sudah berbunyi, dan di
balas anggukan kepala oleh Kalea. Sebelum Reiner membuka pintunya, Kalea
menyempatkan dirinya untuk berterimakasih kepada Reiner, dan Reiner
membalasnya dengan senyuman lalu mengangguk dan segera melenggang
meninggalkan Kalea dan Abel

“Makanya, kalau lari lihat-lihat, jatuh kan jadinya” ketus Abel membuat
Kalea meringis mendengarnya

“Maaf,” Abel memutar bola matanya malas setelah melihat mimik wajah
Kalea yang cengengesan tidak jelas

“Mana sini lenganmu” pinta Abel dan di turuti oleh Kalea

“Pelan-pelan ya, Bel”


Abel mengangguk, “Tenang aja, Kale” ujarnya kembali fokus mengobati
lengan Kalea

4 Bulan Kemudian....

Ada kabar mengejutkan setelah beberapa bulan yang lalu Kalea tanpa sengaja
bertemu dengan adek kelasnya di kantin kala itu, dan sekarang Kalea dengan
Geo malah pdkt. Bukan Kaleanya sih, Geo nya saja yang berusaha mendapatkan
hati Kalea

Awalnya Kalea menerima ajakan untuk berteman melalui aplikasi WhatsApp.


Tetapi, seiring berjalannya waktu, kedekatan mereka semakin terlihat dari sudut
pandang Kalea. Geo yang selalu memperhatikan dirinya, takut dirinya terluka
entah fisik ataupun hati, selalu membuat kejutan yang tak terduga, membuat
hati Kalea menghangat melihat sikap Geo terhadapnya.

Sempat takut akan berakhir saat Kalea sudah mulai luluh dengan Geo tetapi
Goe malah mencampakkan nya dan memilih wanita lain. Tapi, ketakutan nya
itu jarang terjadi sebab Geo sendiri

Anda mungkin juga menyukai