Anda di halaman 1dari 3

Antara Dia Dan Masa Depan

Namaku Keysha Deva Saputri, usiaku 16 tahun. Saat ini aku duduk dibangku kelas
11. Kurang dari 2 tahun lagi, aku akan lulus SMA dan melanjutkan pendidikanku di
perguruan tinggi. Waktu benar-benar berlalu dengan cepat. Padahal, baru kemarin rasanya
aku tiba-tiba muncul di dapur saat berusia 5 tahun. Haha…

Ah iya, sama seperti remaja lain. Aku juga punya seseorang yang aku suka.
Sebenarnya ini rahasia. Aku hanya memberitahu ini pada kalian. Nama pria yang aku suka
adalah Dilan. Kami berada di satu sekolah yang sama dan di angkatan yang sama. Alasan aku
menyukai Dilan sederhana. Dia adalah anak laki-laki yang lembut, manis dan juga pintar.
Selain itu, matanya saat menatapku benar-benar terlihat manis. Belum lagi senyumnya. Ini
mungkin terdengar berlebihan. Tapi, rasanya kopi hitam pun akan jadi seperti larutan gula
jika melihat senyuman Dilan. Hahaha…. Terdengar menggelikan, ya? Tapi, memang begitu
kenyataannya.

Kalau kalian bertanya apa aku akan mengatakan perasaanku pada Dilan, aku akan
menjawab dengan tegas kalau aku tidak akan melakukannya. Bukan karena aku takut
mengatakan. Yah, sebenarnya aku hanya kagum padanya karena dia anak yang sopan dan
baik. Tapi, bukan alasan utama. Alasan utamaku adalah karena aku ingin fokus dengan masa
depanku terlebih dahulu. Pada masa remaja ini lah kita memulai dan memikirkan masa
depan.

“Kamu yakin nggak mau ngungkapin perasaan kamu ke Dilan, Key?” tanya Arum,
sahabat sekaligus teman satu bangkuku.
Aku menggeleng pelan, “Nggak deh, Rum! Aku mau fokus sama pendidikanku dulu
aja. Urusan cinta mah belakangan aja. Masih SMA juga.” Kataku malas sembari membalik
lembar buku paket Fisika.
Bu Indah selaku guru fisika tengah cuti karena sedang melahirkan sejak satu minggu
lalu. Jadi, pelajaran fisika kali ini hanya diisi dengan tugas dan belajar mandiri.
“Aduh, Key! Sayang banget, lho! Kamu kan juga tahu kalau Dilan itu banyak disukai
sama cewek-cewek sekolah kita. Kamu yang agresif, dong.” Kata Arum lagi. Sengaja
memanas-manasi aku. Aku menatap Arum. Tanganku merapikan buku paket yang ada di atas
meja. Kemudian, beranjak pergi meninggalkan Arum begitu saja.
“Mau kemana, Key?!”
“Perpustakaan!” jawabku singkat.
Arum kan paling tidak suka kalau diajak ke perpustakaan. Katanya sih kalau liat buku
sebanyak itu berbaris di rak, dia jadi gampang ngantuk. Bukannya belajar, yang ada Arum
malah tidur. Jadi, pergi ke perpustakaan untuk menghindari Arum dan rayuan mautnya adalah
pilihan yang tepat bagiku.
Entah sudah berapa ratus kali Arum memintaku untuk mengatakan perasaanku pada
Dilan. Dan, entah berapa ribu kali aku mencoba menguatkan diriku. Kalau boleh jujur, aku
sebenarnya ingin sekali memberitahu Dilan soal perasaanku. Tapi, aku takut hubungan
pertemanan kami nanti berubah.
Aku menghela nafas. kakiku sudah sampai di dalam perpustakaan. Aku duduk di
salah satu kursi yang kosong.
"Keysha, aku boleh gabung?” tanya seseorang.
Aku menoleh. Jantungku berdetak kencang. Rupanya Dilan. Aku segera mengangguk.
“Pas lulus SMA nanti kamu mau ngapain, Key?” tanya Dilan.

Perpustakaan tidak terlalu ramai sekarang. Karena memang bukan jam

istirahat.

”Mau lanjut kedinasan kalau bisa.” Kataku sembari membalik lembar buku cerita.

”Kalau kamu?” tanyaku sambil tertawa kecil.

Dilan tersenyum, “Pengen lanjut kuliah. Pengen kuliah jurusan Hukum.” katanya
sambil tersenyum.

“Semoga apa yang kita impikan bisa tercapai ya Key".

“Aamiin!”

Selesai dari perpustakaan, waktu istirahat berbunyi. Dilan pun mengajak Keisha untuk pergi
ke kantin bersama nya.

" Mau ke kantin barengan ngga Key? ". Ucap Dilan

" Duluan aja soalnya aku mau ke kelas dulu, nanti aku ke kantin bareng Arum".

" Oke baiklah kalau begitu".


Setelah Keysha sampai di kelas, dia melihat Arum yang sedang menggambar di buku
gambar nya, lalu Keisha menceritakan kalau dirinya tadi diajak Dilan pergi ke kantin. Arum
pun berbicara dengan muka yang kesal.

"Kenapa ga kamu iyain aja sih Key, ini kesempatan loh?" Arum sambil berkata dengan
kesal.

"Ya habis nya aku masih mikirin kamu soalnya ngga enak kalau aku ke kantin duluan''.

Tidak lama Keisha mengatakan itu tiba-tiba Dilan datang ke kelas Keisha dengan wajah
yang tersenyum dan membawa nasi ayam dua dan air mineral dua. Dilan datang ke meja
tempat duduk Keisha lalu memberikan nasi dan air mineral buat nya. Keisha pun terkejut,
dalam hati nya "Kenapa Dilan tiba-tiba perhatian banget ke aku?!". Dilan mengajak Keisha
untuk makan berdua.

" Bagaimana dengan Arum? "

" Tenang aja, nanti ada teman aku yang bawain nasi buat Arum"

" Terimakasih banyak Dilan". Dengan wajah yang tersenyum.

" Sama-sama.".

Mereka makan berdua sedangkan Arum makan bersama teman sekelas yang lain karena
Arum tidak mau menggangu makan siang mereka berdua. Setelah semua selesai makan tiba
lah bel berbunyi Arum dan Keisha duduk di bangku nya masing-masing. Arum mengolok-
olok Keisha untuk mengatakan perasaan Keisha sebenarnya kepada Dilan. Tetapi Keisha
menatap tatapan sinis kepada Arum.

Hah! untuk apa aku mengungkapkan perasaanku dan mengubah pertemanan yang indah
ini? Biarlah perasaanku ini hanya jadi angin lalu yang akan segera aku lupakan. Kalau Dilan
memang ditakdirkan untukku, dia pasti akan menemukan cara untuk kembali padaku.
Tugasku sekarang hanyalah belajar dan memperbaiki diri. Siapa tahu nanti jodoh yang
disiapkan Tuhan untukku malah jauh lebih baik dari Dilan. Tapi, kalau boleh memilih sih aku
memilih Dilan. Hehe…

Anda mungkin juga menyukai