Anda di halaman 1dari 6

AKU INGIN KEMBALI

Cerpen diajukan untuk memenuhi tugas ujian praktek mata pelajaran Bahasa
Indonesia

Nama : Mahmud Rifqi Maulana

NIS : C

Kelas : XII IPA I

MADRASAH ALIYAH ASSA’ADAH

Kp. Cihambirung Ds. Karangsembung

Kec. Jamanis Kab. Tasikmalaya

2022
AKU INGIN KEMBALI

Sejak detik ini kau akan mendengar ceritaku, aku tak bisa menebak apa
yang akan kau nilai. Bisa saja kau menganggap bahwa aku adalah perempuan
paling asik yang pernah kau tahu tapi bisa juga kau menilai bahwa aku perempuan
yang terlalu percaya diri sehingga terlihat memalukan. Terserahlah, Aku hanya
ingin bercerita denganmu sejujurnya.

Tentang bagaimana aku berusaha membuat dia mengerti bahwa aku


menyukainya. Jika nanti orang-orang pikir bahwa aku perempuan yang sangat
berani, kurasa salah. Karena sejujurnya terkadang aku cukup takut ketika harus
berhadapan dengan dia. Takut dia marah, kesal, atau buruknya bisa jadi
membenciku. Tapi ketakutanku tidak akan pernah lebih besar jika dibandingkan
dengan sebuah rasa yang jelas kusadari bahwa aku menginginkannya. Karena
itulah, kulanjutkan semuanya dengan cara sederhana yang istimewa untuk dia.

Cerita ini adalah tentang kami berdua sebagai anak remaja. Aku bersekolah
di salah satu sekolah di Indonesia. Maaf tak bisa kuberitahu dengan jelas identitas
semua nama dan tempat kejadian. Takutnya kau jadi kenal dan suka denganku.
Nikmati saja cerita kami berdua disekolah. Yang jelas, sekolahku bagus. Bagus
karena gurunya, orang-orangnya, penjaga sekolahnya, bangunannya, pohon-
pohonnya, ceritanya, dan semuanya.

Tiga tahun yang lalu, ada kejadian yang tidak bisa kulupakan, ini terjadi
ketika aku masih kelas satu SMP. Dimana saat itu aku sedang dalam perjalanan
pulang dari sekolah, tiba-tiba datang hujan. Aku bergegas mencari tempat
berteduh. Berhenti disebuah bangunan rumah jepang kuno, aku pergi ke sudut lain
yang lebih teduh.

Saat mataku melihat ke arah lain, ada seorang laki-laki tengah berteduh
juga, sama sepertiku. Diapun menyadari kehadiran ku,

“Tiba-tiba hujan, ya?” Tanya dia.

“Iya.” Jawabku pelan.


Kami berdiri dengan jarak kurang dari 3 meter, berteduh bersama satu atap.
Waktu terus berlalu namun hujan masih belum reda, aku mencoba curi pandang
melihat dia, saat mata kami saling pandang, kami pun langsung berpaling,
sungguh malu, sampai-sampai aku meneguk ludah saking gugupnya.

Untuk mengobrol saja aku bingung, kalimat apa yang harus pertama ku
katakan, ketika itulah kutemukan selembaran poster karnival kuil sakisaka
tergeletak di sampingku.

“Tanaka! Apa kau mau pergi ke festival?” Tanyaku gugup dengan suara
agak kencang.

“Eh?” Saut dia heran.

Sungguh memalukan, andai ku bisa lihat wajah ku sendiri, mungkin warna


merah cabai lebih cocok dengan wajahku kala itu, saking malunya.

“Aku tak tahu kalau yumi pergi atau tidak,apa aku harus mengajak dia saja,
ya?” Lanjutku sambil melihat ke arah lain. Tanpa kusadari dia mendekati ku,

“Pakai ini” Ucap dia seraya menaruh sebuah kaos olahraga ke kepalaku.

Tubuhku memang namun hatiku merasa sangat terkejut, seketika mata ku arahkan
pada dia.

“Nanti kamu bisa sakit, keringkan dengan itu” lanjut dia dengan suara
dinginya

“Baju olahraga?” tanyaku pelan.

“Tenang saja, aku baru memakainya...sekali”

“Hah?! Kau sudah memakainya sekali?.” Tanyaku lumayan agak kesal.

Dia tertawa senang, kupandang dia dengan seksama, tawanya, mukanya,


rambut dia yang basah. Hatiku malah cenat cenut, arghhh

“Tak masalah, ku pakai ini.”

“Pakai saja.”
“Terimakasih.” Ucapku sambil melihat ke arahnya.

Kelas tanaka berada di samping kelasku. Dia itu pendek dan cara bicaranya
lembut sekali, seperti seorang cewek.

“Terimakasih.” Ucapku lembut sembari memberikan baju olahraga milik dia


yang kupakai waktu itu,

“kamu mau pergi ke festival musim panas?” tanya dia ragu

“hah?” sautku pelan

“apa kamu sudah punya rencana dengan temanmu?” lanjutnya dengan nada
masi ragu

“eum, belum”

“jam tujuh! Di jam dinding Taman Sankaku.” Ucap dia langsung namun
melambatkan tempo bicaranya dengan tangan menutupi wajahnya, mungkin bisa
ku anggap dia kurang percaya diri mengungkapkannya, namun, ya membuatku
jatuh hati.

Sepulang sekolah,disebuah lorong kelasku,teman cowok sekelasku


mendesak dan bertanya seraya mengikuti ku dari arah belakang

“Apa kamu mau pergi dengan tanaka? Kenapa diam saja? Beritahu aku
dong!” teriak cowok itu

“jangan menyebalkan begitu!itu sebabnya aku benci cowok!,”jawabku kesal

“Aku sangat... sangat membenci cowok!” teriakku tanpa kusadari bahwa


tanaka baru saja keluar dari kelasnya,namun ia berhenti sejenak sewaktu
mendengar teriakkan ku.

Dia melihatku sayu lalu berlalu pergi langkah demi langkah.

Aku tahu betul perasaannya, mungkin bisa saja dia akan membenci ku,yang
jelas aku merasa penuh salah dengan semua ini.
Waktu cepat berlalu.malam sudah tiba, jam tujuh di dinding Taman
Sankaku. Aku menunggu dan terus menunggu. Tapi, tanaka tidak pernah datang.

Keesokan harinya, ketika dalam perjalanan ke kelas,di lorong tanpa sengaja


ku mendengar dua orang sedang mengobrol. Aku terhenti di obrolan mereka.

“Hah? Tanaka pindah sekolah?”

“Iya, aku dengar setelah liburan musim panas ini.”

“dia tidak bilang apa pun padaku!”

“Hah?naitou juga?”

Andai kalian tau, dia itu kikuk dan pemalu...dan ragu-ragu. Dia selalu
terlihat seperti meraba sesuatu. Tapi aku sangat mencintai tanaka. Sampai saat ini,
tanaka selalu mempunyai tempat di sudut hatiku. Kadang aku berpikir.. aku ingin
kembali ke hari itu.
Riwayat Penulis

bb

Anda mungkin juga menyukai