Kelas : X MIPA 6
Nomer : 01
The Power of Determination
menuju hari yang cerah. Dengan semangat belajar yang gigih, doa yang
terus mengalir mengisi jiwa dan motivasi sekitar, kita sanggup melawan
dunia keluar dari balik hujan dan siap menuju hari yang cerah.
kalendernya,” Teriak amarah gadis itu kepadaku. Aku hanya bisa berlari
aku bersekolah di sekolah baruku. Aku tidak begitu senang, hati yang dingin
baruku dan saat itu aku tidak melihat dan bertabrakan dengan seorang gadis.
saja nak? Kok sekarang baru datang, lihat jam sekarang berapa?”. Kulihat
jam di pojokan dengan rasa gemetar di badan, arah jarum jam pendek
menunjuk angka 8 dan panjang menunjuk angka 12. Semua anak di kelas itu
menertawakanku karena aku ternyata terlambat 1 jam. Tiba tiba seorang
tersebut, setelah itu aku dipersilahkan duduk di kursi tua yang berada di
pojok belakang.
Tidak ada yang pernah duduk di sana karena mereka yang duduk di
sana pasti tidak memiliki teman. Kursi itu selalu diduduki oleh anak nakal
dan tidak pandai. Mereka yang duduk di kursi itu pasti tidak akan lama di
sekolah sebelumnya.
tiba tanpa kusadari aku diteriak panggil oleh guru tersebut. ”Eh Kau yang
duduk di kursi pojok belakang sana, sini maju dari tadi bengong saja”. Guru
santainya aku kerjakan tanpa hambatan sedikitpun setelah itu spidol tersebut
kukembalikan kepada guru dan berjalan santai layaknya seorang ahli. Ssttt,
ternyata itu hanya khayalanku, kulangkah kakiku dengan berat dan kaku
sambil menahan takut dan pusing karena tidak mengerti apa apa. Jangankan
Alhasil kutulislah rumus yang tidak pernah terpikirkan ke papan tulis. Tinta
tersebut semakin ke sini semakin membuat alis guru tersebut menurun. Aku
segera mengangkat spidolku tanda aku menyerah, guru tersebut terdiam dan
memandangi guru tersebut dengan perasaan ketar ketir. Hari ini memang
cerah namun tidak bisa mencerahkan hatiku. Pintu diketuk oleh seseorang
dan masuklah sebuah kelompok OSIS di sekolah itu. Aku menelitinya dan
benar saja gadis yang kutabrak tadi ada di dalam grup tersebut.
Aku menutupi mukaku dan terdiam di kursi itu, aku takut akan
sesuatu hal yang tidak kuinginkan terjadi. Kalender dibagikan kepada ketua
kelas dan ketua kelas membagikan dengan adil. Saat sampai di depan
kursiku dia memberikan sebuah catatan bukannya kalender tahun baru. Jelas
berisikan “Nanti kita bisa bertemu sepulang sekolah di kelas ini? Aku ingin
kamu anak baru jadinya harus dipending dulu kemungkinan besok sudah
keluar kalendermu”
Perasaanku semakin pusing tujuh keliling, aku takut merasa apa –
apa. Gadis itu ternyata memperhatikanku dengan tajam dan penuh rasa
Bel waktu pulang tiba, setelah terbebani dengan mata pelajaran yang
sulit itu, aku ingin pulang. Namun aku teringat dengan si ketua kelas yang
memperkenalkan diri. Dia bernama Rayval. Lantas dengan senang hati aku
atau kalau susah panggil saja Al.” Rayval sangat senang mendengar
dalam kelas tersebut. Ternyata disana terdapat beberapa teman Rayval yang
orang asing, mereka juga tidak welcome kepadaku. Dengan hati terluka aku
tidak sia – sia wakitu itu, seharusnya aku tidak ada disini.
Ketika sampai di lobby, aku bertemu lagi dengan gadis itu. Gadis itu
menatap tajam mukaku lagi dengan perasaan yang ingin meledak. Diam –
lorong sepi. Aku dimarahi habis – habisan oleh gadis itu. Gadis itu terus
mengeluarkan omelan panjang tanpa henti, apalagi hari ini sekolah masuk
pukul 9 dan sekarang masih pukul 7. Sungguh aneh tapi nyata, aku malah
tersebut. Masih misterius siapa nama gadis itu, namun aku tak
memedulikannya.
dimarah – marahin karena tidak paham fisika. Diam – diam gadis itu
Rasanya aneh sekolah tapi tidak dapat apa – apa, apalagi duduk di kursi
yang berada di pojokan. Tiba – tiba aku tertidur di rumahku ini, melihat lagi
siapa diriku. Aku hanyalah anak jalanan yang bersekolah di SMP yang bisa
Tiba – tiba diriku terbakar oleh api semangat. Entah apa yang terjadi
tiba tiba rasanya ingin sekali melakukan ini itu. Diriku berteriak “Aku akan
Aku pun terdiam dan masuk ke rumah, namun itu tetap akan menjadi
semangat hidupku.
Hari ini aku mengikuti pelajaran dengan baik dan senang diriku, saat
masih pandir setidaknya aku berani mencoba. Guru memberi tepuk tangan
kepadaku , ternyata rumusku tidak 100% salah, ada yang sudah benar.
Diriku langsung senang dan gembira mendengarkan pujian karena aku tidak
indah, pipinya yang imut dan lucu. Kulitnya putih bersih dan dia sangat
anggun. Tapi apalah daya diriku, tidak akan pernah bisa mendapatkan
adalah anak osis terkemuka disini”. Setelah mendengarkan itu aku menjadi
ciut, aku ini siapa? Hanya anak jalanan yang di DO dari sekolah sebelumnya
karena ketauan mengamen saat jam sekolah. Tapi bagaimana ya jika tidak
mengamen? Tidak bisa bayar uang sekolah tentunya. Satu satunya cara
di saat aku tidak punya uang. Seketika itu Felisha melintas di depanku,
alhasil aku salah tingkah di depannya. Felisha tertawa kecil melihat salah
membuatku bahagia dalam hati. Tiba tiba hariku bewarna cerah, tidak lagi
hitam putih.
Karena hariku cerah maka aku langsung semangat belajar. Aku tau
tempat mana yang bagus untuk belajar. Yap, benar dari tempat sampah daur
ulang buku sebelah rumahku. Aku langsung menuju tempat tersebut,
ternyata tempat tersebut sepi. Aku mengambil buku Biologi yang sudah
tidak layak baca dan sudah setengah hancur. Bagi orang lain ini hal aneh
bersemangat hari ini dan siap untuk menyelesaikan biologi. Hari ini aku
bahwa jadwal pelajaran sudah berganti. Hari ini adalah sejarah bukan
biologi dan biologi dijadwalkan hari Senin besok. Hatiku langsung kaku dan
bingung harus apa yang kulakukan, namun aku tidak boleh menyerah aku
harus siap.
Hari kembali bewarna dan saat pertanyaan pertanyaan itu muncul dengan
senang hati kujawab dengan tepat. Guru Biologi, Bu Riska sangat senang
Hari demi hari, aku sekarang menjadi buah bibir di Sekolah. Teman
temanku mulai banyak, bahkan kini aku sudah dekat dengan Felisha. Suatu
saat aku disuruh oleh Bu Dwi selaku guru PKN untuk membantunya
diriku shok kaget, ternyata kelas itu merupakan kelasnya Felisha. Dengan
menahan malu kucoba masuk dan salam. Teman teman mereka langsung
diam saja. Setelah itu diriku keluar dari kelas dengan rasa malu bercampur
senang.
tersebut menginginkan saya untuk siap tempur di olimpiade fisika. Jelas itu
membuatku tidak bisa tidur karena itu akan sulit dan sukar. Namun apa
salahnya mencoba? Aku segera mencari buku fisika sebanyak mungkin dan
mempelajarinya.
H-7 Olimpiade Fisika tingkat penyisihan akan dimulai. Aku belajar
pergantian pengurus osis, karena sebentar lagi dia akan lulus. Aku akhirnya
datang ke tempat seleksi tersebut. Diriku sangat senang karena bisa bersaing
dalam kelas, bulu kuduk merinding dan aku siap untuk melakukan yang
terbaik.
Soal soal begitu asing bagiku, rumit dan pastinya aku tidak pernah
paham. Aku mencoba sebisaku dan berharap bisa lolos untuk babak
Atas saran dari Budi, aku memanggil guru khusus olimpiade untuk
mengajariku Fisika. Namun itu tidak semudah membalikkan tangan,
orang membangun rumah, bekerja menjual dagangan dan masih banyak .Di
saat waktu kosong kuiisi dengan belajar fisika sebisaku. Terkadang diriku
diatas normal. Seperti biasa diriku duduk di kursi paling belakang dan mulai
pengawas dan pulang ke rumah. Suasana hari ini cerah dan tenang. Ntah
keuanganku bagus, memiliki pujaan hati juga. Rasa itu selalu terkuak di hati
hingga nanti.
main. Aku langsung kembali ke kelas dan bilang kepada teman temanku
itu.
menjadi sombong kepada teman temanku. Aku menghina mereka tidak jago
tidak cekatan tidak pandai. Hari demi hari temanku mulai berhenti
memedulikan mereka.
Suatu hari aku bertemu lagi dengan Felisha. Aku tidak menyapanya
begitu saja selagi aku menatapnya dengan tajam. Di malam sunyi ini aku
balasan.
namun tidak bisa. Aku harus belajar olimpiade fisika. Tanpa kusadari
aku harus mencapai target. Sungguh membebaniku apalagi aku telat belajar
dan sibuk kepada Felisha. Pikiranku pecah tidak fokus banyak soal soal
yang kujawab salah fatal. Aku sudah yakin medali emas itu akan melayang
begitu saja.
dan guru guru sudah ada di sana. Aku langsung ingin menekan tombol
menyerah namun tidak ada. Alhasil mereka hanya bisa kecewa dengan
mungkin agar sekolah mereka bisa mendapatkan medali emas, namun itu
Pelajaran hari ini benar benar kacau, aku yang biasanya bisa mengerjakan
soalnya hanya bisa melihat dari kejauhan. Banyak teman temanku yang
temanku.
kembali ke versi lamaku yang tidak bisa apa apa. Suatu hari aku ingin
bertemu dengan Felisha, sang pujaan hatiku. Namun mimpi itu benar benar
jauh dari inginku, Felisha memarahiku dan dia terlihat sangat tidak
mataku,dan nada bicaranya naik. Aku tidak pernah melihat dia semarah itu
padaku. Apa mungkin dia kecewa denganku? Setelah itu aku dilarang keras
oleh dia sendiri dan teman temannya untuk menemui dia sampai kapanpun.
Aku terpukul dan hanya bisa melihat dari balik jendela kelasku. Dia
benar benar pergi hilang dariku. Dalam tidurku, aku tidur merenungkan apa
Dingin bagi hati yang bersedih di hari Selasa aku berjalan ke kelas.
Kelas terasa sepi saat aku masuk. Namun beberapa teman temanku mencoba
Di Akhir tahun ini aku sendiri tanpa dia lagi, sedih dan ingin sekali
membetulkan kejadian lalu, andai saja aku bisa kembali ke masa lalu aku
atas yang membuatku sadar akan berartinya dirinya, biasanya dirinya yang
sedikit.Aku mencoba belajar lagi dengan kerja keras. Dimulai dari buku
bekas yang kubeli, buku Fisika yang tua dan rusak, dengan senang hati
“Hari ini kita pindah kelas ya nak!” kata Bu Dwi. Kita pun pindah
kelas dengan senang hati. Ternyata kelas itu tidak asing bagiku,iya kelas si
Felisha yang kini menjadi kelasku. Kutemui sisa – sisa peninggalan dia di
kelas ini, mulai dari sertifikat dan masih banyak lainnya. Namun hatiku
masih merasa sakit jika melihat November lalu. Tapi tidak apa apa biar
Aku diberi tau oleh Budi bahwa bulan depan si Felisha akan
berulang tahun. Jelas aku tidak peduli ke dia lagi. Lebih baik fokus
Hari demi hari perfomanku sedikit naik dan kembali. Aku kembali
bisa menguasai kelas dan menjadi buah bibir walau tidak seramai yang dulu.
untuk membuat kado ulang tahun untuk Felisha. Awalnya aku menolak dan
Aku berhasil mendapatkan foto tersebut dari salah satu media sosialnya.
pusing sudah biasa. Test ini memang begitu sulit tapi menyenangkan.
besok siang. Aku pulang dengan rasa senang di bawah sinar mentari panas.
Kuperiksa saku celanaku, ke kiri ke kanan tidak ada satupun uang. Lalu
frustasi dan marah seketika. Aku akhirnya memilih jalan dengan amarah dan
kesal menemaniku.
Sesampai di rumah aku tidur sambil melupakan segala hal yang baru
saja terjadi. Aku berharap semoga besok hal baru datang dan melupakan hal
lalu diberikan kepada Felisha dengan harapan dia menerimanya dan aku
ternyata isinya aku akan belajar di kelas pengayaan. Sontak aku gembira,
Hari Ulang Tahun dia tiba dan sekaligus bertabrakan dengan kelas
sekolah lain.
Aku tidak tau kado itu diperlakukan bagaimana yang penting adalah
bagaimana prosesnya.
naik dan semakin tinggi. Aku tidak mendapatkan kabar bagaimana kado
informasi bahwa kadoku diterima dan dia sangat senang. Aku sedikit senang
mendengar itu.
dan berhasil mengerjakan dengan tepat waktu dan akurat. Aku senang dapat
yang beredar dia masuk ke SMAN favorit di kota ini. Sontak membuatku
pembuktian kepadanya.
September ini banyak sekali lomba dan aku kewalahan mau
kekalahan juga masih tetap menimpaku. Aku tetap harus berjalan hingga
kelas yang berhawa sejuk namun seram. Di sini aku dan pesaing lainnya
akan bertemu soal soal yang rumit. Satu per satu benteng soal berhasil
kutumbangkan. Soal rumit ditinggal, soal mudah dieksekusi. Tak terasa bel
semua.
Tingkat Nasional. Belajar dari kesalahan tahun lalu kini aku mencoba
belajar giat dan berbohong kepada temanku bahwa aku kalah. Diam diam
,karena ini hidup matiku. Satu per satu jawara disebutkan namanya.Hingga
manis dengan rasa senang. Diikuti oleh kepala sekolah dan guru guru.
Tahun depan aku akan pasti duduk di kursi SMAN tempat Felisha
belajar. Aku sudah memiliki sertifikat sakti.Aku harap dia juga bangga
kepada diriku. Semoga aku bisa bertemu dengannya di bawah birunya langit
yang luas.