Anda di halaman 1dari 26

Kutipan Doa Di Balik Jeruji Suci

Oleh Muhammad Alvi Arrofi


Fajar telah menyingsing mulai bangun dari tidurnya untuk menyapa dunia fana ini.
Burung-burung mulai bernyanyi mengikuti irama dinginnya pagi, membangunkan tubuh yang
telah terlelap. Aku mencoba membuka mata, bangun mengakhiri bunga tidur yang telah
membawaku ke alam bawah sadar. Terasa berat untuk mengawali kehidupan karena lelahnya
perjalanan hidup yang kulalui sebelumnya, namun aku berusaha kuat menghadapinya. Jarum
jam di kamarku menunjukkan pukul 06.00. Dengan pusing, aku duduk sebentar di atas
ranjang besi yang seakan merayuku untuk tertidur kembali. Aku berusaha menguatkan tekad
untuk melawan rasa kantuk yang menimpaku. Terasa sulit kaki ini melangkah melakukan
kewajiban menuju ke suatu tempat yang menuntutku untuk lebih baik dan menjadi anak
bangsa yang cerdas. Entah sampai kapan kewajiban ini melandaku.

Di luar kamar, terdengar alarm berteriak memanggil namaku dengan keras seakan
memecahkan gendang telinga bahkan hiasan dinding di kamar terjatuh oleh teriakan alarm
tersebut. Aku sudah tidak asing lagi mendengar suara itu. Ya, siapa lagi kalau bukan ibu yang
membangunkanku.

“Farel... Cepat bangun! Sudah siang, kamu harus berangkat ke sekolah! Lihat

sudah jam berapa sekarang!” teriak ibuku

Sontak aku menjawab “Iya bu, aku akan mandi dulu”

Aku segera bergegas dari ranjang besi dan berlari menuju kamar mandi. Secepat
mungkin aku mandi agar tidak terlambat sekolah. Setelah selesai mandi, aku segera memakai
seragam dinasku yang biasa kupakai berwarna putih abu-abu. Gayaku bagaikan tentara yang
akan pergi ke medan perang dengan menggendong senjata di belakang tubuh. Lalu Aku
menyalakan motor sebagai transportasi yang mengantarkanku ke sekolah dan meminta izin
kepada ibu.

“Bu aku pergi ke Sekolah dulu” kata aku

“Sarapan dulu nak!” jawab ibuku

“Engga ah bu! nanti saja di kantin” ucapku

“Oh, hati-hati nak! Jangan ngebut-ngebut!” kata ibuku


Segera aku bergegas pergi meninggalkan rumah. Perjalanan yang harus ku tempuh
untuk sampai ke sekolah 30 menit. Tidak tenang hati ini, karena khawatir pintu gerbang
sekolahku sudah ditutup. Roda motorku terus berputar melawan arah jarum jam untuk
membawaku sampai ke sekolah. Pukul 06.30 tepat aku sampai di sekolah dan segera
memarkirkan kendaraanku. Teman sekelas bernama Bagas telah menunggu di parkiran dekat
pos satpam. Hatiku merasa lega karena tidak kesiangan pergi ke Sekolah.

“Farel lama banget kamu! Aku menunggu kamu dari pukul 06.15” kata bagas

“Iya maaf Bagas, aku terlambat bangun karena malamnya aku lelah menyelesaikan

tugas” jawabku

“Ah kamu biasanya menyelesaikan tugas di sekolah"

“Tugas hari ini banyak jadi kalau dikerjakan di sekolah nanti enggak keburu.

Memangnya kamu sudah tugas? " tanya aku

“Belum" jawab Bagas

“Kalau begitu cepat kita ke kelas!” ajakku

“Iya" jawabnya

Kemudian aku dan Bagas menuju ke kelas. Tidak lama Bel masuk sekolah berbunyi,
semua siswa masuk ke masing-masing kelas bersama guru yang mengajar. Kali ini aneh, guru
yang mengajarku telat masuk ke kelas, namun siswa kelasku menyukai keanehan itu. Setelah
beberapa menit berlalu, guruku masuk bersama seorang perempuan memakai seragam
sepertiku. Aku belum pernah melihatnya. Perempuan itu berparas cantik, bulu mata lentik
dan disempurnakan dengan kulitnya yang putih mengikat kaum adam. Ternyata perempuan
itu adalah murid baru di kelasku bernama Nindi. Setelah mengenalkan murid baru itu, belajar
dimulai. Pelajaran terus berganti kini tiba waktunya untuk istirahat.

“Farel kita ke kantin yuk" ajak Bagas

“Iya, kebetulan aku belum sarapan" jawabku

Ketika beranjak dari bangku, aku tidak sengaja menyenggol tumpukan buku milik
Nindi sampai terjatuh dari bangkunya. Aku tersipu malu, dan segera membereskan tumpukan
bukunya. Untung saja Nindi tidak marah, tetapi hanya tersenyum melihatku. Nindi begitu
ramah padaku meskipun aku telah menjatuhkan bukunya.
“Maaf..! Aku tidak sengaja” kataku

“Iya tidak apa-apa" jawab Nindi

Setelah itu aku langsung menuju ke kantin karena cacing di dalam perutku sudah
mulai memberontak meminta asupan makanan. Sesampainya di kantin aku makan dan masih
membayangkan Nindi ketika aku menyenggol buku miliknya.

“Bagas, Nindi ramah juga ya?” tanyaku

“Iya, ditambah dia cantik membuat laki-laki banyak yang suka kepada Nindi"
jawabnya

Bel masuk berbunyi, aku dan Bagas kembali masuk ke kelas. Selama pelajaran
berlangsung aku terus saja menatap Nindi dari kejauhan sehingga aku tidak fokus saat belajar
dan membuat spidol yang biasa digunakan oleh guruku menulis di papan tulis mendarat tepat
di sudut mata dekat pelipis karena aku tidak memperhatikan guru saat menerangkan. Semua
teman-teman termasuk Nindi menertawakanku. Mukaku memerah seperti dipoles make up.
Aku tersipu malu dan membuat harga diriku jatuh di depan mata Nindi, namun aku menutupi
itu semua dengan benar menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guruku.

Jam pelajaran sudah habis, semua siswa sudah waktunya untuk pulang. Kemudian
aku berniat untuk mengajak Nindi pulang bersama agar lebih akrab dengan ku. Ketika aku
akan menghampiri Nindi, ternyata dia dijemput oleh seorang laki-laki yang sepadan dengan
aku, mungkin dia pacarnya karena Nindi kelihatan sangat akrab bahkan ketika akan pergi
Nindi dipasangkan helm oleh seorang laki-laki tersebut. Melihat seperti itu, hatiku merasa
kecewa dan niatku untuk lebih akrab dengan Nindi sudah hancur ditiup oleh angin
kekecewaan, namun aku adalah seorang laki-laki yang harus tangguh menelan kekecewaan
tersebut. Terpaksa aku pulang dengan seperti biasanya tidak ada yang menemani di belakang
jok motorku. Sesampainya di rumah, tubuhku tidak tahu kenapa merasa lebih lelah bahkan
untuk mandi saja aku tidak kuat. Mungkin ini akibat dari kekebalan tubuhku yang kalah
dengan kekecewaan. Panas suhu badanku terus menyelimuti sehingga harus mendoping
tubuh dengan obat yang sesuai dengan apa yang aku rasakan saat ini. Keesokan harinya aku
tidak bisa sekolah karena sakit. Bagas khawatir dengan keadaan ku saat ini. Setiap saat Bagas
selalu mengchating bahkan video callku. Kata Bagas ada seseorang perempuan yang bertanya
mengenai keadaanku. Aku penasaran siapa yang bertanya keadaanku, Nindi tidak mungkin
karena dia telah mempunyai pacar. Paling temanku bernama Sari yang suka kepadaku, tetapi
aku tidak menyukainya. Tidak hanya bertanya mengenai keadaanku ternyata perempuan itu
mengwhatsappku.

“P" sapanya

“Iya?” jawabku

“Bagaimana kabarnya sekarang? udah mendingan?” tanya dia

“Alhamdulillah baik, ini siapa ya?” jawabku

“Heumm siapa ayo?” kata dia

“Siapa ya? Enggak kenal" ucapku

“Ah kamu pura-pura enggak kenal, kamu jangan lupa makan obat ya biar kamu bisa

sekolah lagi" kata Nindi

Karena aku tidak mengenal nomornya dan ditanya siapa, dia tidak menjawab
kemudian aku memblokir nomornya. Ini menjadi misteri bagiku, tetapi aku tidak
menghiraukannya. Waktu terus berputar mengikuti rotasi bumi. Esoknya aku berusaha
menguatkan badanku untuk pergi ke sekolah. Aku pergi ke sekolah tidak seperti biasanya
karena diantar oleh ayah. Setelah sampai di sekolah, Bagas menyambutku dengan berbagai
rayuannya untuk menonton balap motor nanti malam, tetapi karena badanku masih merasa
lesu aku menolak rayuannya Bagas. Bel masuk berbunyi, pelajaran pertama sudah dimulai,
saat itu ada tugas berkelompok dimana setiap kelompok harus mengobservasi keadaan pasar.
Entah kebetulan atau takdir aku satu kelompok dengan Nindi. Hatiku merasa senang, namun
sudah tidak ada harapan lagi karena dia sudah mempunyai pacar. Ketika harus satu kelompok
dengannya aku melihat Nindi hanya tersenyum, tetapi dibalik gerak geriknya Nindi seolah-
olah senang satu kelompok denganku.

“Farel kita satu kelompok” sapa Nindi

“Iya Nin kita satu kelompok, mau dimana observasinya?” tanyaku

“Aku terserah kamu saja”

“Bagaimana kalau kita observasinya ke pasar Ranggon dekat taman bunga sari
Indah?”
“Iya kita observasi disana saja"

Setelah sepakat memilih tempat untuk melakukan observasi, aku meminta nomor
whatsappnya agar mudah untuk berkomunikasi. Jam Pelajaran sudah selesai kini waktunya
untuk pulang. Sebelum pulang aku harus menunggu ayah menjemputku di depan gerbang
sekolah. Tidak sengaja terlihat Nindi sedang menunggu seseorang. Kemudian aku bertanya
kepada Nindi.

“Nin kamu lagi apa?” tanyaku

“Lagi menunggu jemputan" jawab Nindi

“Wah menunggu jemputan pacar ya?” tanyaku

“Heumm bukan, aku belum punya pacar" jawabnya

“Ah masa perempuan secantik kamu belum punya pacar?”

“Iya aku belum punya pacar”

Tidak lama ayahku datang. Orang tuaku tidak menyukai aku pacaran sebelum aku
mendapatkan pekerjaan. Ayah melihat aku dekat dengan Nindi, ayah berprasangka bahwa
Nindi adalah pacarku. Selama di perjalanan ayah memarahiku. Aku berusaha meyakinkan
ayah bahwa Nindi bukan pacarku, tetapi hanya teman sekelas. Namun ayahku tetap tidak
percaya bahwa Nindi bukan pacarku. Ya apa daya aku, karena ayah ku tidak mudah percaya
kepada siapa saja termasuk kepada anaknya, tetapi mudah-mudahan prasangka itu menjadi
suatu kenyataan karena aku menyukai Nindi. Setelah sampai ke rumah, ayah menyampaikan
bahwa aku mempunyai pacar kepada ibuku. Suasana rumahku tiba-tiba berubah menjadi
rusuh. Ibu sangat tidak menyukai anaknya pacaran sebelum waktunya dan ibuku
mengancamku jika aku pacaran akan tidak dibiayai selama aku pacaran. Hal ini menjadi
penekanan dan jeruji bagiku untuk memiliki pacar seperti temanku yang lain.

“Farel jika kamu pacaran, ibu akan memindahkanmu ke pesantren” ancaman ibuku

Sontak aku menjawab dengan nada suara ku yang agak tinggi “Aku enggak pacaran
bu,

dia teman kelasku, aku hanya mengobrol saja sambil menunggu ayah menjemput”

Alhamdulillah ibuku percaya bahwa aku tidak pacaran dengan Nindi. Setelah itu aku
segera membersihkan diri dan merenung di depan kursi menghadap ke jendela kamar.
“Apakah Nindi benar belum mempunyai pacar? Kalau belum punya pacar siapa laki-

laki kemarin yang menjemput Nindi?” gumamku sambil melihat ke atas langit

Tidak tahu kenapa aku selalu teringat sosok Nindi. Mungkin apakah ini tanda bahwa
Aku sangat mencintainya?, namun jika aku mengikuti nafsuku menyukai Nindi lalu
menjadikan Nindi sebagai pacar, aku berlainan dengan perintah dari ibu bahwa aku tidak
boleh pacaran sebelum aku mempunyai pekerjaan dan sebagai akibatnya aku tidak akan
mendapatkan uang jajan selama aku pacaran. Nafsu menjadikan Nindi sebagai pacar terus
menggebu ditambah terbayang ketika Nindi memberikan senyumanku ketika aku
menyenggol bukunya bahkan nafsu itu tidak dapat aku tahan, tetapi bagaimana caranya agar
aku tidak ketahuan oleh orang tuaku bahwa aku pacaran? Dan aku segera mewhastapp Bagas
untuk bertanya mengenai solusi nya.

“P”

“Iya, apa?”

“Boleh bertanya tidak?”

“Ah kamu kayak bukan ke teman saja, memang mau tanya apa?”

“Ini soal perasaan ku”

“Oh perasaan Bagaimana?”

“Aku itu mempunyai teman perempuan, dia sangat cantik dan ramah, aku suka
kepadanya bahkan niatku untuk menjadikannya pacar, tetapi orang tuaku tidak menyukai aku
mempunyai pacar. Pertanyaannya bagaimana caranya agar aku menjadikan dia pacar tanpa
orang tuaku mengetahuinya?”

“Memang perempuan yang disukai kamu siapa?”

“Ada deh, cepat jawab!”

“Kalau begitu kamu pacaran secara back street saja!”

“Back Street?”

“Iya Farel”
Aku terlalu percaya diri bahwa Nindi dapat menerima cintaku. Padahal Nindi sudah
punya pacar, tetapi biarkan saja karena aku punya prinsip boleh kita mencari pacar orang lain
sebelum janur kuning melengkung.

“Bagaimana caranya agar bisa dekat dengan Nindi? Apa aku harus pura-pura

mewhatsappnya untuk membicarakan tugas observasi?” gumamku dengan rasa

bingung

Kemudian aku mewhatsappnya dengan rasa ragu takut tidak dibalas

“P"

Tidak membutuhkan waktu lama Nindi membalas chat ku

“Iya, siapa ini?”

“Aku Farel"

“Oh, iya ada apa Farel?”

“Kamu lagi sibuk? ini mau bertanya mengenai tugas observasi mau kapan?”

“Enggak lagi sibuk kalem aja, bagaimana kalau besok saja? besok kan libur”

“Emmh boleh besok, naik kendaraan aku ya? nanti aku jemput ke rumah kamu"

“Iya, emang tahu rumahku dimana?”

“Engga hehehe"

“Ih kamu, rumahku di perumahan Arga Jaya Blok E No. 21”

“Oh tunggu aku ya, 9 udah ada di depan rumahmu”

“Siap aku tunggu”

Tidak hanya bertanya mengenai tugas observasi, aku berusaha mengalihkan


pembicaraan agar lebih dekat dengan Nindi.

“Nin besok kan hari minggu? sekarang pasti malam minggu, kenapa kamu enggak

pacaran kaya anak-anak lain?”

“Ah kamu, aku kan udah bilang aku tidak punya pacar”
“Masa kamu enggak punya pacar? kamu kan bidadari cantik pasti laki-laki banyak

yang menyukai kamu”

“Iya, ah kamu gombal”

Karena hari semakin malam, maka aku menghentikan chat nya.

“Nindi udah malam, aku mau tidur"

“Oh iya aku juga mau tidur”

“Oh malam ❤

Eh maaf kepencet hehe"

“Iya enggak apa-apa.

Malam juga ❤”

Saat itu hatiku merasa bahagia karena Nindi merespons chat ku bahkan dia membalas
ucapan selamat malam dengan emotikon yang sama dengan aku kirim padanya. Aku
menginginkan segera besok karena bertemu dengan Nindi. Malam ini terasa lebih lama dari
sebelumnya, mataku sangat sulit untuk dipejamkan. Untuk mengisi malamku pada saat itu,
aku mengajak Bagas untuk datang ke rumahku, tetapi Bagas tidak bisa karena tidak ada
kendaraan yang mengantarkan dirinya. Terpaksa aku yang harus menghampiri Bagas.
Keadaan rumah pada saat itu sangat mendukungku untuk menghampiri Bagas karena rumah
pada saat itu sepi. Untuk menambah keadaan rumah agar bisa mengizinkan aku pergi ke
rumah Bagas, mesin motorku tidak dinyalakan sampai pohon mangga dekat rumahku. Di
tengah-tengah perjalanan tiba-tiba aku melihat Nindi, tetapi aku tidak bisa meyakinkannya
karena wanita yang kulihat mirip seperti Nindi sedang dikerumuni oleh para pria hal dengan
menggunakan jaket kulit bagaikan genk motor jalanan. Aku malu untuk menghampirinya dan
aku yakin bahwa dia bukan Nindi. Mungkin hanya mirip saja dengan Nindi atau karena aku
suka sama Nindi, melihat wanita seperti Nindi. Kemudian aku melanjutkan perjalanannya
menuju ke rumah Nindi. Setibanya di rumah Bagas aku disambut dengan botol minuman
yang bertuliskan huruf Jepang. Bagas menawarkan minuman yang berada pada botol
tersebut. Aku berusaha menolaknya karena tidak mengetahui nama minuman itu dan akibat
yang dirasakan setelah meminum minuman tersebut. Aku mengalihkan penawaran tersebut
dengan obrolan mengenai aku menyukai Nindi.
“Sudahlah nanti saja aku minumnya, dengarkan dulu ceritaku” kataku

“Iya cerita apa?” jawab Bagas

“Aku menyukai Nindi” ungkap ku

“Hah? Kamu suka sama Nindi? enggak salah?” tanya Bagas

“Iya” jawab ku

“Dari kapan kamu menyukai Nindi?” tanyanya lagi

“Dari sejak aku menyenggol tumpukan buku miliknya” jawab ku

“Terus langkah selanjutnya mau bagaimana?” tanya Bagas

“Ya aku mau Nindi jadi pacar aku” jawab aku

“Oh, aku mendukungmu kawanku” ungkap Bagas

Setelah Bagas mendengar ceritaku, dia tetap saja menawarkan minuman itu kepadaku.
Karena Bagas selalu menawarkan minuman itu, terpaksa aku meminumnya. Aku hanya
minum satu gelas kecil dan setelah meminum minuman itu kepalaku terasa pusing,
penglihatan kabur, bahkan aku menginginkan hanya tidur saja. Aku tidak bisa berbuat apa-
apa, tubuhku lesu, berjalan terasa melayang tidak kuat untuk pulang. Ini yang dinamakan
mabuk. Dengan mata yang susah untuk dibuka, aku berusaha melihat Bagas dan Bagas hanya
tertawa sambil mengucapkan “ Ahahaha Farel kau sudah minum ciu" katanya sambil dia ikut
minum. Ternyata aku diracun ciu yang dapat memabukkan. Aku ingin berteriak tetapi tidak
bisa. Setelah meminum minum itu tiba-tiba terdengar suara ayam berkokok dan cahaya sudah
terang. Kemudian aku membuka mata dan melihat ke jam di handpone ku menunjukkan
pukul 08.00 pagi dan orang tuaku sudah menelepon sampai 17 kali, tetapi aku tidak
mengangkatnya. Mungkin semalam orang tuaku khawatir dan mencarinya. Aku tidak tahu
alasan apa yang harus ku ucapkan pada orang tuaku. Kemudian aku pulang ke rumah dan
ternyata ibuku sudah menunggu di rumah keluarga untuk memarahiku.

“Farel semalam kamu habis dari mana? ” kata ibu

“Euuh.. aku habis dari rumah Bagas bu” jawabku dengan gugup

“Kamu habis ngapain semalam? dan mengapa baju

kamu bau minum? apa kamu mabuk?” tanya ibu


“Aku telah mengobrol terus aku lupa waktu dan aku meminum chiu

akibatnya aku mabuk bu” jawab ibu

Ibuku marah dan menangis

“Astagfirullah ibu tidak menyangka, selama ini ibu didik dan ayahmu

berusaha banting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidupmu tapi kamu bersikap

seperti ini? ibu tidak mau punya anak nakal seperti” kata ibu

Aku merasa pusing karena akibat minuman yang aku minum ditambahkan marah
ibuku yang membuatku semakin tidak nyaman diam di rumah. Kemudian aku meninggalkan
rumah dan ibuku yang sedang marahiku maksudnya untuk menenangkan pikiranku. Setelah
menyalakan motor, aku bingung harus kemana aku menenangkan rasa pusing ini, namun aku
teringat janjiku kepada Nindi untuk melaksanakan observasi ke pasar dan aku segera
menghampiri ke rumah Nindi.

“Assalamualaikum.. Nindi” sapaku sambil mengetuk pintu rumah Nindi

“Waalaikumsalam... siapa?” jawab Nindi

“Aku Farel" kata aku

“Oh Farel, silakan masuk” kata Nindi sambil membuka pintu rumahnya

“Iya” kata aku

“kamu mau minum apa? duduk dulu!” tanya Nindi

“Minum air putih saja” jawab aku

“Oh iya”

“Kita langsung ke pasar saja biar cepat selesai tugasnya” ajak aku

“Iya tunggu sebentar aku siap-siap.” Jawabnya

Setelah siap aku dan Nindi langsung pergi ke pasar untuk melaksanakan observasi.
Tidak lama tugas observasi sudah selesai. Kemudian aku mengajak Nindi ke taman bunga
dekat pasar Ranggon. Disana aku berusaha merayu Nindi untuk menjadi pacarku. Meski
orang tuaku melarang untuk pacaran, tetapi nafsuku untuk menjadikan Nindi sebagai pacar
semakin menggebu-gebu. Akhir aku menuruti nafsuku.
“Nin kita duduk di kursi putih itu ya?” ajakku pada Nindi

“Iya” jawab Nindi

Di kursi putih tersebut aku menyatakan cinta kepada Nindi dan pohon cemara di
samping kursi putih itu menjadi saksi cintaku.

“Nindi aku mau bicara sama kamu” kata aku

“Ngomong apa si? serius banget" tanya Nindi

“Soal perasaan aku” kata aku

“Perasaan bagaimana?” tanya Nindi dengan rasa ingin tahunya

“Perasaan aku suka sama kamu” jawab aku

“Sama aku? kamu suka sama aku?” Kata Nindi

“Iya aku suka sama kamu” ungkap ku

“Dari kapan kamu suka sama aku?” tanya Nindi

“Sejak aku menyenggol tumpukan buku milikmu dan bukannya marah, tetapi kamu

hanya tersenyum saja dari sana aku mulai suka sama kamu” jawabku

“Oh, sebenarnya aku juga suka sama kamu” kata Nindi

“Kamu suka sama aku dari apanya?” tanyaku

“Aku suka sama kamu dari kelucuan, kejentelanmu, dan kamu

bertanggung jawab” jawab Nindi

Ternyata Nindi juga menyukaiku, aku sedikit aneh karena Nindi menyukaiku padahal
aku adalah anak nakal.

“Bagaimana kalau kita pacaran saja?” ajakku

“Heumm, bagaimana ya?” ucap Nindi

“Kamu enggak mau?” kata aku

“Bukannya enggak mau tapi aku pikir-pikir dulu” kata Nindi

“Oh ya udah terserah kamu saja” ucapku dengan wajah sedih


“Eh ya udah aku mau jadi pacar kamu” kata Nindi

“Benar? ye... akhirnya aku jadi pacar kamu” ucapku

Tidak ku duga Nindi menerima cinta dan mau menjadi pacarku. Hatiku merasa
bahagia, kebahagiaan saat itu tidak ada bandingannya. Burung-burung yang hadir disana
seakan merestui dan mendoakan hubunganku bersama Nindi dengan kicauan-kicauannya.
Pada saat itu aku mesara mimpi karena keinginan ku sudah terlaksana. Lalu setelah
menyatakan perasaanku, aku tidak langsung pulang, tetapi main terlebih dahulu sampai
matahari mulai terbenam. Di sela-sela kami bermain, Nindi mengungkapkan kebenaran
dibalik misteri yang kemarin membuatku penasaran.

“Farel kamu tahu enggak?” tanya Nindi

“Enggak sayang, memang tentang apa?” jawabku

“Kamu masih ingat yang mewhastapp ketika kamu sedang sakit?” tanya Nindi

“Oh iya aku masih ingat, kenapa memangnya?” jawabku

“Yang mewhastapp kamu pada saat itu adalah aku, pada saat itu aku sangat khawatir

dengan keadaanmu bahkan aku selalu bertanya kepada Bagas mengenai keadaan
kamu,

aku hanya bisa mengetahuinya kabar kamu hanya sekedar mewhatsapp saja, tadinya

saat itu aku ingin menjengukmu, tetapi aku malu dan tidak ada teman untuk pergi ke

rumahmu” ungkap Nindi

“Oh kamu, berarti nomor yang ku tidak tahu bahwa yang mewhatsappku adalah
kamu"

ucapku

“Iya tidak apa-apa sayang" jawabnya

“Love you sayang"

“Love you to sayang”

Kami tidak langsung pulang, tetapi melanjutkan bermain ke salah satu restoran yang
terkenal untuk merayakan tanggal jadian ku dengan Nindi. Disana aku merasa dunia milik
berdua. Tidak ada yang menggangguku semua seakan menyetujui kisah cintaku. Aku dan
Nindi merangkai kisah cintaku agar orang tuaku tidak melarang kita berpacaran. Rencana ku
bersama Nindi akan merangkai cinta secara back street. Artinya aku menjalani cinta dengan
Nindi secara diam-diam agar orang tuaku tidak mengetahuinya. Saat itu aku dan Nindi tidak
sadar waktu. Sampai restoran tempat makanku sudah mau tutup. Ketika melihat handpone,
ternyata sudah pukul 20.00. Aku dan Nindi segera pulang. Setelah sampai di rumah, ayah
sudah menunggu di depan pintu. Aku merasa takut, tetapi aku adalah laki-laki harus berani
mengambil risiko. Ayah marah padaku karena tidak tahu waktu.

“Farel! Kamu habis dari mana?” tanya ayah

“Aku habis main yah" jawabku

“Main kemana? Dari kemarin kamu enggak pulang!” ucap ayahku

“Main ke rumah Bagas yah” kata aku

“Terus kamu kenapa enggak pulang kemarin?” tanya ayahku

“Ah ayah emang tidak pernah merasakan saat remaja? Ayah selalu mengekang aku,
aku

tidak suka.” jawabku dengan nada tinggi

“Dasar kamu anak nakal!” ucap ayahku

Kemudian ayah memberikan surat kepadaku. Ternyata isi surat itu adalah aku
dikeluarkan oleh sekolahku karena aku sering bolos dan tidak masuk sekolah selama 2
minggu. Aku kaget dan aku tidak tahu apa yang harus lakukan selanjutnya.

“Kamu keman saja 2 minggu tidak sekolah? Ayah banting tulang untuk membiayai

Kamu! Ibu dan ayah mesara percuma dan gagal mendidik kamu!” ucap ayahku

“Maaf yah, aku saat itu bosan belajar, jadi aku bolos ke rumah bagas" kata aku

“Ah kamu! Ibu dan ayah sudah cape! Pergi ke luar dari rumah ini!” ucap ibuku

“Ibu maafkan aku, aku khilaf” kata aku

“Tidak! Ibu dan ayah kamu sudah bingung mengurusmu. Sudah pergi sana!” ucapku
Ayah segera masuk ke dalam memasukkan semua pakaianku ke dalam tas besar yang
biasa dipakai untuk pakaian ketika liburan. Ayah langsung memberikan tas tersebut kepada
ku. Aku bingung harus kemana tujuanku sekarang. Uangku habis digunakan untuk mentraktir
pacarku. Aku berjalan meninggalkan rumah dengan tidak tahu mau dimana aku tidur
sekarang. Di depan gedung perkantoran aku melihat ada pos satpam yang sudah tidak
digunakan lalu aku masuk ke dalam pos tersebut dan aku tidur di pos tersebut. Saat itu
Nyamuk menjadi teman tidurku, dinginnya malam menjadi selimutku. Aku ingin
mengabarkan kepada Nindi tetapi dia saat di telepon handpone tidak aktif. Untung saja
mendapatkan nomor temannya Nindi dan aku mengirim pesan kepada temanya untuk
disampaikan ke Nindi besok kita harus bertemu. Hari sudah pagi aku bersiap-siap untuk
mengunjungi rumah Nindi. Dan akhirnya aku sampai

“Nindi aku mau ngomong sebentar” ucapku

“Ngomong apa?” tanya Nindi

“Kini aku diusir oleh ayahku" kata aku

“Diusir?, kenapa kamu diusir? Terus kamu tinggal dimana?” tanya Nindi

“Iya karena aku telah dikeluarkan oleh sekolahku dan sekarang aku tinggal di pos

satpam depan perkantoran.” Jawabku

“Oh, tetap semangat saja ya sayang” ucap Nindi

“Iya, tetapi kamu masih cinta sama aku?” tanyaku

“Iya sayang masih cinta" jawabnya

“Makasih ya kamu sudah setia sama aku” kata aku

“Iya sayang, tapi maaf ya sekarang aku mau ke rumah nenek dulu soalnya sakit" ucap

dia

“Iya hati-hati” kata aku

Karena Nindi harus ke rumah neneknya, aku terpaksa harus pulang ke pos tadi.
Setelah beberapa hari pacaran dengan Nindi, sifat dari Nindi ketahuan. Dia adalah berlaki
anak semang. bahkan selalu memanfaatkanku. Suatu ketika Nindi melihat temannya yang
sedang memakai baju dan tas baru dengan merek yang terkenal saat ini juga harganya yang
sangat mahal. Dia menginginkan baju dan tas tersebut. Lalu Nindi memintaku untuk
membelikan apa yang dia inginkan. Aku bingung untuk mengabulkannya karena saat ini aku
sudah diusir dari rumah dan semua uang juga fasilitas yang membuatku nyaman diambil oleh
orang tuaku. Sekarang aku tidak mempunyai apa-apa. Jika mau makan aku harus memungut
makanan sisa di tempat sampah. Kini aku merasakan pahit dan manisnya kehidupan,
merasakan bagaimana orang tuaku mencari uang untuk membiayai anak-anaknya. Untuk
mendapatkan uang 1000 saja sangat sulit. Aku terus berusaha mencari pekerjaan dan
semuanya menolak. Hal ini berkaitan dengan tingkat pendidikan yang aku tempuh rendah
yaitu keluaran SMP. Semua ini akibat aku sendiri karena durhaka kepada orang tua. Aku
tidak pernah menuruti nasehat orang tuaku, jika menuruti nasehatnya, aku tidak akan seperti
ini. Mungkin aku akan seperti orang lain memakai topi toga dan mencapai kesuksesan.
Karena aku dibutakan oleh cinta, aku terpaksa harus mencuri untuk mengabulkan keinginan
Nindi untuk membeli baju dan tas mahal tersebut. Pada saat itu aku sedang mencari makan
karena perutku mulai lapar. Di Suatu jalan raya aku melihat seorang ibu yang sedang
menggendong tas hitam dengan berlapis kulit buaya kelihatan seperti orang kaya. Ketika itu
aku teringat keinginan Nindi untuk membeli baju dan tas yang dia inginkan. Kemudian aku
mencuri tas yang digendong ibu itu dengan cara menjambretnya sampai ibu itu terjatuh. Rasa
panik terus menghantuiku.

“Jambrettt!!! Jambret!!! Tolong ada jambret!” teriak ibu itu

Semua orang yang ada di sekitar ibu itu mengejarku. Jantungku terus berdebar sangat
kencang seakan mau copot, aku seperti dikejar singa hutan yang akan memangsa lawanya.
Lutut ku mulai lelah, nafasku hampir habis dan keringat terus mengucur membanjiri tubuhku.
Aku berlari mulai lambat dan di depan benteng gedung tua aku terjebak dan tidak bisa
kemana-mana karena semua orang telah mengepungku. Akhirnya aku hanya bisa terdiam saja
dan semua orang menangkap lalu memukuli tubuhku. Tulang-tulang teras patah bahkan
remuk, wajahku yang semula mulus kini bengkak berwarna ungu karena dipukuli. Setelah
dipukuli, aku dibawa ke kantor polisi. Hatiku merasa tidak karuan. Selama di kantor polisi
aku ditanya mengenai perbuatan yang aku lakukan. Entah mengapa penyesalanku tidak
muncul. Mungkin Tuhan Yang Maha Kuasa sudah tidak peduli lagi denganku sehingga rasa
pengemasanku tidak muncul. Dan akhirnya aku ditahan dibalik jeruji besi. Kemudian aku
menulis surat dan menitipkannya kepada bapak polisi agar disampaikan kepada Nindi.

Untuk Nindiku tersayang


Nindi, maafkan aku tidak bisa mengabulkan semua keinginan

kamu, tetapi aku telah berusaha untuk mengabulkan keinginanmu.

Kini aku dipenjara karena telah mencuri. Semoga kamu tetap

menyayangiku. Meskipun aku berada di balik jeruji besi. Cintaku

padamu tidak pernah berkurang. Doa akan aku agar cepat bebas.

Salam Rindu

Farel

Begitulah isi surat yang aku tulis untuk Nindi. Semoga Nindi membalas surati dan
membantu untuk cepat keluar dari jeruji besi ini. Aku sangat malu untuk meminta bantuan
kepada ibuku untuk mengeluarkan aku dari jeruji besi ini, namun dari pihak polisi harus
melibatkan orang tuaku. Dan terpaksa polisi melaporkan kepada orang tuaku melewati
sambungan telepon.

“Assalamualaikum. Apa benar ini dengan orang tuanya nak Farel?” tanya polisi

“Waalaikumsalam. Iya benar ini saya dengan ibunya, ada apa ya?” jawab ibu

“Maaf bu, anak ibu sedang ditahan di Polres Cikuning, Jakarta Tenggara" ucap polisi

“Ahah anak saya ditahan di polisi? Memangnya kenapa?” jawab ibuku

Terdengar ibuku yang menangis mendengar anaknya ditahan oleh polisi.

“Anak ibu telah mencuri uang untuk memenuhi kebutuhan pacarnya bu” kata polisi

“Ya Alloh kenapa nasibku seperti ini?” ucap ibuku

“Untuk lebih jelasnya lagi, ibu silakan datang ke Polres Cikuning, Jakarta Tenggara”

kata polisi

“Oh iya pak” jawab ibuku.

Kemudian polisi memanggil dengan alasan ada yang ingin bertemu. Polisi membuka
kunci gembok jeruji besi yang mengurungku. Aku berjalan dari kurungan jeruji bersama
harapan ada yang membantuku. Pikirku sosok yang ingin bertemu adalah Nindi pacar
tercintaku. Ternyata sosok yang ingin bertemu adalah ibu dan ayahku. Aku merasa kaget
ketika melihat bahwa yang datang pertama kali menjengukku adalah ayah dan ibuku. Ku kira
orang tuaku tidak akan peduli. Mereka menghampiriku. Bukannya untuk dibelas kasih, tetapi
ayah dan ibu malah memarahiku. Karena aku masih kesal kepada orang tuaku telah
mengusirnya, aku tidak mendengar perkataan mereka dan langsung meninggalkan mereka
yang sedang menasihatiku. Reaksi saat itu ibu dan ayahku hanya menatap dan mengucurkan
air mata. Mungkin mereka sedih melihat perilaku aku yang sudah kelewatan batas. Kini hari,
minggu, bulan, terus berganti Nindi tidak menjengukku. Bulan ke 12 waktunya untuk sidang.
Sekarang aku sudah merasa bagaimana rasa cemas di meja hijau. Aku bingung apakah aku
akan ditambah hukumannya atau dibebaskan. Aku melihat para penegak hakim serius
menangani kasusku. Setelah pembacaan kasus perkara, selanjutnya adalah pemutusan hakim.
Tuhan memberikan aku nikmat karena ternyata putusan hakim adalah aku di bebaskan. Hal
ini akibat dari pengacara dari pihakku dapat menghendel saat persidangan. Aku tidak tahu
siapa yang mencarikan pengacara dan membayarnya. Mungkin ini mukzijat Tuhan. Ternyata
yang mencarikan dan membayar pengacara adalah orang tuaku. Setelah bebas kemudian aku
diajak kembali pulang ke rumah bersama orang tua. Aku merasa aneh kenapa orang tuaku
sudah tidak membenciku lagi tetapi sangat baik. Keesokan harinya ayahku pulang dengan
membawa kwuitansi pembayaran.

“Ayah itu kwuitans apa? tanyaku

“Oh ini kwuitansi pembayaran pesantren ” jawab ayahku

“Untuk siapa ayah?” tanya aku

“Buat kamu” jawab ayah

“Aku akan didaftarkan ke pesantren?” tanyaku

“Iya kamu telah didaftarkan ke pesantren" jawabnya

“Ayah aku tidak mau, pesantren itu seperti jeruji bagiku”

“Kamu harus nurut sama ayah!”

Aku berusaha merayu orang tuaku agar tidak jadi didaftarkan ke pesantren. Tetapi
tetap saja orang tuaku akan mendaftarkan aku ke pesantren. Aku mencari cara agar bisa tidak
ke pesantren. Aku berpura-pura sakit dan secepat kilat ayahku memanggilkan dokter ke
rumah untuk mengobatiku. Dokter yang mengobatiku mengetahui bahwa sakit yang aku
derita adalah pura-pura sehingga dokter tidak memberikan obat dan hanya mengucapkan
sabar kepadaku. Ternyata ayah mengetahui rencana ku. Terpaksa aku harus mengikuti
perintah ayah untuk mencari ilmu di pesantren. Bayangan aku ketika mendengar pesantren
adalah jeruji bagiku sehingga aku tidak bisa bebas menjalani kehidupan, tidak bisa main
handpone apalagi main bersama teman dan pacarku. Kamar mandi yang bau, kamar tidur
sederhana beralaskan tikar juga kotor banyak serangga kasur. Termasuk Nyamuk yang sangat
banyak. Dan makan dengan seadanya. Mungkin disana aku akan terus belajar ilmu.
Sementara aku adalah orang yang gampang bosan. Entah bagaimana nanti menjalani
kehidupan dibalik jeruji suci itu. Bayangan itu terus menghantuiku bahkan seperti menempel
pada otakku. Keesokan hari, tiba waktunya untuk aku pergi ke pesantren. Selama di
perjalanan hatiku merasa resah, tidak mau makan dan minum. Orang tuaku mengantarkan aku
ke pesantren. Tas besar isi pakaian, kasur, selimut, makan dibawa ke pesantren. Aku merasa
bahwa ayah dan ibu jahat kepadaku karena tidak menginginkan anaknya diberi kebebasan
dan tinggal di rumahnya. Hatiku merasa kesal bahkan setiap ayah dan ibu memberikan
nasehat aku tidak mendengarkan.

Setelah sampai di pesantren, aku turun dari mobil. Melihat gerbang pintu masuk
seakan menghantuiku bahkan menertawakan aku. Bersama orang tuaku, aku berjalan masuk
ke dalam suatu ruangan tempat penerimaan siswa baru. Pria berjubah putih, dengan ikatan
sorban di kepala menyambutku dengan bersama janjinya.

“Dek wilujeng sumping di pesantren Al-munawarah, kamu disini akan di bimbing,

didik, dan jangan khawatir kamu akan tetap bisa makan, namun seadanya.” ucap pria

tersebut

Ternyata pria tersebut adalah pimpinan pesantren yang aku masuk. Orang tuaku pergi
kembali ke rumah meninggalkan ku dan akan menjengukku setiap satu minggu sekali.
Kemudian aku di ajak ke kamarku yang dikenal dengan sebutan kosong. Ternyata benar
keadaan disana seperti yang aku bayangkan. Terpaksa aku harus mejalani semua ini
meskipun aku tidak betah disini. Hari terus berlalu setiap minggu orang tuaku selalu
menjengukku. Tetapi aku tidak mau menghiraukan bahkan tidak mau bertemu karena masih
kesal dengan orang tuaku. Semua ustadz dan teman-temanku merayuku agar bisa mendatangi
orang tua karena sudah datang menjengukku, namun aku tidak mendengarkan ratusan
mereka. Suatu saat aku mendapatkan ide. Mungkin ide ini paling manjur. Ketika aku akan
membakar kobongku. Ternyata ustadz melihat aku. Dia memanggil dan menghukumku.
Hukumannya sangat menjijikkan yaitu aku disiram dengan air got di depan orang banyak.
Aku sangat tidak suka ini. Semua rencana ku untuk kabur dari pesantren terus digagalkan.
Minggu kedua kini waktunya orang tua menjengukku. Yang aku lakukan sama seperti
minggu pertama. Kemudian waktu terus berjalan minggu demi minggu berlalu, namun orang
tuaku tidak datang menjengukku. Aku merasa aneh mungkin orang tuaku sudah lupa kepada
anaknya. Aku mencari dan bertanya kepada ustadz.

“Ustadz beberapa minggu ini ayah dan ibuku ada menjengukku?” tanya aku

“Enggak ada" jawab ustadz

“Mungkin ayah dan ibuku sudah lupa kepadaku” ucapku

“Maaf ya nak, ayah dan ibu kamu sudah meninggal" kata ustadz

“Meninggal? Kenapa? Kapan orang tuaku meninggal?” tanya aku dengan cemas

“Iya, kemarin orang tua kamu kecelakaan setelah pulang dari sini menjenguk kamu"

jawab ustadz

Aku menangis bahkan tidak sadarkan diri. Aku menyesal atas perbuatan yang aku
lakukan selama ini. Kemudian aku diajak oleh ustadz untuk melihat makan orang tuaku.
Ternyata benar orang tuaku sudah meninggal. Aku menangis menjerit jerit. Aku telah
durhaka kepada orang tuaku. Kini aku adalah yatim piatu yang tidak bisa bertemu lagi
dengan orang tuaku. Aku kembali ke pesantren dan membuka lemari baju, ternyata di bawah
lipatan baju terselip kutipan doa orang tuaku hang menginginkan aku lebih baik dari
sebelumnya. Selama menjenguk ayah dan ibuku selalu menyelipkan kutipan doa di bawah
lipatan bajuku. Saat membaca kutipan doanya, aku tergerak hatiku untuk berperilaku lebih
baik dan berusaha menjadi orang yang sukses.

Assalamualaikum Anaku.

Maafkan ibu dan ayahmu, ibu menginginkan anak ibu menjadi orang sukses,

lebih baik dari sebelumnya, rajin ibadah. Dan mudah-mudahan cita-cita

kamu terlaksana. Allohumma Yasir Walatuasir. Semoga Alloh selalu bersamamu,

serta mempermudah segala urusanmu dan memberikan keberkahan rahmat serta

hidayahnya. Doa ayah dan ibu selalu menyertaimu. Ridho kami selalu
bersama jalanmu menuju yang terbaik. Amiin.

Begitulah kutipan doa yang selalu orang tuaku tulis di kertas dan menyelipkannya di
bawah lipatan bajuku.

Beberapa tahun kemudian kini aku menjadi seorang dokter yang sukses. Mungkin ini
adalah karena kutipan doa orang tuaku yang selalu menulis di kertas dan menyimpan di
bawah lipatan bajuku pada saat di pesantren dikabulkan oleh Alloh.
Analisis Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik

A. Unsur Intrinsik
1. Tema
Tema yang saya angkat di dalam cerita pendek berjudul “Kutipan Doa Di
Balik Jeruji Besi” yaitu Religi hal ini ditunjukkan dari jalan cerita yang
mengarah ke arah keagamaan dan berhubungan dengan Tuhan.
2. Alur
Alur yang digunakan dalam novel berjudul “Kutipan Doa Dibalik Jeruji Besi”
adalah alur campuran. Alur maju ditunjukkan dari jalan cerita tokoh utama
menjalani kehidupannya sampai sukses. Alur mundur ditunjukkan dari jalan
cerita Tokoh pendamping bernama Nindi menceritakan bahwa ia yang
mewhatsapp Farel ketika sakit. Sehingga cerita pendek tersebut menggunakan
alur campuran.
3. Tokoh dan penokohan
 Farel
Merupakan tokoh utama sebagai tokoh antagonis yang memiliki sifat
tanggung jawab, suka berbohong, tidak mendengarkan nasehat orang
tua, dan tidak sopan kepada orang yang lebih tua.
Bukti Farel memiliki watak tanggung jawab :
Ketika beranjak dari bangku aku tidak sengaja menyenggol tumpukan
buku milik Nindi sampai terjatuh dari bangkunya. Aku tersipu malu,
dan segera membereskan tumpukan bukunya.
Bukti Farel memiliki watak suka berbohong :
Aku berusaha merayu orang tuaku agar tidak jadi didaftarkan ke
pesantren. Tetapi tetap saja orang tuaku akan mendaftarkan aku ke
pesantren. Aku mencari cara agar bisa tidak ke pesantren. Aku
berpura-pura sakit dan secepat kilat ayahku memanggilkan dokter ke
rumah untuk mengobatiku.
Bukti Farel memiliki watak mendengarkan nasehat orang tua:
Hari terus berlalu setiap minggu orang tuaku selalu menjengukku.
Tetapi aku tidak mau menghiraukan bahkan tidak mau bertemu karena
masih kesal dengan orang tuaku.
Bukti Farel memiliki watak tidak sopan kepada orang tua:
“Ah ayah emang tidak pernah merasakan saat remaja? Ayah selalu
mengekang aku, aku tidak suka.” jawabku dengan nada tinggi
 Nindi
Merupakan tokoh pendamping sebagai tokoh Antagonis dan memiliki
watak suka memanfaatkan orang lain dan licik
Bukti Nindi memiliki watak suka memanfaatkan orang lain :
Dia adalah berlaki anak semang. bahkan selalu memanfaatkanku.
Suatu ketika Nindi melihat temannya yang sedang memakai baju dan
tas baru dengan merek yang terkenal saat ini juga harganya yang
sangat mahal. Dia menginginkan baju dan tas tersebut. Lalu Nindi
memintaku untuk membelikan apa yang dia inginkan.
Bukti Nindi memiliki watak licik :
Ternyata Nindi setelah aku berusaha mengabulkan keinginannya dia
tidak menjengukku.
 Bagas
Merupakan tokoh pendamping sebagai tokoh antagonis dan memiliki
watak setia kawan dan jahil
Bukti Bagas memiliki watak setia kawan :
“Farel lama banget kamu! Aku menunggu kamu dari pukul 06.15” kata
bagas
Bukti Bagas memiliki watak jahil :
Ternyata Bagas meracunku dengan minuman memabukkan.
 Ibu Farel
Merupakan tokoh pendamping sebagai tokoh protagonis dan memiliki
watak penyayang dan taat beribadah
Bukti Ibu Farel memiliki watak penyayang:
Meskipun aku nakal tetapi ibuku selalu menyayangiku
Bukti Ibu Farel memiliki watak taat ibadah:
“Ibu selalu mendoakan kamu agar sukses" ucap ibu
 Ayah Farel
Merupakan tokoh pendamping sebagai tokoh protagonis dan memiliki
watak tegas dan penyayang
Bukti ayah memiliki watak tegas:
Karena aku salah ayahku tetap mengusirnya dari rumah.
Bukti ayah memiliki watak penyayang:
Meskipun ayahku sudah mengusirku, ayah tetap menjengukku.
 Ustadz
Merupakan tokoh pendamping sebagai tokoh protagonis dan memiliki
watak ramah
Bukti ustadz memiliki watak ramah
Ustad menyambutku dengan senyuman.
4. Latar
 Tempat : Kamar Farel, depan pintu rumah Farel, sekolah, kelas, kantin
pesantren, rumah Nindi, taman, pasar Ranggon.
 Watak : Pagi, sore, malam, siang
 Suasana: menyedihkan, menyenangkan, mengkhawatirkan
5. Sudut Pandang
Sudut Pandang yang digunakan dalam cerita pendek tersebut adalah sudut
pandang orang pertama serba tahu. Karena menggunakan aku sebagai
penggambaran tokoh utama.
6. Amanat
Untuk menempuh kehidupan yang baik dan sukses kita harus mendengarkan
nasehat orang tua. Jangan lupa bahwa doa orang tua adalah doa yang paling
terkabul karena ridho orang tua letupan ridho Alloh.
7. Ungkapan, pribahasa, majas, dan bahasa daerah
 Ungkapan
Astagfirullah ibu tidak menyangka, selama ini ibu didik dan ayahmu
berusaha banting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidupmu tapi
kamu bersikap seperti ini? ibu tidak mau punya anak nakal seperti”
kata ibu
Arti banting tulang = kerja keras
Bulan ke 12 waktunya untuk sidang. Sekarang aku sudah merasa
bagaimana rasa cemas di meja hijau.
Arti meja hijau = pengadilan
bangun mengakhiri bunga tidur yang telah membawaku ke alam bawah
sadar.
Bunga tidur = mimpi
 Pribahasa
Dia adalah berlaki anak semang. bahkan selalu memanfaatkanku.
Berlaki anak semang Artinya perempuan yang buruk kelakuannya.
 Majas
Majas personalifikasi (perbandingan)
 Rasa panik terus menghantuiku.
 Fajar telah menyingsing mulai bangun dari tidurnya untuk
menyapa dunia fana ini. Burung-burung mulai bernyanyi
mengikuti irama dinginnya pagi membangunkan tubuh yang
telah terlelap.
 terdengar alarm berteriak memanggil namaku dengan keras
seakan memecahkan gendang telinga bahkan hiasan dinding di
kamar terjatuh oleh teriakan alarm tersebut

Majas Hiperbola (perbandingan)

cacing di dalam perutku sudah mulai memberontak meminta


asupan makanan.

Majas Asosiasi (pengandaian)


 Setelah selesai mandi, aku segera memakai seragam dinasku
yang biasa kupakai berwarna putih abu-abu. Gayaku bagaikan
tentara yang akan pergi ke medan perang dengan menggendong
senjata di belakang tubuh.
 Bahasa daerah
“Dek wilujeng sumping di pesantren Al-munawarah, kamu disini akan
di bimbing, didik, dan jangan khawatir kamu akan tetap bisa makan,
namun seadanya.” ucap pria tersebut
Wilujeng samping = selamat datang
8. Kata-kata populer
a. Whatsapp adalah aplikasi pesan untuk ponsel cerdas (smartphone)
dengan basic mirip BlackBerry Messenger.
b. Video call adalah telepon (Handphone) dengan layar video dan
mampu menangkap video (gambar) sekaligus suara yang
ditransmisikan.
c. Mengchating adalah aktivitas berkomunikasi yang dilakukan oleh
dua orang atau lebih dengan memanfaatkan aplikasi chatting dan
jaringan internet.
d. Handpone adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang
mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon
konvensional saluran tetap, tetapi dapat dibawa ke mana-mana
(bahasa Inggris: portable atau mobile) dan tidak perlu disambungkan
dengan jaringan telepon menggunakan kabel (jadi komunikasi
nirkabel, bahasa Inggris: wireless communication).

Unsur Ekstrinsik

1. Latar Belakang penulis


Muhammad Alvi Arrofi adalah salah satu siwa di Sekolah Menengah Atas kelas
12. Dia sering dipanggil Alvi. Hobinya adalah membaca novel. Karya cerita pendek
yang pernah ia buat adalah Jutawan Satu Malam, Pergi setengah Hari Ke Sekolah,
Impian, Hati Nurani Seorang Ibu.
2. Nilai-Nilai yang terkandung di dalamnya
a. Nilai Moral
Nilai moral yang ingin disampaikan oleh pengarang adalah dalam bertindak
kita harus berani bertanggung jawab, dan apabila ingin sesuatu jangan
terpaksa mencuri.
b. Nilai Sosial
Nilai sosial yang ingin disampaikan oleh pengarang melewati cerita pendek
tersebut adalah ketika mengenal orang yang baru harus berhati hati, mencintai
seseorang jangan berlebihan.
c. Nilai agama
Nilai agama yang ingin disampaikan oleh pengarang adalah kita tidak boleh
durhaka kepada orang tua dan untuk meraih kesuksesan kita harus berusaha
dan berdoa juga doa dari orang tualah yang paling utama.
3. Jenis cerita pendek
a. Jenis cerpen berdasarkan kebenaran cerita
Cerita pendek berjudul “Kutipan Doa Di Balik Jeruji Besi” termasuk
cerita pendek nonfiksi karena kisah berdasarkan pengalaman orang atau benar-
benar terjadi.
b. Jenis cerita pendek berdasarkan genre
Cerita pendek ini termasuk ke dalam jenis cerita inspirator. Karena di
dalam cerita memberikan inspirator dan pengajaran mengenai kehidupan harus
diiringi dengan doa orang tua.
c. Jenis cerita pendek berdasarkan isi dan tokohnya
Cerpen ini termasuk ke dalam jenis cerita pendek dewasa karena ceritanya
mengandung permasalahan orang dewasa.
4. Rekomendasi
Cerita pendek berjudul “Kutipan Doa Di Balik Jeruji Suci” sangat cocok untuk
remaja ke atas kisaran 16 ke atas karena di dalamnya mengandung cerita atau
permasalahan yang tidak mengerti jika dibacakan oleh anak kecil juga sangat cocok
digunakan sebagai pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai