Anda di halaman 1dari 47

PERSALINAN PATOLOGI

Preseptor:
Dr. Lies Ani Tambunan, Sp.OG

Presentan:
Oryzafira Gayatri12100120639
PATOLOGI KALA I DAN
II
Distosia
Persalinan sulit yang ditandai dengan
hambatan kemajuan persalinan.
Klasifikasi
Penyebab distosia dapat dibagi ke dalam 3 golongan besar menurut gangguan terhadap
3 macam factor, yaitu:
1. Kekuatan (power)
Pendorong janin yang kurang memadai, baik ketika keluar dari rongga rahim maupun
melalui jalan lahir sehingga persalinan berlangsung melebihi batas waktu
fisiologis.
Kelainan ini dapat disebabkan oleh:
a. Kelainan his
b. Kekuatan mengejan yang kurang kuat

2. Kelainan janin (passenger)


a. Kelainan letak janin (letak sungsang, letak lintang)
b. Kelainan presentasi janin (muka, dahi, bokong)
c. Kelainan posisi (ubun-ubun kecil di belakang)
d. Kehamilan ganda (gemelli)
e. Bayi besar (makrosomia)
f. Cacat bawaan (hidrosefalus, monstrum)
Kelainan tersebut dapat menyulitkan bayi melalui jalan lahir.
Klasifikasi
3. Kelainan ukuran maupun bentuk panggul/jalan lahir (passage)
Dapet terjadi pada ukuran antero-posterior maupun transversal bidang-bidang panggul.
Panggul sempit dapat terjadi bila ukurannya lebih kecil dari ukuran normal.
Kelainan jalan lahir juga dapat disebabkan oleh neoplasma organ genital interna (uterus
dan/ovarium) maupun visera lain di organ panggul yang berukuran besar, sehingga
mengganggu turunnya bayi ketika melalui jalan lahir.
Distosia Karena Kelainan HIS
Baik tidaknya HIS dapat dinilai dari:

○ Kemajuan persalinan → kemajuan pembukaan,


turunnya bagian terendah janin, terjadi
tidaknya putaran paksi dalam bila janin sudah
sampai di bidang Hodge III atau lebih rendah
○ Sifat HIS → frekuensi, kekuatan, lamanya his
○ Caput succedaneum → ukuran

His dikatakan kurang kuat bila


○ Terlalu lemah → dinilai dengan palpasi pada
puncak his
○ Terlalu pendek → dinilai dari lamanya
kontraksi
○ Terlalu jarang → dipantau dari waktu sela
antara 2 his
Inersia Uteri Pemanjangan fase laten atau
fase aktif atau kedua-
duanya dari kala pembukaan.
Etiologi Klasifikasi
• Penggunaan analgetik
terlalu cepat
• Kesempitan panggul
• Letak defleksi (muka atau
- Inersia uteri hipotonis →
dahi)
kontraksi terkoordinasi
• Kelainan posisi
tapi lemah.
(POPP/Positio Occipito
- Inersia uteri hipertonis →
Posterior Persistens,
kontraksi tidak
transverse arrest)
terkoordinasi
• Regangan dinding rahim
berlebihan (hidramnion,
kehamilan ganda)
• Rasa takut ibu
Persalinan yang lebih
Partus pendek dari 3 jam,
(persalinan yang terlalu
Presipitatus cepat) akibat his yang
kuat dan kurangnya
tahanan jalan lahir.
Distosia Karena Kelainan Posisi
(Positio Occipito Posteriro Presistems)
○ Persalinan dengan posisi oksipito posterior,
kepala akan mengalami putaran paksi,sehingga
anak lahir dengan oksiput di bawah simfisis.
Karena sudut pemutaran besar (umumnya 135°),
kala II biasanya sedikit lebih lama
○ Penyebab tidak terjadinya putaran paksi ialah
panggul antropoid, panggul android, kesempitan
bidang tengah panggul, ketuban pecah sebelum
waktunya, fleksi kepala kurang, inersia uteri.
Distosia Karena Kelainan Presentasi
Presentasi Muka
○ Presentasi kepala dengan defleksi maksimal sehingga
oksiput menyentuh punggung dan muka terarah ke bawah
(kaudal terhadap ibu)

○ Penyebab yang terpenting ialah panggul sempit dan anak


yang besar
Klasifikasi
1. Presentasi muka primer
Akibat kelainan anak yang tidak dapat diperbaiki, seperti:
a. Truma kongenitalis
b. Kelainan tulang leher
c. Lilitan tali pusat yang banyak di leher
d. Meningokel
e. Anensefali
f. Anak besar

2. Presentasi muka sekunder


Anak normal tetapi ada kelainan,seperti:
a. Panggul picak (platipeloid)
b. Dinding perut kendor,sehingga rahim jatuh ke depan
c. Bagian-bagian menumbung (letak majemuk)
d. Hidramnion.
Presentasi Dahi
○ Presentasi kepala dengan defleksi sedang, sehingga dahi
menjadi bagian terendah.

○ Presentasi dahi bersifat sementara; dengan majunya


persalinan, presentasi ini berubah menjadi presentasi
muka atau belakang kepala.
Distosia Karena Kelainan Letak
Letak Sungsang
○ Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong
sebagai bagian yang terendah.

○ Letak sungsang dibagi sebagai berikut:

1. Presentasi bokong murni (frank breech) → Bagian depan


hanya menampilkan bokong,sementara kedua tungkai lurus
ke atas

2. Presentasi bokong kaki (complete breech) → Di samping


bokong, kaki pun turut teraba. Presentasi bokong kaki
disebut sempurna bila kedua kaki ikut teraba dan
disebut tidak sempurna bila hanya teraba satu kaki

3. Presentasi kaki atau lutut (incomplete breech


presentation)
Etiologi

• Prematuritas → bentuk rahim


relatif kurang lonjong, air
ketuban masih banyak dan kepala
anak relatif besar
• Hidramnion → anak mudah
bergerak
• Plasenta previa → menghalangi
turunnya kepala ke dalam pintu
atas panggul
• Kelainan bentuk rahim →
contohnya uterus bikornis
• Kelainan bentuk kepala →
hidrosefalus dan anensefalus
karena kepala kurang sesuai
dengan bentuk pintu panggul
Letak Lintang (presentasi bahu)
○ Pada letak lintang, sumbu panjang anak tegak lurus
atau hampir tegak lurus sumbu panjang ibu.

○ Pada presentasi bahu, bahu menjadi bagian terendah →


disebut juga presentasi acromion, bila punggung
terdapat disisi depan → disebut dorsoanterior, bila
punggung terdapat di sisi belakang → disebut
dorsoposterior.

Penyebab letak lintang:

○ Dinding perut kendur,seperti pada multiparitas


○ Kesempitan panggul
○ Plasenta previa
○ Prematuritas
○ Kelainan bentuk rahim seperti uterus arkuatus
○ Mioma uteri
○ Kehamilan ganda
Presentasi Majemuk
○ Yang dimaksud dengan letak majemuk ialah bila
ekstremitas teraba di samping bagian terendah.

○ Presentasi kepala dapat disertai

1. Tangan menumbung → hanya teraba jari dan telapak tangan


di samping kepala,sementara pergelangan tangan tidak
teraba

2. Lengan menumbung → bila pergelangan tangan atau bagian


yang lebih proksimal juga ikut teraba

3. Kaki menumbung → jarang terjadi pada anak hidup yang


berukuran cukup besar, tetapi mungkin dijumpai pada
anak yang sudah mengalami maserasi, pada monstrum dan
anak kecil, serta pada kehamilan kembar (kaki anak ke-2
yang terletak sungsang menumbung di samping kepala anak
ke-1.)
Letak majemuk terjadi bila pintu atas panggul
tidak tertutup baik oleh bagian depan anak,
seperti pada:
1. Multipara akibat lokasi kepala pada mula
persalinan sering kali masih tinggi
2. Disproporsi sefalopelvik
3. Anak premature
4. Hidramnion.
Janin Besar (Makrosomia)

Anak dikatakan berukuran besar bila berbobot lebih


dari 4000 g. Berbagai penyebab anak besar antara lain:
1. Diabetes melitus
2. Keturunan (orang tua berbadan besar)
3. Multiparitas.

Kesukaran yang timbul dalam persalinan disebabkan oleh


besarnya kepala/ bahu. Oleh sebab regangan dinding
rahim oleh anak yang sangat besar, dapat timbul
inersia uteri. Risiko perdarahan pascasalin akibat
atonia uteri juga lebih besar.
Distosia Bahu

○ Distosia bahu merupakan penyulit yang berat


karena seringkali baru diketahui ketika
kepala sudah lahir dan tali pusat sudah
terjepit di antara panggul dan badan anak
○ Umumnya terjadi pada makrosomia, ketika
ukuran badan bayi relatif lebih besar dari
ukuran kepala bayi dan bukan karena bobot
yang >4000 gram.
Hidrosefalus

○ Hidrosefalus yaitu terjadi pertambahan cairan otak


di dalam ventrikel,sehingga ukuran kepala menjadi
besar.
○ Hidrosefalus sering disertai cacat bawaan lain,
seperti spina bifida.
○ Hidrosefalus sering menimbulkan distosia, bahkan
ruptur uteri, dan anak sering dilahirkan dalam letak
sungsang karena kepala terlalu besar untuk masuk ke
dalam pintu atas panggul.
○ Penyebab belum jelas, tetapi salah satu di antaranya
ialah toksoplasmosis
Distosia Karena Kelainan Jalan Lahir

Distosia karena panggul sempit


Klasifikasi
○ Kesempitan pintu atas panggul
○ Kesempitan bidang tengah
panggul
○ Kesempitan pintu bawah panggul
○ Kombinasi kesempitan pintu
atas panggul, bidang tengah
dan pintu bawah panggul.
Kesempitan Pintu Atas Panggul
○ Dianggap sempit bila konjugata vera
<10cm atau bila diameter transversa
<12cm
○ Penyebab timbulnya kelainan panggul
dapat dibagi
1. Kelainan akibat gangguan pertumbuhan
2. Kelainan akibat penyakit tulang atau
sendi panggul
3. Kelainan panggul akibat kelainan tulang
belakang
4. Kelainan panggul alibat kelainan
anggota bawah
Kelainan Akibat Gangguan Pertumbuhan
○ Panggul sempit seluruhnya → semua ukuran
panggul kecil
○ Panggul picak → ukuran muka-belakang
sempit, sementara ukuran melintang tetap
normal
○ Panggul sempit picak → semua ukuran kecil
tetapi ukuran muka-belakang lebih sempit
○ Panggul corong → pintu atas panggul
normal, sementara pintu bawah
panggulsempit
○ Panggul belah → simfisis terbuka.
Kelainan Akibat Penyakit Tulang atau
Sendi Panggul
○ Panggul rachitis → panggul picak, panggul
sempit, seluruh panggul sempit picak dll.
○ Panggul osteomalasia → panggul sempit
melintang
○ Radang artikulasi sakroiliaka → panggul
sempit miring.
Kelainan Panggul Akibat Kelainan
Tulang Belakang
○ Kifosis tulang pinggang menyebabkan panggul corong
○ Skoliosis tulang punggung menyebabkan panggul sempit
miring;

Kelainan Panggul Akibat Kelainan


Anggota Bawah
○ Koksitis
○ Luksais
○ Atrofi
Distosia Karena Kelainan Alat Kandung

Vulva
○ Atresia (tertutupnya) vulva dapat merupakan
kelainan bawaan atau diperoleh, misalnya karena
radang atau trauma. Atresia sempurna tentu
menyebabkan kemandulan, sementara atresia
inkomplet hanya menyebabkan distosia.
Vagina
○ Di vagina dapat terjadi:
1. Atresia;
2. Pembentukan sekat;
3. Tumor vagina

Serviks
Kelainan penting yang terkait dengan persalinan antara
lain:
1. Atresia;
2. Conglutinatio orificii extemi—porsio mendatar dan
sangat menipis, tetapi orifisium eksternum tetap kecil
dengan pinggir yang tipis. Bila ujung jari dimasukkan
ke dalam orifisium, biasanya pembukaan cepat membesar
sampai lengkap;
3. Sikatriks di serviks dapat disebabkan oleh infeksi
atau operasi;
4. Kekakuan serviks pada primi tua akibat infeksi/operasi
dan pada elongatio colli.
Uterus
○ Retrofleksi uteri
Retrofleksio uteri gravidi yang tetap menimbulkan
abortus atau retrofleksio uteri gravidi inkarserata.
Jarang sekali kehamilan di dalam uterus retrofleksio
mencapai umur cukup bulan. Jika ini terjadi, dapat
terjadi ruptur uteri dalam persalinan.

○ Prolaps uteri
Biasanya prolapsus uteri inkomplet lambat laun berkurang
karena setelah bulan ke-4 uterus naik dan keluar dari
rongga panggul kecil. Akan tetapi, ada kalanya porsio
tetap tampak dalam vulva akibat elongatio colli. Kadang-
kadang, porsio ini menjadi edematus sehingga dapat
menimbulkan distosia.
PATOLOGI KALA III
DAN IV
Disebut perdarahan pascasalin bila melebihi 500 mL.
Perdarahan pascasalin dapat dibagi menjadi:
1. Perdarahan pascasalin dini atau primer — volume >500
mL dalam 24 jam pertama setelah persalinan
2. Perdarahan pascasalin lambat atau sekunder — volume
>500 mL setelah 24 jam persalinan
Penyebab Perdarahan Pascasalin Dini
1. Atonia uteri — perdarahan yang terjadi dari tempat 2. Retensio plasenta— yang termasuk di
implantasi plasenta, yang mempunyai faktor predisposisi: dalam kelompok ini antara lain:
a. Overdistensi uterus seperti kehamilan kembar, a. Plasenta akreta, inkreta, perkreta;
hidramnion, anak berukuran besar; b. Kotiledon tertinggal, plasenta suksenturiata
b. Partus lama; c. Tanda dan gejala retensio plasenta:
c. Partus presipitatus; d. Tali pusat masih utuh atau telah terputus;
d. Induksi atau augmentasi persalinan dengan oksitosin; e. Perdarahan pervaginam;
e. Paritas tinggi; f. Kontraksi rahim baik atau buruk;
f. Infeksi korioamnion; g. Darah berwarna merah tua karena berasal
g. Riwayat atonia uteri dari vena.
h. Tanda dan gejala atonia h. Trauma traktus genitalis
i. Perdarahan pervaginam masif; i. Episiotomi luas;
j. Kontraksi rahim kurang baik atau buruk; j. Laserasi perineum, vagina dan serviks;
Bila penanganan tidak memadai, atonia dapat disertai tanda- k. Ruptur uteri.
tanda syok hipovolemik.
Penyebab Perdarahan Pascasalin Lambat

Sisa Plasenta
Untuk menentukan diagnosis dengan cepat, sebaiknya dilakukan
pemeriksaan jalan lahir dengan spekulum serta eksplorasi kavum uteri
seusai partus buatan, seperti ekstraksi forsep, ekstraksi vakum, versi
dan ekstraksi kaki.
Perdarahan Kala III
Bila oksitosin IM 10 IU telah diberikan tetapi perdarahan masih banyak
dalam kala III dengan kontraksi Rahim kurang baik, kandung kencing
segera dikosongkan dan uterus dimasase. Bila telah ada tanda-tanda
pelepasan plasenta, plasenta segera dilahirkan dengan menekan
fundus. Jika perdarahan tidak berhenti dan plasenta masih belum lepas,
plasenta dilepas secara manual. Infus dapat dipasang bila perdarahan
banyak atau masif. Istilah retensio plasenta dipergunakan bila plasenta
belum lahir setengah jam sesudah anak lahir.
Penyebab
1. Penyebab fungsional: Bila plasenta dalam setengah jam setelah
a. His kurang kuat anak lahir belum memperlihatkan gejala-
b. Plasenta sukar terlepas gejala pelepasan, plasenta dilepas secara
manual.
2. Penyebab patologi-anatomi:
c. Plasenta akreta;
d. Plasenta inkreta;
e. Plasenta perkreta
Perdarahan Kala IV
Bila masih belum tertangani, upaya lanjutannya
ATONIA UTERI
yaitu:
Perdarahan pascasalin yang terjadi
1. Masase dilanjutkan
karena his kurang kuat.
2. Oksitosin 20 IU dalam 500 cc kristaloid
Tindakan yang dilakukan yaitu:
maksimum 40 tetes/menit
1. Masase rahim
3. Ergometrin tambahan 0,2 mg minimal 15 menit
2. Pengosongan kandung kencing
dari pemberian pertama.
3. Oksitosin 10 IU dalam 500 cc
kristaloid dengan tetsan cepat
Bila perdarahan masih berlangsung, harus
4. Ergometrin 0,2 mg IV lambat atau
dipikirkan penyebab lain selain atonia uteri, seperti:
IM
4. Robekan serviks;
5. Misoprostol 400 mikrogram per
5. Sisa plasenta atau plasenta suksenturiata;
oral atau per-rektal
6. Ruptur uteri;
7. Kelainan koagulopati
Robekan Serviks
Setelah persalinan buatan atau bila terjadi perdarahan berwarna
merah muda, walau kontraksi uterus baik, pemeriksaan inspekulo
harus dilakukan. Jika terdapat robekan yang berdarah atau >1cm,
robekan tersebut hendaknya dijahit. Untuk memudahkan penjahitan,
fundus uteri sebaiknya ditekan ke bawah agar serviks lebih dekat
dengan vulva. Kedua bibir serviks kemudian dijepit dengan klem dan
ditarik ke bawah. Ketika menjahit robekan serviks ini, hal terpenting
bukanlah jahitan lukanya tetapi pengikatan cabang-cabang arteri
uterina.
Sisa Plasenta
Jika pada pemeriksaan plasenta ternyata jaringan plasenta tidak
lengkap, eksplorasi kavum uteri harus dilakukan. Potongan-potongan
plasenta yang ketinggalan tanpa diketahui biasanya menimbulkan
perdarahan lambat pascasalin. Bila perdarahan banyak, hendaknya
sisa-sisa plasenta segera dikeluarkan dengan manual atau kuretase.
Inversio Uteri
• Inversio uteri berarti uterus terputar balik, sehingga fundus uteri
terdapat dalam vagina dengan selaput lendir di sebelah luar.
Keadaan ini disebut inversio uteri komplet.
• Bila fundus hanya menekuk ke dalam dan tidak sampai keluar
ostium uteri, disebut inversio uteri inkomplet.
• Bila uterus yang terputar balik itu sampai keluar dari vulva, disebut
inversio prolaps.
Inversio uteri jarang terjadi, tetapi jika terjadi dapat menimbulkan syok
berat.
Penyebab Gejala danTanda
Ada tiga faktor penyebab inversio 1. Syok;
uteri, yakni: 2. Fundus uteri sama sekali tidak teraba
1. Tonus otot rahim yang lemah; atau teraba tekukan di fundus;
2. Tekanan atau tarikan fundus 3. Terkadang tampak tumor berwarna
(tekanan intra-abdominal, merah di luar vulva, yang sebenarnya
tekanan tangan, tarikan tali adalah fundus uteri yang terbalik, atau
pusat) teraba tumor di dalam vagina;
3. Kanalis servikalis yang longgar. 4. Perdarahan.
Inversio uteri dapat terjadi ketika
penderita batuk, bersin atau
mengejan
Terapi
1. Mengatasi syok dengan infus Ringer Laktat dan bila perlu, transfusi darah;
2. Sesudah syok teratasi, lakukan reposisi manual ala Johnson dalam anestesi
umum. Bila plasenta belum lepas, sebaiknya plasenta tidak dilepas dulu
sebelum uterus direposisi karena dapat menimbulkan perdarahan banyak.
Setelah reposisi berhasil, diberikan Oksitosin tetes serta dilakukan kompresi
bimanual. Tampon rahim dipasang agar inversio tidak terjadi lagi;
3. Bila reposisi manual tidak berhasil, dilakukan reposisi operatif dengan cara:
a. Abdominal — Haultain dan Huntington;
b. Vaginal — Kustner (forniks posterior) dan Spinelli (forniks anterior).
4. Kadang-kadang dipertimbangkan histerektomi
TERIMAKASIH
Referensi
1. Williams obstetrics. Edisi ke-25. 2018
2. Obstetri Patologi. Ilmu Kesehatan Reproduksi. Edisi
3. 2019
3. Cunningham FG, Leveno KJ, BloomSL,Hauth JC,Rouse
DJ,Spong CY. Puerperal infections. Dalam: Williams'
Obstetrics. Edisi ke-25. Toronto: McGrawHill; 2018,
hal. 661-671

Anda mungkin juga menyukai