Anda di halaman 1dari 6

“SAHABAT ESOK DAN SELAMANYA”

Tujuh hari sebelum aku mendengar sahabatku akan pindah jauh disana.
Selepas makan siang, aku langsung kembali beranjak ketempat aku
bermain dengan sahabatku.

“Hei, kemana saja kamu? Daritadi aku nungguin.” Tanya sahabatku


yang bernama Mei 

“Tadi aku makan siang dulu.” jawabku sambil menahan perut yang
penuh dengan makan siang. 

“Ah ya sudah, ayo kita lanjutkan saja mainnya.” sahut Mei. Tidak lama
saat aku & Mei sedang asyik bermain congklak, Izam adiknya Mei
datang menghampiri kami berdua.

“Kak, aku pengen bilang.” Kata Izam

“Bilang apa?” Sahut Mei penasaran 

“Kata ayah, sebentar lagi kita pindahan.” Jawab Izam

“Hah? Pindah kemana?” Tanyaku memotong pembicaraan mereka “Ke


Bandung.” Jawab Izam dengan singkatnya 

“Ya udah kak, ayo disuruh pulang sama ibu buat makan siang dulu.”
Ajak Izam ke Mei 

“Iya deh.. ehm.. Nis, aku pulang dulu ya aku mau makan siang.” Ujar
Mei

“Eh, iya deh aku juga mau pulang kalau gitu,” sahutku tak mau kalah.

Sesampainya dirumah aku langsung masuk kedalam kamar & entah


kenapa perkataan Izam yang belum pasti tersebut, terlintas kembali ke
pikiranku. 

“Andai perkataan tersebut benar, tak terbayang bagaimana perasaanku


nanti.” Ujarku pada cermin yang menatapku datar. 

“Sudahlah daripada aku memikirkan yang belum pasti lebih baik aku
mendengarkan musik saja” Ujarku kembali sambil beranjak mengambil
handphone dan membuka youtube musik

Tak lama kemudian aku mendengar sebuah pembicaraan, yang aku tau
suaranya sudah tak asing lagi bagiku yaitu orang tuaku & orang tua Mei
sahabatku. 

Aku mencoba mendekati pintu kamar untuk mendengarkan pembicaraan


itu. 

Tak lama tanganku keringat dingin, aku sudah mendapatkan inti


pembicaraan ternyata benar apa yang dikatakan Izam pada Mei tadi
siang bahwa mereka akan pindah pada waktu dekat ini, setelah surat
perintah tugas ayahnya Mei keluar mereka akan segera berkemas
untuk pindah.

Lemas sudah tubuhku setelah mendengar kabar itu, tiba-tiba ibu


mengetuk kamarku & mengagetkanku yang sedang bingung itu. 

*Tok…tok… “Nisaa, kamu mengunci pintu kamarmu ya”, tanya ibu


sambil mencoba membuka pintu

“Enggak kok” Jawabku dengan lemasnya

“Kamu kenapa.. ayoo buka kamarmu!!” Teriak ibu “iya.. sebentar”


sahutku sambil membuka pintu.

“Ngapain kamu mengunci kamar?” Tanya ibu.

“Gak knapa2… tadi aku memang lg duduk didepan pintu” Jawabku


sambil menoleh keruang tamu yang berhadapan dengan kamar tidurku.

“Ya sudah, tadi orang tuanya Mei bilang kalau mereka ingin pindah
dalam waktu dekat ini hanya tinggal menunggu surat perintah tugas
ayahnya Mei keluar dari kantornya ”

“Iya, aku sudah tau.” Sahutku kembali ke kamar tidur.

“Oh kamu tidak sedih kan?” Tanya ibu yang menghampiriku.


“…” tak kujawab pertanyaan ibu.

“Hm.. Sudahlah tak usah dibahas dulu.. Sana tidur siang dulu biar nanti
malam bisa mengerjakan PR.” ujar ibu sembari mengelus elus pundakku
“iya…” jawabku singkat.
Esoknya tepat dihari Minggu, matahari pagi menyambutku. Suara ayam
berkokok dan jam beker menjadi satu. 

Tetapi, aku tetap saja masih ingin ditempat tidur. Sampai sampai ibuku
memaksaku untuk tidak bermalas malasan.

“Nisa, ayoo bangun.. perempuan gak baik bangun kesiangan” ujar ibu
sambil melipat selimutku. 

“Sebentar dulu lah.. aku masih ngantuk.” Sahutku sambil menarik


selimut ditangan ibu. 

“Itu Mei ngajak kamu main.. ayoo bangun!!” Ujar ibu kembali sambil
mengeleng gelengkan kepala. 

“Oh oke oke…” Sahutku semangat karena ingat bahwa Mei akan pindah
sebentar lagi. 

Lalu, aku langsung beranjak dan segera lari keluar kamar tidur untuk
mandi & sarapan. Setelah itu Mei tiba-tiba menghampiri rumahku

“Assalamualaikum, Nisa!!” Panggil Meii dari depan rumah.

“Walaikumsallam, iya!!” sahut ibuku yang beranjak keluar rumah.

“Oh ibunya Nisa, ada Nisa nya gak?” Tanya Mei.

“Nisa nya lagi sarapan, sebentar ya tunggu dulu aja. Sini masuk.” jawab
ibuku.

“Iya, terimakasih.” Sahut Mei.

Ketika aku sedang asyik asyiknya sarapan, Mei mengagetkanku.


“Nisa, makan terus kau ini” Ujar Mei sambil tertawa. 

“Yee, ngagetin saja kamu ini. Aku laper tau.” Sahutku sambil
melanjutkan sarapan. 

“Kok gak bagi-bagi aku sih” Tanya Mei sambil tersenyum tipis
melihatkan lesung pipi nya.

“Kamu mau, nih aku ambilin ya” Jawabku sambil mengambil piring. 
“Hahaha.. tidak, aku sudah makan, kau saja sana gendut” sahut Mei
sambil tertawa terbahak-bahak. 

“Ya sudah…” Jawabku kembali sambil membuang muka. Tak berapa


lama kemudian, sarapanku habis lalu Mei mengajakku bermain games.

“Sudah kan, ayoo main sekarang.” Ajak Mei semangat.

“Aduh, sebentar dong. Perutku penuh sekali ini” sahutku lemas karena
kebanyakan makan.

“Ah ayolah, makanya jangan makan banyak-banyak. Kalau gitu kapan


mau dietnya” Ujar Mei menyindirku.

“Ya sudah ya sudah.. ayoo mau main apa?” Ajakku masih malas.

“Roblox yuk keliatannya seru” Jawab Mei semangat

“Hah, okedeh…” Sahutku sambil mengambil handphoneku yang berada


di atas meja belajar.

Waktu seakan cepat berlalu, langkah kaki kini tak lagi sama. Aku selalu
bingung dan selalu ingin bertanya pada tuhan. Apa arti dari sebuah
persahabatan yang indah dan abadi? Adakah sahabat sejati itu? “hai
nis?” sebuah suara memecahkan lamunanku. Pemilik suara itu adalah,
milik sahabatku Mei.

“ada apa nis?”


“hmmmm kamu udah ngerjain pr matematika belum?”
“udah, emangnya kenapa?”
“boleh dong?”

Ya, aku tau sebab mengapa dia bertanya seperti itu. Dia datang karena
dia sedang melihatku bingung dan dia ingin menghiburku.

Kriiinngg… Suara bel pulang sekolah. Terlihat anak-anak smp negri 7


berhamburan keluar kelas. Langkahku masih terasa lesu dengan
pertanyaan pertanyaan yang belum satu orang pun bisa menjawabnya.
Bahkan aku sendiri yang membuat pertanyaan itu.

Tuhan adakah sahabat sejati itu? “aku berharap hari ini aku dapat
menemukan dia.. Dia sahabat sejatiku. Bukan dia yang sudah lama di
sampingku namun pergi meninggalkanku seorang diri

‘Tik..tik…tikkk “, air mata membasahi pipiku, akupun tak sadar airmataku


langsung berjatuhan tanpa aku sadari.seketika aku pun mengambil tisu
di saku baju sekolahku dan menyeka airmata yang membasahi pipiku.

Walau singkat pertemuan, tapi aku ingin selamanya dia ada dalam
setiap tangisan, tawa, duka, suka yang akan menghiasi hari hariku.
Tuhan aku mohon..” gumamku dalam langkah yang tak lagi sama

Tanpa sadar “bruuukkk”

Semua isi tas ku berhamburan keluar, secara bersamaan orang yang ku


tabrak pun membantuku untuk berdiri.

Setelah bola mataku menatap wajah dia yang membantuku berdiri,


heningan serta sepenggal kenangan terlintas dalam benakku. Tentang
persahabatanku dan Mei yang sudah hampir 10 tahun kami jalani
bersama- sama dan Mei harus pindah meninggalkanku.

“Mei, perginya berapa lama?” tanyaku dengan wajah mungilku

“aku berangkatnya cuma segini, kok.. Nisa gak usah takut, kita kan
punya janji sahabat hari ini esok dan selamanya” jawab Mei sambil
menunjukan 7 jarinya, entah itu tujuh hari, tujuh bulan atau bahkan tujuh
tahun. Karena saat itu wajah wajah polos masih terpasang dalam
wajahku dan Mei sahabat kecilku. Diam, hening, haru kini terpadu dalam
sanubariku ketika aku berhadapan kembali dengan sahabat kecilku Mei.
Ya, sekarang aku tau jawabannya, tujuh tahun dia pergi
meninggalkanku.

Terima kasih Tuhan, pertanyaan itu kini terjawab oleh kenangan


“sahabat hari ini esok dan selamanya” janji itu dia balas hari ini.

Mungkin waktu telah aku buang percuma dengan pertanyaan


pertanyaan yang membuat waktuku terbuang. Di dekatku.. Di hatiku ada
sepenggal memori yang akan selalu ku simpan yaitu “sahabat hari ini
esok dan selamanya”

Anda mungkin juga menyukai