Anda di halaman 1dari 6

Tema : Keagamaan

Wasiat Dari Ayah


NAMA : ELEN

Riesya Fauziah seorang gadis yang berumur 14 tahun dia anak semata wayang dan tinggal
di rumah yang sederhana ia hanya tinggal bertiga bersama kedua orang tua nya yang bisa di lihat
sudah tidak mudah lagi, dan keseharian nya setelah pulang sekolah adalah membantu ibu nya
untuk menjual kue.

…….. …….

Rintik air membasahi desa ini dan disertai dengan dingin nya angin yang membuat malam
ini terasa sangat sejuk, disaat itu Riesya sedang duduk di kursi rumahnya yang sederhana sambil
menikmati secangkir susu yang menghangatkan tubuhnya, dan tak lama perempuan separuhbaya
datang menghampirinya.

“Nak, kemari tolong ibu untuk membuat ayo kue besok.”

“Iya bu…”

“Tolong ya kamu takarkan gula secukupnya, lalu campurkan kedalam gandum ini.”

“Baik bu”

Satu jam lamanya waktu dan terdengar suara batuk ayahnya dari kamar yang memecahkan
keheningan diantara ibu dan anak itu. Lalu dengan langkah kaki yang cepat Riesya menghampiri
ayahnya.

“Ayah!.... ayah kenapa?”

“Ayah tidak apa – apa nak.Ayah hanya butuh sedikit air putih.”

Dengan langkah kaki yang cepat Riesya mengambil air putih untuk ayahnya. Dan tak lama
kemudian dengan panik perempuan paruh baya datang menghampiri anak dan bapak itu.

“Bapak tidak apa-apa?”


“ Bapak tidak apa-apa bu. Ini hanya batuk biasa, lagi pula ini tidak separah yang kemarin.”

“Sudah bu, ibu istirahat saja ini sudah malam dan hujan seamakin deras, dan ajak Riesya
tidur.”

“ Ibu belum selesai buat kuenya pak.”

“ Ya sudah, kalau belum siap buat kuenya lanjut aja, tetapi setelah itu ibu tidur.”

“ Iya pak.”

Lalu Riesya dan ibunya melanjut kan membuat kue dan setelah selesai membuat kue mereka
tertidur.

Kumandang adzan subuh terdedengar di telinga Riesya yang membangunkan dia dari
tidurnya,lalu ia melangkahkan kakinya untuk mengambil air wudlu dan melaksanakan sholat
shubuh. Dan seketika langkah kakinya terhenti di depan kamar orang tuanya. Ia melihat ibunya
sangat panik sambil memijat-mijat leher ayahnya.

“Ada apa bu..?”

“ Ayah mu tadi batuk darah nak, sepertinya nanti pagi ayah mu akan dibawa kerumah
sakit.”

“hmmm.. iya bu.”

“ Sudah, sholat lah dulu setelah itu siap-siap kesekolah, untuk sarapanya beli nasi uduk di
Warung sebelah aja ya,karena ibu tidak bisa masak makanan untuk mu.”

“Kasian Riesya ya bu”

“Kondisi bapak semakin parah dan seperti nya uang tabungan ibuk menipis, terus ibu
takut jika tidak bisa membayar SPP nya Riesya. Apa Riesya kita putuskan saja sekolah nya?”

“Jangan bu Riesya berhak mendapatkan pendidikan, Riesya tidak boleh menjadi seperti
kita, Seharusnya derajat Riesya harus lebih tinggi dari kita, bagaimana pun keadaannya akan
bapak usahakan demi anak kita.”

…………………………..

“Udah siap nak?”

“Udah bu, Riesya berangkat ya bu, Assalamualaikum”

“Walaikumsalam”
Hari ini sekolah Riesya kedatangan tamu penting yang berkemungkinan ia pulang agak
cepat dari biasanya.

Kringggg….Kringgg…. Bel tanda pulang sekolah telah berbunyi, Lalu Riesya bergegas untuk
pulang ke Rumah. Sesampai nya di Rumah, Ia langsung siap-siap untuk pergi menjual kue nya
yang di buat nya tadi malam. Tetapi langkah nya terhenti ketika telpon rumah nya berbunyi.
Kring…kring..

“Halo assalamualaikum, ini siapa?”

“Nak ini ibu kamu cepat siap-siap ke Rumah sakit ya nanti ada Om Hendra datang
menjemput mu”

“Tapi bu kue nya belum…”

“Jangan pikir kan itu nak, ayah mu sekarang kritis di Rumah sakit” Jawab ibu nya dengan
nada terbata-bata”

“Apa? Ayah kritis?!”

“Sudah sekarang cepat siap-siap sebentar lagi Om Hendra sampai “

“I..iya bu “ Jawab nya dengan panik”

10 menit Riesya menunggu akhirnya paman nya sampai

“Assalamualaikum”

“Walaikumsalam”

“Yuk cepat Ries naik ke Mobil”

“Ya om”

Lalu Riesya berangkat ke Rumah Sakit untuk menjenguk ayahnya. Setiba nya di Rumah Sakit ia
langsung mencari keberadaan ibu nya dan seketika ia menemuka ibu nya lalu ia berteriak.

“ Ibu….”

Dan ibu nya langsung memeluknya sambil menangis.

“Nak, ayah mu nak ayah mu!!!”

“Ayah kenapa bu? Ayah kenapa ?”

“Ayah mu meninggal nakkk!!”

“Tidak mungkinnn!!
Sebegitu sedihnyanya mereka sampai-sampai mereka tidak sadar bahwa dokter sedari tadi
memanggil mereka, Lalu dokter itu memberikan surat beserta buku tabungan yang di temukan
nya disamping jenazah diwaktu hendak memandikan nya, dan Ibu Riesya langsung mengambil
surat yang telah di berikan oleh dokter itu dan isi nya adalah.

““Teruntuk istriku aku ingin kelak anak ku menjadi anak yang berbakti kepada mu,
mempunyai akhlak yang baik dan lebih memperdalam agama, maka dari itu aku menyampaikan
sebuah wasiat ku kepada kalian bahwa 2 bulan lagi Riesya akan lulus sekolah dan aku ingin anak
kita kelak melanjutkan pendidikan nya di Pesantren yang berada tak jauh dari rumah kita, dan
ambilah buku tabungan ku ini di dalam nya terdapat uang yang mencukupkan kebuuhan anak
kita dan aku hara kalian dapat mewujudkan nya.””

Setelah membaca surat itu, tanpa di sadarkan air mata nya menetes dan membasahi pipinya
dengan posisi yang gemetar lalu mereka berpelukan.

……………..

Riesya dan ibu nya hanya tinggal berdua saja, dan rumah sangat sepi setelah ditinggal pergi
ayahnya selama 2 bulan lamanya.

Tak terasa hari ini adalah hari kelulusan Riesya, Ia memperoleh nilai yang memuaskan dan
itu sangat melegakan hati ibunya. Dan ibu nya jadi teringat sesuatu, yaitu sebuah wasiat dari
ayahnya yang menginginkan Riesya untuk melanjutkan pendidikan nya ke pesantren.

“Selamat ya anak ku!!!”

“Terimakasih bu”

“Oh iya kamu masih ingat wasiat dari ayah mu 2bulan yang lalu?”

“Iya bu masih”

“Dan kamu mau ke pesantren?”

“Kalau Riesya di pesantren lalu ibu sama siapa di Rumah?”

“Jangan terlalu memikirkan ibu sayang, besok bibi mu yang di Kota akan pulang
kampong dan dia akan menemani Ibu untuk selamanya jadi kamu jangan khawatir kan ibu ya
nak”

“Alhamdulillah akhirnya ada yang menemani ibu”

“Gimana kamu mau kan?”

“Iya bu Riesya mau, sebenarnya untuk melanjutkan pendidikan ke Pesantren itu


bukan hanya untuk melaksanakan wasiat dari ayah saja, tetapi dari dulu Riesya sangat tertarik
dengan dunia Pesantren, dan waktu itu Riesya sadar kita lagi krisis ekonomi yang tidak
memungkinkan Riesya untuk melanjutkan pendidikan ke Pesantren, tetapi setelah ada
kesempatan emas ini tidak mungkin Riesya menolak nya bu”

“Ya sudah nanti kita mampir dulu ke Pesantren ya untuk daftarkan kamu”

“Iya baik bu”

Setelah itu Ibu nya mengecek semua persyaratan yang akan dibawa, Dan mereka langsung
pergi ke pesantren.

“Udah bawa semua persyaratan nya bu?”

“Udah mbak”

“Semua persyaratan nya lengkap, dan untuk pembayaran administrasi nya ibu
bisa pergi ke kantor pondok yang ada di sebelah Timur itu ya bu, Dan untuk pengantaran santri
nya besok sudah bisa di antar bu.”

“Terimakasih ya mbak”

“Iya bu sama-sama”

Dan setelah semua nya selesai urusannya di Pesantren, lalu ibu dan anak itu pulang ke rumah.
……………

Keesokan hari nya..

“Semua barang-barang mu sudah kamu siapkan nak?”

“Sudah bu, ayo kita berangkat!”

“Yuk!”

Lalu mereka berangkat ke Pesantren. Dan setibanya mereka di Pesantren.

“Selamat datang bu! Ada yang bisa saya bantu?” Sapa salah satu pengurus
pesantren itu.

“Oh ya untuk Asrama nya santri baru dimana ya mbak?”

“Ibu belok ke arah Selatan saja nanti di sana ibu menjumpai 6 Asrama yang
berwarna Biru Muda, nah disitu semua Asrama santri baru, Dan ibu bebas mau mencari
asramanya, Dan untuk lemari sudah di sediakan di Asrama masing-masing.”

“Terimakasih ya mbak”

“Iya bu sama-sama”
Lalu mereka langsung mencari Asrama dan menentukan Lemari nya.

“Nanti semua barang-barang mu letakkan di sini ya, dan ini uang jajan mu, ibu
tinggal dulu ya sayang, jaga diri baik-baik, maaf ibu sedikit buru-buru soal nya ibu mau
menjemput bibi mu, yang akan menemani ibu nanti. ” Lalu ibu nya menangis sambik
memeluknya.

“Iya bu.” Dan Riesya membalas pelukan dari ibu nya.

“Assalamuaalaikum”

“Waalaikumsalam”

Dan sejak hari itu, atas kehendak Allah, dan Do’a dari Orangtua nya, Riesya tumbuh menjadi
anak yang berakhlakul karimah, berbudi pekerti yang luhur, layaknya seperti anak yang tinggal
di pesantren lainnya.

TAMAT

Anda mungkin juga menyukai