Aku dibesarkan di
keluarga yang menjunjung tinggi ajaran agama Islam. Aku memanggil ayahku dengan sebutan
Abi dan ibuku dengan sebutan Umi. ku seorang imam besar masjid Al-Barokah dan umi ku
adalah seorang ustadzah di pondok pesantren Al-Muttaqim. Semakin aku bertambah umur, aku
semakin dituntut ajaran islam. Aku anak kedua dari dua bersaudara. Kakak bernama Khoerul
Anwar bin Abdurrohman, dia sudah menikah dengan santriwati tauladan di pondok pesantren
yang bernama Kak Siti Fatimah binti Rozak.
Sabtu tujuh juli dua ribu delapan belas ba’da dzuhur ada seorang pria yang datang ke
pondok pesantren untuk menemui Abi ku. Aku tidak tahu maksud dan tujuannya dateng ke
pondok pesantren. Tetapi aku melihat dia membawa kedua orang tuanya.
Hari pernikahan….
Pada saat itu semuanya bergembira. Apalagi saat Luqman dan Sinta sah menjadi suami
istri, semua orang disana sangat-sangat bahagia. Tetapi tidak untuk Aisyah, dia harus berpura-
pura bahagia walau hatinya terus meronta ingin pergi dari sana tetapi apa boleh buat dia harus
menemani Sinta sebagai saudarinya. Disisi lain Rahman selalu memperhatikan Aisyah dari
kejauhan. Rahman begitu mencintai Aisyah, bukan karena kecantikannya bahkan dia pun belum
pernah melihat wajah Aisyah yang sangat mempesona itu. Tetapi karena agama, iman dan
merelakan perasaan demi saudarinya sendiri. Ya, Rahman sudah tau bahwa Aisyah mengagumi
Luqman, karena waktu sedang berbicara di ruang keluarga dia mendengar semuanya dan dengan
hebatnya dia menyembunyikan semua itu dari Sinta, karena dia tau sifat buruk Sinta, dan dia
begitu mencintai Aisyah wanita bercadar yang mempesona.
Saat pemotretan pun tiba. Begitu mesranya mereka saat berfoto, Sinta yang begitu cantik
dengan senum yang menggambarkan bahwa dia bahagia tapi di sisi lain terlihat Luqman yang
berpura-pura itupun terbaca oleh Rahman. Lalu tiba-tiba Sinta mengajak Aisyah dan Rahman
untuk berfoto, disaat mereka sedang berfoto tiba-tiba orang tua Sinta mengajak orang tua Aisyah
untuk berkenalan dengan orang tua Luqman. Disaat oarng tua Luqman bertemu dengan orang tua
Aisyah mereka pun menundukkan kepalanya, dan orang tua Aisyah pura-pura tidak mengenal
mereka. (orang tua Sinta)
“Assalamu’alaikum?” (orang tua Aisyah)
“Wa’alaikummussalam” (orang tua Luqman) dan orang tua Aisyah langsung pergi meninggalkan
kedua orang tua Luqman. Disisi lain saat Aisyah sedang mengantar Sinta tiba-tiba Rahman
mendekati Luqman.
“Aisyah cantik ya? Walau aku belum pernah melihat wajahnya.” (Rahman)
“Kau benar, dia memang cantik.” (Luqman)
“Apa kau mencintainya?” (Rahman)
“Ha (kaget) aku? Mana mungkin aku mencintainya, lagi pula dia kan sepupunya Sinta, itu tidak
mungkin.” (Luqman)
“Di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin, semuanya bias aja kok, kalau ada niat yang dalam,
iya kan? Iyalah, lagi pula siapa sih yang tidak tergoda dengan keanggunannya. Jika kau
menyukainya bilang saja padaku jangan sungkan.” (Rahman dengan nada suara yang sedikit
menyindir)
“Kenapa tiba-tiba menanyakan itu padaku?” (Luqman)
“Tidak, aku hanya mengetes ketulusanmu mencintai sepupuku.”
Setelah Sinta datang, pembicaraan itu akhirnya selesai.
“Sepertinya seru nih, lagi ngomongin apa sih? Pasti lagi ngomongin aku ya?” (Sinta dengan
perasaan yang sedikit geer)
“Idih! GR” (Rahman)
Sementara Aisyah hanya diam dari tadi, tetapi dengan bodohnya Sinta tidak menyadari
bahwa selama ini Luqman selalu memperhatikan Aisyah. Pada hari itu Aisyah ingin sekali pergi
dari tempat itu tapi sayangnya itu tidak mungkin dilakukan olehnya, karena kenapa? Karena hari
itu adalah hari yang sangat bahagia bagi sepupunya. Dan hari itu pun akhirnya selesai juga.
Keesokan harinya, Aisyah pun masuk kuliah. Saat dia sedang berjalan di koridor Aisyah
melihat Aisyah melihat kertas pemberitahuan di madding bahwa ada beasiswa ke Mesir. Dan
Aisyah pun berniat untuk mengejar beasiswa tersebut. Disisi lain Rahman pun ditugaskan oleh
bosnya untuk melamar pekerjaan di pondok pesantren. Dan dia puntau harus kemana. Tapi
sebelum itu, Rahman membawa kedua orang tuanya untuk melamar Aisyah. Dan mereka pun
datang ke pondok pesantren untuk menemui Abi.
“Assalamu’alaikum?” (Rahman dan kedua orang tuanya)
“Wa’alaikummussalam, sepertinya Abi pernah melihatmu tapi dimana ya?”
“Ayo… dimana?” (Rahman berusaha mengingatkan kembali ingatan Abi)
“Oh iya, Abi tau, di acara pernikahan Sinta ya?”
“Iya Abi”
“Maaf Abi lupa, nak Rahman? Iya kan?”
“Iya Abi”
“Ini?”
“Astagfirulloh sampai lupa, ini ayah dan ibuku, maksud dan tujuan saya kesini adalah saya ingin
melamar Aisyah putri Abi.”
“Tunggu ya, Abi tanya Aisyah dulu.”
Lalu Abi pergi untuk mencari Aisyah. Setelah itu Aisyah dibawa ke ruang tamu pondok
pesantren. Setelah Aisyah melihat ada Rahman di ruang tamu, dia jadi deg-degan . lalu Aisyah
duduk di dekat Abi nya/.
“Ah ini, nak Rahman dating kesini untuk mengajakmu ta’aruf.”
(Dalam hati Aisyah) “Ta’aruf?”
“Jika kau ingin mengajakku ta’aruf dan kau benar-benar mencintaiku karena Allah, maka
tunggulah aku siap karena Allah, karena sampai sekarang aku masih beum siap.” (Sahut Aisyah)
“Aku akan menunggu sampai kau siap, walau aku tidak tahu umurku sampai kapan. Tetapi insya
Allah, jika Allah mentakdirkan kita berjodoh walau tidak di dunia mungkin Allah akan
mempersatukan kita di Surga.”
“Aamiin.” (dalam hati Aisyah)
Selang satu minggu Rahman melamar pekerjaan di pesantren Al-Muttaqim dan dia pun
diterima menjadi guru honorer, dan Alhamdulillah Rahman mengajar santri-santri dengan baik
dan lancer. Rahman dikontrak selama 9 bulan. Tapi pada suatu hari tiba-tiba Abi menyuruh
Rahman untuk mengantar Aisyah.
Ditengah jalan saat rahman sedang mengantar Aisyah dengan jarak 1 meter, tiba-tiba
santriwan dan santriwati menyorak nyorak mereka berdua.
“Cie.... Kak Aisyah dengan kak Rahman, jangan-jangan ada hubungan nih”
Lalu rahman langsung membalasnya.
“Sekarang ini memang kami tidak ada hubungan, tapi nanti, kalian jangan kaget kalo
kami selalu bersama setiap saat ”
Dan para santri itu semakin menyorak nyorak mereka berdua dan aisyah langsung
membentak mereka.
“Sudah hentikan lebih baik kalian masuk asrama gih ”
Tapi ada santriwati yang ngeyel
“Asrama atau asmara? ”
Lalu Aisyah langsung memarahinya.
“Ngelawan lagi nanti aku kasih tau abi baru tau rasa” lanjut aisyah.
“Iya2 kak aku akan pergi Assalamualaikum” (pergi sambil berlari mengejar teman2nya)
“Dasar bocah, astagfirullah”
Lalu rahman langsung menjawab “Namanya juga bocah, kau harus sabar aja ngehadepin
sikap dan perilakunya”.
Beberapa hari rahman melihat selembaran brosur beasiswa ke mesir dimeja aisyah dan
diapun menyakan kepada aisyah “Assalamualaikum aisyah apa kau berminat untuk mengejar
beasiswa ke Mesir? Maaf ya kalo aku lancang menanyakan ini kepada mu karna aku insya Allah
bisa membantu mu, gimana apa kau mau?”
Dan aisyah pun memikirkan pendapat rahman. Setelah beberapa hari Aisyah pun setuju
dengan pendapatnya. Dan mereka berempat pun berusaha menyelesaikan tes tersebut, setelah tes
sudah selesai aisyah merasa bimbang ia benar-benar takut kalau usahanya itu tidak diterima dan
keputusan masih belum diberitahikan. Akhirnya kontrak rahman pun selesai dan diapun sudah
menyelesaikan tugas dari bos tinggal menagih janji bisanya tersebut. Saat Rahman pergi semua
santriwan dan santriwati menangis karna kepergiannya begitu juga dengan Abi, Umi kak Khoirul
dan kak Fatimah sedangkan Aisyah hanya bisa membendung air matanya.
Dan ternyata bonus dari bosnya itu adalah tiket umroh untuk 7 orang, kenapa Rahman
ngebut banget untuk menangkan bonus itu karna dia ingin mengajak Aisyah dan keluarganya.
Dan Rahman pun kembali kepondok dengan membawa kabar baik dan Alhamdulillah Aisyah dan
keluarganya menerima tawaran itu. Lalu Aisyah bertanya pada Rahman mengenai beasiswa itu.
“Rahman apa aku tidak di terima ya, beasiswa itu?”
Dan Rahman menyemangatinya
“Jangan seperti itu kata almarhum ayahku bahwa jadi orang itu harus optimis, aku yakin kok
kamu pasti akan pergi kemesir untuk menyambung kuliahmu percayalah padaku.” sahut Rahman.
Dan Aisyah menganggukan kepalanya. Setelah 1 bulan merekapun berangkat ke baitullah
mekah untuk melaksanakan umroh. Setelah selesai tawaf Aisyah pun berkata pada rahma.
“Rahman soal ta’aruf itu aku menerimanya.” sahut aisyah
“Alhamdulillah makasih ya Aisyah”
Jadi Aisyah menerima lamaran Rahman setelah 1 tahun dan Aisyah menerimanya
dihadapan ka'bah. Dan itu adalah hadiah terindah bagi keluarga Aisyah dan hadiah terbaik bagi
Rahman. Mendengar kabar bahwa rahman sudah ta’aruf, itu membuat hati Sinta sangat senang
tapi tidak bagi Luqman. Walau perasaannya sudah luntur pada Aisyah tapi dia tetap tidak rela
Aisyah dengan yang lain.