Anda di halaman 1dari 5

LENTERA JINGGA

By:R.Jannah

Tik…tik…tik…

Tetesan air hujan masih setia melepas rindu dengan bumi.Awan hitam menggelayut manja pada
langit.Hitam pekat menyalami insan malam ini tanpa gerlapnya bintang dan rembulan.Derikan
jangkrik dan hewan malam lainnya membuat shympony merdu seolah bertasbih pada sang
pencipta.Sosok itu masih setia menikmati pekatnya malam dari balik buku jendela yang ia
buka,tanpa peduli dingin angin malam yang mulai menusuk.RASYEL ARKEANA SANJAYA ,gadis
cantik dengan sejuta lukanya.Keluarga,harta,fisik yang nyaris sempurna,siapapun yang melihat
pasti iri padanya.Apakah Rasyel bahagia?tidak. semua itu tidak membuatnya bahagia.

Dor..dor..dor…”Rasyel’’ gedoran serta pangilan itu membuat Rasyel menghentikan aktfitasnya.

“Kamu lagi belajarkan?Pastikan nilaimu tidak mengecewakan.” Tedengar suara langkah kaki yang
menjauh.Pertanyaan serta pernyataan dari Reno Sanjaya papa Rasyel ,mampu membuat Rasyel
menghela nafas pasrah.Inilah yang membuat Rasyel tidak bahagia.Dia selalu di tuntut untuk
menjadi sosok yang sempurna.

“Rasyel capek” batinnya pilu.Rasyel menghempaskan tubuhnya pada kasur king size yang ada
dikamarnya.Dia memejamkan matanya berharap segera masuk ke alam mimpi untuk melupakan
letih yang dilaluinya hari ini.

***
Pagi mulai menyapa dunia.Mentari tersenyum hangat pada semesta.Rasyel menuruni anak tangga
menuju ruang makan.

“Ya ampun anak mama pinter banget”sayup-sayup Rasyel mendengar mamanya sedang memuji.

’’Papa bangga sama kamu Andira”.Papa Menimpali dengan senyum yang mengembang.Sepertinya
Rasyel mulai paham dengan situasi yang sedang terjadi.Andira,adiknya pasti alasan mereka
tersenyum dipagi ini.

“Pagi semua.” Sapa Rasyel.

“Pagi Rasyel.” Hanya Raffel,abangnya yang menjawab sapaan Rasyel.Papa,mama dan adiknya
seolah tak peduli dengan keberadaan Rasyel.Niat Rasyel yang awalnya ingin bergabung sarapan
pun mendadak hilang menguap entah kemana.Iya, dia tau bahwa orangtuanya lebih sering
membanggakanAndira.

“Pa,ma Rasyel berangkat sekolah dulu ya.”Pamitnya pada orangtuanya.


“Ya sudah sana!,belajar yang benar.Jangan sampai memalukan keluarga.”ucap ayahnya.

“Lihat nih adik kamu,Andira.Bisa lolos olimpiade matematika tingkat provinsi.Harusnya kamu bisa
lebih dari Dira.Gak malu sama adik kamu?.” Bukannya ucapan semangat yang didapatkan
Rasyel,melainkan kata-kata pedas yang menusuk dari ke-2 orangtuanya.

“Maafin Rasyel ma,pa.” Ucapnya pelan.

“Harusnya kamuitu paham Rasyel,bawa dikeluarga kita ini tidak ada yang biasa-biasa aja.Lihat
abang kamu Raffel,kuliah sekaligus bisa bekerja di kantor dengan baik.Andira sering menangin
olimpiade tingkat nasional.Sedangkan kamu? jangankan oloimpiade tingkat nasional,seleksi
disekolah saja gak pernah lolos”. Papanya kembali menjatuhkan semangatnya.

“Tapi pa,Rasyel udah berusaha.” Rasyel berusaha memberi pengertian pada papanya.

“Usaha kamu bilang?Kamu itu lebih sering gambar hal yang gak jelas daripada belajar.Itu kamu
bilang usaha?”suara Reno Sanjaya meninggi.

“Cukup pa.Papa gak bisa maksain Rasyel seperti Andira.Rasyel udah berusaha,harusnya papa
menghargai,bukan menjatuhkan seperti ini!”. Raffel berdiri dan menjawab kata-kata pedas
papanya.Raffel tidak tahan melihat Rasyel dipojokkan oleh orang tuanya.

“Tapi Raffel….”

“Stop ma.” Potong Raffel sebelum mamanya meneruskan ucapannya.

“Rasyel,ayo kita berangkat.biar abang yang nganter kamu.”Ucap Raffel sembari menarik tangan
Rasyel untuk pergi.

“Kami pergi dulu ma,pa.”Pamit Raffel.

Raffel segera pergi dengan tangan yang masih menggenggam tangan mungil Rasyel.Sedangkan
Rasyel,menahan sesak yang kini menghimpit hatinya.Sakit.!!itu yang Rayel rasakan.

***
Malam kembali menyelimuti dunia,kali ini rembulan bersinar terang menampakkan
keelokannya.Goresan kuas pada kanvas itu semakin sempurna terlihat menjadi sebuah
seketsa.Senyum itu tidak luntur dari bibir mungilnya.Tangannya lincah menari di atas kanvas
putih.Dari jendela yang sengaja ia buka,semilir angin malam menyapa lembut wajah
cantiknya.Rasyel kembali melanjutkan hobinya,menyelam dan terhanyut dalam lukisan yang
sedang di tekuninya.

Cklek……suara knop pintu yang terbuka”Rasyel.”suara dingin bariton itu menarik Rasyel dari
dunianya.Sosok itu berjalan mendekat kearah Rasyel.Tangannya meraih kuas yang ada di
genggaman Rasyel.

“apa yang kamu kerjakan? Papa nyuruh kamu belajar.Bukan gambar kaya anak TK gini.Gak
berguna!!!!”ucap Reno papanya dengan suara tinggi.

“tapi pa,Rasyel pengen ngembangin bakat Rasyel.”jawab Rasyel dengan suara gemetar.
“bakat kamu bilang? Bakat yang papa mau itu seperti Andira,bukan gambar kaya anak TK. Pantas
saja kamu tidak pernah lulus seleksi olimpade seperti Andira,kamu tidak pernah serius belajar.Mau
jadi apa kamu nanti heh?” Reno meluapkannya emosinya.Egois,ya itu sikap Reno,apa yang menjadi
keinginannya harus terpenuhi.

“Pa!Rasyel memang gak pinter kaya Andira atau bang Raffel,Rasyel gak pernah menang ikut
olimpiade fisika atau yang lainnya.Bukannya Rasyel gak pernah belajar atau usaha,tapi pada
kenyataanya kemampuan Rasyel gak sampai pa.”jawab Rasyel dengan air mata yang sudah
membanjiri pipinya.

“Papa nyekolahin kamu di SMA favourite supaya kamu bisa melanjutkan bisnis papa sama
mama,bukan cuman jadi beban keluarga.”Reno semakin menaikkan oktaf bicaranya.

“Rasyel gak mau jadi pengusaha pa.!!” Rasyel menjawab dengan suara bergetar dan isakan yang
mengiringinya.

“Lalu kamu mau jadi apa? Pelukis? Ha? Ingat Rasyel! Di keluarga Sanjaya tidak pernah ada yang
menjadi pelukis.Kita ini keluarga terhormatdan dikenal sebagai keluarga pembisnis.”Reno
membentak dengan suara menggelegar.Tangannya terkepal erat,wajahnya merah padam, tanda ia
menahan emosi yang ada didadanya.Reno sangat marah melihat putrinya lebih memilih hobbinya
melukis daripada fokus belajar seperti aturannya.

“Pa…papa lihat ini,Rasyel dapet juara 1 lomba melukis tingkat naisonal.”Ucap Rasyel
menunjukkan piagamnya pada papanya.

“Nasional loh pa,bahkan Andira saja baru lolos tingkat provinsi.”Lanjut Rasyel meyakinkan
papanya.Rasyel mengucapkannya dengan terbata-bata dan senyum yang diiringi dengan air mata.

“Papa gak pernah beharap kamu menjadi juara melukis Rasyel.gak berguna!!!Sampai kapan pun
papa gak pernah izinin kamu buat jadi pelukis.”Tegas Reno sekali lagi.Tak peduli seberapa besar
usaha Rasyel membujuk Reno, semuanya sia-sia.

Reno mengambil semua alat lukis Rasyel dan membawanya menuju halaman belakang.

“Pa! mau dibawa kemana alat-alat lukis Rasyel?” Tanya Rasyel panik.

Reno tetap diam seolah menulikan pendengarannya dan terus berjalan menuju halaman.Rasyel pun
mengejar papanya dan berusaha untuk merebut kembali alat-alat lukisnya.Namun,tenaganya kalah
kuat,dia juga sudah lelah karena menangis sedari tadi.Sesampainya dihalaman,Reno membuang
semuanya lelu menyiramnya dengan bensin.So,kita sudah bisa menebak apa yang akan dilakukan
Reno.Ya,Reno membakar semua alat-alat lukis itu.Rasyel yang melihat kejadiaan itu terduduk
lemas,ia seperti kehilangan tenaganya.Tulang-tulangnya seolah tak mampu menopang badannya.Air
mata kembali mengalir deras.Isakan kecilnya berubah menjadi tangisan pilu.Reno pergi begitu saja
tanpa mempedulikan putrinya.Sesak! dada Rasyel seperti terhimpit jutaan ton material.

“Rasyel,kamu kenapa dek?” Tanya Raffel langsung berhambur memeluk adiknya.Raffel yang baru
saja pulang dari kuliah mendengar isakan adiknya segera berlari menuju sumber suara itu berasal.
“Kenapa dek?Bilang sama abang.”Ulangi Raffel yang tampak khawatir dengan kadaan
adiknya.Rasyel mengangkat wajahnya,Raffel dapat melihat wajah sembab Rasyel dengan ke-2 mata
bengkak dan terlihat acak-acakan.

“Pa..pa..papa bb..bb..bakar alat lukis Rasyel.” Jawab Rasyel terbata-bata diantara isaknya.Raffel
langsung menarik Rasyel kedekapannya,ia paham dengan apa yang dirasakan adiknya.

“Udah ya dek,jangan nangis lagi.Kamu gak boleh lemah.Kamu harus tunjukin ke papa sama mama
kalau kamu juga bisa jadi orang sukses dengan menjadi pelukis bukan pembisnis.”Raffel berusaha
menenangkan Rasyel.Tangannya mengelus puncuk kepala Rasyel berharap dapat menyalurkan
sugesti nyaman.

“Tapi bang,kata papa,Rasyel Cuma jadi beban keluarga.Papa selalu bandingin Rasyel dengan
Andira.seolah-olah Andira rembulan yang bersinar terang digelapnya malam.” Rasyel
menumpahkan apa yang ada dibenaknya.

“Ssttt…. Gak gitu dek,kamu bukan beban keluarga.Kamu juga kebanggan keluarga terutama
kebanggaan abang.Kalau kamu berfikir Andira itu rembulan dimalam hari,bagi abang kamu itu
lentera.Dia juga bersinar meski tidak seterang rembulan.Tapi kamu tau Rasyel lentera punya cara
sendiri untuk bersinar tidak sepeti rembulan yang bersinar karna bantuan lainnya.Lentera juga
sederhana namun berarti.Kamu harus bisa menghidupkan lentera itu.”Raffel terus menyemangati
adiknya.Dia tau Rasyel punya jalan sendiri untuk masa depannya.

“Abang janji Rasyel,abang bakal selalu ada buat lentera itu hidup.” Ucap Raffel mantap.Rasyel
yang mendengar itupun tersenyum,dia percaya bahwa ia pasti bisa menggapai apa yang
diinginkannya.

***
Hari bergnti minggu, minggu berganti bulan.dan bulan berganti tahun. Waktu berjalan begitu
cepat.Rasyel menjalani hari-harinya seperti biasa.Jangan kalian fikir Rasyel berhenti melukis.Dia
tetap menghasilkan karya-karya lukisan yg estetich,ya pastinya tanpa sepengetahuan orang
tuanya.Rasyel dengan bantun Raffel semakin tekenal dengan karya lukisannya.

Hari minggu hari libur bagi orang tua Rasyel. Reno bersantai didepan televisi, sembari menikmati
secangkir kopi dan ditemani sang istri,Anita Sanjaya.Mereka melihat siaran yang beredar
ditelevisi.Perhatian mereka teralihkan pada sebuah berita“ PELUKIS MUDA YANG MAMPU
MENGHASILAKAN KARYA SENILAI 3,5 MILYAR.” Disana nama Rasyel Arkeana Sanjaya serta
fotonya terpampang jelas.

“Itu Rasyel pa?”Tanya mamanya.

“Iya ma itu Rasyel.Terlalu anak itu diam-diam masih melukis.” Ucap papanya geram.

“Sepertinya kita terlalu keras deh pa sama Rasyel.Kita terlalu memaksakan kehendak Rasyel utuk
mengikuti apa kemauan kita.Lihat Rasyel sekarang mampu menunjukkan kepada kita bahwa dia
bisa berprestasi seperti Andira dan Raffel dengan caranya sendiri.Padahal pa kita gak pernah ngasih
dukungan buat dia.Tapi dia bisa bangkit dan menjadi seperti ini.Bahkan rasyel tidak pernah
memberi tau kita secara langsung tentang prestasinya.” Anita sepertinya mulai sadar dengan
kesalahannya selama ini

“Tapi ma,dikeluarga Sanjaya gak ada yang menjadi pelukis.Semua pengusaha.” Reno masih saja
teguh dengan pendiriannya.

“Pa! Kita gak bisa terus-terusan maksain Rasyel,tolong pa lihat Rasyel dengan segala usahanya.”
Ucap Anita dengan airmata yang sudah mulai menetes.

“Baiklah ma,papa akan dukung segala hobby Rasyel dalam hal melukis.” Reno akhirnya mengalah
juga.Jujur dalam lubuk hatinya terdalam Reno merasa bangga dengan Rasyel yang mampu menjadi
hebat dengan caranya sendiri.

“Pagi ma,pa” sapa Rasyel.Reno dan Anita yang hafal dengan suara itu langsung menoleh.Anita
segera menghambur untuk memeluk Rasyel

“Maafin mama Rasyel..” sesalnya dengan menangis.

“Mama kenapa?” tanya Rasyel kebingungan.

“Mama jahat banget ya nak sama kamu? Selalu nuntut kamu buat seperti yang lain.Padahal kamu
lebih hebat saat menjadi diri kamu sendiri.Maaf ya Rasyel selama ini mama gak pernah dukung
hobby kamu untuk menjadi pelukis.” Anita masih menangis sembari memeluk Rasyel.Rasyel yang
mendengar itu tersenyum bahagia akhirnya orangtuanya sadar bahwa dia punya cara lain untuk
menjadi hebat.

“Papa juga minta maaf Rasyel” Suara baritone itu mengalihkan perhatian Rasyel.Apa maaf?
Seorang Reno meminta maaf? Rasyel hampir tidak percaya dengan ini semua.

“Papa minta maaf karena selama ini terlalu keras dengan kamu.Terlalu memaksakan keinginan
papa.Papa selalu egois.Mulai saat ini apapun keinginan kamu papa akan mendukung sepenuhnya.”
Ucap papanya kini lebih hangat.Senyumnya pun terbit diwajahnya.Reno berjalan mendekat kearah
Rasyel kemudian memeluk dan mencium puncak kepala Rasyel.

“Kami bangga pada mu Rasyel.” Ucap ke-2 orangtuanya.

Tidak ada lagi yang bisa diucapkan Rasyel.Air mata lah yang menjelaskan semuanya.Namun,kali
ini bukan air mata luka,melainkan air mata bahagia.Tidak ada yang sia-sia didunia ini,jika kita mau
berusaha

Lentera itu telah menyala,setelah sekian lama dan banyak angin


yang mematikannya.lentera itu kini menebarkan cahaya untuk
menyinari disekitarnya.lentera itu masih sederhana namun dapat
berarti untuk yang mengerti akan maknanya.kini lentera berwarna
jingga itu menyala begitu indah menembus pekatnya malam.

Anda mungkin juga menyukai