Anda di halaman 1dari 13

"Mimpi adalah kunci 

untuk kita menaklukan dunia 


Berlarilah tanpa lelah
Sampai engkau meraihnya
Laskar pelangi
Tak kan terikat waktu...."

 Suara musik yang mengalun dari speaker di teras memperhatikan seorang gadis kecil
yang sedang bermain di halaman rumahnya, rumah itu berada di sebuah pemukiman
yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan karena letaknya yang berada di pulau kecil di
ujung Indonesia yakni pulau Weh. 
 Gadis kecil itu tinggal bersama keluarganya para peneliti yang telah mendalami Laut
Andaman selama beberapa tahun, dan para pejuang negara yang setia menjaga batas
negaranya. 

Saat malam tiba pemukiman itu akan ramai oleh suara anak anak yang mengaji di
masjid, para bapak bapak yang sedang ngopi bareng dan para ibu yang sedang
berkumpul menunggu anak anaknya pulang mengaji.

Hari ini minggu, hari libur yang sangat di tunggu oleh anak anak desa.
Tapi, berbeda dengan Alvreya ia tak tertarik untuk bermain bersama teman temannya.
Ia dari pagi buta sudah pergi ke dermaga dan naik kapal ke kota provinsi untuk
mengunjungi ibunya. Dari kemarin ibunya belum pulang karena harus menyerahkan
laporan penelitian ke laboratorium pusat. 

Ia tiba di dermaga pukul 08.00 setelah menempuh perjalan laut sekitar 1 jam 30 menit.
Saat turun dari kapal Rea langsung mencari angkutan umum ke kota provinsi bagian
selatan. Di perjalanan ia melihat gedung gedung tinggi pencakar langit yang di bangun
dengan sangat kokoh, pabrik pabrik yang mengeluarkan asap dan bangunan sekolah
yang sepi karena ini hari libur.

  Dia membayangkan bagaimana nanti ia akan sekolah di kota provinsi, karena di


pemukiman rumahnya hanya ada SD dan sekolah agama jadi para penduduk desa
yang ingin melanjutkan sekolah harus pergi ke kota provinsi dan mereka akan pulang
sebulan sekali saat libur. Walau itu takan pernah terjadi.

Tak terasa angkutan pun berhenti. Ia telah sampai di bagian selatan, dan langsung
menuju ke laboratorium pusat untuk bertemu dengan ibunya. 
Saat tiba di sana banyak sekali tentara yang hilir mudik menjaga tempat itu karena itu
tempat yang sangat vital bagi Negara. 
 " Hallo Om..." sapa rea
" Oh hai Dik, apa kamu mau menemui ibumu?? Kalo begitu mari Om antar ke dalam."
Jawab Om tentra itu.
Rea pun tersenyum senang, Om tentara yang tadi ia sapa adalah teman ibunya saat
SMA dan rekan papanya. Om  Davin namanya, Om itu juga sering datang ke rumah
Rea sekadar ngopi bersama Papa dan ibunya sambil bernostalgia. Papa Rea adalah
seorang tentara dengan pangkat Kolonel yang di tempatkan di luar negeri untuk
membantu PBB.

Tak lama kemudian Rea tiba di sebuah ruangan dengan pintu geser yang terbuat dari
kaca setebal 2cm saat masuk Rea di suguhkan dengan bau herbal khas Indonesia
seperti pala, cengkih, Sereh dan jahe yang menguar dari kafetaria di sebrangnya. Tapi,
Rea tidak datang untuk pergi ke kafetaria dan menikamati minuman khas itu. Karena
Rea datang dengan tujuan pintu di sebrang kafetaria yang mana, di pintu itu sudah
tertulis nama seorang bidadari bagi Rea dan Papanya.
" Roselina Ayaka Senja" Ucap Rea 
Ia pun menekan bel yang berada di samping pintu, tak lama kemudian sosok wanita
cantik berambut panjang membuka pintu itu, ia menatap Rea dengan tatapan yang
sangat lembut. Perempuan itu tersenyum tipis dan langsung memeluk Rea
"Ah Sayang kenapa kamu di sini??" Tanya Rose.

Rose memeluk Rea dengan sangat erat walaupun ia penasaran kenapa Rea disini tapi
rasa cinta seorang ibu pada anaknya takan bisa berbohong. Ia lebih merindukan
anaknya daripada rasa penasarannya.

"Aww Buuu inii engapp... lepasinn dulu baru Rea cerita..!!" Ucap Rea

Rose yang menyadari anaknya itu kesulitan karena tingkahnyapun melepaskan


pelukannya. 
Mereka berjalan ke kafetaria dan memesan makanan karean Rea yang pergi pagi buta
dari rumah belum sempat sarapan. 

 Mereka melahap makanan dengan senang, di meja pojok yang memiliki view
menghadap ke laut lepas.
"Bu Rea kesini tu mau cerita sama Ibu soal sesuatu. Tapi, Rea sebenernya juga kangen
si sama Ibu, soalnya Ibu gak pulang dari kemaren" Tutur Rea.
"Wow Rea mau cerita sama Ibu?? Ibu Seneng deh Rea mau cerita apa??" Jawab Rose
" Ibu tau gak, kan Rea main di pesisir utara yaa trus Rea nemuin kayak peti harta
karun kan.."

Cerita berlanjut Rea yang menemukan peti harta karun di pesisir utara tak bisa
menahan rasa penasaranya. Ia membuka peti itu dan tampaklah sebuah radio rusak
dan buku buku yang dari penmpilannya sudah pasti buku itu mengalami perjalanan
yang sangat jauh dan menantang.
Ia membuaka buku itu dan membacanya tapi, ia tak mengerti satu katapun yang telah
ia baca.
 "Jadii gitu buu Rea ke sini biar Ibu bisa bantu Rea. Soalnya Rea penasaran banget ini
tuu buku apaan."
"Ouh jadi gitu. Yaudah sini bukunya ibu bantu bacakan." Ucap Rose
Rea menyodorkan buku temuannya itu dan saat itulah rahasia besar terungkap oleh
seorang gadis kecil. Rose yang sangat terkejut akhirnya tak menceritakan apa
sebenarnya isi dari buku itu tapi ia malah menceritakan kisah seorang yang telah
mengelilingi dunia dan mengungkap apa yang ada di dalamnya yakni IBNU
BATUTAH.

  Kring... ring... ring... suara jam beker memekakan telinga Alvreya yang kini telah
berusia 17 tahun bangun dari tidurnya, dan menoleh ke arah jam untuk mematikannya.
Ia baru saja bermimpi tentang ibunya lagiii....
Sudah 6 tahun sejak kematian Ibunya dan Rea selalu mengenangnya. Tapi akhir akhir
ini ia selalu bermimpi tentang Ibunya. Dan tiba tiba suara bariton yang khas terdengar
dari depan pintu.
"Rea.. Reaa.. kamu sudah bangun?? Kalo sudah, mandi dan turunlah. Papa udah
nyiapin sarapan buat kamu Rea.."
"Iyaa paa" balas Rea

Rea kini tak lagi hidup di pulau Weh. Ia sedang menempunh pendidikan SMA di salah
satu kota paling sibuk di dunia yakni New york. Setelah kematian ibunya, Papanya
pensiun dari militer dan memilih untuk berbisnis melanjutkan usaha kakeknya. Dan
disini perjalnan Rea di mulai...

Sinar mentari pagi menembus tirai, menghantarkan rasa hangatnya kehidupan, burung
berkicau merdu melantunkan lagu sayhdu, hiruk pikuk orang yang berjalan bolak
balik terdengar ramai.

Seorang remaja cantik bernetra biru, dengan hidung kecil nan mancung, dihiasai
rambut cokelat panjang yang terurai, sedang merapikan pakaiannya di depan cermin.
Wajahnya adalah wajah khas orang asia blasteran eropa dengan alis tebal nan rapi dan
badan tinggi yang ramping. Ia mewarisi garis keras orang asia dari papnya dan ciri
khas eropa dari mamahnya.

Ini Senin, hari semua aktivitas di mulai. Saat ini di jam yang paling sibuk di kota,
disaat semua mulai berangkata bekerja, Rea sedang asyik menyantap sarapan bersama
papanya, dengan di bumbui percakan ringan seperti biasa.

"Reaa...?"tanya papanya
"Emmm.." balas Rea
" Gimana sekolahnya, kamu suka?? Kamu kan udah 2 th di sini. Tahun ini kamu lulus
kan?" Tutur papa.
Rea melirik papanya sambil tersenyum. 
"Rea suka kok, papa tenang aja. Rea juga punya temen yang baik banget sama Rea,
dan iya juga yah gak kerasa udah mau lulus aja". Ucap Rea

Ditengah percakan Rea yang menceritakan kesehariannya di sekolah. Papanya


memperhatikan Rea dengan senyum yang sangat lembut. Setelah kematian Ibunya
hubungan Rea dan papanya menjadi renggang untuk beberapa saat  karena papanya
yang merasa bersalah kepada Rea bingung harus melakukan apa untuk menggantikan
ke kosongan ibunya. Ia seorang tentara yang ditugaskan di luar negeri tak dapat
berbuat banyak. Ia sudah meminta izin untuk pemindahan tugas tapi apa daya itu tidak
di ACC oleh atasannya. Ia hanya bisa menghubungi Rea lebih sering agar Rea tak
merasa kesepian tanpa sosok ibunya. Tapi Rea bukanlah gadis yang lugu dan lemah ia
adalah gadis yang tangguh. 

5 tahun lalu
Saat ini Rea sedang menumpang pesawat class bisnis dengan rute penerbangan dari
Airport Sultan Iskandar Muda ke Denpasar-Bali. Di dalam burung besi yang sedang
terbang, dari jendela Rea dapat melihat di bawah sana terhampar pulau pulau kecil
yang teramat indah bak daun teratai yang mengapung di atas air. Air laut yang bersih
dan tenang di lapisi oleh hamparan awan putih terhampar dari tempat Rea
memandang.
1 jam kemudian pesawat pun mendarat di Bandar Udara Ngurah rai Bali. Rea turun
dari pesawat bersama penumpang lainnya, ia pun diarahkan terlebih dahulu oleh
petugas untuk mengambil kopernya. Setelah mengambil koper Rea berjalan menuju
Lobi dan saat keluar uncelnya telah menunggu dengan mobil jip mercy
kebanggaannya. Mereka saling sapa dan berpelukan untuk melepas rindu. Uncel
Halim adalah seorang pebisnis di bidang kuliner dan pariwisata di bali ia punya
beberapa resort dan mengelola jasa tour and travel. 

Di mobil selama perjalan Rea dan Om Halim melakukan percakapan ringan. Om


Halim adalah adik papa Rea dia juga sering datang ke rumah Rea di pulau Weh
apalagi saat ada pertemuan bisnis di sana. Om Halim memberitahukan beberapa
tempat yang asyik untuk bertamasya di Bali siapa tau Rea bosan dan ingin bermain
Rea bisa mengunjungi tempat tempat ituu...
" Rea kalo kamu bosan , kamu bisa datang ke pantai Sanur buat liat sunset, yahh..
walaupun nanti di rumah juga bisa sii liat  sunset atau gak kamu juga bisa naik ATV
di pantai Kramas". Ucap Halim
"Wow... kayaknya seru nanti Rea coba deh om," jawab Rea
"Kamu kalo butuh apa apa bilang aja sama Om .. om punya segalanya kok....
Kecualii...."
"Kecuali...???" Tanya Rea
"Kecuali kalo Om lagi gk punya Uang hahahah..." timbal Halim sambil tertawa lebar. 
"Dasar bapak bapak jokes nya aneh". Batin Rea
Rea hanya tersenyum melihat Uncelnya yang tertawa.

Mobil pun berhenti ternyata Rea sudah tiba di Rumah Om Halim. Tapi saat Rea turun
ia tak melihat bangunan yang mirip rumah ia malah melihat dengan amat jelas papan
baliho yang bertuliskan "Wellcome to Halim Resort" ternyata itu adalah salah satu
bentuk usaha om halim dan rumah nya juga terhubung dengan resort itu. Rea yang tak
menyangka Unclenya yang selama ini ia lihat sebagai bapak bapak tukang lawak
ternyata juga bisa punya usaha yang lumayan besar kata kata "Dont look at the cover"
memang benar. 
Rea di antar oleh para pegawai om Halim  ke kamarnya. Kamarnya terletak di bagian
Private di belakang resort. 
Setelah Rea membereskan barang barangnya Rea pun pergi ke kamar mandi untuk
membersihkan badan dan keluar untuk makan. Ia makan bersama para tamu di kitchen
resort. Saat malam sudah larut Rea merebahkan badanya sambil membayangkan
betapa lelah dan menyenangkannya hari ini. Perjalanan naik pesawat dari Aceh ke
Bali yang membuatnya pegal pegal telah tergantikan oleh hangatnya peluk Om Halim
saat di bandara yang menyambut Rea denagn semangat. Perlahan mata Rea tertutup ia
tidur dengan sangat pulas di iringi bintang bintang yang menggantung di langit Bali
dan suara deburan ombak pantai Jimbaran.

Suara Ombak berdebur yang saling menggulung di ikuti kicau burung dan angin pagi
yang sejuk.
Rea perlahan membuka matanya ia melihat ke sekelilingnya rasa yang berbeda dari
biasanya ah, ia lupa sekarang rumahnya bukan lagi di pualu Weh. Kini ia tinggal di
Bali Rea keluar dari kamarnya dan berjalan ke Kitchen untuk makan. Para pegawai
menyapa Rea.
"Pagi nona kecil" Sapa para pegawai
"Ahh.. pagiii semua".  Jawab Rea. 
Orang orang disini benar benar ramah, mereka sangat bersemangat. Rea menghampiri
pak koki untuk meminta makan, ia ingin makan di kamar. 
Setelah selesai sarapan Rea mulai merasa bosan dan ia teringat perkatanan om Halim
tentang tempat tempat menarik di Bali. Ia pun mandi dan bersiap siap lalu pergi
menemui om Halim untuk meminjam motor. Lalu perjalanan pun di mulai, Rea tak
tahu apa yang akan ia temui kini akan sangat membantunya nanti.

Kini Rea sedang mengendarai motor vespa matic abu abu kesayangannya, ia
berencana untuk mengunjungi beberapa tempat wisata sekadar mengusir jenuh. 
Ia akan pergi ke karma beach. Perjalan ke sana dari Jimbaran memakan waktu sekitar
30 menit, saat tiba di sana ia dapat melihat hamaparan pasir putih yang mempesona.
Hari mulai siang cuaca di sini sedang panas panasnya Rea juga mulai lapar ia pun
mencari warung terlebih dulu untuk makan.
Saat sedang makan ternyata ada dua orang pemuda yang tengah mengamati Rea
mereka perlahan lahan medekat sambil membawa gitar dan kaleng kue kosong, yap
mereka adalah pengamen. Pengamen itu menyanyikan lagu Sore Tugu pancoran karya
iwan fals.

"Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu


Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu
Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu
Dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepal
Cepat langkah waktu pagi menunggu
Si budi sibuk siapkan buku
Tugas dari sekolah selesai setengah
Sanggupkah si budi diam di dua sisi"
Alunan melodi melodi yang menggetarkan hati di padukan suara serak khas penyayi
jalanan membuat siang itu terasa sangat santai. Rea memebrikan tip 10ribu rupiah
untuk para pengamen itu. Dan setelah Rea selesai makan ia pun berjalan ke tempat
parkir namun bruk... ada sesuatu yang menabrak hingga ia jatuh..
"Awww" ringis Rea
Saat ia sadar dompet nya sudah hilang di curi orang tapi, ia masih sempat melihat
orang itu
"Heyyy berhentiii dasar maling.." teriak Rea
Teriakan Rea yang sangat keras menarik perhatian warga sekitar, warga pun mulai
berlarian membatu mengejar maling ituu. 3,4,5,10 menit berlalu Rea hanya bisa
menangis kehilangan dompetnya disana ada barang yang sangat berharga baginya.
Warga desa yang mengejar maling itu satu persatu kembali namun nahas tak ada satu
pun yang berhasil menemukannya. Rea hanya bisa tertunduk lemas salah seorang ibu
ibu membantu untuk menenangkan Rea. Mungkin ini adalah hal yang harus ia
ikhlaskan, setelah situasi mulai tenang Rea pun pamit kepada Ibu itu untuk kemabli
pulang, untungnya kunci motor yang berada di saku celannya masih ada. 

Rea kembali mengendarai vespa metic itu dengan hati kacau, ia menepi sebentar
untuk menenangkan diri terlebih dulu, Rea masuk ke salah satu pantai kecil di
kawasan itu dan melihat sebuah ayunan, Rea mendekati ayunana itu mematikan
motornya turun lalu duduk di atas ayunan sambil melamun. Ia bingung apa yang harus
ia lakukan, tak apa jika uang, dan Atm nya hilang ia bisa mencarinya lagi.. tapi, di
sana ada foto keluarga mereka. Itu adalah satu satunya foto mereka bertiga bersama di
tengah kesibukan ayahnya yang selalau bekerja di tempat yang jauh dan ibunya yang
sibuk meneliti, selembar foto itu adalah harta yang sangat berharga apalagi sekarang
ia takan bisa bertemu ibunya lagii...

Saat sedang melamun Rea di kagetkan dengan suara bass milik seorang laki laki yang
ternyata telah memerhatikannya dari tadi.
"Jangan menangis. Masa anak cantik menangis nanti cantiknya ilang loh.."
Rea yang mendengar itu langsung mencari dari mana asal suara itu, saat ia menoleh ke
belakang tampaklah laki laki tangguh berbadan tinggi, rambutnya ikal dan di ikat
kuncir kuda. Kulitnya sawo matang ia tersenyum kepada Rea dan terlihat deretan gigi
putih denagn gingsulnya. 
"Siapa.." tanya Rea
Laki laki itu bukannya menjawab ia malah menghampiri Rea, dan menyodorkan
dompet kecil berwarna biru kepadanya. Rea terkejut itu kan dompetnya yang hilang,
rea mendongkak melihat ke arah laki laki yang hanya bisa tersenyum itu. Rea berdiri
dan refleks memeluk laki laki itu. Saat sadar bahwa kelakunnya sanagat tak pantas
Rea pun melepaskan pelukannya.
"Ah, maaf.. aku benar benar minta maaf..." tutur Rea
Laki laki itu hanya diam.
"Emmm.. terimakasii telah menemukan dompet ku.. aku benar benar bersyukur om
menemukannya" lanjut Rea.
"Om". Tanya lelaki itu lalu dia tertawa tak menyangka ternyata ia lebih mirip Om om
dari pada pangeran berkuda.
" Hey santai saja berbicara ama gue. Gue menerima rasa terima kasih lo itu, tapi gue
bukan om om, jadi jangan panggilgue Om aku masih muda" tutur lelaki itu.
"Ouh maaf. Kalo begitu siapa namamu?" Balas Rea.

I Made Hanraka jalaluddin


Itu namanya, seorang remaja SMA dengan ras campuran Bali Sunda, umurnya 3 tahun
lebih tua dari Rea ia tinggal di Jimbaran daerah yang sama dengan Rea. 
"Panggil gue Raka" ucapnya
"Okee Raka, sekali lagi makasi banyak ya udah bantuin." Ucap Rea
" Udah gue bilang sans aja kali". Balas Raka
Hari mulai sore dan Rea sudah bersiap untuk pulang ia mengucapakan Terimkasih
untuk sekian kalinya dan selamat tinggal kepada Raka.
 Rea menghentikan motornya, waktu menunjukan pukul 19.00 sudah lumayan malam,
dan Rea baru pulang. Ia masuk ke dalam resort dan  tepat di belokan depan pintu
kamar Rea Om Halim telah menunggunya, Om Halim menanyakan kemana saja Rea
seharian ini. Rea menceritakan apa yang telah ia alami di mulai dengan rasa senang
ketika berkeliling bali dan duka saat dompetnya dicuri. Setelah mendengar cerita Rea
Om Halim pun menyuruh Rea untuk segera istirahat. 
Rea masuk ke kamarnya ia langsung mandi dan makan, makanan itu telah Om Halim
sediakan saat Rea masih mandi. Rea merebahkan badannya di kasur dan perlahan
menutup matanya.

Ke esokan paginya saat Rea sarapan seseorang menyapanya


"Hi".
Suara yang tak asing di telinga Rea, dan benar saja saat ia menoleh terlihat sosok Raka
yang tengah membawa nampan makanan. Rea membelalakan matanya karena kaget,
dan Raka hanya nyengir tak berdosa.
"Raka... kok kamuuu bisa di sini??". Tanya Rea
"Hehee... gimana ya kan gue pernah bilang sama lo, rumah gue di Jimbaran." Balas
Raka
"Iyaa tau tapi gak nyangka aja kok bisa di sini gituuu??" Timbal Rea
Mereka pun berbincang santai sambil sarapan.
Tiba tiba muncul ide di benak Raka 
"Rea lo bisa jet ski gak?" Tanya Raka
"Eumm bisa sii tapi blom lancar bangett". Jawab Rea
"Widiiihh... lo beneran bisaa..? Emm..gimana kalo kita tanding, balapan jet ski yuk?"
Seru Raka
"Hah?, ehhh lo gilaa ya, kan gue bilang cuman bisa dikitt..." timbal Rea
"Elahh.. kalo takut bulang ajaa" pancing Raka
Rea tak habis pikir dengan Raka kelukannya sangat sangat random, karean tak terima
di remehkan seperti itu Rea pun meng iya kan ajakan Raka.
Mereka pun pergi ke dermaga untuk naik jet ski

Dua remaja itu sampai di dermaga, mereka langsung  menghampiri jet ski yang telah
terparkir di tempatnya, mereka naik ke jet ski itu dan menentukan rute balapan, Rute
balapan di mulai dari tempat  batu karang kecil berada, lalu memutari batu karang
besar di tengah laut dan belok kanan menuju mercusuar  sebagai titik finishnya. 
1..
2..
3..
Dorrr....
Suara tembakan kosong terdengar di langit langit pantai Jimbaran. Mereka memacu jet
ski nya dengan sangat cepat... melewati batuan karang yang telah di tetapkan sebagai
rute balapan, rea memimpin di ikuti raka yang kelihatannya sangat kesal ingin segera
menyusul rea, rea pun hampir sampai di batu karang besar titik tengah balapan, ia
hanya harus memutari batu karang itu sebanyak tiga kali. 
Tapi, saat ia memutari batu karang itu Raka menyusul dengan teknik jet ski nya yang
lebih unggul ia menyerepet rea dan langsung berbelok tajam ke kanan melaju
meninggalkan rea yang terpelongo melihat teknik jet ski nya, dan di sini
pemenangpun telah di tentukan Raka menang dengan  selisih waktu 0,8 detik lebih
cepat dari Rea.
"Yaaa....  sudah kudugaaa... pasti aku yang menang... hahah". Seru Raka  dengan
bangganya
" hadehhh... gitu aja bangga, awas lo nanti gue yang menang.." . Balas Rea.
"Nyeneyene...". Cibir Raka
"Berisik...". Timbal Rea
Raka pun mnyenggol jet ski Rea hingga Rea jauth ke laut, Rea yang marah pun
langsung berenang ke tepi dan mengejar Raka yang telah meninggal kannya di laut. 
"Rakaa....". Seru Rea
Raka yang mendengar suara itu langsung lari menjauhi Rea...

Setelah balapan Jet ski yang melelahkan bersama raka, rea merasa hari ini sangat
menyenangkan. Ia memandangi bintang bintang di langit bali dari balkon kamarnya.
Menutup tirai dan terlelap tidur.

Rutinitas rea di Bali tak banyak berubah setiap harinya, ia tidak sekolah seperti anak
lainnya melainkan home schooling. Dan setelah selesai  sekolah ia akan main bersama
raka dan teman temanya di pantai sekadar bermain volly, atau hanya mengobrol. 

11 bulan kemudian....
Saat ini Rea sedang melamun di ayunan di tepi pantai jimbaran. Ia sedang melihat
sunset yang begitu menawan memamerkan indahnya warna senja yang memanjakan
mata, di iringi angin sepoi sepoi sungguh memanjakan hati. Tiba tiba dering telpon
menyadarkannya, ia melihat sekilas penselnya, terpampanglah  nama Om Halim di
sana Rea pun menjawab telpon itu
"Rea kamu di mana" tanya Om Halim.
"Rea di pantai Om lagi maen ayunan, kenapa??" Timabl Rea.
"Sinii.. cepet pulang Om punya suprise buat kamu." Balas Om Halim. 
Telpon pun dimatikan oleh om Halim
Suprise?? Rea bertanya tanya memangnya apa yang terjadi atau ada apa hari ini
kenapa tiba tiba om Halim menyiapkan suprise untuknyaa...
Setelah mendengar itu Rea pun langsung pulang ke resort untuk bertemu Om Halim.
Disana Bukannya mendapat jawaban Rea malah langsung di tarik untuk naik mobil,
rea bertanya mau kemana mereka?? Om Halim bilang mereka akan ke bandara untuk
mengambil suprise Rea, di benaknya Rea bertanya tanya barang apa itu sampai
sampai dia harus pergi ke Bandara untuk mengambilnya.
Tiba di bandara Rea menunggu di kursi tunggu penjemputan bersama om Halim, tapi
apa yang mereka tunggu tak kunjung datang. Sampai Tiba tiba ada tangan yang
memeluk Rea dari belakang, pelukan itu hangat, dia memakai baju tentara AD, dan
tiba tiba Rea mencium bau parfume yang sanagt familiar di hidungnya. Seketika tanpa
mengatakan apa apa air mata Rea turun dari tempatnya ia menangis, ia berbalik dan
langsung membalas pelukan orang itu.
Orang itu menenangkan Rea agar tidak menangis. Dan kata kata pertama Rea
untuknya adalah
"Selamat datang, Rea rindu Papa." Sapa Rea
Orang itu hanya bisa tersenyum getir, sambil mengusap pucuk kepala Rea.
"Papa juga sangatttt merinduka mu Rea." Ucapnya.

Ternyata, barang yang sangat di tunggu oleh Om Halim sebagai suprise bagi Rea
buakanlah barang biasa, bahkan itu buakn barang, itu adalah orang, seseorang yang
paling berharaga setelah kematian ibu nya. Orang itu papanya Rea.

GALA ALVAROZI RAIZEN nama dengan tulisan capslock tersemat di dada


berseragam hijau itu. Gagah, tinggi, dengan kulit kuning langsat, mata cokelat hazel
terang, hidung mancung, rambut rapi di hiasi baret tentara dan senyuman yang sangat
manis. Dia papa Rea seorang kolonel TNI AD yang di tugaskan di luar negeri untuk
menjalani misi perdamaian dari PBB. 

Malam ini mereka dinner dengan menu super mewah di atas speed boat, untuk
menyambut kedatangan Gala. Dan malam itu juga pernyataan Gala membuat Rea
menangis sejadi jadinya seperti anak kecil. Di tengah bintang bintang di langit dan air
laut yang tenanag, di atas speed boat milik Om Halim, Gala mencurahkan seluruh isi
hatinya untuk pertama kalinya, seorang kolonel yang tegas dan dingin di medan
tempur ternyata sangat rapuh jika sudah berurusan dengan anaknya. Gala meminta
maaf kepada Rea karena trlah minggalkannya untuk waktu yang lama, meminta maaf
karena tak bisa menemaninya setelah kepergian ibunya, meminta maaf karena ia telah
gagal sebagai seorang ayah untuk Rea.
"Maafkan papa Rea". Ucap Gala
Rea yang mendengar itu tak bisa menahan air matanya ia menangis dan langsung
memeluk papanya, 
"Nggak pa..., nggak...Papa gak usah minta maaf, papa udah berusaha semampu papa,
papa adalah terbaik buat Rea buat mama, papa gk gagal, Rea sayang papa." Balas rea
sambil terisk.
Hala yang mendengar itu tersenyum, ia sangat berterimakasih karena telah di karuniai
Seorang Putri yang sangatt baik.
Setelah kejadian malam itu hubungan Rea dan Papanya menjadi lebih baik, mereka
sering pergi mengahbiskan maktu bersama sekadar bermain, olahraga, belanja, dan
makan. Gala juga tak meninggalkan rutinitasnya untuk melatih fisiknya walau sedang
cuti. Ia selali berolahraga setiap pagi dan sore, dan itu sangat menarik perhatian Rea.
Rea yang juga ingin memiliki kemampuan bertarung dan analisis seperti Papanya
memintanya untuk mengajarinya. Awalnya Gala menolak karena ia tak ingin anaknya
kecapean karena latihan yang cukup berat, tapi Rea memaksa dan rea akhirnya
menceritakan kejadian pencopetan yang pernah ia alami agar Papanya mau
mengajarinya. Mendengar itu melalui pertimbangan yang cukup lama akhirnya
mereka sepakat untuk melakukan pelatihan dengan pola yang telah di atur papanya. 
Saat pertama melakukan latihan, badan rea terasa pegal pegal dan ngilu untuk
beberapa hari, tapi saat telah terbiasa dia juga menjadikan olahraga sebagai rutinitas
yang wajib di lakukan.
Kita tahu bahwa rea adalah anak yang pintar dan berbakat maka dari itu melalui
latihan ini dia akhirnya menemukan salah satu bakatnya sebagai atlet dan menjadi
yang terbaik di bidangnya. 
Papa Rea juga memutuskan untuk pensiun muda dari TNI dan memilih menjadi
pebisnis melanjutkan bisnis nya yang dulu pernah ia kelola waktu tinggal di luar
negeri.

Setelah Papanya pensiun Rea pindah ke Jakarta. Disni ia mulai sekolah secara formal,
di hari pertama Rea sekolah dia sebangku dengan Taleita Naraya seorang gadis imut
berkacamata keturunan chindo, mereka sangat cocok, Rea dan Teta memiliki
ketertarikan yang sama mereka suka petualangan, Olahraga, kuliner, nonton drakor,
MTK, bahasa asing dan mereka juga suka membahas isu isu politik dan hal hal yang
terjadi di belahan dunia lainnya.
Saat ini Rea sedang berkemas karena dia akan pergi bersama Teta ke kawasan pulai
seribu tepatnya pulau Royal. Pulau ini adalah pulau wisata baru jadi namanya belum
terlalu terkenal, Rea berangkat dari rumahnya pukul 06.00 WIB dia akan kumpul
terlebih dahulu dengan teman temannya di rumah Dean si ketua kelas, setelah semua
berkumpul merekapun pergi ke dermaga Mariana Ancol menggunakan bus sekolah.
Mereka berangkat pukul 08.00 menggunakan speedboat, tapi bukan hanya mereka saja
yang naik kapal ini, ada juga beberapa orang yang ingin berlibur kesana. Perjalanan
yang harusnya hanya 3 jam berubah menjadi 5 jam karena sesuatu yang sangat tak di
duga.

Saat ini Rea, Teta dan Dean sedang menobrol ria di kafe mereka membicarakan hal
apa saja yang akan mereka lakukan saat tiba di sana. Dean tiba tiba merasa lapar tapi
perjalanan masih lama sekitar 1 jam lagi, ia berinisiatif untuk membuka bekal
makanan yang telah dia siapkan dari rumah, ia pergi terlebih dulu ke ruangannya
untuk mengambil bekal itu, saat di jalan dia melihat gerombolan orang berbaju hitam
berselingan dengannya. Ia sampai di ruangannya.... Tiba tiba terdengar suara
tembakan
Dorr.. Dorr..,
Ia langsung menoleh ke arah belakang ia sangat khawatir pada rea dan teta karna suara
itu berasal dari kafe.
Disisi lainnn
Rea dan Teta yang sedang mengobrol ria langsung menghentikan percakapannya
ketika gerombolan  berbaju hitam itu masuk, mereka merasa ada hal yang ganjil dari
mereka, dan benar saja sepersekian detik kemudian ia melihat salah satu orang berbaju
hitam  pistol ke langit langit kapal
Semua orang yang berada disana langsung histeris, mereka berlarian mencari tempat
berlindung, kondisi mulai rusuh, orang orang berbaju hitam yang geram menyuruh
mereka diam denagn tembakan kedua. Seketika semua hening, tak ada yang gerak, tak
ada yang bicara, di situlah Rea dan Teta sadar bahwa ini adalah pembajakan kapal,
Teta yang menyadarinya langsung menelpon papanya tapi nahas ia ketahuan, semua
orang yang ada di kapal di suruh untuk berkumpul di dek dekat kemudi kapal, para
pembajak itu menyuruh semua penumpang berbaris untuk menyerahkan barang
berharganya, saat itu juga para penumpang lain muali berdatangan, Rea dan Teta
melihat Dean denagn bajunya yang berantakan dia digiring untuk berkumpul di dek.
Satu persatu penumpang mulai maju, dan kini giliran Rea, aman Rea tlh menyerahkan
semua barang berharganya, untung dai tak membawa foto ibunya di dompet lagi
setelah kejadian pencurian di Bali waktu itu. Lalu sekarang giliran Teta, di sini situasi
menegang saat Teta menyerahkan Hp nya para penjahat kaget ternyata dari tadi Teta
tengah menelpon patroli air. Penjata itu pun langsung melempar hp Teta ke laut lalu
menjambak rambut Teta, Teta yang tak terima pun melawan, tapi ia kalah jumlah
apalagi Teta seorang wanita, melihat itu Rea dan Dean langsung membanti Teta,
disinilah pertarunagn sengit terjadi adu jab antara mereka bertiga dengan para
penjahat sangat sengit , tendanagn dan tusukan pisau tak bisa di hindari. 
Tapi penjahat itu salah memilih lawan karena yang mereka lawan bukanlah anak SMA
biasa mereka adalah para Atlet elit yang telah menempuh pelatihan ketat. Penjahat itu
kocar kacir di hajar oleh Rea dan teman temannya.
Tapi namanya juga penjahat, akal mereka busuk di saat terdesak itu pria berbaju hitam
denagn rambut gondrong bergerak maju menghampiri seorang wanita hamil dia tiba
tiba menodongakn pistol kearah perut wanita itu.
Dia mengancam akan menembak jika Rea beraksi lagi, Rea tak ada pilihan ia pun
langsung mundur melihat hal itu, tapi itu tak berlaku bagi Dean, ia mengambil tasnya
dan membukanya betapa kagetnya Rea dan Teta ternyata Dean juga membawa pistol.
Ini saat saat yang sangat menegangkan, adu todongan pistol antara Dean dan Si
Gondrong pun terjadi, salah satu saja dari mereka mnembak maka semua kacau. 
Dean terlihat sangat tenang dia menarik pelatuk pistolnya dan meluncurlah peluru
karet berwarana merah secara beruntun mengenai si gondrong, si gondrong langsung
terjungkal. Saat itu Rea sungguh kaget ia ingin teratawa tapi situasi tak mendukung
Dean mengerjai semua orang itu bukan pistol asli, melihat kesempatan itu Teta dan
Rea langsung menghajar kembali sisa sisa komplotan penjahat itu, mereka menang
telak. 
Tak lama setelah membereskan kekacauan kapal pun lembali melaju.. dan patroli laut
pun datang, penjahat penjahat itu di serahkan untuk di proses secara hukum.
2 jam kemudian mereka sampai di pulau royal.
Mereka turun satu persatu dari kapal dan berjalan ke kantir pusat untuk registrasi. 
Hari mulai malam mereka masuk ke pondok masing masing yang telah di bagi oleh
Dean, angin dan ombak menemani sepinya malam di sini. Tiba tiba terdengar suara
teriakan seseorang, dari suaranya sudah pasti itu adalah gadis muda,, seketika lampu
di setiap pondok menyala Rea dan teman temannya yang kaget keluar dari pondoknya.
Mereka bertanya tanya apa yang sedang terjadi, di tengah keributan itu ternyata ada
satu orang saksi mata namnya Naza, Naza bilang dia melihat seseorang berpakaian
hitam dengan penutup wajah seperti ninja datang ke depan kamarnya, Orang itu
mengetuk pintu kamar Naza, Naza terbangun mendengar suara itu dan langsung
membuka pintu, saat ia membukanya ia tak melihat siapa siapa tapi ia malah
menemukan baju robek yang berlumuran darah, Dean menyimak cerita itu dan
menyimpulkan itu hanya ulah orang usil untuk menenangkan yang lain, Dean memang
ketua kelas terbaik sepanjang masa.. selalu berfikiran dingin dan logis saat ada
masalah, Teman teman pun kembali ke pondoknya masing masing untuk melanjutkan
tidurnya yang terganggu.

Tapi, saat itu Dean tak kembali ke pondoknya ia termenung di tepi pantai, Rea yang
melihat itu menghampiri Dean, 
"Hi Deannn,... kenapa gk masuk??" Tanya Rea
Dean hanya menjawab dengan gelengan kepala, 
baiklwh Rea mengerti ia tak akan mengungkit lagi hal yang tak ingin di ungkapkan
oleh Dean. Rea pamit kepda Dean, tapi saat rea sudah berjalan sekitar 3 meter
meninggalkan Dean, Dean berseru
"Kolam renang di bagian VVIP sepertinya seru yaa.."
Rea yang mendengar itu tak paham apa yang di maksud Dean, jadi Rea hanya
menoleh dan tersenyum kepada Dean, lalau melanjutkan perjalanna yang tertunda.
Ke Esokan harinya Rea dan teman temanya melakukan aktivitas seperti biasa , mereka
bermain volly pantai, berenanag, naik jet ski, snorkeling, dan pada malamnya mereka
menyalakn api unggun.
Di depan api unggun itu mereka benyanyi dan makan bersama, berdoa untuk
berterimakasih kepada tuhan karena telah memberikan alam yang indah. 
Mentari pagi menyinari dunia, pagi ini mereka akan kembali ke rumah masing
masing, liburan di pulau royal amat sangat menyenangkan, Rea dan Teta sudah
membereskan barang mereka dari semalam tinggal menunggu perintah Dean untuk
berkumpul saja. Tak lama kemudian sekitar pukul 8.00 mer ka berkumpul di dermaga
untuk pulang, Dean melakukan pengabsenan, dan memimpin doa bersama. Mereka
naik satu persatu ke atas speed boat.  Saat speed boat akan melaju pergi meninggalkan
pulau Royal, Teta tiba tiba ingat ia meninggalkan tas kameranya di dekat swimming
pool... ia pun langsung turun dari speed boat, rea yang melihat itu langsung mengejar
Teta. Dan Dean yang melihat mereka juga ikut turun dari kapal. Tapi, saat mereka
kembali Speed boat itu sudah tak nampak. Mereka di tinggalkan di pulau Royal.
Bingung melanda mereka harus menunggu besok untuk bisa pulang, tapi itu tak
mungkin karena besok, pemerintah mengadakan perayaan bagi para pelayar sebagai
rasa terimakasih karena sudah mentaati aturan,
Tiba tiba Teta punya ide, ia menelpon papanya, menceritakan apa yang terjadi, tak
lama kemudian selamg 1 jam dari telpon Teta, sebuah hellikopter datang. 
Rea dan Dean melongo tak percaya apa yang mereka lihat, Teta minta di jemput
dengan helikopter.
Akhirnya mereka sampai ke kota dengan naik helikopter. Ternyata selama ini Teta
adalah anak salah satu pebisnis besar, papanya memiliki banyak investasi saham di
berbagai perusahaan universal.
Mereka akhirnya samapai kerumah masing masing denagn selamat, misteri tentang
siapa yang menyimpan baju robek berlumuran darah tak pernah di ungkit lagi. Rea
pun tertidur lelap karena kelelahan.

Gemuruh tepuk tangan terdengar riuh di dalam kelas, siulan siulan bersahutan.
Kembali pada saat ini New york, di salah satu ruang kelas di sekolah yang terkenal
cukup elit. 

Rea baru saja menyelesaikan ceritanya, cerita mengenai pengalaman terabik bersama
teman temannya. Mengingat itu ia jadi rindu Indonesia.
Bell pulang berbunyi Rea membereskan barangnya dan memasukannya ke tas. Ia
keluar kelas menusuri lorong dan menuruni tangga. Berjalan hingga ke parkiran
disana sudah ada mobil mercy terparkir rapi menunggu Rea pulang, ia pulang dengan
senang sambil menyalakn musik laskar pelangi.
Ia mengingat wasiat ibunya tentang arti kehidupan setelah menjalaninya akhirnya ia
paham

Ketika satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu lain terbuka; tetapi sering kita melihat
terlalu lama pada pintu yang tertutup yang membuat kita tidak melihat pintu lainnya
yang sudah terbuka untuk kita." - Hellen Keller

Anda mungkin juga menyukai