Dalam keheningan malam bisikan angin yang terdengar sayu diiringi rintik-rintik hujan yang
mendekap dalam sunyi dengan nuansa udara dingin pendesaan. Saat itu ku bergegas
mengambil air wudhu untuk segera melaksanakan sholat subuh, serta tak lupa kulantunkan
do'a kepada sang pencipta. Serta berterimakasih atas nikmat yang telah tuhan berikan
kepadaku saat ini. Namaku Aisyah, saat ini aku tengah menempuh pendidikan disalah satu
perguruan tinggi yang letaknya didaerah Jakarta, Universitas yang cukup terpandang
pastinya. Alhamdulillah menjalani pendidikan saat ini dengan beasiswa dari pemerintah, ini
berkat usaha dan jerih payahku untuk mendapatkan beasiswa serta bersaing dengan teman
teman yang lainnya. Di universitas ini lah aku menjalani hari-hari ku dengan selalu
bersyukur kepada tuhan atas rencana terbaik nya yang telah diberikan kepadaku. Aku adalah
anak perantau dikota Jakarta ini, aku lahir di sebuah desa, tepatnya didesa yang ada
dilampung. Apa yang aku miliki saat ini tidaklah semudah membalikan telapak tangan.
Banyak kerikil-kerikil yang menghadang dan ombak yang menghantam yang harus aku
lewati. Dan untuk melewati tahap tersebut sangatlah sulit. Oleh karena itu semuanya ku
pasrahkan kepada sang pencipta. Agar semua yang kulalui dapat dengan mudah untuk
dihadapi dan selalu untuk tetap bersyukur.
Setelah melaksanakan sholat subuh kulanjutkan dengan membantu pekerjaan orang tua
dengan mencuci piring dan baju, masih dengan suasana pedesaan kamar mandi yang ada
dirumah masih sederhana. Hanya berdindingkan bambu yang dirajut oleh bapak dan pintunya
hanya berlapis spanduk jalanan. Sumber air yang digunakan juga masih dari sumur galian
untuk menampung airnya masih menggunakan cara tradisional. Suasana kampungku masih
asri dengan udara sejuk dan yang menjadi ciri khas dari tetanggaku ketika sedang mencuci ia
sambil bersenandung, namanya mbok Inah. Aku sering mendengarkan senandungan jawanya
yang cukup merdu. Ia adalah sosok tetangga yang baik, ketika aku sedang tinggal di asrama
kampusku, beliau sering menanyakan aku kepada ibu “Aisyah kapan pulang yuk? Biasanya
kalau dia dirumah dan kalau pagi pasti selalu jadi teman ngobrol, eh sekarang dia udh di kota
aja jadi sepi” Ujar mbok Inah.
Saat aku tengah menimba air disumur tiba tiba ada mbok Inah dan menegurku “Eh ada
Aisyah, Aisyah sampai kapan libur kuliahnya?. “Besok Aisyah sudah harus balik lagi ke
asrama mbok, karena hari Senin sudah mulai masuk kuliah” ujarku. “Wah ndak kerasa ya,
baru seminggu besok udah kekota aja” ujar mbok Inah. Aku pun menjawabnya dengan
tersenyum. Lalu aku melanjutkan kegiatan mencuci piring dan baju kemudian menjemur
baju. Setelah itu aku mengemas barang-barang bawaanku, karena besok aku sudah harus
kembali ke asrama.
Esok paginya pukul 07.00 aku berpamitan kepada kedua orang tuaku dan tidak lupa aku
berpamitan dengan mbok Inah. Kemudian bapak mengantarkanku ke halte bus, akhirnya aku
naik bus yang sudah kupesan kemarin. Aku tiba di kota Jakarta tepat malam hari pukul 21.00,
perjalanan yang melelahkan harus duduk selama 15 jam lamanya. Suasana nyaman dan
tentram desa masih terasa dalam benak dan ingatanku. Baru saja kemarin aku berlibur,
sekarang aku harus sudah kembali ke rutinitasku menuntut ilmu. Walaupun sebenarnya aku
kurang terlalu nyaman dengan suasana perkotaan yang cukup bising dan ramai ini. Setelah
tiba di asrama aku langsung menuju kamarku yang berada di lantai 2 kamar nomor 12.
Asrama yang aku tempati cukup nyaman bagiku, tetapi lingkungan disekitar asrama itu yang
kadang tidak membuatku begitu nyaman. Bukan hanya lingkungannya, ada beberapa
penghuni asrama yang kadang membuatku emosi, mereka tinggal di asrama tetapi tidak taat
pada aturan yang sudah dibuat. Walau sudah jam malam waktunya orang istirahat tetapi
kadang mereka membuat kegadugan dengan bernyanyi nyanyi atau hanya sekeder ngobrol
dan bersendagurau. Yang paling parah lagi adalah mereka tidak menjaga kebersihan
lingkungan asrama, terutama kamar mereka sendiri. Sampah bekas makanan berserakan
dimana-mana yang terkadang sampai menimbulkan bau yang tidak sedap. Kalau sudah
seperti itu mengganggu kenyamanan penghuni asrama yang lainnya. Tapi karena sudah
terbiasa dengan hal seperti itu, sudah tidak menjadi masalah lagi.
Sebelum aku memejamkan mataku, kulihat kearah luar jendela dan masih dengan
pemandangan yang sama. Seorang perempuan bergaun modis, dengan tas yang terlihat mahal
yang selalu ia selempangkan di bahu kirinya, dan disela jari jemarinya terselip sebuah
lintingan kertas putih yang mengepul asap diujungnya. Sampai saat ini aku terheran dengan
sosok perempuan itu, mengapa ia selalu berdiri di dekat tiang listrik itu. Setiap malam ia
menghabiskan waktunya hanya untuk menunggu sesuatu tetapi tidak tau siapa yang ia
tunggu. Dan malam ini aku menyaksikan sendiri ada seseorang lelaki yang menghampirinya
dan kemudian ia bergegas pergi entah kemana. Disitu aku berpikir apakah selama ia bekerja
untuk mencari uang dengan cara yang tak seharusnya dilakukan oleh kaum hawa.
MEMBANDINGKAN 2 LAGU EBIET G ADE BERDASARKAN STRUKTUR FISIK
DAN BATIN
Tema
Tema pada lagu tersebut adalah bencana di negeri seseorang. Lagu tersebut mengisahkan
sebuah cerita tentang kerusakan sebuah negeri.
Rasa
Nada
Nada yang dituangkan dalam lagu tersebut adalah penuh dengan kesedihan
Amanat
Sebagai seorang hamba harus peduli dalam menjaga lingkungan. Dan harus berbakti kepada
kedua orang tua serta patuh kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
b. Unsur fisik
Tipografi
Bentuk wajah yang ditampilkan pada lagu tersebut cukup menarik. Penulisannya yang
tersusun bebas dalam setiap baitnya. Terkesan singkat dan indah karena ada baris yang hanya
disusun oleh beberapa kata saja. Jadi, baris-baris dalam lagu itu tidak panjang-panjang,
melainkan pendek.
Gaya bahasa
Hiperbola
Perjalanan ini trasa sangat menyedihkan
Sesampainya di laut kukabarkan semuanya
Kepada karang kepada ombak kepada matahari
Gembala kecil menangis sedih
Personifikasi
Tubuhku terguncang dihempas batu jalanan
Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang
Repetisi
Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa
Diksi
Citraan
(Citraan Perasaan)
Perjalanan ini trasa sangat menyedihkan
Gembala kecil menangis sedih
(Citraan gerak)
Tubuhku terguncang dihempas batu jalanan
Sesampainya di laut kukabarkan semuanya
Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang
Sesampainya di laut kukabarkan semuanya
(Citraan Penglihatan)
(Citraan Pendengaran)
Rima
Bait
Larik
Tema
Tema pada lagu tersebut adalah sosok ayah yang hebat dan kerinduan seorang anak pada
ayahnya,dan ia ingin sekali bertemu dengan ayahnya walau hannya sebentar saja
Rasa
Rasa yang terdapat pada lagu tersebut adalah sedih dan haru
Nada
Nada yang dituangkan dalam lagu tersebut adalah penuh dengan haru dan sedih
Amanat
Kita harus menghargai jeri payah seorang ayah dalam menafkahi keluarga.
d. Unsur fisik
Tipografi
Bentuk wajah yang ditampilkan pada lagu tersebut cukup menarik. Penulisannya yang
tersusun bebas dalam setiap baitnya. Terkesan singkat dan indah karena ada baris yang hanya
disusun oleh beberapa kata saja. Jadi, baris-baris dalam lagu itu tidak panjang-panjang,
melainkan pendek.
Gaya bahasa
Hiperbola
Benturan dan hempasan
Terpahat di keningmu
Keringat mengucur deras
Keriput tulang pipimu
Legam terbakar matahari
Diksi
Citraan
(Citraan Perasaan)
Perjalanan ini trasa sangat menyedihkan
Gembala kecil menangis sedih
(Citraan gerak)
Benturan dan hempasan
Memikul beban yang makin sarat
Meski langkahmu kadang gemetar
(Citraan Penglihatan)
Terpahat di keningmu
Gambaran perjuangan
Bait
Larik