Ketika sang senja mulai beranjak ke peraduannya, semilir sang bayu mulai membelai tubuhku. Dingin
yang kurasakan, namun mataku tidak tetap memandang indahnya sang surya yang hampir tenggelam
di pantai berpasir putih. Setelah menghilang, aku mulai beranjak dan pergi meninggalkan pantai.
Kurasakan butiran pasir yang lebut di telapak kakiku yang tanpa alas. Kutinggalkan jejak langkah
kaki di pasir nan lembut hingga hilang tersapu ombak dan pasirpun rata kembali. Di rumah,
kurebahkan badan di ranjang bambu beralaskan tikar yang sudah cukup tua, bahkan sudah mulai
lapuk karena umur ranjang tersebut juga sudah sangat tua, melebihi umurku. Kututup mata, tertidur,
terlelap, kudengar bunyi ayam berkokok yang membangunkanku dari mimpi yang indah.
Pagi-pagi buta aku bangun, pekerjaanku setiap pagi adalah pergi ke pasar membantu ibuku menjual
sayuran di pasar. Sayuran yang kami jual adalah hasil dari kebun kami sendiri. Ayah yang menanam
di ladang, apabila dagangan ibu di pasar sudah laku,terlebih maka iapun segera bergegas menyusul
ayah ke ladang. Sedangkan aku melakukan pekerjaan rumah tangga terlebih dahulu. Menyapu,
mencuci, dan memasak. Apabila masakan sudah matang, aku langsung mengantarnya ke ladang
karena ayah dan ibu tidak pernah makan siang di rumah. Sesekali aku membantu pekerjaan di ladang
apabila sedang panen atau ada pekerjaan yang harus cepat diselesaikan. Begitulah kegiatanku sehari-
hari. Aku hanyalah seorang gadis yang tinggal di sebuah desa yang ada di Lampung. Kegiatanku
sehari-hari hanya menenun di rumah karena itu memang sudah pekerjaan turun temurun yang sudah
diwariskan oleh nenek moyang. Pendidikanku hanya sampai SMA karena selain perguruan tinggi
yang cukup jauh, orang tuapun tak sanggup untuk membiayaiku ke perguruan tinggi. Apabila akan
melanjutkan studi harus pergi ke kota atau ke luar pulau. Teman-teman sebayaku juga bernasib sama.
Oleh karena itu, sampai sekarang aku masih tinggal di desa.