Anda di halaman 1dari 8

` Scrub Gula Pasir

Di siang hari, Keke sedang berbincang – bincang dengan Rosa dengan begitu asyiknya.

“Ros, menurutmu Dion itu suka tipe cewe yang seperti apa sih?”

“Em, apa ya? Setahuku dia gak muluk-muluk sih, suka sama cewe yang alami apa adannya.”
Jelas Rosa.

“Jadi gak suka sama cewe bergincu gitu dong?” Tanya Keke.

“Ya seperti itu mungkin.”

“Lalu apa dong yang membuat bibir merah tanpa lipstik?”

“Coba saja pake scrub gula pasir setiap malam, bibir akan merah merona secara alami.”

“Oya?”

”Baiklah akan kucoba nanti malam demi mendapat cinta sang pangeran. Hahaha.”

“Seminggu lagi ada acara festival tuh di kampus, coba saja scrub-an rutin setiap malam.”
Sambung Rosa.

“Benar juga ya. Nanti harus tampil maksimal di depan sang pangeran.” Tukas Keke mengiyakan.
Beberapa hari sudah lewat. Di hari sebelum acara, Keke tampil seperti yang dikatakan Rosa.
Ketika melihat Keke, Rosa terkaget-kaget.

“Ada apa dengan bibirmu? Kenapa merah sekali? Berapa kilo gula yang kau gunakan? Itu
sensual apa bonyok ya?” Tanya Rosa terheran.

“Ini akibat gigitan semut setiap malam tau, sampai sesensual dan semerah ini, benar-benar
pengorbanan.” Jawab Keke.

“Oh My Good”.

\
Cowok Jutek

“Mira, tadi ada yang nanyain kamu lho, si Bagus anaknya bos minyak itu.” Sambung Ella pada
mira agak genit. Mira hanya terdiam sambil membaca naskah lagu yang akan dia bawakan
minggu depan dalam acara kampus.

“Ada apa denganmu? Kawan, sepertinya kau sedang galau.”

“Baca puisi ini. Kau paham apa maksudnya?” Sambil menyodorkan naskah lagu yang diambil
dari pusi.

“Ini karya Bagas ya? Anak yang jutek dan pendiam itu? Kamu masih memikirkannya?”
Mira hanya mengangguk.

Tanpa di kata cinta tetaplah cinta,


Irismu yang begitu indah
Membuat hatiku selalu takjub
Hati mampu mematahkan segala logika yang ada
Kehadiranmu adalah cahaya bagi kegelapan
Memberi warna disaat hati ini abu-abu
Memberi nafas di lorong anggara
Yakinlah cinta itu ada
Tanpa kicaupun burung terbang dengan bebasnya
Hiduplah merdeka
Dengan bahagiamu
Karena aku akan menghampirimu..
Sayangku

“Aku yakin ini adalah pesan bagas untukku. Aku yakin dia merasakan apa yang aku rasakan.
Tapi kenapa dia tak pernah bicara?” tanya Mira pada Ella yang membaca naskah itu.

“Entahlah, aku bingung kenapa kau jatuh cinta pada model laki kaya gitu.”

“Dia itu berbeda. Dia itu unik dan yang paling membuatku gila adalah sorot matanya yang tajam
itu seperti elang yang menyambar mangsanya. Membuatku mabuk seperti ini.” Jelas Mira.

“Iya tapi mana ada cinta abu-abu? Harus ada salah satu yang bicara.” Sahut Ella.
Sehari, dua hari, sampai seminggu Mira tidak kuat menahan perasaanya pada Bagas, akhirnya
dia menemui Bagas dan membicarakan sesuatu di taman dekat kampusnya.

“Ada apa Mira?” Tanya bagas singkat.

“Em, em, aku ingin mengatakan sesuatu yang serius padamu” Sambung Mira terbata-bata karena
grogi.
“Maaf, Mir, hari ini aku ada ujian. Jadi besok saja. Oke?” Sambung Bagas meninggalkan Mira
sendirian di taman.

“Aku mencintaimu.” Teriak Mira.

Bagas hanya menghentikan langkahnya sebentar dan kemudian berjalan meninggalkan Mira.
Mira hanya menangis tersedu-sedu di taman karena apa yang diungkapkannya sia-sia. Ternyata
cintanya bertepuk sebelah tangan.

Keesokan paginya, dia dipanggil ayah dan ibunya untuk pulang ke rumah dari kosnya.

“Tadi ada seorang pria yang melamarmu nak, dia terlihat anak baik, ayah bisa mengetahui betapa
keseriusannya dari kata-katannya.” Kata ayahnya.

Mira mendengarkan kata-kata ayahnya dengan pilu tak bersemangat.

“Maaf ayah, Mira belum ingin menikah, hari ini aku kurang enak badan dan ingin istirahat di
kamar dulu.” jelas Mira kemudian meninggalkan ruangan tersebut.

Namanya Bagas.” Sahut ibunya.

Mendengar nama itu hatinnya langsung bergejolak, wajahnya kembali ceria dan matannya
berbinar-binar.

“Benarkah itu, Bu?”

“Iya benar.”
Cinta yang Terpaksa Berahir

Langkah kaki perempuan itu menjauh membelakangi lelaki tersebut.

Dalam hujan malam hari itu, perempuan tersebut menerobos butiran air yang jatuh menerpanya.
Dia tidak peduli dengan lelaki yang ada dibelakangnya.

“adinddaaaa …” teriak lelaki itu.

Tapi perempuan tersebut tetap saja berjalan semakin menjauh tanpa menengok sedikitpun.

“aadinnddaaaaa …” teriak lelaki itu sekali lagi.

Perempuan itu bertenti untuk beberapa detik, walau jarak yang sudah cukup jauh, tapi wanita itu
masih mendengar suara teriakan nyaringnya.

Dalam tepi taman samping trotoar tersebut, hanya ada dua orang di sana. Lampu jalan remang
kekuningan menghiasi sedihnya suasana malam itu. Jalanan sepi akan kendaraan yang melintas,
benar-benar sepi.

Sejanak, wanita itu meneteskan air mata membasahi pipi yang bercampur air hujan. Berharap
terhapus bersamaan air yang turun dari langit, agar tidak menyisakan kesedihan yang mendalam.

Terahir memandang lelaki tadi berdiri dengan wajah yang tidak percaya apa yang dikatakan
perempuan tersebut. Padahal dia mengatakan yang sejujurnya. Berat memang rasanya, tapi dia
tidak bisa menghindar.

dalam hati dia menggumam sendiri,

“maafkan kau sayang, tapi kita sudah tidak bisa bersama lagi. Aku ingin pergi jauh
meninggalkanmu, lebih jauh dari yang kau kira. Aku takut kau akan kesepian saat
sepeninggalanku. Terpaksa aku harus mengatakannya kepadamu, demi baktiku kepada orang
tuaku. Aku harus lanjut sekolah. Mungkin kau dapat mencari yang lebih baik dariku, banyak
wanita yang lebih baik dan lebih cantik dariku. Maafkan aku sayang, kau lelaki yang paling
istimewa sepanjang hidupku.”

Lalu sekejap wanita itu mengusap air yang bercampur hujan di matanya dan pergi tanpa permisi
dengan sedikit berlari. Meninggalkan lelaki yang masih diam terpaku tanpa senyuman.

~ Contoh Cerpen Cinta Romantis ~

-Tamat-
Sahabat Baru

Aku adalah Andi anak yang baru pindah dari provinsi sebelah. Sekarang aku tinggal di kota
Lamongan. Aku tidak menyangka ternyata kota Lamongan itu indah banget. Tempatnya yang
asri, bukit yang menjulung, daerah yang masih hijau, aku senang berada di sini.

Di setiap harinya, aku bisa melihat lautan yang luas. Jarang sekali aku bisa main. Di tempat
tinggalku dulu, aku bahkan hampir tidak pernah mainan air. Aku bisa mainan air sama
keluargaku jika waktu liburan dan mampir di suatu wahana.

Kebetulan saat di sana, ada tetanggaku yang bernama Luqman. Dia juga seumuranku, masih
duduk di bangku kelas 3 SD.

Karena aku akan menetap di kota ini, maka aku juga harus pindah sekolah. Nah kebetulan aku
satu sekolahan sama Luqman, teman baruku.

Setiap hari aku berangkat sekolah bersama, pulang sekolah juga. Kami sering bermain di pesisir
pantai. Kami hanya membutuhkan waktu beberapa menit untuk pergi di bibir pantai.

“Luqmaann ..” panggiku dari depan rumah temanku.

“Iya sebentar”

“ayok cepetan kita main”

“ayok .. ayok ..”

Hampir setiap hari libur kami menghabiskan waktu untuk bermain air. Tentunya sudah izin
dengan orang tua kami masing-masing.

Terkadang juga kami menonton film kartun bersama.

Pernah juga saat kita asik bermain di pantai, ada anak dari teman kami sekelas datang kesana.
Namanya Anton.

“Hai.. Antoonn” teriaku pada sedikit kejauhan

Dia pun menoleh, dan dia langsung menghampiri kami berdua.

“kalian sedang apa” kata Anton.

“kami sedang bermain air, sambil cari kerang ini” kata Luqman.

“eh bagaimana kalau kita lomba lempar batu aja ke sana. Siapa yang paling jauh maka itu
pemenangnya.” Anton menjelaskan.
Kami pun saat itu ikut saran dari teman kami Anton, mengambil bebatuan karang yang cukup
untuk dilemparkan sejauh yang kami bisa.

Pertama aku yang menang, terus disusul oleh Anton lalu Luqman. Permain itu sudah cukup
menggembirakan buat kami. Menurut kami bahagia itu sederhana, tinggal kitanya saja dapat
bersyukur atau tidak.

Kami mengulang-ngulangi permainan itu sampai kami puas. Kadang juga Anton duluan yang
menang, kadang juga Luqman, kadang juga aku yang paling akhir.

Itulah persahabatan kami yang sungguh menyenangkan. Semoga kalian juga memiliki sahabat
yang baik seperti teman-temanku.

~ Contoh Cerpen Persahabatan ~

-Tamat-
Persahabatan yang Bermula dari Mangsa

Seorang murit sedang berada di tengah lapangan sedang dikerumuni beberapa siswa yang lainya.
Sungguh tidak tega melihat pemandangan tersebut. Murit tersebut sedang dilempari buah kersen.

Dia tidak berdaya, dia hanya bisa diam saja tanpa melawan. Saat itu waktu sore dan semua siswa
dan guru sudah pulang. Tidak ada siapa-siapa lagi disana, kecuali tiga siswa yang mengerumuni
seorang murit tersebut, dan aku.

Aku sendiri hanya bisa menontonnya, mereka bertiga dan aku hanya sendirian. Ditambah lagi
tiga anak nakal tersebut adalah teman sekelasku. Bisa jadi bola sepak aku kalau berani sama
mereka.

Anak tersebut adalah siswa junior. Dia baru masuk tahun ini, sedangkan kami sudah dari dua
tahun yang lalu.

Dia memakai kacamata tebal, dengan baju putih dan celana biru, dengan bentuk rambut yang
disisir lurus ke kiri, membawa tas yang dari tadi dipegangi dengan kedua tangannya sambil
berjongkok.

Anak-anak nakal itu memang senang mem-bully siswa baru. Kebetulan sekolah kami dikelilingi
banyak pohon kersen. Jadi cukup untuk menyiksa siswa disekolah.

Baju putih yang dikenakannya membekas warna merah kekuningan karena buah tersebut.
Banyak dari buah kersen menempel di baju, rambur serta tas milikinya.

Aku kasian melihatnya. Tapi apa boleh buat, tidak ada yang berani melawan mereka. Siapa yang
menantang salah satu dari mereka, siapa saja itu, akan habis dikeroyoknnya.

Aku tetap memandangi dari kejauhan, meskipun mereka tau asalkan aku tutup mulut tidak bilang
ke siapa-siapa maka nasibku akan aman.

Setelah puas mereka pun pergi. Anak tersebut pun membersihkan bajunya yang kotor.
Mengebas-ngebas rambutnya, mengepakkan baju dan celana, setelah itu dia berjalan pulang.

Setahuku, anak tersebut juga tidak memiliki teman, kecuali sedikit. Dia lebih sering dijumpai
pada tempat-tempat belajar, seperti perpustakaan, kelas, dan labotarium. Meskipun tidak ada jam
kelas, maupun guru pembimbing, dia tetap pergi ke sana, walau hanya sekedar membaca buku.

Jarang sekali kakak kelas seperti kami berbicara dengannya, bahkan temannya sendiri pun
mungkin ada yang tidak mengenalnya. Dia telalu pendiam.

Sampai suatu hari, salah seorang dari tiga anak temanku yang pernah menyakitinya jatuh sakit.
Aku yang masih lebih pantas dianggap temannya datang untuk menjenguk.
Tapi kejadian itu sangat singkat, aku tidak bisa begitu memperhatikannya. Ada seorang anak
berkacamata datang menghampiri temanku yang sedang berbaring di rumah sakit.

Tidak salah lagi, ini adalah anak yang pernah di bully beberapa minggu yang lalu oleh temankku.
Kenapa dia kesini? apa yang dia ingin lakukan, toh juga orang yang berbaring adalah seseorang
yang pernah menyakitinya. Kenapa juga temanku mendapatkan simpati darinya.

Atau mungkin dia ingin berbuat jahat, dengan mengatainya ‘Kapok’ di depan mukanya. Dengan
begitu dia pasti akan sangat puas, karena seorang yang berbaring tersebut sedangn lemah dan tak
berdaya.

Tapi sepertinya hal itu tidak mungkin ia lakukan, apa dia berani? iya benar sih kalau saat ini dia
sedang sakit dan tidak bisa berbuat apa-apa, tapi kalau dia sudah sembuh pasti temanku itu akan
membalas perbuatanya.

Aku pandangi anak tersebut. Ada keranjang kecil yang dibawa olehnya. Sempat terlihat olehku
beberapa buah seperti apel berada dalam keranjang tersebut. Lalu dia memberikannya sendiri
tepat di depan temanku. Temanku melihatnya dan menerimanya dengan lemas.

Sangat ironis memang, kejahatan di balas dengan kebaikan.

Dua minggu setelah kejadian itu, temanku sudah aktif masuk sekolah kembali. Kami jalani
kehidupan sekolah bagaimana semestinya. Sampai ada kejadian unik yang membuat takjub orang
yang melihatnya.

Anak yang berkacamata itu tetap saja di bully oleh temanku yang lain. Tapi ketika itu ada
seorang yang berani membelanya dan membubarkan orang-orang yang menghinanya.

Malahan, dia menantang semua siswa yang berani menghina anak berkacamata itu. Dengan
terikan sedikit keras dia melindungi anak berkacamata tersebut.

Sejak saat itu tidak ada lagi siswa yang berani membully anak berkacamata tersebut. Dan di
setiap harinya aku mendapati temanku dan anak berkacama itu sering pulang bersama, di kantin
bersama, datang ke sekolahan pun kadang bersama.

Mereka sekarang menjadi sahabat yang baik. Temanku menjadi baik dan tidak nakal lagi, anak
yang berkacamata itu manjadi tidak pendiam lagi. Sepertinya mereka cocok menjadi sahabat.

Begitulah jika seorang yang berbuat jahat kepada kita lalu kita malah membalasnya dengan
kebaikan, hasilnya akan menjadi indah.

~ Contoh Cerpen Persahabatan ~

-Tamat-

Anda mungkin juga menyukai