Anda di halaman 1dari 2

KITA BEDA JALAN

Ketika itu usiaku baru 14 tahun, bermain dan belajar dengan teman-teman dan sahabat yang tak
kan kulupa. Kulewati jalan Jl. Suemeni itu dengan penuh ceria, kukayuh sepeda mini biruku
dengan sahabat karibku yang sangat kucinta Rini. Bercanda bersama, belajar bersama, bercerita
tentang cita dan cinta. Bercerita tentang pacar pertamanya dan aku hanya bungkam karena aku
tak berani mengungkapkan karena cintaku pertama ada di kola lain.
Kebetulan sahabatku itu sudah tidak punya ayah dari kecil…dia banyak cerita tentang
kehidupannya dan kegalauannya. Kami memang 11 / 12 dalam hal cowok…entahlah tapi
bukannya GR atau apa….tapi sifat kami berseberangan…aku pendiam tetapi dia cerewet.
Ketika kami SMA kami berpisah, karena nasibnya kurang mujur sehingga sekolah di sekolah
yang kurang diminati. Masa masa itu aku sangat bersemangat ketika karena sekolah itu tervaforit
di sekolahku. Masa orientasi sekolah aku lewati dengan penuh semangat penuh suka….setiap ada
diskusi tentang P4 waktu itu aku pasti jagonya. Bersama Lukito teman sekelasku waktu itu.
Di sebuah lorong di sekolah itu secara tiba-tiba aku bertemu dengan seorang yang sepertinya aku
pernah kulihat. Padahal sebenarnya aku mengejar-ngejar kakak OSIS yang pakai kacamata
berkulit putih (Asadon). Ah… dasar akunya pemalu atau apa…yah begitulah kusimpan dalam
hati. Hari demi hari kulewati dengan penuh ceria…entah.
Hari demi hari kulewati berjalan menyusuri ruang ruang ilmu menahan derita cinta yang
berderai-derai. Ke sana ke mari berlari mengejar cinta yang tak pasti. Setelah kudapatkan….
Hanya luka yang semakin menambah derita.
Ayah mengapa tak bilang dari dulu….mengapa semua harus seperti ini….kucari ke mana
dikau….kutahan tangisku… aku sudah tidak tahan lagi. Aku tertawa dalam derita….tak bisa lagi
kubalut lukaku ini walau dengan obat yang paling mahal di dunia. Ayah….
Aku gadis yang kau banggakan….mengejar cita-cita tapi setelah kudapatkan cinta ini semua
tidak ada artinya…. Ayah ke mana kucari cinta seperti cintamu….kukejar dia berlari kurenggut
dia melukai. Hariku selalu mengangis yah….tak tahu ke mana kutumpahkan aliran sungai air
mata derita ini. Semuanya hancur…aku gadis yang kau banggakan…ingin selalu mengenangmu
dengan air mataku yah. Karena cintaku padamu takkan pernah usai….dia tidak mencintaiku
yah…walaupun kuserahkan seluruh jiwa ragaku. Entah ke mana lagi kucari cinta itu….semua
sudah sirna. Ingin kulewati hariku dengan senyum…tapi air mata ini tak kunjung berhenti
mengalir. Ayah mengapa kau pilihkan dia yah…
Jika seperti ini… dulu seharusnya aku tak menaruh hati padanya yah…semua kuserahkan
padamu ya Allah ….sudah terlalu lama aku terluka…. Ada dua buah hati yang menanti dan aku
tak bisa hidup sendiri. Aku sangat bahagia hidup denganmu, dengan segala liku liku cinta yang
kita lewati, ada Jadi saudaraku, ada Eko ketua OSIS teman kita, ada Udit sahabat kecilku, apakah
ini yang dinamakan cinta ?..... aku tak mau luka cintaku terulang lagi. Belum genap lima belas
tahun kamu tahu aku dan kita menikah ketika usia kita lewat 30 tahun….tanpa berucap apapun
ketika kita SMA…aku tak ingin kau tinggalkan aku untuk selama-lamanya. Jangan setitik pun
kau khianati cintaku sama seperti aku masih bertahan pada biduk cinta kita yang telah kita
kembangkan sejak 21 tahun yang silam. Pas valentine kita jadian.
Masih kukenang ketika kita memakai seragam abu-abu, aku hanya terpaku menatapmu ketika
pesonamu memasuki relung relung hatiku. Lewat sahabatku aku tahu tentang kamu, “Ih Se dia
sudah punya idola”. Seketika jantungku berhenti berdetak karena saat itu di sisi relung hatiku
yang lain tersimpan pengharapan besar pada cowok lain yang tidak seiman denganku. Waktu
terus berjalan…..
Ketika itu Andra mau main ke rumahku. Tak sengaja kami papas an di jalan ketika itu. Cowok
misterius ini sangatlah juga mempesona. Ingin juga aku berpacaran dengannya tetapi bayangan
cowok abu-abu it uterus membayangiku. Suatu ketika aku main ke rumahnya karena urusan
bisnis dengan ayahku. Ya Allah beginilah rasanya cinta misterius itu, kujabat tangannya waktu
itu. Kami hanya bias ngobrol sedikit bercerita tentang kuliahku yang tidk jug kunjung kelar.”se
kamu kan anak sastra….. boleh aku pinjam novelmu yang kamu punya?” pintanya sambil
menatapku tajam. “ada…. Nanti kupinjami satu, kamu pernah baca “karmila” karya Marga T”,
jawabku manja. “Belum.” Jawabnya sambil merajuk.
Hari itu hari Minggu Andra Andra yang kebetulan main ke tempatku kusodori novel yang
kujanjikan. Dia bercerita bahwa dia sangat menyukai seni music. Ada banyak lagu yang pernah
dia nyanyikan dan sebentar lagi dia akan rekaman di Jakarta. “Se, doakan aku ya untuk
kesuksesan dan kelanjaran rekamanku di Jakarta ya Se,” katanya dengan mata berbinar. “Pasti
dan selalu mas.”jawabku memberi semangat untuk cowokku.
Setelah lama ngobrol tentang cita-cita musiknya Andra pun pulang dengan Suzuki cristalnya.
Sementara itu ayahku hanya memarahiku setelah Andra pulang dari rumahku. “kamu tahu tidak,
dia tidak seiman dengan kita!” bentaknya seketika. Aku hanya diam dan ketakutan waktu itu.
Tapi dalam hatiku benih-benih cinta itu telah tertanam subur di hatiku. Sementara itu ibuku
menambahi omelan yang tak kunjung habisnya. Aku segera berlari ke kamar, sementara adik
bungsuku hanya bias melongo menyaksikan insedent yang terjadi antara aku dan orang tuaku.
Keesokan harinya aku berangkat kuliah….antara Sragen Solo yang jaraknya hnya 30 km. kunaiki
langusung jaya dengan penuh semangat, tugas dari bu Murtini yang dealine jam 10.00 hari ini
harus segera dikumpulkan. Semalaman lembur mengerjakan tugas aku mengikuti kuliah hari ini
dengan sedikit lesu.
Tanpa sadar waktu sudah berlalu satu minggu dan kembali Andra main ke rumahku. Kali ini ia
ingin mengajakku keluar dan aku tanpa izin ayahku keluar dengan Andra. Aku diajak main ke
rumanya diperkenalkan dengan ayah ibunya, Ayah ibunya sangat baik denganku juga dengan
adik-adiknya.
Waktu cepat berlalu, aku sudah lulus kuliah dan Andra meminta kepastian, tetapi karena beda
agama aku akhirnya berpisah. Dan aku akhirnya menikah dengan jodoh yang selama ini
disembunyikan oleh Tuhan yang kebetulan temanku SMA.

Anda mungkin juga menyukai