Anda di halaman 1dari 83

Bukan Cerita Biasa

oleh Fahrial Jauvan Tajwardhani

Cinta itu ibarat perang, berawalan dengan mudah namun sulit di akhiri.

Suatu hari, bermula dari pertemuan-pertemuan yang menyenangkan disekolah. Kebiasaan-


kebiasaan ramah, saling bertatap wajah. Bercanda gurau habiskan masa-masa sekolah (dari tk,
sd, smp, sampe sma) penuh suka, penuh gembira. Hingga akhirnya tercipta sebuah rasa yang
dinamakan cinta.
***

Tak terasa masa-masa sekolah akan berakhir didepan mata. Masa muda yang penuh cita siap
menantang dunia berupaya mengubah jalan cerita di hidupnya. Kemudian ada cinta yang
merangkul rasa menemani ceria yang sebentar lagi akan berbalut luka. Karna akan berpisah
selamanya.

Begini ceritanya,

Anatasha dan Reza, sejak kecil sampai remaja selalu bersama. Alasan apapun tak pernah
membuat mereka berpisah. Tak pula mereka hanya sahabat saja, melainkan sejoli yang tangguh
dan kokoh dalam cintanya.

Meski Reza tau Anatasha tak bisa bertahan hidup lebih lama darinya. Hal itu tak membuatnya
goyah ataupun menyerah mencintai kekasihnya. Hanya saja, Reza tak kuasa menahan airmatanya
manakala Anatasha memintanya pergi dan mencari pengganti dirinya yang tak sampai 1 bulan
lamanya menikmati dunia.

Bukit berbunga, tepat dibelakang sekolah akan jadi saksi cinta mereka yang setia. Tempat favorit
yang sering mereka kunjungi untuk mendengarkan lagu kesukaan bersama, belajar bersama,
menikmati indahnya sunset yang jingga, tempat yang penuh akan kenagan manis mereka.

Itu semua akan jadi kenangan yang kemudian akan segera pudar sebagaimana tinta hitam yang
melekat pada kertas putih kemudian terkena air lalu memudar dan akhirnya menghilang.
***

Ada pula cinta yang coba memaksa, datang menghantui Reza, memburamkan pandangannya
agar Anastasha menghilang dari hatinya. Lantas cinta itu tak kuat merasuk ke hatinya hingga
hilang dan berlalu begitu saja. Anatasha lah pemilik hati Reza seutuhnya. Hingga tak ada celah
yang tersisa.

Tak sedikit air mata Reza yang tertumpah untuk Anatasha, manakala melihat tempat yang sering
mereka lalui berdua hanya akan jadi kenangan.

Tak kalah hebat cinta Anatasha untuk Reza, korban rasa jadi hal biasa untuknya. Berpura-pura
lupa telah mencinta, menyiksa hatinya demi kebohongan belaka. Hingga Reza tak terluka lagi
dihatinya. Meski ceroboh tapi Anatasha melakukan yang terbaik untuk kekasihnya.

Tak terasa sampai pada waktu dimana 1 bulan kebersamaan mereka hanya tersisa 1 jam saja.

T ak banyak yang bisa dipersembahkan Reza untuk Anatasha yang waktunya hanya tersisa satu
jam saja. Kemudian handphonenya berdering. Tak lama membuka handphone, airmatanya
bercucuran di pipi. ‘waktu anda tersisa 1 jam’ begitulah tertulis pada catatan handphonenya.
Pantas airmatanya berderai.

“Kenapa Reza menangis.”

“Aku hanya bahagia pernah berdampingan denganmu. Airmata ini sepertinya tulus keluar dari
mataku,” Reza hanya tersenyum agar Anatasha tak mengkhawatirkan perasaannya.

“Meski itu bohong tapi aku bahagia mendengar ucapanmu,” tepisnya ragu perasaan Reza.

Reza hanya tersenyum. Kemudian bergerak, jalan menuju Anastasha.

“Hanya ada satu jam waktuku bersamamu, lalu apa yang kamu inginkan dariku? Apa aku harus
melompat dari gedung tertinggi itu,” ujar Reza menunjuk gedung paling tinggi ditempat mereka
berada, “Atau kamu mau aku menunggumu kembali?” lanjut Reza.

Airmata tulus mulai meleleh dari mata Anatasha. “Sudah saatnya cintamu diperbarui!!! Hari ini
kurasa cintamu sudah sampai dibatas akhir.”

“Kalaupun kudapatkan kesempatan itu. Aku hanya ingin memperbarui cintaku dengan orang
yang sama bukan dengan yang baru.”

“Bagaimana jika orang yang sama itu tiba-tiba menghilang?”

“Aku akan menunggunya kembali!!! Kapanpun aku menemukannya, aku akan mencintainya
lagi. Seperti ini, iya benar-benar seperti ini.”

Anatasha menangis tanpa suara, melangkah tak bernada, kemudian bergerak, berdiri tepat
membelakangi lelaki yang di cintainya.

“Waktumu hanya tersisa setengah jam. Lalu apa yang kamu inginkan dariku?”

“Gendong aku kemanapun kamu mau, kemudian bila aku diam, jangan pernah menoleh
kebelakang. Jangan pernah berbalik melihatku, biarkan aku menghilang.”

“Sekali lagi aku mohon, saat aku tiada jangan pernah berbalik untuk mencariku, biarkan saja aku
menghilang. Kumohon biarkan aku jadi bagian terindah dimasa lalumu. Biarkan aku tergantikan
oleh orang lain.” Lanjut Anatasha terbata-bata dengan airmata yang membasahi pipinya.

“Bagaimana kubisa lakukan itu? Sementara sebentar saja aku tak melihatmu, aku berlari
mencarimu. Mungkinkah aku bisa membiarkanmu pergi untuk selamanya? Aku tak akan
menemukanmu lagi meski aku berlari lebih cepat dari biasanya.”

“Sebelum bertemu denganmu, aku hanya punya lem dan benang ditepian hatiku. Kemudian
kamu datang merajut hatiku dengan benang itu, dan kamu kuatkan rajutan itu dengan lemnya.
Lantas, bagaimana ia akan terbuka lagi?” lanjut Reza dengan airmata yang perlahan menetes.

“Biarkan ia sampai mengeras, tak lama ia akan pecah. Kemudian ada celah yang terbuka disana.
Perlahan benangnya akan putus karna rapuh. Lalu ia sepenuhnya akan terbuka.”

“Tidak….! Jika benangnya putus dan hatiku terbuka, aku akan merajutnya kembali, meski itu
menyakitkan. Tapi aku akan melakukannya.”

“Biarkan saja ia terbuka.” Suara Anatasha mulai letih, matanya terpejam. Tak lama badannya
memberat.

Akhirnya, cinta mereka berhenti pada masa yang berbahagia. Dimana mereka saling tau apa
yang dirasa, meski airmata yang jadi saksinya. Cukup yang dicinta tau apa yang di rasa, itu
sudah cukup untuk bahagia.

SELESAI
Cerpen: Akhir Pertualangan Cinta Sang
PlayBoy

Bicara tentang cinta, ya Boy dah biangnya. Si petualang cinta alias sang play boy ini akan mati-
matian dan bila perlu sampe bersujud untuk merayu dan mendapatkan seorang cewek cantik.
Sang play boy ini tidak akan pernah tahan bila sudah melihat cewek cantik melintas di depan
matanya, seakan matanya tidak akan pernah berkedip untuk terus mengikuti langkah kaki sang
cewek. Ya bila perlu sampe membuntuti dari belakang (emangnya mau nyopet, Boy?).

Singkat cerita Boy bakalan jungkir balik dah untuk mendapatkan sang cewek bila sudah naksir
banget. Boy kagak perduli apakah nantinya itu cewek bakalan mau apa nggak? Apakah
hubungannya nanti akan berlangsung lama atau nggak? Bagi Boy kudu mandapatkannya dulu,
apapun caranya.

Lantaran cap play boy nya itu, si petualang cinta ini suka gonta ganti cewek (kayak baju aja Boy,
digonta ganti). Tapi sayang dimata cewek-cewek di sekolahnya kartunya udah mati kagak bisa
diperpanjang (kayak KTP aja ah). Sehingga sang play boy harus berpetuang di tempat lain,
kecuali ada anak baru di sekolah ini yang kagak tahu dengan belangnya Boy.

Awal cerita neh. Pada suatu hari, Boy lagi ngebet banget sama Lila, adik kelasnya yang baru aja
menjadi siswi di sekolahnya. Padahal saat itu, Boy sudah memiliki gandengan (kayak truk aja
pake gandengan segala), si Ivon anak SMU 2.

”Jek, gua naksir banget nih ame anak baru,” kata Boy curhat dengan sobatnya Jaka yang biasa
dipanggil Jek.

”Ah! Elo kagak boleh melihat barang baru apalagi yang cantik-cantik dan mulus-mulus,” jawab
Jek. ”Tuh! Ada yang mulus, kenapa kagak lo embat aja sekalian?” lanjut Jek sambil tertawa
menunjuk ke arah Pak Didin, guru Fisika yang jidatnya emang rada botak licin.

”Bercanda lu ah! Gua serius nih,” gerutu Boy.

Untuk cewek-cewek baru angkatan Lila, memang Lila bidadarinya. Orangnya cantik, putih dan
tinggi lagi, perfect dah pokoknya. Tapi sepertinya bila dilihat, kayaknya Lila terlalu tangguh,
lincah dan pinter untuk ditaklukan oleh sang play boy. Hati-hati Boy! Ini bakalan jadi batu
sandungan buat lo. Lila juga terbilang cukup menonjol dan heboh diantara temen-temennya.
Apalagi kalau sudah ngumpul maka suaranya akan lebih menonjol dan kedengeran kemana-
mana.

Tapi dasar udah bergelar master play boy, akhirnya sang petualang berhasil juga dengan
perjuangannya yang mati-matian dan bisa dibilang jungkir balik, rada susah banget memang
untuk mendapatkan Lila. Akhirnya Sang play Boy berhasil meruntuhkan tembok hati Lila,
runtuh oleh rayuan maut sang play boy yang memang sudah terkenal itu.

Ups! Tapi tunggu dulu sobat. Tadinya memang Lila belum tahu dengan Boy, tapi karena ia
sudah lama temenan dengan Ivon, sehingga ia akhirnya tahu juga siapa Boy. Boy nggak tahu
dengan situasi itu, ya karena asal seruduk aja kagak diselidiki dulu, siapa cewek yang bakal
diseruduk (yah, itu tadi kelemahan si Boy maen seruduk aja. Kambing kali ya?) sorry Boy!.

Rupanya Sob, sang play boy sudah terperangkap dalam jeratan permainan cintanya sendiri. Boy
terperangkap ke dalam skenario sandiwara cinta yang sudah dibuat oleh Lila. Lila memang
menerima cintanya Boy, tapi ada maksud dan tujuannya. Itu bukan berarti ia mau berkhianat
dengan temennya sendiri, Ivon. Karena skenario itu sudah ia beritahu sebelumnya kepada Ivon.

Lila yang cantik, lincah dan pintar ini, rupanya hanya ingin memberi pelajaran ekstra kurikuler
kepada sang play boy. Dia tidak ingin kecantikannya dimanfaatkan hanya untuk dipermainkan,
termasuk Ivon yang telah menjadi korbannya.

Walau terbilang anak baru, Lila termasuk cepat menyesuaikan keadaan dan peka dengan situasi
perkembangan yang ada di sekolahnya, demikian juga dengan watak dan perilaku Boy yang
sebaliknya akan menjadi korbannya. Ya, lantaran karena dia cukup gaul, sehingga sangat cepat
mendapat kabar baru atau gosip-gosip dari teman-temannya.

Tapi secara naluriah wanita, mata hatinya tak bisa memungkiri, jika Boy terbilang cakep
sehingga layak menjadi play boy. Wajar kalau Ivon pun jatuh cinta kepada Boy waktu itu. Cuma
sayang kegantengan yang dimilkinya hanya untuk merayu dan berpetualang guna mendapatkan
cewek-cewek cantik yang ia sukai. Boy lupa diri sehingga ia tidak tahu bahwa kaum cewek juga
harus dan wajib dihargai dan disayangi, bukan untuk dipermainkan.

”La, elo kok mau aja menerima cintanya Boy. Nekat lu!” kata Mery merasa khawatir dan
prihatin sama Lila. Wajar Mery khawatir, karena ia takut temannya yang cantik ini hanya akan
menjadi boneka mainan, korban keserakahan cinta sang play boy.

”Terima kasih ya, Mer kamu telah mengingatkan dan menasehati aku. Aku tahu kamu khawatir
kalau aku akan menjadi korban cintanya Boy. Tapi kamu tidak usah takut dan khawatir, aku
sudah tahu kok siapa Boy sebenarnya. Aku menerima dia, bukan lantaran kegantengannya atau
rayuan gombal murahannya. Lantas aku dengan begitu murahannya jatuh ke dalam pelukan Boy.
Caranya dan rayuannya udah kuno terlalu konvensional, mudah ditebak, sayang,” kata Lila
meyakinkan sobatnya Mery.

”Syukurlah kalau kamu sudah tahu siapa dia. Aku berdo’a moga kamu tidak terjebak dalam
permainan cintanya Boy,” kata Mery lagi.

”Iya aku mengerti Sob. Tapi percayalah, sebenarnya skenario ini aku jalani ada maksud dan
tujuannya, Mer. Tapi bukan berarti aku juga mau mempermainkan orang atau mau balas dendam
sama cowok yang seperti ini, seperti yang pernah aku alami sebelumnya (ooo ...pernah
mengalami bro). Gua hanya ingin dia bisa membuka mata dan hatinya, agar dia juga bisa
menghargai kita sebagai kaum wanita yang secara fisik lemah dan butuh perlindungan. Kita
bukan boneka yang hanya bisa dipermainkan untuk menjadi eksperimen cintanya kaum laki-
laki.” Lanjut Lila.

”Baguslah kalau kamu punya pemikiran dan prinsip yang begitu luar biasa untuk
memperjuangkan dan mempertahankan harga diri wanita,” kata Mery senang.

”Gua yakin, dia tidak akan bisa berbuat banyak dan macam-macam sama gua. Justru dia akan
terperangkap sendiri dalam permainnan ini. Biar kelak dia tahu rasa, bagaimana rasanya kalau
dipermainkan. Kuharap satu saat kelak dia nyadar telah menyakiti hati cewek-cewek yang telah
menjadi korbannya.”

Bener. Dalam tiga bulan hubungan Lila dengan Boy, apa yang dikhawatirkan oleh Mery, benar-
benar terjadi. Rupanya diam-diam Boy sedang menjalin hubungan dengan Kania, tetangga
barunya Jek. Tapi bagi Lila itu bukanlah sebuah berita menakutkan, ibarat kesambar petir disiang
bolong. Baginya itu bukan sebuah kejutan atau petaka baginya yang harus disesali dan yang
ditakutkan oleh semua cewek. Apa yang akan terjadi kedepan semua sudah jauh ada dalam
pikirannya. Itu pasti akan terjadi cuma menunggu waktu. Dalam pikirannya justru itu adalah
awal petaka bagi Boy dan tentunya akan menambah serunya rencana permainan yang akan
dibuat oleh Lila.

Ingat Boy! Ada pepatah mengatakan sepintar-pintar tupai melompat pasti akan jatuh juga, dan
sepandai-pandai orang menyimpan kebusukan pasti akan tercium juga. Hukum karma pasti akan
ada, Boy.

Elo bukan play boy, Boy. Elo lebih tepat dibilang bajing yang bajingan. Tunggu tanggal
mainnya, lo. Semua akan berakhir, Boy. Gua akan beraksi, yang akan bikin lo bertekuk lutut di
kaki gua, bisik Lila dalam hati.

Boy yang piawai dengan rayuannya dan ditambah dengan akting sempurna, bolehlah dibilang
jagonya. Kata-katanya begitu manis dan santun dengan rayuannya akan membuat siapapun
terkena tipu dayanya. Ditambah lagi dengan kepandaiannya mengatur strategi jitu dalam
mengatur jadwal ngapel ke rumah pacar-pacarnya. Biar nggak dicurigai, ia selalu bilang kepada
cewek-ceweknya, kalau ia ngapel nggak tergantung hanya pada malam minggu (kalau ngapelnya
malam Jum’at, yasinan aja sekalian, Boy. He...he..he). Tetapi strategi seperti itu sudah duluan
terbaca oleh Lila. (lagi-lagi terlalu konvensional, coy). Basi tau nggak! Sehingga Lila pun kagak
terlalu mikirin banget tu anak mau ngapel atau kagak, termasuk pada malam minggu.

Melihat pertualangan sang play boy sudah over pede dan semakin menggila, karena denger-
denger lagi, dia baru aja mau mendekati seorang cewek. Gila nggak tuh! Padahal ia belum lama
menggaet si Lila (Gila bro! Lo doyan cewek apa lagi nuntut ilmu, Boy. Harus sampe berapa sih,
cewek yang harus lo dapet, biar ilmu lo sempurna?).

Akhirnya Lila pun mulai mengatur rencana dan strategi pula buat ngerjain Boy. Seminggu
sebelum menjalankan rencananya, Lila segera menghubungi Ivon. Sementara karena si Kania
belum ia kenal, kemudian ia dan Ivon pun berusaha mencari dan menemui Kania. Setelah Lila
dan Ivon menceritakan semua rencanya kepada Kania, mereka pun sepakat dan menjadi akrab
sehingga mereka pun bersatu untuk menumpas kejahatan (kayak di sinetron silat aja).

Beberapa hari menjelang hari eksekusi terhadap Boy, ketiga bidadari itu pun sering berkumpul di
rumah Lila dan berbagi cerita termasuk strategi nantinya. Merekapun akhirnya mempunyai
tujuan yang sama yaitu membikin kapok dan mempermalukan si Boy, yang emang nggak punya
rasa malu.

Sabtu, sehari sebelum rencana Lila dan temen-temennya dilaksanakan, mereka bertiga sengaja
ngumpul di rumah Lila, karena hari itu rencananya Boy akan datang ke rumah Lila.

”Sebentar lagi Boy akan datang. Ntar kalian berdua ngumpet aja dulu di kamarku sambil
nguping,” kata Lila mengatur strategi awal.

”Siplah!” jawab Kania.

”Terus langkah selanjutnya gimanah nih?” tanya Ivon pula.

”Nanti biarkan kita berdua seolah-olah enjoy dulu, ntar tugas kamu Von teleponin si Boy. Biar
dia gelisah kita kerjain. Tapi ingat ini baru sebahagian dari rencana kita yang sebenarnya, karena
rencana besar itu besok baru kita tumpahkan,” kata Lila ngejelasin.

”Oke kalau begitu,” kata Ivon sambil mengangguk dan bersemangat.

Tak beberapa lama setelah mereka bertiga ngerumpi, akhirnya Boy pun datang walaupun agak
terlambat dari waktu yang telah dijanjikannya kepada Lila. Tapi itu semua tidak berarti bagi Lila,
dan masa bodoh ah! baginya.

”Dasar jam karet,” bentak Lila pura-pura menggerutu seolah perhatian.

”Sorry deh telat dikit,” jawab Boy seolah tanpa dosa dan pede banget. ”Oya, gimana kalau kita
keluar aja?” ajak Boy guna mengalihkah agar Lila nggak marah.
”Emangnya mau kemana?” tanya Lila asal.

”Terserah kemana, yang penting kita keluar aja,” kata Boy.

”Gua lagi males nih. Gua pingin di rumah aja,” jawab Lila penuh sandiwara. Sementara apa yang
berputar dalam otak Lila, mampus ntar lo, nayawamu tinggal sedikit lagi, Boy.

Ketika Boy mau bicara lagi, tiba-tiba aja Hpnya berdering. Sementara dari raut wajahnya terlihat
salah tingkah dan gugup banget, karena ternyata yang menghubunginya adalah Ivon. Gawat!
Mati gue! pikirnya. Lila yang sudah tahu sebelumnya ambil gaya berpura-pura cuek dan nggak
peduli banget, karena ia sudah tahu kalau itu dari Ivon.

”Bentar La,” kata Boy sambil meninggalkan Lila dari ruang tamu dengan penuh gundah menuju
teras rumah, karena ia takut pembicaraannya didengar Lila. Padahal bagi Lila itu nggak penting
banget.

”Halo Boy! Elo lagi dimana? Kok nggak jadi ke rumah kemaren?” tanya Ivon iseng seolah-olah
ia berharap banget. Padahal ia hanya ingin menguji kejujuran Boy aja, walaupun sebenarnya dia
sudah tahu apa jawabannya.

Ya nggak mungkin akan jujur orang seperti ini, abis emang sudah dari sononya nggak pernah
jujur. Janjian mau ketemu dengan Ivon aja bisa batal. Ntah keduluan janjian dengan siapa saat itu
sehingga nggak jadi ke rumah Ivon.

”Sorry ya, kemaren gua lupa. Gua sekarang lagi di rumah Jek,” jawabnya berbohong. Sementara
matanya terus mengamati Lila di dalam rumah, karena khawatir kalau Lila nanti bisa mendengar
pembicaraanya dengan Ivon. Bisa kiamat pikirnya.

Lo nggak perlu khawatir Boy, walau Lila nggak dengar, Lila nggak bakalan percaya sama elo.
Jujur aja orang sudah kagak percaya sama elo, apalagi kalau elo berbohong.

Tapi sayang, rupanya suara Boy terdengar juga dengan Lila. ”Busyet! Sialan! Emang dasar
buaya darat kampungan,” kata Lila ngomel sendiri dari dalam rumah. ”Elo lebih mentingin si Jek
daripada kita-kita,” lanjut Lila lagi yang emang udah geram banget sama Boy.

”Elo lebih mentingin Jek daripada gua,” jawab Ivon pula dengan asal.

”Bukan begitu, sayang. Kemaren gua lupa ngasih tahu ke elo, kalau kemaren di rumah Jek lagi
ada selamatan,” jawab Boy dengan penuh gombal kampungan. Sorry Jek, elo jadi tempat
berlindung gua, bisik hati Boy.

Sayang kentut lo! bisik hati Ivon.

”Ya udah kalau begitu, sampe ketemu,” kata Ivon menutup pembicaraan.

Tak beberapa lama kemudian, dengan penuh salah tingkah si Boy pun kembali masuk ke dalam
menemui Lila.

”Dari siapa sih?” kata Lila iseng pura-pura bertanya.

Kontan aja, mendengar pertanyaan Lila itu Boy terlihat serba salah dan salah tingkah, ia galau
dan gelisah dengan wajah penuh dusta. Mampus dah!

”Dari Jek,” jawabnya santai.

Elo gak tahu kalau gua sudah tahu semua kebohonganmu. Dasar bajingan kampung, kata Lila
ngedumel dalam hati. Lila pun kemudian diam seolah-olah percaya aja dengan jawaban Boy
barusan. Baginya yang penting tujuan untuk mengerjain Boy harus lebih penting.

Boy yang emang sudah galau dan gelisah merasakan suasana sudah tidak nyaman, padahal
nuansa di rumah Lila lagi nyaman dan adem. Akhirnya Boy pun terasa nggak betah dan pulang
lebih cepat diluar dugaan Lila.

Keesokan harinya, yang merupakan hari yang ditunggu-tunggu oleh Lila, Ivon dan Kania untuk
menghabisi dan menghentikan pertualangan sang play boy, Boy. Cukup sampe disini Boy, kata
mereka bertiga.

Hari ini merupakan giliran Kania janjian ketemu dengan Boy. Mereka berdua sepakat ketemuan
di kafe tempat pertama kali mereka bertemu, tempat pertama kali Kania menjadi korban rayuan
gombalannya Boy. Boy benar-benar nggak nyadar kalau semuanya ini sudah diatur. Boy pun
nggak nyadar kalau ia sudah masuk dalam sebuah perangkap skenario besar dari korban-
korbannya sendiri.

Lila dan Ivon terlihat sedikit gelisah dan sudah tidak sabar menunggu kehadiran Boy. Mereka
memang sudah pada duluan hadir di tempat itu dan berada di tempat yang tidak bisa dilihat oleh
Boy.

Tepat pukul 20.00 wib, akhirnya Boy yang ditunggu-tunggu pun tiba langsung menghampiri
Kania. Kania pun lantas berdiri dari duduknya menyambut kedatangan Boy.

”Sudah lama nunggunya?’” tanya Boy kepada Kania.

Basa basi doang lo! Bisik Kania dalam hati. ”Nggak, barusan aja aku disini,” balas kania juga
dengan basa basi.

Lebih kurang tiga puluh menit sudah, Boy dan Kania berada di kafe ini sambil menikmati
makanan yang mereka pesan, namun tiba-tiba aja Hp Boy berbunyi lantaran dihubungi oleh
Ivon.

”Halo, met malam, Von,” kata Boy kalem membuka pembicaraan sambil menjauh dari Kania.

”Ya, malem,” jawab Ivon. ”Elo lagi dimana sih?” lanjut Ivon iseng bertanya.
”Gua lagi di rumah,” jawab Boy spontan.

Benar-benar bangsat, lo! Udah basi, telat lo ngelesnya! Bisik Ivon dalam hati. ”Kesini dong, gua
lagi bete nih,” rayu Ivon sambil mencuil lengan Lila.

”Gua lagi capek banget, lagi males mau keluar. Sorry ya!” kata Boy pede dengan
kebohongannya.

”Ya udah kalau begitu, nggak papa,” balas Ivon.

Setelah kontaknya diputus, Ivon dan Lila pun nggak bisa menahan tawanya sambil menutup
mulutnya dengan tangan agar tidak didengar oleh Boy.

”Rasain lo, sebentar lagi dengan pembalasan kita. Waktu untuk pembinasaan lo tinggal
menghitung detik doang, Boy,” kata Ivon bicara pelan dengan Lila.

Lila dan Ivon sudah benar-benar nggak sabaran untuk menghabisi Boy. Nasib baik lagi nggak
berpihak, hukum karma sepertinya segera berlaku buat Boy. Sementara Kania sudah gelisah
menunggu kehadiran kedua temennya untuk beraksi menjalankan skenarionya. Mereka bertiga
memang sudah nggak sabaran mengacak-acak mukanya Boy dan menyiramkan jus mengkudu
busuk kesekujur tubuh Boy, yang memang sudah mereka persiapkan dari rumah.

Malam itu merupakan malam yang naas dan apes bagi Boy. Dia harus mempertanggujawabkan
atas semua perbuatannya terhadap ketiga cewek ini. Skenario yang diatur oleh Lila berjalan
mulus. Boy yang lagi asik, tiba-tiba aja menjadi kaget nggak karuan melihat kehadiran korban-
korbannya, Lila dan Ivon tiba-tiba datang secara bersamaan. Boy hanya terpaku diam menunggu
eksekusi. Tapi dasar play boy tengik, dia berusaha terlihat santai, seolah-olah tidak terjadi apa-
apa. Padahal dalam hatinya berkecamuk nggak karuan dan jantungnya berdebar kencang.
Mampus dah gua! Pikirnya.

”Dasar bajingan! Buaye lu! Jadi ini kerja lo selama ini?” kata Ivon berang banget.

Lila yang nggak bicara, nggak tinggal diam. Lila lalu dengan semangatnya menyiramkan jus
mengkudu tadi ke tubuh Boy. Pyuuuuur basah. Duh! Bau banget. Mampus deh lo, Boy!

Kania dan Ivon pun terus mencaci maki Boy habis-habisan. Lila yang sudah geram banget,
akhirnya nggak tahan juga menahan emosinya, lalu dengan spontan menggampar muka Boy.
Plaaaaaak, Boy tidak mengelak dan hanya diam.

Boy yang seperti maling ketangkap basah nggak bisa berkutik dan hanya diam dan pasrah tanpa
perlawanan apa-apa dengan perlakuan ketiga cewek tadi. Mau bicara pun sudah nggak sanggup
lagi. Mau ngeles pun sudah nggak bisa lagi. Ia seperti orang yang sudah kehilangan akal. Ia malu
banget karena belangnya selama ini sudah ketahuan.

Dengan peristiwa itu membuat semua tamu di kafe pun tertuju kepada mereka berempat dan
membuat membuat pengunjung heboh dan tertawa sambil bertepuk tangan melihat seorang
cowok yang sudah basah kuyup menjadi bulan-bulanan tiga orang cewek. Rasain deh, Boy!

”Cukup sudah pertualangan cinta lo sama kita, Boy,” kata Lila sambil berlalu meninggalkan Boy
berdiri sendirian.

Lila, Ivon dan Kania akhirnya pergi meninggalkan Boy sendiri. Boy pun akhirnya dengan
perasaan malu banget pulang meninggalkan kafe yang menjadi neraka buatnya malam itu.
Mimpi apa gua semalam, bisik hatinya seperti nggak percaya dengan apa yang telah terjadi.

Selama diperjalanan, mereka bertiga melepas tawa sejadi-jadinya di dalam mobil sedan yang
dikendarai oleh Lila. Mereka pun merasa puas setelah sukses mengerjai Boy.

Makanya Boy, jadi orang jangan sombong banget dengan kegantenganmu, sehingga membuatmu
lupa akan daratan. Kalau elo masih nggak nyadar juga, maka tunggu aja sebuah hukum karma
yang mungkin lebih besar dari malam ini akan menghampirimu lagi. Percaya deh! Tuhan Maha
Pengampun, kembalilah ke jalan yang benar, Boy. Insyaallah.
TAMAT

Read more: http://cerpen.gen22.net/2013/09/cerpen-akhir-pertualangan-cinta-


sang.html#ixzz3IkEz2gzc
Cerpen Cinta: Kau yang Merubah Hatiku

Awal dari sebuah rasa manis akan tetap manis jika kita pintar megolah rasa manis itu agar tetap
manis. Cerita itu berawal pada sebuah hubungan antara cewek manis yang sering disapa Indi
dengan cowok yang sering dipanggil Ihsan. Hubungan mereka yang telah berjalan hampir 9
bulan ini berawal mulus dan penuh dengan bahagia.
Rasa pahit ini dimulai saat hari-hari sebelum ulang tahun aku diakhir bulan awal tahun ini.
Sebuah perubahan terjadi pada Ihsan. Waktu yang tak pernah ada untukku membuatku sudah
kehabisan kesabaran untuk selalu ngertiin Leo yang sibuk berkerja,hingga hari liburpun ia tetap
bekerja. Hingga 2 minggu sebelum ulang tahunku,aku mengirim sebuah pesan panjang kepada
Ihsan.
To : (085643xxx890) Ihsan sayang
Aku tak tau knp km berubah. Km lupa dgn semua janji hubungn kita. Aku rasa ini puncak dari
sebuah rsa sabarku. Aku ingin kita udahan aja,jalan ini mgkn yg terbaik. Maaf utk smua dan
maksh untuk hari2 lalu. Aku bukn berhnti mencintai tpi aku ingin berhnti menyakiti hati.
Dengan rasa berat hati dan meneteskan air mata,aku mengirim pesan itu ke dia. Namun seperti
yang sudah aku duga,tak ada tanggapan dari Ihsan hingga satu minggu sebelum ulang tahun.
Hari-hariku sangat berat saat ia sedang menghadapi ujian yang sedang berlangsung di
kampusnya aku juga harus menghadapi masalah dengan Ihsan
Saat aku berkeluh kesah dengan sahabat akrabnya yang suka dpanggil “Sipit” namun ia juga tak
memberi respon bahkan saat aku memulai cerita,
“pit,aku sebel deh ama Ihsan,aku dicuekin,sampe aku ngomong putus aja gak direspon,pokonya
akau penegen putus dari Ihsan ………….”
Belum selesai aku bercerita sipit langsung jawab dengan pernyataan juteknya dan muka jelek,
“udah ah mb Indi,aku mau pulang,capek aku”,sambil dia meanarikku untuk pulang. Dengan rasa
sedih aku menganggukkan untuk mengiyakan agar sipit pulang.
Aku berjalan menuju tempat parkir motor sambil memikirkan,kenapa dengan Sipit. Otakku ini
penuh banget,Sipit jadi berubah, Ihsan juga gak kalah berubah,ditambah ujian yang bakal
dihadapi. Dalam hatiku cuma berucap “ ujian hidup dan ujian kampus kok berat banget”. Aku
mencoba menghubungi Pit berulang kali namun jawaban dari operator selalu sama “nomor yang
anda tuju sedang sibuk”. Aku mencoba sms Sipit..
To : (085678901xxx) Sipit
Pit,kok sekarang kmu berubah,saat ini kau butuh kamu pit
Sambil menunggu balasan dari Sipit aku berpikir apa Sipit juga punya masalah jadinya gak mau
dicurhatin. Tak berapa lama ada pesan masuk dihandphoneku,dalam hati inginnya leo yang sms
aku. Tap aku yakin pasti Sipit yang balas.
Jreng,,dengan terkejut …
Dari : (085643xxx890) Ihsan sayang
Sayang aku lagi sibuk buat beberapa minggu ini.
Setelah baca ini ada rasa lega tersendiri ternyata dia sibuk tapi makan hati juga kalau gini terus.
Lalu tak berapa lama sipit menyusul membalas sms dariku.
Dari : (085678901xxx) Sipit
Mb Ndi,sorry aku lagi irit pulsa,gak bisa balas smsmu.
Dengan rasa yang udah bercampur dihati sms mereka takku balas,dan membuang handphoneku
dari hadapanku. Jam dinding di kamarku yang udah nunjukkin pukul 23.00 WIB tapi mata susah
banget dipejamin. Udah beberapa hari ini aku tidur diatas jam 01.00 WIB. Tapi aku berusaha
memejamkan mata namun handphone berdering,sebuah lagu menjadi lagu tanda panggilan
masuk. Aku tak ingin melihat siapa yang menelpon malam gini,tapi telepon itu tidak berhenti
berdering.
Ku coba melirik handphone dan melihat sebuah nama yang taka sing,karena ternyata yang
telepon itu adalah Ihsan. Dengan segera aku menganggat telepon.
“Assalammualaikum, Ndi”. Sebuah salam yang terdengar dari seberang namun kali ini Ihsan
berubah karena memanggilku Indi.
“Walikumsalam,gimana ada apa?” dengan gaya biasa karena tetep aku jaga gengsi. Hehehe..
“kok belum tidur,Ndi”,dengan nada datar dan tanpa dosa.
“belum aja,belum ngantuk. Kamu sendiri kenapa belum tidur juga?”
“Kok panggilnya ‘kamu’ ?”. Ihsan ini paling gak suka kalau dipanggil ‘kamu’ walaupun lagi
marahan.
Aku juga Cuma jawab singkat,”kamu ja panggil aku Ndi”.
Malam ini begitu dingin,sekalinya telepon seperti ini. Lama sekali kami terdiam,entah apa yang
dipikirkan oleh Ihsan saat ini.
“Em,tidur yuk,udah malam,nanti sakit.” sebuah ucapan manis dari Ihsan ini lumayan
menyejukkan hati kalau dia masih perhatian denganku.
Aku dengan sedikit menghilangkan gengsi,”ya udah tidur,besok kan kamu kerja juga”
“ya udah,met malam ya”. Tuttt.. Tuttt..Tutttt …
Tiba-tiba telepon itu terputus,aku belum sempat membalas ucapannya. Bahkan ucapan yang
sering dilakukkan pun tiba-tiba hilang.
Aku tetap tidak bisa tidur,aku berpikir terus “apa yang kamu mau sih Ihsan,putus gak dikasih
jawaban,tapi masih perhatian”. Dengan gemasnya boneka beruang yang pernah ia berikanpun
jadi sasaran kemarahanku. Aku coba mengajak bicara boneka itu,
“apa sih mau mu Ihsan?”
“aku ini masih pacaramu bukan?”
“aku bingung ma kamu”. Sambil kupukul-pukul boneka itu,”jawab dong,diem aja kamu”.
Tiba-tiba air mata ini menetes perlahan dan dengan rasa sayang aku memeluk boneka.
Dengan lirih aku berucap, “Ihsan aku sayang ama kamu,tapi kamu bikin aku nagis terus.”
Pelukanku keboneka menemaniku hingga aku terbangun dari tidurku. Pagi cerah ini dengan mata
agak sedikit sembab mencoba untuk bersemangat ke kampus. Hari ini bakal jadi jadwal yang
paling bosen,kuliah dan rapat organisasi hingga sore. Tapi aku berpikir ini mungkin cara
menghilangkan rasa sedihku.
Seperti biasa aku janjian dengan Sipit di kampus karena beberapa mata kuliah kami sama jadi
kadang kami sekelas. Kami mendapat julukan “emak dan anak” karena tiap Sipit dating duluan
yang ditanyain aku begitu juga sebaliknya.
Dari belakang mencoba mengagetkan Sipit,“dor…Pit,,,”
“yeee…mb Indi,kagetin aja. Gak sedih lagi ni?”
“udah enggak dong,kan males mikir orang yang gak mikir aku”
“kenapa Ndi mata kamu,dicium nyamuk apa semut cowok ni.hahahaha”. Dengan gaya khas
ketawa sambil matany merem sipit mengejekku.
“apaan sih kamu,Pit.. Ini mata sembab karena aku pompa,niatnya matanya biar belok dan gak
Sipit kayak kamu”. Sambil aku membuka mata dengan jariku dan berlari karena aku ngejek
Sipit.
Seketika itu pikiranku tentang Ihsan hilang, ya walaupun Sipit gak dengerin ceritaku, setidaknya
bisa bikin ketawa aku. Karena kami punya semboyan “Kita gak sedih lagi,gak nangis lagi”. Itu
Cuma kalimat dari lirik lagu Smash tapi bisa bikin seneng.
Hari-hari berikutnya terasa cepat sekali,sampai gak inget kalau besok udah hari ulang tahunku.
Dan beberapa hari ini gak nyangka nama Ihsan hilang di pikiranku,kita sama-sama gak saling
smsan atau telepon.
Hari yang ditunggu namun bikin kecewa,semalaman aku tak tidur berharap Ihsan bakal jadi
orang pertama yang mengucapkan ulang tahun ini. Tapi aku gak begitu peduliin itu,karena
banyak sahabat,keluarga yang memberiku ucapan dan lebih special.
Lebih malasnya lagi hari ini masuk kuliah,sesampainya disana. Sebuah kejutan kecil dari temen-
temen.
“happy bday to u,,,happy bday to u,,happy bday,happy bday,happy bday Indi…..”
Sebuah donat kecil dan lilin diatasnya dibawa oleh Sipit untukku.
“Tiup lilinya mb Ind,tapi,,,make a wish dulu ya…”
Ku memejamkan mata dengan sebuah doa,dan saat ku buka mata ini ku meniup lilin. Donat kecil
itu ku potong kecil-kecil agar semua temen ikut menikmati,walaupun dikit. Suapan pertama
untuk sipit sambil cipika cipiki.
“Happy bday mb Indi”
“makasih sayangku”
Dan hari ini waktu itu cepat sekali,kejutan dan ucapan tak henti-hentinya datang. Namun tak satu
smspun dari Ihsan untuk mengucapkan ulang tahun. Sekalinya aku lihat jam udah jam 17.00
WIB. Dan saatnya pulang kerumah dengan rasa penuh kebahagiaan. Aku jadi mengerti arti
sebuah persahabatan.
“balik yuk,Pittttt,udah capek ni seharian dan aku juga udah bosan kalau ketemu kamu
terus.heheheh..” sambil gemes ama pipinya yang chubby banget.
Dengan jengekelnya Sipit menarik tanganku,”sakit tauuu…hehehehe. Serius ni bosan ma aku?
hehehe”.
“iya,untung aja kuliah itu gak 24 jam,coba 24 jam bisa mati konyol ketawa ma kamu terus.”
“Agh,nyebelin mb Indi ni,”dengan muka manyunnya.
“Tapi kalau ketawa sambil merem dan gak boleh manyun ntar tak tinggal pulang lho”
“jangan,,nebeng sampe depan ya”,dengan muka melas dia dan senyum Sipitnya.
Dengan sikap hormat,aku menjawab “siap laksanakan boss..sipitnya mana sipitnya”,aku
mencoba masih menggodanya.
Aku dan sipit menuju parkir kampus untuk mengambil motor . Saat menuju motorku aku heran
kok ada sebuah kantong plastik yang tergantung dimotorku.
“Pit,tu ada plastik punya sapa ya?”
“Ya punya mb Indi dong,kan dimotor mb Indi”
“Tapi aku tadi gak bawa apa-apa,jangan-jangan…………..”
“jangan-jangan apa mb Indi?”
“jangan-jangan Bom Pit,kaburrrrrr…………”,aku langsung berlari berniat ngerjain sipit yang
kaget. Sipit juga ikut lari dan berterika,”Mb Indi tunggu”, dengan nada manja anak kecil.
“mb Indi,liat aja yuk”
Kami mencoba kembali ke motor kami dan melihat isi kantong yang ada di motorku itu.
Jrenggg……jrenggg… coba tebak apa isinya…
“Agh,flasdisk??”,aku dan sipit mengatakan hal yang sama.
“tau gitu aku nitip kamu aja biar,masak ngomong aja kita barengan”
“gak apa-apa mb Indi,kita itu emang ditakdirin bersama-sama”
“udah-udah,,kamu ntar GR malah berabe.” Sambil ku lihat kantong itu barang kali ada yang
lain,“maksudnya apa ya Pit ini?”
“gak tahu,coba dicari ada tulisan dari pengirim gak”
“Ini ada tulisan pit”,aku membaca sebuah memo kecil dari sang pengirim.
‘Indi,ini flas ada sesuatunya, dilihat pas pukul 20.20. gak boleh dilanggar’
Dari : pengirim flasdisk
“mb In,jangan-jangan dalemnya ada Syahrininya,tu ada sesuatu”
“Hahahaha,,,kamu itu aneh-aneh aja,mana muat Syahrini masuk flasdisk”
Aku masih bingung dengan ini,maksud dan isi dari flas ini apa. Kulihat sipit mebolak balik
kantong itu.
“Kenapa pit,kok dibolak balik?”,anak satu ini aneh banget.
“ya ini kantong nyebelin mb In,gede kantongnya isinya Cuma flas. Gak ada makanan atau apa
gitu”
Sambil gemesin pipinya,”kamu itu,makan mulu….udah kita pulang. Jadi gak sabar pengen liat
isinya apa”
Setelah sepanjang jalan memikirkan isi flas,tak terlintas akan pikiran tentang Ihsan. Seakan
beberapa hari ini aku dibuat amnesia tentang Ihsan. Aku juga tak mengenali tulisan tangan dari si
pengirim. Sebuah tanda tanya besar dipikiran ini belum terjawab.
Malam sudah mulai larut,berulang mata ini melirik jam dinding namun seakan jam itu berputar
sangat lambat. Sudah tek terhitung berapa kali mata ini melirik untuk menunggu pukul 20.20.
rasanya tunggu sesuatu yang bikin penasaran itu sangat menyebalkan. Setelah menunggu
beberapa saat sms masuk ke Hpku.
Dari : (085678901xxx) Sipit
Isinya apa mb Ind?
Aku segera mereplay sms sipit.
To : (085678901xxx) Sipit
Gak tau juga,ntar lagi aku buka.
Waktu yang ditunggu sudah datang,seperti anak yang mendapatkan hadiah aku sangat begitu
antusias untuk mengetahui isi flas itu apa. Langsung ku buka dilaptopku dan hanya ada sebuah
file yang berformat video. Bergegas aku membuka video tersebut.
Sebuah video ucapan selamat ulang tahun dari Ihsan. Disitu Ihsan menyanyikan lagu milik Ipang
yang berjudul “Akhirnya Jatuh Cinta”,” Tak Ada gantinya”, “Tanpamu” yang merupakan lagu
favorit kita. Didalam video Ihsan sambil bermain gitar menyanyikan lagu itu. Diakhir video itu
Ihsan mengatakan sesuatu yang sangat menyentuh.
“aku sekarang tau siapa yang harus aku perjuangkan,ternyata kau harus memeprjuangkan
kamu,bila cintaku dan cintamu bersatu aku yakin cinta ini kekal dan abadi utnuk selamanya
karena kamu semangat hidupku”
Diakhir kata-kata dari Ihsan membuat aku menagis terharu dan senyum bahagia.
Beberapa saat kemudian ada yang mengetuk pintu rumah,sambil aku menghapus air mata ini aku
beranjak untuk membukakan pintu.
Saat kubuka pintu,sebuah kejutan yang termanis yang aku terima.
“Happy bday to u… Happy bday to u…..”
Aku terkejut karena Ihsan datang bersama SIpit dan SIput. Biar jelas,siput ini adalah cowok
Sipit,kita panggil Siput karena dia super karet dan lama kalau ada janjian jalan-jalan. Kalau
janjian pergi bareng jam 08.00,dia bisa baru datang jam 10.00 karena kelamaan mandi.
Aku lanjutin ceritanya, Ihsan dengan membawa kue ulang tahun menyanyikan lagu ulang tahun
bersama Sipit dan Siput. Dengan segera aku memeluk Ihsan dan memukul Ihsan karena aku
sebel dan aku bahagia. Ihsan juga membalas pelukku sambil membisikan “happy bday
sayangku,”
“makasih sayangku”, Ihsan juga mencium keningku.Dan aku kembali memeluknya.
“Eehmmmmmmm….”,sipit ma siput mengagetkan kami.
“Halooo…lilinya mau cair ni,mau ditiup gak ni?”,sipit langsung aja nerocos.
“Iya dong,kan kueku,hahhahaa… tapi masuk dulu yuk,,”
Setelah beberapa saat aku mentiup lilin ulang tahunku dengan sebuah doa dan ucapan terima
kasih pada Allah karena udah ngembaliin Ihsan lagi. Untuk beberapa saat aku sedikit manyun
ama Ihsan.
“sayang itu nyebelin tau,cuekin aku”
“jangan salahin aku aja,tu sipit ma siput juga. Mereka juga ikut andil dalam urusan ini”. Dengan
segera aku menghampiri sipit m siput dan mencubit mereka.
“dasar kalian berdua,sengkongkol ya”. Dengan muka tak berdosa mereka hanya tertawa.
Dengan rasa kagen yang udah beberapa minggu gak manja-manjaan ma Ihsan. Aku mencubit
karena aku masih sebel dikerjain.
“aduh sayang,ampun,,,”,diraihnya aku dan dipeluk sama Ihsan.
“maaf ya sayang buat kemarin-kemarin. Tapi aku gitu karena kau sayang. Love you sayang”
Dengan nada manja aku menjawab,”iya sayang. Love you too sayangku”
Untuk kedua kalinya,kami diganggu oleh sipit ma siput. “Hello,disini ada kami” siput bersuara
untuk kali ini.
“ayo mb Ind,dipotong kuenya,masak mau diliat aja”
“dasar tukang makan,iya,iya,,tak potong ya”
Dan lebih nyebelin lagi,kuenya ditulisin ‘happy bday Indi. Semoga cepat gemuk’. Mereka itu ada
–ada aja. Selanjutnya aku memotong kue.
Untuk potongan pertama aku memberikan kepada Ihsan. Dan sebuah kecupan manis dikening
untukku dari Ihsan.
Untuk potongan selanjutnya sipit dan siput. Kami bercanda sambil menikmati kue ulang tahun.
“kok bisa kalian kerja sama,aku kasih tahu ceritanya dong”
Secara bersama-sama mereka tertawa,karena sudah berhasil mengerjain aku.
Cerita awal dimulai dari Ihsan, Ihsan mengajak siput dan sipit untuk ngerjain aku. Dan semua
skenario sudah dirancang. Sipit selalu memberi informasi pada Ihsan tentang aku.
“sayang waktu malam itu aku telepon karena denger dari sipit kamu sedih banget. Aku gak tega
jadi aku telepon”
“aghh,,nyebeliin sayang tu”
“hahahahaaaaaaaaa….” Mereka menertawakan kebodohanku.
“terus yang kasih flas dimotorku?kan syang kerja,sipit ma aku terus,mesti siput ya”,sambil
tunjuk Siput.
Dengan senyumnya siput mengakui,”iya aku yang kasih flas kemotormu dan itu tulisanku. Kan
kamu belum pernah liat tulisanku”
“aghh,,dasar siput,kamu itu”
Dan semua kembali tertawa karena melihat kebodohanku. Aku Cuma cemberut dan ikut ketawa.
Ternyata kejutan dari Ihsan belum berakhir.
“tutup mata sayang,gak boleh ngintip lho..”
“ada apa to?”
“ya udah tutup mata dulu,nanti kan tau. Tapi berdiri dong”
Aku mencoba menuruti semua kemauan dia dan aku penasaran apa yang akan
diberikannya,karena flas dan kue sudah menjadi kejutan yang teka terlupakan.
“udah belum sih,lama banget”,dengan sebel karena gak sabar pengen tahu.
“ok,sekarang dibuka perlahan ya…”
Sedetik kemudian aku membuka mata,sebuah kejutan yang manis. Ihsan memberikanku sebuah
cincin dan ia sambil berkata “mau kah kau berjanji untuk selalu menjaga dan mempertahankan
hubungan kita dalam keadaan apapun?”.
Dia bertanya seperti itu karena kalau diajak nikah aku gak mau jadi gak mungkin kalimatanya
“will you married me?” bakal langsung aku tolak,
Dengan rasa yang bahagia dan tak mampu berucap,aku hanya menganggukan kepala sebagai
isyarat aku mau. Dan Ihsan pun memakaikan cincin itu dijari manisku. Dan sebaliknya aku.
Setelah cincin ini tersemat di jari kami, Ihsan memelukku dan mengatakan sesuatu padaku,
“aku janji akan menjagamu.”
Dengan rasa yang tak bisa ku ungkapkan aku menjawab dari ucapan dengan,”aku juga berjanji
hati ini untukmu”
Dan sipit mengagetkanku dengan ucapannya untuk siput,”sayang aku juga mau kayak gini”
“hahahahhahah,,,”,kami semua tertawa dengan ucapan sipit.
Malam kian larut dan tak terasa jam udah nunjukkin pukul 23.00. semua pamit untuk pulang.
Namun aku sedih karena Ihsan juga pulang,aku masih pengen sama dia. Rasa kangenku sama dia
belum terobati. Namun waktu yang bicara.Mereka akhirnya kembali kehabitat msing-
masing(maksudku ke rumah masing-masing.)
“mb Ind,kita pulang dulu ya”,sipit dan siput bersalaman denganku untuk pamit.
“ok,,makasih ya buat kalian berdua”
“sayang,aku pulang dulu ya,langsung bobo ja,udah malem,”
“iya sayang,syang juga langsung bobo. Hati-hati ya,,”
“iya sayang,love you sayang”,kecupan kening untukku.
“love you sayang”
“udah mb Ind,ntar gak selesai-selesai kalau cium peluk mulu,” sipit ngiri ni,hehehe
“ya biarain,ni kan pacaraku,masak aku mau cium siput,boleh po?hahaha” aku menggoda sipit.
“ya gak boleh kok”
“sayang awas aja ya,” aku langsung dapet peringatan dari Leo dan Sipit.ahaahahah
Dan mereka pulang kerumah masing-masing. Malam ini bahagia yang tak terkira. Dan gak
mungkin aku lupakan. Aku beruntung memiliki teman dan Ihsan yang menyayangiku.
Aku juga lebih bisa memaknai arti sebuah persahabatan dan kasih sayang.Dan aku berharap
harapan yang aku inginkan terkabul,sebuah harapan yang tak akan ku ucapkan jika belum terjadi.
Di hari berikutnya kami kembali seperti biasa, Ihsan kembali normal. Hari terasa cepat hingga
tak terasa sudah masuk bulan Mei. Dan yang paling aku senang karena 27 Mei adalah satu tahun
kami berpacaran,aku ingin membuat suatu perayaan kecil dengan kejutan kecil dariku. Saat
sebuah rencana manis aku susun rapi dengan penuh cinta. Sebuah kabar buruk yang
menghancurkan sebuah rencana itu datang.
Saat beberapa hari sebelum hari itu saat dia datang kerumah sudah larut malam dan gak biasanya
dia datang selarut ini.
“duduk dulu sayang,mau minum pa?”,aku mempersilakan dia duduk.
“makasih sayang,gak usah minum. Aku Cuma pingin malam ini ama sayang”,dengan senyum dia
mengatakan itu.
Tersontak aku kaget dengan ucapannya.”Maksudnya apa?”
“gini,aku besok bakal berangkat berlayar ke India untuk waktu yang cukup lama”. Dia menghela
nafas setelah mengahkiri ucapannya.
Aku hanya bisa diam saat mendengar itu semua. Aku tak dapat mengatakan apa-apa. Aku tak
suka ini semua.
“sayangg…..”. dia membuyarkan lamunanku.”kamu gak apa-apa kan??”
“eh,,em,,sayng serius?sayng ini Cuma bercanda kan?”. Aku mencoba mencari jawaban kalau ini
semua Cuma kebohongan dia. Karena dia sering sekali mengatakan itu.
“kali ini benar”,sambil dia mengeluarakan surat-surat sebagai tanda kalau kali ini dia tak
berbohoong.
Aku memintanya danku teliti satu demi satu saurat-surat itu. Dan benar sebuah nama negara
sebagai tujuan berlayar atas nama dia. Aku menaruh kembali surat itu dan bertanya,”berapa lama
berlayar?” dalam hati ku pasti wkatu yang lama karena line/tujuannya jauh.
“2 tahun sayang aku akan pergi”
Aku tak tahu harus bagaimana lagi saat dia menjawab 2 tahun. Aku hanya terdiam,dia pun ikut
terdiam karena dia tahu pasti aku gak bisa terima ini semua.
“sayang bohong kan?sayang boong ya?”,aku masih mencoba tak percaya. Namun saat tangan ini
digenggamnya untuk mencoba meyakinkanku.
“sayng,aku bener besok bakal berlayar. Aku tau sayang bakal kesepian banget. Apalagi di sana
nanti aku juga gak dapet sinyal. 2 tahun itu aku sebulannya hanya mendarat 2 hari sayang.”
Aku benar-benar terdiam tanpa sebuah sedikitpun ucapan yang aku keluarkan dari bibir ini. Aku
membayangkan rencana kecilku di hari jadian kita hancur. Tangannya tetap menggenggamku
untuk menguatkanku.
Sedetik kemudian air mata membasahi pipiku. Sebuah sentuhan manis darinya untuk menghapus
air mata ini makin membuat aku menangis. Dan selanjutnya sebuah pelukan manis darinya. Aku
menangis di dadanya dengan sebuah pelukan dan belaian dia dengan diciumnya keningku
olehnya. Mungkin ini pelukan terakhirnya.
“sudah sayang,jangan gini. Nanti aku nangis juga,jelek kalau nangis. Cantiknya mana..”. dia
masih mencoba menghiburku dan menggodaku.
Dengan perlahan aku lepas pelukan ini darinya.” Sayang,aku sayang banget ama kamu. Aku gak
pengen jauh dari kamu. Tapi ini untuk masa depan,aku harus dukung kamu. Aku akan tunggu
kamu di sini. Aku ingin kamu janji,2 tahun lagi kamu datang kerumahku”
“aku janji sayang.” Dia kembali memelukku sambil berucap,”awas aja kalau sayang punya pacar
lagi,hehehe”
“agh,paling syang juga di sana”,mencoba gak mau kalah aku.
“aku aja bakal di air terus. Di kapal juga cowok semua. Ada juga ibu-ibu. Lagipula aku kan
punya sayang yang bakal selalu ada”
“gombal sayang ki”
“biarin,yang penting gak gembel..hehehhe”
Kami kembali tertawa dan menikmati hari perpisahan ini hingga tengah malam.
“besok anterin aku ya,mau kan?”
“ok deh sayang,”
“tapi gak boleh cengeng ya”
“ya biarain kok,,masak pacar bakal pergi jauh gak boleh nangis”
Perlahan dia berdiri dari kursinya dan meraih tanganku kembali,”sayang janji ya gak macem-
macem kalau aku tinggal. Inget cincin ini jadi saksi hubungan kita”
“Aku janji sayang”. Sambil ku tersenyum walaupun aku sedih.
“sayng aku pulang dulu ya,udah malam. Sayng bobo ya…”
“huem sayang,hati-hati ya”
“sampa ketemu besok ya sayang”
“ok sayang”. Dengan berat aku harus melepasnya pulang dan besok hari terakhirku bertemu
dengannya.
Air mata ini memang tak bisa membohongi kesedihan hati ini. Perlahan menentes kembali. Aku
jadi makin sedih,saat ahri-hari esok air mata ini menetes kembali siapa yang akan mengusapnya.
Semoga waktu 2tahun itu akan berjalan cepat dan hari-hariku tak berubah karena aku akan tetap
menjaga hati ini untuknya. Untuk orang yang telah menyayangiku setulus hati.
Sebuah lagu yang menjadi kenangan manis untuk kami adalah “Ipang-akhirnya jatuh cinta”.
Semua terjadi tak ku sadari tak terpikir apalgi mimpi.Tapi ternyata kini ku tak lagi berdaya.Kau
memang beda dari yang pernah ku rasakan.Hanya kau yang bisa merubah hatiku tk mungkin ada
lagi yang mampu membuatku seperti ini.Semua berubah saat bersamamu tak mungkin ku dapat
kalau tanpaumu,sangat ku nikmti mencitaimu bersamamu. Tapi ternyata kini aku sudah
bersamamu…
Karena kesedihanku ini hanya sementara,karena aku percaya lelah ini hanya sebentar dan aku tak
boleh menyerah walaupun ini tak mudah. Aku akan selalu ingat pesan dia untuk selalu
tersenyum biar semakin mudah karena kesedihan ini hanya sementara.
Dan hari-hari sepiku akan terjadi. Semoga aku bisa jalani ini semua. Dan semoga 2 tahun lagi
aka nada sebuah cerita manis yang berakhir dengan sebuah kebahagiaan.

Kita tunggu cerita selanjutnya…. 2 athun lagi… see you next time…

Read more: http://cerpen.gen22.net/2013/08/cerpen-cinta-kau-yang-merubah-


hatiku.html#ixzz3IkFQfpgA
Cerpen Romantis: Mr. Ice Cream

Ini sudah mangkuk es krim kedua yang aku lahap malam itu, tak peduli aku sudah dua jam
duduk di kedai ini. Pelayan tua kedai itu kadang sesekali memalingkan tatapannya dari Koran
pagi harinya kearah ku. Mungkin dia pikir aku kurang waras, di cuaca sedingin ini dan sedang
hujan deras diluar sana, ada gadis yang masih menikmati es krim sampai mangkuk kedua, tenang
saja pak tua gumam ku dalam hati mungkin akan ada mangkuk yang ketiga, keempat, kelima dan
seterusnya. Aku tak peduli.

Hap, sendok demi sendok aku nikmati, tatapanku hanya menatap kosong pada suatu titik
sembarang di sudut kedai itu. kenangan demi kenangan aku putar di pelupuk mataku, seperti
komedi putar yang sedang memutar scene demi scene. Membuat hati ini campur aduk dan sedikit
sesak. Me-rewind semua rutinitas gila makan es krim ini dari mana asalnya, kalo bukan dari
dirinya.
***

3 tahun yang lalu. Di kedai es krim yang sama

Wajahnya yang sedikit pucat dan tirus, rambut nya yang agak panjang, sedikit berantakan, dia
tersenyum menatap ku penasaran, menunggu pendapatku tentang rasa es krim yang barusan aku
cicipi.

“Gimana?” tatapnya penasaran, air mukanya mulai serius melihat ekspresiku yang mengerutkan
dahi seperti ada yang salah dengan es krim yang kumakan.
“Tunggu!” jawabku sambil memutar mata seolah berfikir serius mendikripsikan Sesuatu yang
sedang lumer dilidahku, lalu ku coba sesendok lagi, sok-sokan lagaku seperti tester sejati.

“Enaak !!” Seru ku.

Dia tersenyum kecil dan menjewer pipiku, protes melihat ekspresi ku yang menipu. Aku lantas
mengerenyit sambil mengusap pipiku yang dijewernya.

Ya, Dialah Keylan. Key dan Aku pertama kali bertemu di laboratorium praktikum kimia dasar,
Dia yang mengembalikan modul praktikumku yang tertinggal di laboratorium. Disitulah kami
berkenalan, dia sebenarnya seniorku di kampus, usianya terpaut dua tahun lebih tua dari umurku.

Key mengambil cuti selama satu tahun di awal perkuliahan oleh sebab itu ia sering meminjam
buku catatanku untuk mengejar ketinggalannya. Sebagai imbalan nya Key sering mentaktirku es
krim. Berawal dari sebuah catatan dan secorong es krim di kantin kampus-lah pertemanan kami
semakin akrab.

Key dan aku adalah sosok manusia yang mempunyai hobi yang bisa dibilang terbalik, Key
adalah cowok dengan hobi membuat cake atau makanan manis. Sedangkan aku adalah cewek
dengan hobi nonton sepak bola dan nonton serial kartun Kapten Tsubatsa. Terbalik bukan?

Mr. ice cream adalah panggilanku untuknya. Cowok berbadan kurus dan tinggi ini bisa di bilang
addicted dengan es krim seperti sesuatu yang tak bisa di pisahkan. Karena hobi dan mimpinya
ingin mempunyai usaha di bidang kuliner itu, Key mengambil Cooking Class khusus membuat
pastry. Key termasuk golongan cowok yang cool dan tak banyak bicara, Terkadang Key tidak
bisa ditebak serta penuh kejutan.

Sore itu, Key dengan sengaja menculikku dari kampus, Key mengajakku berkunjung ke kedai es
krim yang konon katanya sudah ada sejak jaman kolonial belanda. dan aku percaya itu, karena
bangunan kedai itu sudah tua, interior kedai itu pun terlihat seperti di museum–mesueum sejarah,
seperti meja kasir dan pintu yang sedikit tinggi terbuat dari kayu oak yang berpelitur, mesin kasir
nya pun antik dengan type model tua, disisi sebelah kiri kedai terdapat roti-roti yang masih
hangat terpajang dalam etalase tua, Demikian juga alat penimbangan kue yang sudah tua, bahkan
pelayan nya pun tak ada yang muda, semua tua.

Key bercerita sambil menerawang kearah langit-langit, kalo dia sering makan es krim disini
ketika masih kecil bersama ibunya. Ia menceritakan kesukaannya terhadap tempat ini dan
kegemaran nya makan es krim, alasan dirinya suka sekali makan es krim karena ibunya pernah
mengatakan bahwa makanan yang manis itu bisa mengobati patah hati dan bad mood.

Aku hanya menatap wajahnya yang masih sedikit pucat dan mendengarkannya dengan setia
karena antusias dengan apa yang ia lakukaan atau ia ceritakan.

“Semua orang hampir menyukai es krim bukan?” dia menatap ku lagi. Sialnya aku tertangkap
mata karena menatapnya lamat-lamat, aku memalingkan wajah dan menyibukan diri dengan
mengambil roti tanpa isi dan ku jejali roti itu dengan es krim tutti fruiti-ku.

“Termasuk kamu yang rakus, makan es krim sama roti” protes nya sambil tertawa kecil melihat
kelakuanku melahap roti isi es krim.

“ini Enaaak, coba deh Key” sambil menyodorkan roti isi eskrim kepadanya sebagai upaya
mengkamufalse salah tingkahku barusan. Key lantas mencoba mengunyahnya dengan lahap, lalu
tersenyum lagi tanda setuju kalo itu kombinasi yang enak.

“yeee, enak kan, sekarang Key ketularan rakus” aku tertawa puas. Dan key menjewer pipiku lagi.
Kami pun kembali tertawa riang.

Mungkin, para pengunjung di kedai itu, melihat Aku dan Key seolah pasangan kekasih romantis,
yang sedang bersenda gurau. Tapi mereka salah besar. Kami tidak pacaran, tepatnya key punya
pacar. Key berpacaran dengan Amerina. Mengenai Key dan Amerina aku tak tahu banyak karena
Key jarang sekali bercerita tentang hubungan mereka, setahuku mereka menjalin pertemanan
semenjak mereka duduk di bangku SMA, lalu mereka saling menyukai dan berpacaran, Amerina
adalah gadis cantik, anggun, smart dan terlihat kalem, menurutku Amerina seperti Key versi
cewek. Hanya itu yang ku tahu.

“Pulang yuk ran, nanti ketinggalan jadwal nonton Tsubatsa ” ajak Key kepadaku sekaligus
mengingatkan.

“Iya, hampir lupa..ayook” jawabku sambil beranjak dari kursi. Mengikuti punggung Key yang
sudah berjalan terlebih dahulu meninggalkan kedai itu.
***

2 Tahun yang lalu. Di kedai es krim yang sama.

Key tersenyum simpul penuh arti dan terlihat lebih menarik dengan kemeja abu-abu bermotif
kotak-kotaknya kali ini rambutnya terikat rapih.

“Ta daaaa, Happy Birth Day” Key menyodorkan sesuatu. Aku diam terpaku tak menyangka.
Sebuah surprise !!

Malam itu di hari ke lima belas di bulan September, Key membuatkanku kue ulang tahun dengan
motif bola dengan dominasi warna biru dan putih, seperti warna club kesukaanku, Chelsea.
Lengkap dengan tulisan “Happy Birth Day Rana” diatas kepingan cokelat putih yang membuat
kue itu semakin cantik dan tak lupa lilin dengan angka kembar dua-puluh-dua.

“Jangan lupa berdoa dan make wish ya” Key tersenyum Simpul lagi.

Aku meniup lilin angka kembar itu, dan memejamkan mata dalam dua detik membuat
permohonan. Kami merayakannya hanya berdua saja. Menikmati kue tart buatan Key dan es
Krim tentunya.
“Rio, belum telepon juga?” Key bertanya singkat.

Rio? Kenapa Key nanya Rio lagi sih?. Aku hanya menggeleng. Singkat cerita, Rio adalah
pacarku. tepatnya seminggu yang lalu, jadi sekarang dia sudah menyandang gelar mantan pacar.
Rio dan Aku bertahan pacaran hanya lima bulan saja. Kami menjalani hubungan LDR alias Long
Damn Realtionship, atau pacaran jarak jauh, Akhir-akhir ini komunikasi kami mulai terasa tidak
lancar. Ditambah Rio yang tidak pernah suka dengan hobiku yang menyukai sepak bola.
Terkadang itu menjadi bahan pertengkararan kami. Pada akhirnya kami memutuskan hubungan
secara baik-baik. Tak ada yang harus di pertahankan.

“Sudah, jangan sedih. Mungkin dia sibuk” ujarnya seraya menghiburku.

Puh, tak ada telepon pun tak masalah bagiku, lalu ku hanya diam dan menikmati es krim dan
kuenya lagi.

“yang penting…” Ujar Key. Hening sejenak. Aku menunggu Key melanjutkan kalimatnya. “
Ayah dan Adik, sudah telepon” lanjutnya sambil tersenyum.

Aku mendongak, menatapnya lekat-lekat lalu membalas senyumannya “Tentu saja, itu yang
penting” timpalku kepadanya. Kamu juga penting Key.

Key selalu peduli dan selalu mencoba menghiburku. Seorang teman yang selalu ada untukku,
diberikan surprise seperti ini adalah pertama kali dalam hidupku, ada orang lain di luar anggota
keluargaku yang membuat perayaan spesial seperti ini khusus untukku hanya seorang teman
seperti Key yang melakukannya. Teman? Lalu bagaimana dengan Amerina? Apakah dia
melakukan hal yang sama kepadanya?

Pertanyaan-pertanyaan ini tiba-tiba muncul di kepalaku, Mengapa aku ingin tahu detail
bagaimana Key memperlakukan Amerina? Bukan kah sebelumnya aku tak pernah peduli?

“Barusan make a wish apa?” Pertanyaan Key membangunkan ku dari lamunan akibat
pertanyaan–pertayaan aneh yang bermunculan dari kepalaku.

“Rahasia” Aku menjawab spontan. Lalu memasang muka jahil.

“Pelit” Key pura-pura ngambek.

“Anyway Key, thank a lot, you’re my best” Aku tersenyum. aku bahagia malam ini.

“Any time, Ran” balas Key. Tersenyum simpul.

Malam itu diumur ku yang bertambah, Aku menyadari seorang duduk dihadapanku seperti
sebuah es krim yang dalam diamnya terlihat cool, dalam senyumnya terasa manis, dan dalam
katanya terdengar lembut. Dia yang membuatku menyadari sesuatu itu ada, tetapi sesuatu yang
tak bisa aku jelaskan, tak bisa aku hitung dengan rumus matematika, dan tak bisa aku urai seperti
senyawa kimia, dan sesuatu itu tidak hanya ada, tetapi hidup dan berdetak, dan kadang membuat
dada ini sesak.
***

Segerombolan awan hitam, tak hentinya menumpahkan air kebumi, menadakan besarnya
kerinduan langit pada bumi. Debu-debu yang menempel di jalanan dan gedung tua pun ikut
terhanyut olehnya, membuahkan aroma tanah yang menyaingi aroma roti yang baru keluar dari
pemanggangan sore itu. Kedai itu tak berubah sedikitpun, semua interiornya tetap tua di makan
usia.

Dua jam yang lalu, aku dan Key duduk bersama di kedai ini, wajahnya sudah tak sepucat dan
setirus dulu, rambut nya pun tak seberantakan dan sepanjang satu tahun yang lalu, Key terlihat
baik-baik saja bukan?, Namun tak ada sedikit pun senyum didalam air muka Key, Dia bersikap
dingin, sedingin es krim di mangkuk dan cuaca di luar sana.

“Kenapa gak ada kabar ran?” Key menatapku serius. Nada suaranya dingin.

Aku tak sanggup memandang key, hanya tertunduk dan diam, lidah ini kelu untuk berucap
memberi alasan yang sebenarnya.

“Aku sibuk Key” Aku berbohong. “Maaf Key, aku memang keterlaluan” ucapku sekali lagi.
Menahan air mata yang nyaris keluar.

Setelah mendengar kata maaf itu Key langsung mehenyakan punggungnya kesandaran kursi,
seperti tak percaya hanya mendengar kata maaf dari seorang sahabat yang hanya pamitan lewat
sms dan setahun kemudian tak ada kabar sedikitpun seperti menghilang di telan bumi. Aku tahu
Key pasti marah hebat kepadaku, tapi semenjak perasaan ini makin menguasai, persahabatanku
dengan Key terasa bias, tepatnya hanya aku yang merasa bias, aku tak kuasa lagi
mempertahankan kepura-puraanku di depan Key yang selalu bersikap baik kepadaku. Karena
dengan sikap Key yang seperti itu, mahluk yang bernama perasaan ini seperti di beri pupuk, dan
akan terus tumbuh, walau aku susah payah memangkas nya tapi ini akan terus tumbuh tak
terkendali dan akan terus membuatku merasa bahagia dan sakit dalam waktu yang bersamaan.
Maka ketika kesempatan bekerja di luar kota itu datang aku tak menyiakan nya.

“Tapi kau baik-baik saja kan?” Ucap nya tenang.

Aku mendongak, menatapnya lekat-lekat. Air mataku hampir jatuh. Aku tak boleh menangis di
depan nya, ini hanya akan membuatnya semakin cemas. Mulutku kembali terbuka, namun tak
bersuara, lalu aku mengangguk. Kembali menunduk. aku tahu perasaan Key sekarang campur
aduk antara marah dan cemas namun Key selalu baik dan memaafkanku yang bertindak bodoh.

“Lalu bagaimana denganmu Key?” ucapku terbata.

Key tak menjawab, dia mentapku lekat-lekat, mungkin sikapku terlihat aneh dan
membingungkan bagi Key sehingga membuat penasaran, terlihat dari raut wajahnya sepertinya ia
ingin menumpahkan beribu-ribu pertanyaan atas sikapku ini. Namun Key menyerah, dia
menghenyakan kembali punggungnya kesandaran kursi. Sedikit demi sedikit suasana diantara
kami pun mencair, seperti es krim di mangkuk ini pun mencair.
***

Layaknya langit, aku pun sama, duduk berjam-jam disini sedang menumpahkan kerinduan pada
kedai ini, kerinduan pada Es krim, kerinduan pada Key. Scene potongan kejadian di pelupuk
mataku sudah habis kuputar, kini aku mengembalikan fokus pandanganku tertuju ke suatu benda
di atas meja, benda yg sedikit tebal dari kertas, berwarna merah, pemberian Key dua jam yang
lalu.

Entahlah sudah berapuluh kali aku membolak balik benda itu, dan entahlah lah sudah berapa kali
hati ini merasa terbolak balik karena melihat isinya. Sebagai teman ini adalah kabar baik
untukku, namun sebagai orang yang sedang tertimpa perasaan aneh ini adalah kabar buruk
bagiku. Lalu dimana aku harus menempatkan diriku sendiri?

Butuh setahun aku men-sinkronisasi-kan antara hati dan logika ini untuk mendapatkan jawabnya,
di mangkuk es krim yang ketiga ini aku baru dapat pemahamanya, bahwa tak pernah ada yang
berubah dari sikap Key kepadaku, dia selalu ada untukku, melindungiku, menyangiku sebagai
sahabatnya. Aku-lah yang terlalu egois, tak mau ambil tindakan serta resiko untuk menyatakan
nya dan malah pergi menghilang darinya yang hanya membuat Key terluka.

Hujan sudah reda diluar sana, nampaknya langit sudah puas menyatakan kerinduanya pada bumi,
aku lantas beranjak dari kursi kedai itu, menuju meja kasir yang tinggi, pelayan tua itu
menatapku lalu tersenyum megucapkan terimakasih, aku hanya membalas senyum sekedarnya.
Perasaanku masih campur aduk dan terasa sesak.

Aku melangkah gontai keluar kedai, berjalan menuju Statsiun hendak meninggalkan kota ini, dan
aku berjanji, minggu depan aku kan datang lagi ke kota ini, menjadi saksi ucapan janji abadi
sehidup semati antara Key dan Amerina. aku akan hadapi semuanya, lari dari kenyataan adalah
tidakan bodoh, bahwasanya sejauh apapun kita pergi, tak akan pernah membantu melupakan
orang yang kita sayangi, yang membantu hanyalah sikap menerima kenyataan.

Biarlah aku menelan semua pahit dan sakit nya perasaan ini Key, dan waktu yang akan
mencernanya. Karena aku tahu, Rasa sakit ini hanya bersifat sementara, Karena secorong es krim
akan menjadi obatnya, bukan?
-The End-
Read more: http://cerpen.gen22.net/2013/04/cerpen-romantis-mr-ice-cream.html#ixzz3IkFk4dkT
Cerpen Sedih: Maaf Ku Harus Pergi dari
Cintamu

Indahnya cinta kurasa , tetapi tak seindah yang kukira . malam semakin malam, tanpa ada dirimu
disisi. ku mohon pada dirimu jangan dustai hati dan cintaku. Kasihku hanyalah dirimu , kasihku
aku cinta padamu .Lembut nya embun pagi menyapa hati dan cintaku , seolah tak berhenti
berharap akan cintamu. Manisnya cintamu dan indah senyum bibirmu menambah rasa cintaku
kepada dirimu . dunia maya adalah awal cerita kita yang tak pernah kulupa sepanjang hidupku .
perkenalan ku dengan dirinya membawa arti kebahagian dalam hidupku. Perbedaan pendapat
membawa kita pada jurang kehancuran.

Maaf ini sudah menjadi keputusan ku dan harus pergi untuk kesekian kalinya , dan aku pun tak
bisa berbuat apa – apa hanya kata maaf ku bisa ku ucapkan padamu.

Jujur ,kau telah melukai hati perasaanku , sehingga hidup ku kehilangan arah tujuan dan
membuat suram hidupku.

En, kenapa kau membohongi ku, apa kau tidak iba akan diriku. Maafin aku? Janji- janjimu
semua palsu .
Aku sedih melihat kamu tak setia pada ku .

Walau rasa sayangku begitu besar kepada mu. tapi itu percuma ,kamu seakan tak menghiraukan
aku lagi.
Malam Tahun baru 2011 adalah malam begita saklar .makna pergantian tahun . karna,ini juga
termasuk sangat bermakna dalam hubungan kita bina selama ini .semua serba baru .

Kamu dimana ? loh ko , kenapa kamu pulang ke Depok sih . oya udah , kalau kamu mau malam
tahun baruan bersama keponakanmu.

Bergegas aku mencoba mengecek ketempat kost an mu di bilangan Rawamangun .apa benar dia
pulang ke depok atau membohongiku.
Aku gak yakin Eni pulang ke depok , rasa bimbang dan gak yakin tercurah dalam perasaan ku
ini.loh ko, ternyata dia membohongi ku , ku melihat sendalnya berada ditempat kerjanya .tanpa
berpikir panjang aku ketuk pintu kantornya , dia tampak kaget memandang diriku .hubungan
yang terjalin selama 4 tahun dirusak oleh dia sendiri. membina hubungan begitu lama, akhirnya
dia berkhianat tertangkap basah dengan rekan kerjanya sedang berdua an dalam kantor.

Keluar kamu, dia tampak bingung memandang ku dan penuh rasa bersalah karna telah
berbohong.

“Ayo, kita jalan ?


“Bergegas keluar dan meninggalkan kantor ?
“Pucat terlihat dalam raut wajahnya?

Sadar dia telah berbohong , pembicaraan selalu dialihkan .kamu kenapa bohong? Jujur ini terasa
mimpi , dibohongi pasangan adalah sesuatu paling najis . Masih terasa luka oleh perilaku dia
semalam , ternyata aku belum percaya 100%.

Walau pun diriku sedang libur , aku coba menyatroni tempat kost an untuk kali ke dua.rasa
kepercayaan ku mulai luntur , tak kala dia tertangkap basah lagi . rekan kerjanya yang juga kenal
denganku , Nampak datang ke tempat kost nya . aku gak tinggal diam, 500 menit ku
mengawasi .akhirnya ku datangi kost an nya terjadi keributan , sayang tangan ku dipegang nya
sehingga tak terjadi perkelahian antara hasim dan aku . merasa tertangkap basah untuk kali ke
dua , dia nampak pucat terlihat diwajahnya.

Jujur dengan kejadian itu , aku benar gak bisa memaafkan dia ? rasa kepercayaan ku hilang
seketika dan larut dalam kekecewaan .

Meski pun sudah hilang rasa cintaku . tetapi aku memandang dia , mungkin itu semua sesuatu ke
khilaf an dan bisa diperbaiki kembali. Aku pun mencoba mengunjungi dia ke kost an nya dengan
maksud main dan sekalian meminta maaf atas sikap ku yang arogan .sayang , maksud baik ku ga
direspon dengan baik ,aku ditinggal sendiri di teras kost an nya.

Ku telpon ponselnya selalu di matikan ? Ku sms ga ada balasan?

Hingga akhirnya , mungkin aku harus pergi dari hati dan cintanya selamanya dan menatap esok
hari yang lebih cerah. Pergi dengan perasaan galau terasa dalam hati ku . tak ada keindahan yang
tercipta dunia seakan gelap menjadi gurita .

Mendengar ku tidak ada di Jakarta . dia pun mencoba menghubungi diriku


“hallo, kamu dimana ?
Maaf , aku sudah berada di luar kota sekarang?
“eh , kenapa kamu pergi ? segera balik , saya tunggu kamu di kost an sekarang.
“maaf ga bisa , aku sudah di Jawa ?
“oya , udah kalau itu mau kamu sih?
Kegagalan dalam bercinta bukan berarti kiamat , akan tetapi kegagalan adalah sebuah
pengalaman dan harus dicarikan solusinya. Hari – hari yang indah kini telah hilang. Ku coba
menjalani kehidupanku dengan rasa tegar walau terkadang rasa kesepian hinggap dan selalu
menghantui pikiranku.

Gambaran cerita ini mungkin sedikit dari sekian banyak cerita hidup yangbisa di jadikan
renungan.sehingga kita dapat belajar tentang arti sebuah cinta .karna, setiap manusia tidak ingin
gagal dalam menjalin hubungan asmara.semoga kita lebih mawas diri dan menjaga hubungan
jalinan kasih dengan pasangan kita.
Sekarang antara aku dan dia tidak ada kontek ?mungkin dia sekarang sudah menjalin cinta
dengan yang lain dan menghasilkan Buah cinta yang menhasilkan kasih sayang
*******

Read more: http://cerpen.gen22.net/2013/03/cerpen-sedih-maaf-ku-harus-pergi-


dari.html#ixzz3IkGUV6CE
Cerpen Cinta: BITTERNESS BECAME
HAPPINESS

BITTERNESS BECAME HAPPINESS


Written by Bella Justice

“Cerri, gimana? Kamu masih belum berani juga untuk kenalan sama dia?” tanya Krystie, Ia
adalah temanku yang paling setia sekaligus cerewet dan tidak henti-hentinya mendesak aku
untuk berkenalan dengan orang itu.

“aku nggak berani Krys, dia nggak seperti anak laki-laki yang lainnya. Dia itu...”

“misterius kan maksudnya? Aku udah bosen dengar alasan kamu itu.” sela Krystie secepat kilat.
Ia mendengus kesal dan memasang wajah bete.

“sudahlah Krys, lagipula aku tidak berharap lebih darinya. Aku hanya mengagumi
kemisteriusannya saja, jadi, cukup bagiku untuk menyukainya tanpa harus Ia mengetahuinya.”
ucapku lalu menampilkan seulas senyum manis yang dibuat-buat.

Krystie yang saat itu sedang berbaring ditempat tidurku langsung bangkit dan duduk
disampingku. “kau memang bodoh sekali Cerri.” Katanya.

Aku tidak marah. Aku sadar bagaimana jika aku diposisi Krystie, sebagai seorang sahabat yang
selalu mendengarkan curahan hatiku, Ia tentu merasa kesal karena mempunyai sahabat yang
bodoh dan penakut seperti diriku. Wajar jika Krystie berkata begitu, mungkin kesabarannya
dalam menghadapi sikapku sudah sampai pada puncaknya. Ini pertama kalinya aku menyukai
seseorang. Pria yang sedari tadi aku dan Krystie bicarakan adalah Joe, nama panjangnya yaitu
Jonathan Andrews. Joe adalah teman sekelasku saat duduk dibangku SMA kelas 10. Sejak
pertama melihatnya aku langsung mengaguminya, tetapi bukan karena faktor wajah tampannya
saja, namun sifatnya yang dingin dan misterius membuat aku semakin menyukainya. Sayangnya,
ketika menginjak kelas 11 kami harus berpisah. Meskipun kami berada dijurusan yang sama
yaitu IPA, tapi kelas kami berbeda. Namun takdir kembali mempertemukan aku dengan Joe.
Dikelas 12 kami sekelas dan aku merasa sangat senang. Tetapi entahlah, walaupun sekelas, Joe
dan aku juga sama sekali tidak pernah berbicara. Semua orang dikelasku sudah pernah berbicara
dengannya meskipun hanya beberapa kalimat, aku juga ingin seperti mereka!
***

“Cerri, ini tugas Kimia milikku.” Ujar seseorang yang amat aku hafal suaranya.

Aku yang tadinya sedang tertidur, meletakkan kepalaku dengan malas di atas meja sambil
menutupi wajah dengan cardigan lalu seketika terbangun dan menatapnya yang berdiri tepat
dihadapanku. Jonathan Andrews! Ia akhirnya berbicara dengankku!

“o-oh, i-iya, terimakasih.” Kataku gelagapan.

Dan tanpa aku sadari kini Krystie tengah berdiri disamping Joe. Ia mengedipkan satu matanya
kearahku. “Joe, ada beberapa hal yang ingin Cerri sampaikan kepadamu. Bisakah kau bertemu
dengannya seusai jam sekolah nanti di taman belakang?” oh my God! Krystie rupanya benar-
benar sudah gila. Ia tidak bisa lagi menahan rasa kesalnya, d-dan berani-beraninya Ia
mengatakan hal itu. Tetapi sudahlah, nasi sudah menjadi bubur, lagipula, aku yakin Joe juga
tidak akan mau. Ia adalah orang yang sibuk. Kesehariannya selalu diisi dengan bermain futsal
bersama teman-temannya. Jadi, untuk gadis seperti aku rasanya tidak layak memohon kepada Joe
agar meluangkan sedikit waktunya.

“Ok.” Jawabnya singkat kemudian berlalu menuju tempat duduknya. Aku hampir tidak percaya
bahwa Joe baru saja mengatakan ‘Ok.’ Ia memenuhi permintaan konyol yang dibuat oleh
Krystie.

“ohlala~ Cerri my bestfriend, kau sungguh beruntung! Ini berarti, Joe mungkin saja mempunyai
perasaan terhadapmu!” Aku tidak mengerti maksud perkataan Krystie. Joe mungkin saja
mempunyai perasaan terhadapku? Itu tidak mungkin terjadi.

“apa maksudmu? Apa kau sudah gila Krys?” aku kembali meletakkan kepalaku di atas meja dan
bersiap untuk tidur. Arah pembicaraan Krystie aku rasa sudah melayang ke benua Eropa. Ia
semakin ngelantur.

Krystie menggembrak mejaku ringan lalu berbisik. “kau tau tidak? Aku berkata seperti itu
kepada Joe karena hanya ingin mengetesnya saja. Aku mendapat info, hari ini sehabis pulang
sekolah Ia harus menghadiri latihan futsal dan tidak boleh sampai telat, hukumannya bagi yang
telat adalah dicadangkan. Tetapi, buktinya, Joe mengiyakan untuk mendengarkan hal yang ingin
kau sampaikan Cer! Jadi, aku harap kau tidak mengacaukan rencana yang sudah kubuat dengan
sangat sempurna. Lakukan yang terbaik. Katakan apa isi hatimu yang sebenarnya padanya,
setelah itu kalau kau malu, kau boleh menghilang dari hadapannya.”
***

Dengan langkah yang kaku aku terus berjalan melalu koridor sekolah menuju taman belakang
sekolah. Aku benar-benar sangat gugup saat ini! Aku tidak tahu mau memulai pembicaraan dari
mana. Andai saja Krystie bisa menemani aku lalu mengumpat dari belakang tembok sambil
memperhatikanku, mungkin aku bisa sedikit lebih rilex. Tetapi, kenyataannya Krystie sudah
pulang terlebih dahulu. Ia bilang bahwa mamanya meminta Ia membantu untuk memasak makan
malam bersama dengan keluarga besarnya. So, I’m totally alone here.

Murid-murid pun sudah hampir tidak kelihatan, seluruhnya sudah kembali ke rumah masing-
masing. Hanya beberapa yang aku lihat masih berada di dalam kelas karena sedang mengerjakan
tugas kelompok dan semacamnya. Aku semakin gemetaran. Keringat dingin mulai mengalir dari
wajahku, aku sudah berada di gerbang taman belakang sekolah, aku hanya perlu membukanya
untuk melihat Joe yang mungkin berada di sana.

*Kriet*

Itu dia Joe! Tetapi ia tidak sendiri. Aku rasa sebentar lagi pipiku akan basah dibanjiri oleh air
mata. Aku sungguh tidak ingin melihat hal ini. Kenapa harus aku yang menjadi saksi? Ini benar-
benar menyayat hatiku. Rasa cintaku pada Joe hancur menjadi kepingan. Bodohnya, bukannya
lekas pergi tapi aku terus berdiri terpana. Benar seperti apa yang dikatakan Krystie kalau aku ini
memang bodoh. Bahkan disaat Joe sedang bericuman dengan Arissa, wanita yang paling cantik
disekolahku, aku tidak berkutik dan hanya mematung dengan mata terbelalak digenangi air mata.

“Cerri?!” sahutnya lantang. Ah, rupanya Joe sadar bahwa aku memata-matainya. Ia melepaskan
bibirnya yang terpaut dengan Arissa lalu dengan terburu-buru menghampiriku.

Yang lebih menyedihkan lagi, aku bukannya lari dan menjauh dari sana karena telah
mengganggu kebahagian mereka, tetapi malah terdiam tak dapat bergerak barang sesenti.

“Cerri, aku ingin menjelaskan sesuatu, tolong dengarkan aku dulu.” Nada suara Joe yang
memelas memasuki telingaku. Aku bisa mendengarnya dengan sangat jelas tetapi aku tidak
meresponnya, aku hanya membisu di tengah kejadian yang memilukan ini.

“aku menyukaimu Cerri.”

Perkataan macam apa itu? aku tertawa sumbang dalam hati. Kalau kau menyukaiku, mengapa
kau mencium wanita lain dengan sangat mesra? Lagi-lagi aku tidak menanggapi apa yang Joe
ucapkan.

Pria itu memegang kedua pundakku dan menggoncang-goncangkannya. “katakan sesuatu Cerri!
Aku tau saat ini kau kecewa kepadaku, jika itu yang ada di dalam hatimu, katakanlah!” nada
suara Joe semakin meninggi. Wajahnya memerah menahan kesal karena aku tidak memberikan
reaksi apapun.

Aku menundukkan kepalaku menghadap rerumputan. Aku menarik nafas sebanyak mungkin lalu
menatapnya dan berkata. “kau bukan siapa-siapaku, untuk apa aku harus kecewa? Maaf aku
mengganggu kesenanganmu. Silahkan lanjutkan.” Aku harap perkataanku cukup meyakinkan.
Aku membalikan badanku dan melangkah pergi dari tempat terjadinya peristiwa yang tidak akan
pernah aku lupakan.

Baru 3 langkah aku berjalan, seseorang yang sudah pasti adalah Joe menghentikanku. Ia
menggenggam pergelangan tanganku dengan kencang, kemudian menariknya. Seperti sedang
berdansa, aku yang tadinya memunggungi pria itu seketika berputar 360°. Joe melingkarkan
tanganya pada pinggangku, Ia menahan agar aku tidak terjatuh kebelakang dan berakhir dengan
membenturkan kepalaku. Pose semacam ini, yang biasanya hanya aku lihat di film, yang
biasanya aku bayangkan, yang selalu aku impikan, andai aku bisa merasakan hal romantis seperti
itu, walau hanya sekali dalam hidupku aku ingin impianku menjadi kenyataan. Sekarang, apa
yang aku harapkan sudah terjadi, dan orang yang sangat istimewa bagiku yang memperlakukan
aku seperti adegan di film-film tersebut.

“Arissa tiba-tiba saja datang kepadaku dan ia berkata bahwa ia akan berhenti menghalangi setiap
wanita yang mendekatiku kalau aku mau menciumnya. Saat itu aku berfikir, aku melakukannya
hanya untukmu Cerri. Dan Arissa adalah alasan mengapa selama ini aku tidak berani
mendekatimu, aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu. Ia bisa saja melukaimu kalau Ia tau kau
menyukaiku, dan terlebih lagi aku juga menyukaimu. Ia pasti tidak akan melepaskanmu.” Jelas
Joe.

Jadi, selama ini semua karena Arissa? “bagi Arissa apa arti dirimu untuknya?”

“bagiku Joe adalah cahaya yang menerangi gelapnya hidupku.” Sahut suara itu. Ah, Arissa masih
di sana ternyata. “Aku sudah mengenalnya sejak kecil, jadi dia adalah milikku. Tidak ada yang
boleh dekat dengannya selain aku.”

“aku tidak pernah menyukaimu Arissa! Wanita yang ada di didalam hatiku hanya Cerri
seorang!” kata Joe setengah berteriak.

Aku tidak tahan dengan hal ini. Aku tidak ingin lagi terlibat. Aku ingin keluar dari lingkaran
yang selama ini aku masuki. Aku melepas pertahanan Joe dan berlari menjauh dari sana.

Dari kejadian itu aku sadar. Tidak semua yang aku ingini menjadi milikku. Banyak orang di luar
sana yang berebut akan satu hal yang sama, dan yang lebih parah, orang yang diperebutkan
tersebut tidak tau bahwa selama ini Ia telah menyakiti hati orang yang memperebutkannya
karena Ia tidak berani memilih satu diantaranya. Aku mengalah, aku mundur. Aku akhirnya
sadar bahwa aku selama ini tidak yakin dengan perasaanku kepadaku Joe. Jika aku benar-benar
menyukainya aku pasti mempertahankannya, aku pasti tidak akan pergi dari tempat itu, berdiri di
samping Joe dan memihak kepadanya.
***

“kau sudah puas, hah?” tanyaku menantang.

Pria di depanku ini tertawa riang lalu kemudian menyeruput teh hangat dihadapannya. “aku
senang kau akhirnya mau menceritakan tentang masa lalu mu Cerri. Pantas saja selama ini aku
seperti merasa dinomer duakan, ternyata karena Jonathan Andrews, si cinta masa lalu kekasihku
ini.”

“sudahlah Pierre, jangan menggodaku terus! Itu hanya masa lalu, kau tau?” aku merapatkan
mantelku dan menggosok-gosokkan kedua telapak tanganku di dekat perapian karena udara
musim dingin di Paris semakin parah. Pierre pun ikut-ikutan melakukan hal yang sama sepertiku.

Pria bermata hijau pudar itu tiba-tiba menggapai tanganku dan menggenggamnya, Ia menatap
lurus mataku. “lihatlah aku seorang. Jangan menoleh ke belakang, ke kiri, atau ke kanan. Aku
akan selalu berada disisimu. Cerri, ingatlah kata-kataku, kau hanya akan memandang ke depan
bersamaku.” Lalu Pierre menarikku masuk kedalam pelukannya. Ia mendekapku erat dan
membelai lembut rambutku.

Aku tersenyum, mengela nafas dalam rangkulan hangat Pierre. “kau tidak perlu khawatir. Semua
yang aku ceritakan hanya tinggal kenangan. Dari awal aku hanya melihat kearahmu. Aku tidak
pernah menoleh ke belakang atau kemana pun karena aku tidak hidup di masa lalu, tetapi aku
hidup di masa depan, dan masa depanku adalah dirimu.”

“merci beaucoup mon amour, Je t’aime.” Pierre melayangkan sebuah kecupan dibibirku dan
malam itu aku sepenuhnya sadar bahwa memang seperti ini jalan hidupku. Terasa getir di awal,
tetapi manis di akhir.

THE END

Read more: http://cerpen.gen22.net/2012/11/cerpen-cinta-bitterness-became-


hapiness.html#ixzz3IkHTNdoA
Cerpen Cinta: You Are My Destiny

You Are My Destiny


Langit tampak mendung, sepertinya akan turun hujan. Pandanganku beralih pada seorang cowok
yang berdiri dekat pintu. Cowok berkulit putih dan berbadan cukup tinggi namun sedikit kurus.
Tara,itulah namanya. Aku mengenalnya sejak lama, namun dia tak mengenalku. Hanya sejak kita
masuk SMA yang sama dia jadi kenal padaku.
 
Namaku Nira Revita, biasa di panggil Rita.
"hey, ngelamunin apa sih?"suara itu mengagetkanku. Suara sahabatku, Zahfa.
"eeh, gak kok"jawabku dg agak gugup.
"kamu gk pulang Rit? udah mau hujan loh"
"aku nunggu jemputan zah, kamu duluan aja gak apa2"
"kenapa gak bareng si Tara aja sih,arumah kalian kan searah"
"gak zah,atakut ngerepotin dia"
"oo ya udah duluan ya?"
Aku hanya menganggukkan kepala.
***
Keringat membasahi tubuhku, ku rapikan segera perlengkapan untuk kegiatan persami di
SMA baruku.
Jangan sampai aku telat dan kena hukuman dari kakak-kakak osis.Tapi harapanku sia-sia, baru
saja ku melangkahkan kaki masuk ke sekolah kakak-kakak osis sudah menunggu di pintu dengan
wajah yang kelihatan marah.
"cepat masuk! Niat ikut kegiatan ini gak sih? Gak disiplin banget datang telat!" kata salah
seorang dari mereka.
"iya kak, maaf saya telat" jawabku.
           Setelah terbebas dari kemarahan mereka aku segera masuk menemui zahfa yang kebetulan
satu regu denganku.
           Acara persami berjalan dengan lancar, tiba waktunya kita untuk pulang ke rumah masing-
masing. Aku menunggu ayah menjemputku, Ku lihat Tara yang berjalan dengan lemas dan
wajah yang pucat. mungkin dia kelelahan karena semalam dia kena hukuman gara-gara anggota
kelompoknya banyak yang melanggar peraturan.
           Dia duduk tak jauh dari tempatku berada, tiba-tiba ada yang membasahi pipiku. Apa, air
mata? Aku menangis, tapi mengapa aku menangis? Aku menangisi keadaan Tara yang spt itu.
Apa artinya ini?
***
Setelah kejadian hari itu aku merasa ada yang berbeda pada diriku ketika melihat Tara,
ada getaran, ada perasaan lain di hatiku. mungkinkah aku jatuh cinta padanya?
Jantungku berdegup kencang ketika di dekatnya, dan aku merasa rindu jika dia tak ada. Tapi
apakah ini perasaan yang benar? baru pertama kali ku rasakan perasaan seperti ini.
Seminggu berlalu dan perasaanku semakin tak menentu.kali ini ku benar-benar yakin bahwa aku
jatuh cinta pada Tara.dialah cinta pertamaku. Namun betapa kecewanya diriku ketika tau bahwa
tara ternyata telah memiliki seorang kekasih. Aku benar-benar patah hati saat itu.
            Sahabat baikku, fita menyuruhku untuk sabar namun meski begitu aku tak pernah bisa
melupakan tara.aku begitu menyayanginya. Hingga 3 bulan berlalu aku mendengar berita bahwa
tara sudah putus dengan pacarnya, betapa bahagianya aku mengetahui hal itu.entah karna apa
tiba-tiba saja aku dan tara menjadi sangat akrab. Aku dan tara jadi lebih sering ngobrol dan
bercanda lewat sms. Namun aku tetap tak pernah berani mengungkapkan apa yg sesungguhnya
aku rasakan pada Tara. Aku hanya mampu memendam perasaan cinta ini dalam hatiku.
Hingga suatu ketika kecerobohankulah yg mengungkap rahasia itu.
            Salah seorang temanku tidak sengaja membaca coretan di Diaryku bahwa aku menyukai
tara. Entah apa yang dia lakukan sehingga Tara kemudian tau hal itu dan dia menjauhiku. Aku
sangat menyesal mengapa aku begitu ceroboh meletakkan buku itu di atas meja dan
meninggalkannya begitu saja sehingga ada orang lain membacanya. Kini hubunganku dengan
Tara tidak lagi seperti kemarin-kemarin, dia terlihat menghindari dan menjauhiku. Aku semakin
tersiksa dengan perasaanku sendiri. Apa yg kini harus ku lakukan??
***
             Waktu kelulusan sekolah telah tiba.tak terasa 3th sudah ku menempuh pendidikan di
SMA ini, dan selama itu pula rasa cintaku untuk tara masih belum bisa mati. Setelah lulus SMA
aku meneruskan pendidikanku ke salah satu Universitas Negeri di kota Malang bersama
Fita.sedangkan Tara, aku tak pernah tau lagi kabar dan keberadaannya sekarang. Aku berfikir
mungkin kami memang tak berjodoh,mungkin Tara dan aku memang tak di takdirkan untuk
bersama.
***
"Tiiiit"suara klakson berbunyi. Aku berteriak histeris sambil menutup mata ketika sebuah
mobil berkecepatan tinggi melaju ke arahku.
"kau tidak apa-apa?"tanya seseorang padaku.
"aku tidak a..."bicaraku terhenti ketika ku lihat orang yang sedang bertanya padaku
ternyata adalah Tara.
"Ta..ta..Tara??"ucapku terbata-bata.
"heh?Rita kan?"jawabnya.
Aku sangat bahagia akhirnya bisa bertemu Tara lagi. Tara kemudian mengantarku pulang setelah
kami saling bertukar nomor handphone.
***
"Drtz..drtz"handphone di saku celanaku bergetar.terlihat nama Tara di layarnya,segera ku
tekan tombol buka.
"Ku tunggu di taman sekarang"
Aku loncat-loncat kegirangan membaca sms dari Tara. Segera saja aku ganti baju dan pergi
menemui Tara..
(Di Taman)
"Tara mana ya?"gumamku dalam hati. Tiba-tiba ada yang menutup mataku dari belakang.
"Rita,aku punya kejutan buat kamu"Suara yang sangat ku kenal.iya,itu suara Tara.
Dia menuntunku hingga ke suatu tempat dan melepas tangannya dari mataku.
Seakan tidak percaya dengan apa yg baru saja ku lihat,aku mengucek-ngucek mataku. Dan
ternyata aku tidak menghayal, di sekelilingku terdapat banyak lilin dan Tara, ia tersenyum manis
padaku.
"Rita, aku ingin mengakui sesuatu. Aku minta maaf selama ini aku nggak bisa jujur sama
perasaanku sendiri. sebenarnya dari dulu aku sayang sama kamu tapi aku gak bisa ungkapin
semua itu karna aku takut bakal nyakitin kamu.dan sekarang kita ketemu lagi, aku yakin kalau
aku bener-bener sayang sama kamu dan takdirlah yang mempertemukan kita.
“Rita,Maukah kamu menjadi bagian dari hidupku dan temani aku hingga masa tuaku?"
"Tara... Aku juga sayang sma kamu."
"jadi,kamu mau?"
"iya,aku mau"
Aku sangat bahagia mendengar ucapan tara. Tara menyatakan cinta padaku,
Aku selalu berfikir kalau Tara bukan takdirku, dia bukan jodohku. tapi ternyata ku salah! dia
adalah cinta pertama dan juga cinta terakhirku. Dialah orang yang menjadi pelengkap dalam
hidupku, tulang rusukku, cinta sejati dalam hidupku.

~THE END~

Read more: http://cerpen.gen22.net/2012/11/cerpen-cinta-you-are-my-


destiny.html#ixzz3IkI4OenD
At The Romantic Paris

             Oleh Natania Prima Nastiti


Selalu teringat dibenakku kejadian dua minggu yang lalu. Teringat akan senyuman tulus
gadis itu juga kedua mata indahnya yang kugambarkan mirip dengan bulan terang di malam
hari. Saat nyaris saja sebuah mobil menabrak gadis itu, dengan sigapnya aku menolong gadis
yang tidak kuketahui namanya itu bak seorang pahlawan. Kejadian itu benar-benar membuatku
gelisah sekarang. Ditambah pancaran sinar dari wajah cantik gadis itu yang membuatku tambah
tak karuan. Bahkan hingga saat ini, aku masih saja terus gelisah memikirkan gadis cantik itu.
Hingga saat ini, saat sesuatu yang tidak terduga datang lagi kepadaku..

Kupotret bangunan-bangunan di Kota Tua sore itu, semua orang yang lewat, para
pedangang yang menanti pembeli datang. Hingga sesuatu yang tidak terduga itu terjadi.
Diantara banyak orang-orang lewat sambil tertawa ria, aku melihat sosok wajah yang familiar.
Ya, gadis itu. Gadis yang kutolong dua minggu lalu. Dia juga sedang asik mengabadikan
kejadian-kejadian menarik di Kota Tua sore itu. Kemudian terukir sebuah senyuman dibibirku,
dan aku pun berlari menghampiri gadis itu. “Hey!” sapaku. Gadis itu menoleh sambil tersenyum
indah dengan tampang agak sedikit bingung dan ragu. “Dua minggu lalu, kita ketemu saat kamu
mau ketabrak mobil. Udah inget sama aku?” tanyaku menjawab tanda tanya dipikiran gadis itu.
Gadis itu kemudian tertawa sambil menganggukkan kepalanya.

“So, kamu seneng photograph juga, Sar?” tanyaku setelah kami berkenalan dan aku tau
nama gadis itu adalah Sarah. “Iya. Dari SMA aku udah suka photograph. Seneng aja gitu bisa
ngabadiin hal-hal menarik yang kadang nggak kita sadarin” jawabnya sambil tersenyum lembut
ditambah sebuah lesung pipi di pipi kanannya. Aku mengangguk. “Emm, kapan-kapan boleh kali
hunting bareng. Hehe” ucapku basa-basi. “Oh, boleh-boleh! Secepatnya deh direncanain
tempatnya, soalnya baru-baru ini aku juga ada rencana mau hunting gitu deh” jawabnya
bersemangat. “Oke deh, pasti diusahain cepet cari tempat huntingnya, Sar” sahutku sambil
mengedipkan satu mata kearahnya. Sarah tertawa kemudian dia memotret seorang ibu yang
sedang menggandeng kedua anak kembarnya. “Mau es krim?” tanyaku lagi. Sarah mengangguk.

***

Semakin lama, semakin dekat aku dengan Sarah. Takdir memang tidak kemana,
pertemuanku dengan Sarah benar-benar takdir yang indah. Apalagi setelah kita berdua hunting
bersama di sebuah wisata air terjun di Jawa Tengah, kita berdua menjadi semakin akrab lagi.
Kita berdua sudah saling berbuka cerita satu sama lain. Berbagi inspirasi, cerita, pengalaman,
trik-trik memotret yang baik dan lainnya. Sampai kuketahui ternyata kedua orangtua Sarah
telah lama meninggal dan sekarang dia tinggal bersama tantenya dengan hidup yang
sederhana. Kenang-kenangan dari kedua orangtuanya hanya sebuah kamera yang sekarang
selalu berada disisinya juga keinginan orangtuanya yang selalu ada dipikiran Sarah. Mereka
ingin sekali Sarah menjadi photografer handal, terkenal dan bisa melanjutkan studi di Paris.
“Mereka mau banget aku bisa ke Paris, menjadi seorang mahasiswi dan seorang photografer
yang handal, Zan. Jika suatu saat aku bisa memamerkan hasil foto-fotoku di Paris, mereka pasti
akan bangga banget punya anak kayak aku. Makanya itu, sampe sakarang, aku terus berlatih
jadi photografer yang handal supaya bisa dapet beasiswa ke Paris dari kampusku. I ever fail,
but I always try it again and again”, jelas Sarah saat berbicara tentang keinginan orangtuanya.
Dari situ aku mengerti, bahwa Sarah adalah seorang perempuan yang pantang menyerah demi
keinginan orang yang disayanginya.

Lima bulan telah berlalu dengan begitu cepat. Kedekatanku dengan Sarah semakin
menjadi. Kehandalan Sarah dalam memotret suatu objek juga semakin mantap. Aku optimis,
jika dia bisa mendapatkan beasiswa itu. Dengan berjalannya waktu dan kedekatan ini, timbul
perasaan sayangku padanya yang lebih mendalam dari sebelum-sebelumnya. Aku semakin ingin
menjaga Sarah sepenuh hatiku. Aku ingin sekali melindunginya dari apapun. Aku ingin selalu
ada disampingnya selalu. Menemani harinya. Tapi, aku masih belum berani mengungkapkan
perasaan sayang ini padanya. Mungkin aku memang cowok pengecut yang takut ditolak
cintanya dengan Sarah jika aku mengungkapkan isi hatiku yang sebenarnya. Tapi, aku memang
benar-benar takut. Sampai saat ini Sarah tidak pernah memperhatikanku sampai sedetail
mungkin. Dia hanya memerhatikanku sebagai temannya, menurutku. Sampai malam itu, saat
aku mengajaknya ke Puncak, malam yang sangat istimewa bagiku..

“Dezan, kamu nggak mau ngomong sesuatu sama aku?” tanya Sarah tiba-tiba. seketika
aku bingung menatap Sarah. Tapi Sarah membalas tatapan bingung itu dengan senyuman dan
sebuah lesung pipi khasnya. “Emm, berbulan-bulan kita dekat, apa kamu nggak ngerasa sesuatu
yang berubah dari hati kamu?” tanya Sarah lagi sambil memandang licik kearahku. Aku hanya
menaikkan satu alisku keatas, bingung. “Oke, bukannya aku kepedean sih, but I think.. you like
me”, ucapan singkat yang keluar dari mulut Sarah itu telah membuat sekujur tubuhku
gemetaran. Aku rasa darahku berhenti mengalir. Kemudian aku menarik nafas dalam-dalam
dan membuangnya secara perlahan hingga tiga kali, baru kemudian kujawab ucapan Sarah tadi.
“No I’m not. I don’t like you, but I love you, Sarah” jawabku kemudian. Sarah terlihat kaget
sejenak, dan kemudian dia tersenyum indah sekali padaku. “Dari pertama insiden itu terjadi,
aku udah tertarik sama kamu. Tadinya aku berpikir mustahil akan bertemu kamu lagi tapi
ternyata takdir berkata lain. Kita berdua dipertemukan kembali di sebuah tempat indah dan
saat suasana romantis tercipta. Sampai akhirnya kita semakin dekat dan semakin lama perasaan
sayang itu terbentuk di hatiku untuk kamu, Sarah” ucapku. Tiba-tiba Sarah memelukku dengan
erat, aku merasa bahuku basah. Sarah menangis. “I love you too, Dezan” ucapnya disela-sela
isak tangisnya. Senyumku berkembang sambil membalas pelukan Sarah.

***

Malam itu dirumah Sarah sangat ramai. Bertahun-tahun Sarah menginginkan dan
akhirnya hari itu juga dia telah mendapatkannya. Malam itu juga genap hubungan kami yang
setahun. “Thanks for Jesus, Father from all of children, yang telah memberikan kasih sayangnya
padaku, thanks for my friends, my belove’s aunt and thanks for my beloved, yang telah hadir
disini. Aku mendapatkan beasiswa ini nggak luput dari peranan dan support dari kalian semua.
Bertahun-tahun aku mengejarnya, ternyata pengejaran itu berakhir disini. Ditahun ke-6 kedua
orangtuaku meninggal. Setelah nanti aku berada di paris, aku nggak akan pernah
mengecewakan kalian semua terutama Tante Mira dan keluarga yang telah ngerawat aku
setelah kepergian kedua orangtuaku. Aku benar-benar berterima kasih atas apa yang telah
kalian lakukan padaku” ucap Sarah panjang lebar dihari kebahagiaannya malam itu. Pelukan
dan ciuman hangat serta tangis haru beradu menjadi satu dimalam bahagia itu. Aku yakin,
kedua orangtua Sarah juga pasti merasakan kebahagiaan di Surga sana.

Setelah lama berbincang, kemudian Sarah pamit permisi sambil mengajakku keluar
rumah. sarah memelukku kemudian mencium pipiku. Dikeluarkannya tiket pesawat
keberangkatan menuju Paris besok dari dalam saku bajunya. “See it, Honey” ucapnya sambil
tersenyum padaku. “Happy anniversary one year, Dezan” ucapnya lagi sambil meneteskan air
mata. “Kenapa?” tanyaku sambil menghapus air matanya. “Walau nanti kita nggak ketemu, kita
berbeda tempat, berbeda pijakan bumi dan hamparan langit, kita akan tetap saling mencintai
kan? Kamu nggak akan ninggalin aku kan? Hati kita akan terus bersatu kan?” tanya Sarah
semakin terisak. Aku tersenyum, “aku cinta sama kamu selama-lamanya, Sarah. Aku akan terus
dan akan tetap mencintaimu sampai nanti kita akan kembali pada Tuhan. Only dead is over
our”. “I wish, We can meet again and stay at the romantic place in this world, French. Paris. And
at the heaven if we die” ucap Sarah sambil terus menangis. “Kita pasti akan bertemu di kota
romastis sedunia ini, Paris dan di Surga jika kita mati nanti” sahutku mengikuti ucapan Sarah.
Aku memeluk Sarah dan menciumi keningnya. Walau berat melepasnya, tapi aku rela demi
kebahagiaannya... mungkin...
Acara di rumah Sarah selesai sekitar pukul 01.00. semua teman-temannya sudah pulang
dan aku pun pamit pulang pada Sarah dan keluarga Tantenya. Saat setengah perjalanan, tiba-
tiba handphoneku bergetar. Kupinggirkan mobil di bahu jalan yang lumayan sepi itu. “Iya,
Tante, ada ap..?” ucapanku terputus. Bulu kudukku berdiri, aku merasa jantungku akan
berhenti saat itu juga. Apa ini? apa yang baru kudengar ini?! handphoneku terjatuh. Aku
memandang kosong kearah jalanan yang sepi. Semua badanku kaku dan gemetaran. Ini pasti
mimpi! Just dream! Just shit dream!!. Suara Tante Mira masih bisa kudengar saking sepinya
jalanan itu. “Hallooo?! Dezan? Dezann?! Kamu dengar kan? Sarah kecelakaan! Kamu harus
cepat ke rumah sakit!”.

***

“We can meet again and stay at the romantic place in this world, French. Paris. And at
the heaven if we die”. Teringat ucapan Sarah yang masih terdengar jelas ditelingaku. Ternyata
pelabuhan terakhir memanglah Surga bukan kota romantis sedunia seperti Paris. Kelu lidah ini
melihat gadis bergaun putih, bersarung tangan putih dengan tataan rambut yang indah dan
wajah yang cantik tertidur pulas disebuah peti yang berbalut kain putih dengan banyak bunga di
dalamnya. Kota Paris, hanyalah sebuah kota megah yang hanya dapat dia impikan tanpa bisa
diraihnya. “Setelah kamu pergi, Sarah berlari mengejar mobilmu dan meneriaki namamu,
Dezan. Hingga tanpa aba-aba, terdengar decitan rem yang sangat nyaring dari sebuah mobil
sedan. Dan tanpa bisa dihentikan lagi, badan logam mobil itu telah beradu dengan tulang yang
berbalut daging milik Sarah hingga dia terpental jauh. Tante nggak kuat, Zan, kenapa Tante
harus menyaksikan sendiri peristiwa itu? Menyaksikan sendiri keponakan yang sangat tante
banggakan akhirnya harus merelakan semua impiannya sia-sia”, ucapan Tante Mira tadi
membuat tangisku semakin menjadi. Semua teman menyemangatiku. “Yang kami temukan,
sebuah tiket menuju Paris dan sebuah foto ini”, ucapan Inspektur polisi malam itu, membuat
aku mengeluarkan foto yang terkena bercak darah dari dalam kantong plastik. Foto mesra kami
berdua. Foto cantik Sarah dengan senyumannya yang selalu tulus dan kedua matanya yang
indah. Sama persis ketika aku pertama kali melihatnya dulu. Tapi sekarang senyuman itu akan
pudar selamanya dan kedua mata itu akan tertutup tidak akan pernah terbuka lagi. Maaf jika
kali ini aku tidak bisa menolongmu, Sarah. Ku relakan engkau Sarah, walau berat bagiku
melepasmu kembali ke Sisi Tuhan...

Read more: http://cerpen.gen22.net/2012/11/at-romantic-paris.html#ixzz3IkILmzP5


I LOVE YOU, GOODBYE...

Oleh Bella Danny Justice

Aku memandangi foto tersebut beberapa saat. “Hanna, i’ll keep you on my mind... we will meet
again someday. Goodbye...” Ucapku dengan memegang erat selembar foto di tangan kanan lalu
menempalkannya di dada.

“Hanna!!” mimpi itu lagi! sudah beberapa kali aku bermimpi seperti itu.


“aku tidak tau mengenai Hanna semenjak kepindahannya. Lagipula, kenapa kau baru mencarinya
sekarang? Terakhir kali aku bertemu Hanna 2 tahun yang lalu, ia bercerita kepadaku bahwa
keluargamu tidak menyetujui hubungan kalian. Karena itu kah kau meninggalkan Hanna ke Paris
?” Celotehan Irina membuatku benar-benar merasa bersalah. Saat ini aku membutuhkan
dukungan, bukan nasehat-nasehat yang memojokkan posisiku. Pergi ke Paris juga bukanlah
keinginanku. Tetapi, jika aku tidak melakukannya aku akan lebih melukai Hanna.

“Irina, aku datang kepadamu untuk menanyakan keberadaan Hanna, bukan untuk mendengarkan
ocehanmu! Kau tidak tau apa pun mengenai aku, jadi jangan pernah berkata seolah-olah aku
yang paling bersalah dalam hal ini!” bentakku padanya. Irina menghampiriku, kemudian aku
merasa cairan bening mengalir dari atas membasahi kepalaku. Wanita itu menyiramku dengan
segelas air putih! “apa-apaan kau Irina?!”

Ia tersenyum sinis. Matanya menatapku tajam penuh rasa kebencian. “kenapa kau hanya
mencintainya Evan?! Aku menyukaimu lebih dari Hanna!! Kalau wanita yang kau puja-puja itu
memang mencintaimu, mengapa dia pergi?! Mengapa dia tidak tetap diam menunggmu seperti
yang aku lakukan selama ini?! Aku bisa memberikanmu kasih sayang yang tidak pernah Hanna
berikan kepadamu Evan!” ucapan Irina membuatku bergidik. Wanita itu sungguh menakutkan. Ia
terlalu terobsesi terhadapku yang tidak pernah menyukainya sedikitpun. Tanpa pikir panjang aku
langsung mengambil langkah seribu meninggalkan rumahnya.

Tampaknya datang pada Irina adalah keputusan yang salah. Tapi hanya dia satu-satunya yang
tersisa. Semua orang yang dekat atau pernah dekat dengan Hanna sudah aku kunjungi rumahnya
satu per satu, namun mereka juga tidak mengetahui keberadaan wanita yang sangat ku cintai itu.

Aku mulai putus asa. Aku tidak tau lagi harus berbuat apa dan pergi kemana untuk mencarinya.
Akhirnya aku memutuskan untuk menenangkan diri ke tempat aku dan Hanna biasa berkunjung.
Duduk di tepi pantai dan menatap lautan luas adalah kegemaran kami. Namun rasanya kini tidak
sama seperti dulu. Sekarang Hanna tidak ada di sampingku, ia pergi entah kemana tanpa
meninggalkan jejak.

Langit biru yang cerah mulai berubah warna menjadi oranye kekuningan. Tidak terasa aku sudah
berjam-jam duduk di tepi pantai ini. Aku seperti orang bodoh. Menunggu dan berharap Hanna
akan datang dan tersenyum kepadaku. Hanna, aku harus menjelaskan padamu alasan aku
meninggalkanmu dan memintamu untuk menunggu tanpa waktu yang jelas, tapi di mana dirimu
saat ini?

Ckrek!

Tiba-tiba saja aku melihat kilatan lampu flash. Tampaknya seseorang telah mengambil fotoku
dari belakang tanpa sepengetahuanku. Aku membelokkan badanku dan ternyata dugaanku benar!
“apa yang kau lakukan?! Aku tidak suka seseorang memotretku tanpa izin!” wanita itu tidak
memedulikanku dan masih menatapi kamera DSLR-nya.

“ah, oh, maaf, aku tidak sengaja memotretmu. Hanya saja kau terlihat begitu menyatu dengan
objek sekitar. Kalau kau keberatan kau boleh menghapusnya.” Ia perlahan menghampiriku. Ia
menyodorkan kameranya ke arahku. “ini, hapuslah sendiri fotomu.” Ujarnya.

Entah perasaan apa yang menghinggapiku. Aku tidak suka seseorang mengambil fotoku tanpa
izin terlebih dengan orang yang tidak ku kenal. Tetapi kali ini berbeda. Aku ingin mengambil
kamera itu dan menghapusnya tapi aku tidak bisa. Hatiku berkata untuk tidak menghapusnya.
“tidak perlu. Kau bisa menyimpannya.” Kataku berusaha bersikap acuh.

“sungguh?! Terimakasih! Oya, siapa namamu?” wanita itu tersenyum riang.

Tanpa sadar aku bersama dengannya sepanjang sore. Kami berbincang-berbincang tentang
banyak hal hingga larut. Dan selama itu aku tidak memikirkan Hanna. Kehadiran wanita
bernama Kelly yang mempunyai hobby fotografi itu telah membuatku merasa semakin bersalah
terhadap Hanna. Bisa-bisanya aku bersama wanita lain dan melupakannya. Aku tidak tau,
sungguh... semua mengalir begitu saja. Hanna, aku harap kau tidak marah padaku jika kau
mengetahui ini. Aku hanya mencintaimu seorang.


“jadi kau pergi meninggalkannya karena terpaksa? Kalau kau tetap bersama dengannya apa yang
akan terjadi?” baru 2 hari aku mengenal wanita ini, tapi aku merasa sangat dekat dengan dirinya.
Kelly adalah tipe yang periang. Setiap aku menatap matanya yang berkilat-kilat, aku merasa ia
memberikan aku semangat untuk tetap menjalani hidup walau perih.

“jika aku tetap bersamanya... ibu ku akan melukainya dengan cara memperkenalkan Hanna
dengan Christie.” Aku tak mampu meneruskan ceritaku. Aku tertunduk berusaha tegar. Namun
beberapa saat terdiam aku kembali mengangkat kepalaku yang terasa berat dan menatap Kelly
untuk melanjutkan ceritaku. “Christie adalah wanita asal Paris yang di jodohkan denganku.
Semua itu adalah ulah ibu ku, maksudku ibu tiriku. Ia ingin menyingkirkan aku dari rumah dan
menguasai harta almarhum Papaku. 3 tahun aku menetap disana sampai pada saat acara
pertunanganku dan Christie diselenggarakan, tiba-tiba ibu tiriku mengalami serangan jantung
dan ia meninggal di tempat. Aku berfikir bahwa ini adalah kesempatan bagiku untuk kembali ke
Indonesia dan menemui Hanna. Tapi aku masih belum dapat bertemu dengannya. Aku takut
sesuatu terjadi kepadanya.”

Wanita itu memegang bahuku dengan kedua tangannya. Ia menarikku ke dalam pelukannya.
“kau laki-laki yang sangat baik Evan. Mendengar ceritamu aku jadi merasa iri terhadap Hanna.
Ia beruntung sekali mendapati dirimu. Aku akan membantu mencarinya.”

“terimakasih Kelly.” Ucapku pelan karena sedikit terkejut.

“sebaiknya kita pulang sekarang, langit sudah gelap. Bye Evan.” Lagi –lagi gadis itu
memamerkan senyum lebarnya yang indah. Aku seperti terhipnotis olehnya. Aku tidak boleh
begini. Aku harus sadar dan memikirkan Hanna.

Langkah kakiknya semakin menjauh, sosoknya pun samar-samar tak terlihat lagi oleh kedua
mataku yang mempunyai minus 2. Kini hanya aku yang berada di tepi pantai ini. Ketika aku
bersiap pergi dari sana tiba-tiba terdengar suara seperti bisikan angin:

“Evan, selamat tinggal... aku harap kau bahagia bersama dengannya. Terimakasih untuk semua
cinta yang pernah kau berikan.”

Suara itu lembut dan sangat pelan. Tetapi aku masih bisa mendengarnya dengan jelas. Aku rasa
ini hanya halusinasiku saja karena belakangan ini aku selalu berkunjung ke tempat aku dan
Hanna biasa bersama. Aku begitu rindu terhadapnya sehingga aku sampai mendengar suara-
suara aneh di telingaku.

Jam menunjukkan angka 8 dan aku langsung melesat ke parkiran mobil dan menginjak gas untuk
pergi dari tempat itu. Di tengah perjalanan aku teringat kembali akan semacam suara atau bisikan
di telingaku tadi saat di pantai. Hanna, dimana dirimu? Aku rasa aku sedang frustasi sampai-
sampai mengira suara itu adalah suaramu.
Ciiiittttttt...

Hampir saja aku menabrak wanita tersebut! Untunglah aku segera menginjak pedal rem.
Ketidakkonsentrasianku ini cukup untuk menyeretku ke penjara. Aku melepas seat belt dan
berniat menghampirinya. Tetapi ketika aku keluar mobil aku tidak melihat siapapun. Kemana
wanita itu pergi? Tanyaku dalam hati penasaran.
 
“Hei! Evan! Apa yang kau lakukan di jalanan sepi seperti ini?” seruan itu.. aku rasa aku
mengenal suara itu.
 
“K- Kelly?” kataku sedikit gugup tak percaya. Suatu kebetulan yang luar biasa menurutku.
Selangkah, dua langah, tiga langakah ia berjalan mendekatiku. Sekarang ia tepat di depan
wajahku. Kelly terdiam tertunduk menatap aspal jalanan beberapa saat, lalu kemudian dengan
secepat kilat ia merangkulku, ia merangkulku dengan erat seperti orang yang sudah sangat lama
tidak bertemu dan meluapkan kerinduannya yang membuncah. Dan pelukannya kali ini berbeda
jauh dengan yang sebelumnya.

“h-hei, Kelly, ada apa denganmu?” tanyaku agak terbata-bata karena kelakuan wanita satu ini.
Entah mengapa aku merasa gugup, aku tidak nyaman ia memelukku. Aku merasakan hal yang
aneh dan di lain sisi aku juga tidak enak dengan Hanna.

“jangan merasa tidak enak. Aku hanya ingin memelukmu sebentar saja Evan.” Nadanya begitu
lembut dan membuat aku luluh. Aku membalas pelukan Kelly dan membiarkan ia juga
memelukku.


“Evan, kemana lagi kita harus mencari Hanna? Kita sudah mengunjungi rumah tempat ia tinggal
dulu dan menanyakan kepada tetangga sekitar namun tidak ada yang tahu dimana keberadaan ia
atau keluarganya saat ini.” aku mendengar suara Kelly yang sedang menyetir mobil. Aku tau ia
bertanya padaku. Tetapi aku tidak menjawabnya. Aku diam membisu karena aku masih teringat
akan kejadian semalam. Entahlah, tetapi dari nada bicara Kelly ia seperti tidak pernah melakukan
hal itu.

“Aku tau Evan, kau ingin pergi ke pantai itu lagi dan menghabiskan waktu disana saja, bukan?
Baiklah, aku akan menemanimu.” Ujarnya.

Sesampainya kami disana, seperti hari-hari yang lalu aku dan Kelly duduk di atas pasir putih tepi
pantai tersebut dan memandangi lautan biru luas yang indah serta gumpalan awan cerah yang
berbentuk seperti gulali.

“Hanna, ah maksudku Kelly... boleh aku tau dimana kau kemarin jam 8 malam?” senatural
mungkin aku bertanya pada Kelly agar ia tidak curiga. Entah mengapa aku ingin menanyakan hal
ini.

“ah, jam 8 kalau tidak salah aku menelfonmu tetapi handphone-mu sepertinya tidak aktif.
Memangnya ada apa Evan?” wanita itu menjawab pertanyaanku sambil memotret objek-objek di
sekitarnya.

Apa?! Lalu siapa yang memelukku kemarin malam?! “t-tidak, tidak ada apa-apa.” ucapku
berharap Kelly tidak menyadari keterkejutanku.

Ia berdiri dan menghempaskan pasir dari celana panjang. “Evan, tolong pegang dulu kameraku,
aku mau ke kamar kecil.”

“baiklah.” Kataku sekenannya.

Melihat kamera itu hatiku seperti tertarik untuk melihat foto-foto yang ada di dalamnya. Aku
mulai menelusuri satu persatu foto demi foto yang diambil oleh Kelly. Dia memang wanita yang
berbakat. Semua hasil potretannya bagiku begitu memukau.

“hei, kau sedang apa? melihat-lihat foto ya?” sahut seseorang yang sudah pasti Kelly. Rupanya ia
kembali dalam waktu yang sangat singkat, padahal aku belum menemukan fotoku karena terlalu
banyak tertimpa oleh foto lainnya.

Aku mengulurkan kamera itu padanya. “ya, hanya sekedar melihat-lihat. Kau memang fotografer
yang handal menurutku.”
 
“haha Evan kau pandai sekali memuji. Tapi aku masih amatir dan harus banyak belajar lagi.” Ia
tertawa lepas dan tersenyum lalu kembali mengambil gambar di sekitarnya.

“Evan, bagaimana kalau kita foto bersama? Kau mau tidak?” tanya gadis itu dengan mimik yang
berharap aku akan mengiyakannya.

“baiklah, terserah kau saja.”

Ckrek!

“waaah Evan, lihat!” Kelly menunjukan hasil foto di layar LCD kamera itu kepadaku. Ia
mengarahkan jari telunjuknya ke wajahku. “kau tampan sekali, kalau teman-temanku melihatnya
mereka pasti akan berebutan untuk berkenalan denganmu haha.”

“sepertinya virusku tertular. Sekarang kau jadi pandai memuji Kelly.” Sindirku diiringi sedikit
gelak tawa.

“mungkin saja haha.” Wanita itu tertawa renyah sampai matanya benar-benar menyipit.

Bersama dengannya aku merasa hal yang berbeda. Apa ini adalah rencana Tuhan untukku? Apa
aku harus melupakan Hanna dan memulai kehidupan yang baru dengan orang yang baru juga?
Entahlah, sempat terlintas difikiranku seperti itu tetapi aku belum berani mengambil tindakan
nyata. Aku takut keputusan yang ku pilih malah akan memperburuk keadaan.
Bagaimana jika ketika aku sudah memilih Kelly, tiba-tiba Hanna muncul dan kembali? Aku
tidak tau harus menjelaskan padanya mulai dari mana. Aku tidak ingin melukai hatinya lagi.

“Evan, aku akan bahagia jika kau bersama Kelly. Dia wanita yang baik. Kau tidak perlu ragu.”

Suara bisikan itu lagi! “Kelly, kau dengar suara itu?” tanyaku padanya seperti orang paranoid.

“suara apa Evan? Aku tidak mendengar apa pun, dan tidak ada suara lain selain desiran ombak di
sini.”

“sudahlah, lupakan saja.” Ini membuatku gila. Suara itu kembali muncul dan membuat bulu
kudukku berdiri. Apa maksud semua ini??


Nada dering handphoneku berbunyi cukup keras dan berhasil membangunkanku yang masih
terlelap. Aku menekan tombol ‘jawab’ tanpa melihat siapa yang menelfon karena mataku
menempel dan aku kesulitan membukanya.

“hallo..” sapaku dengan suara berat dan sedikit serak khas orang bangun tidur.

“astaga Evan, kau baru bangun tidur? Ini sudah jam 8, kau tau?!” omelan dengan intonasi yang
cukup tinggi serta suara yang agak cempreng ini tidak salah lagi adalah milik Kelly.

“ah Kelly, berhenti mengomel. Telingaku sakit, kau tau? Ada apa menelfon pagi-pagi? Tidak
biasanya kau begini.” Akhirnya setelah usaha yang cukup keras mataku bisa terbuka dan aku
langsung melangkah ke kamar mandi untuk mencuci muka sambil masih menempelkan benda
kecil itu di telingaku.

“aku sedang di tempat cetak foto. Aku ingin mencuci fotomu yang pertama kali aku ambil dan
foto kita kemarin.” Ucapnya terkekeh. “setelah selesai aku akan kerumahmu untuk
memberikannya. Jadi aku harap kau segera mandi karena aku tidak mau kebauan ketika berada
didekatmu nanti haha.”

“ok ok, baiklah. Aku tunggu.”




“Evan, Kelly is here.” Aunty Clarice memasuki kamarku, ia adalah wanita asal Australia, ia juga
istri dari kakakku satu-satunya yaitu James. Tetapi berhubung kakakku sedang mengurus cabang
perusahaan keluarga di Jerman, ia meninggalkan istrinya dirumah bersama denganku dan
sekaligus untuk menemaniku.

Ia berjalan ke arahku yang sedang duduk di atas kasur sambil membaca buku. “i’m happy you
already moved on from Hanna.”

“i’ve never tried to do that Aunty. Hanna will always be in my mind.” Ujarku menutup buku itu
lalu turun ke lantai bawah untuk menemui Kelly.
“Don’t deny Evan. Don’t ignore your heart cause your mind won’t be able to feel it.” Seru
Aunty Clarice.

Perkataan Aunty-ku memang benar. Tetapi saat ini aku belum tau apa yang aku rasakan dan apa
yang harus kulakukan serta kuputuskan.

“hei Kelly, sudah lama menunggu?” sahutku dari lantas atas lalu menuruni anak tangga satu
persatu.

“oh h-hai Evan, tidak juga.” Suara Kelly terdengar gugup dan aneh. Seperti ada seseuatu yang ia
sembunyikan dariku.

Aku baru ingat bahwa ia kemari karena ingin memberikan hasil fotonya. Aku pun menagih janji
itu. “oya, boleh aku lihat foto yang sudah kau cetak? Pasti hasilnya sangat bagus.” Ucapku
dengan menorehkan senyum kepadanya.

“ah i-itu.. iya hampir saja aku lupa.” Kelly langsung merogoh-rogoh ke dalam tas warna
coklatnya mencari benda tersebut, tetapi tampaknya foto itu tidak ada. “mmm.. maaf Evan, aku
rasa aku meninggalkannya di tempat cuci foto tadi. Aku akan mengambilnya dan segera
kembali.” Aku bisa melihat dari bahasa tubuh Kelly yang canggung dan bersikap tidak seperti
biasanya. Aku tau ada sesuatu yang terjadi dan ia tidak ingin aku mengetahuinya.

“tidak perlu Kelly!” pekikku cukup keras karena wanita itu sudah berada di ambang pintu dan
bersiap pergi. “sini, duduklah dulu.” Kataku sambil menepuk-nepuk sofa.

Ia berjalan kaku menghampiriku dan duduk di sampingku. Aku memperhatikan air mukanya
yang gusar dan agak pucat. “Kelly, tatap aku!” perintahku. Dengan terpaksa ia memutar
kepalanya 90© dan berusaha memandangku. “Ada apa sebenarnya? Apa yang kau sembunyikan
dariku?” tanyaku mendalam.

Gadis itu mengalihkan tatapannya dan tertunduk. Aku bisa mendengar dengan jelas bahwa ia
sekarang tengah menangis sesenggukan. “aku berbohong Evan. Ambilah di dalam tasku dan
lihatlah sendiri.”

Aku mengikuti perkataannya. Tapi untuk apa Kelly berbohong? Ini hanyalah foto. Batinku terus
bertanya seperti itu sampai akhirnya aku mendapatkan benda yang kucari.

Terdapat 2 lembar foto dan foto yang pertama kulihat adalah foto aku dan Kelly saat di pantai
kemarin. Kelly terlihat cantik dan begitu ceria di foto tersebut. Hal apa yang harus ia
khawatirkan sampai-sampai ia berbohong padaku? Aneh sekali pikirku.

Foto selanjutnya... mungkin ini adalah alasan Kelly bersikap begitu. Aku tidak percaya
melihatnya. Aku benar-benar shock. Jantungku berhenti berdetak dan seluruh syarafku mati
selama beberapa saat. Aku tidak tau apakah ini editan semata atau foto asli sungguhan.
“Kelly, tolong jelaskan padaku. Kau yang mengedit fotoku, iya kan Kelly?!” aku menaikkan
nada bicaraku terhadapnya karena foto ini memang sulit dipercaya.

“tidak Evan. Aku tidak mengeditnya. Aku juga tidak tau kenapa hasilnya bisa seperti itu.” suara
parau dan tangisnya yang tak henti membuatku merasa bersalah. Aku telah menuduhnya
melakukan itu. Aku telah bersikap kelewatan kepada wanita ini.

Aku memeluknya dalam sekejap. Aku tak mengerti mengapa aku bertindak seperti ini. Mungkin
perkataan Aunty Clarice benar. Aku tidak boleh menyangkalnya. Aku tidak boleh mengabaikan
hatiku karena pikiranku tak akan mampu merasakan kebenaran yang dirasakan oleh hatiku.

“maafkan aku Kelly. Aku tidak bermaksud menuduhmu. Aku... aku hanya... ini sulit sekali
dipercaya. Tapi aku harus mengatakan ini padamu.” Aku melepaskan pelukanku perlahan lalu
menggengam tangannya dan memandang matanya lekat-lekat. “aku menyukaimu Kelly.
Sungguh. Ini nyata perasaanku yang sebenarnya. Kau pasti meragukannya, tapi aku mohon kali
ini percayalah. Sejak pertama berkenalan denganmu aku mulai merasa bayangan Hanna
memudar dan perlahan kau menggantikan posisinya dihatiku. Senyumanmu memberikanku
semangat. Tawamu telah merubah aku yang dulu selalu menyalahkan diri sendiri karena
meninggalkan Hanna. Aku jujur dengan ucapanku Kelly.”

Ia berhenti menangis dan menatapku. Tatapan matanya tampak sedang mencari-cari kejujuran
didalam mataku. Tiba-tiba saja wanita itu merangkulku erat sekali.

“akhirnya kau bisa mencintai orang lain. Aku sangat bahagia Evan. Maaf aku menggunakan
tubuh Kelly untuk berbicara denganmu. Kau begitu serasi dengannya. Satu saja permintaanku
Evan, aku ingin kau dan Kelly datang ke tempatku.” Suara itu! Aku ingat sekarang. Ini adalah
suara Hanna!

“tidak, Hanna, jangan pergi!” aku semakin mempererat pelukanku.

“Evan, aku tidak punya banyak waktu. Aku harus pergi setelah aku dapat berbicara denganmu.
Terimakasih untuk semua cinta yang pernah kau berikan. Kau adalah pria yang istimewa
bagiku.” Aku meneteskan air mata mendengar perkataan Hanna. Bagaimana bisa ia meninggal?
Apa yang telah terjadi?

“tunggu! Hanna, apa yang telah terjadi padamu?” dengan cepat aku melepaskan dekapanku dari
tubuh Kelly yang berisikan roh Hanna.

“a-aku... meminta keluargaku untuk pindah kuliah ke Bali. Aku berharap bisa melupakanmu di
sana. Tetapi aku salah, aku justru semakin merindukanmu yang tak kunjung datang. Nilaiku juga
menurun drastis, dan aku tidak ada orang yang mau dekat denganku karena mereka berfikir aku
wanita yang aneh dan selalu menyendiri. Mereka menjauhi aku dan memandangku sinis. Karena
aku tidak tahan akan cobaan ini, akhirnya aku menjatuhkan diri dari lantai 5 gedung asramaku.
Evan, aku malu sebenarnya menceritakannya padamu. Aku wanita yang lemah, tapi kau harus
tau. Aku tidak ingin membuatmu terus bertanya-tanya dan mencari aku yang bahkan sudah
tiada.” Kelly, melalui dirimu aku dapat melihat tatapan sedih Hanna. Aku bisa merasakannya.
“Hanna, kemana aku harus pergi?” tanyaku polos.

“aku akan menyampaikannya pada Kelly. Aku harus pergi Evan. I love you, goobye...” setelah
mengucapkan kalimat terakhirnya tubuh Kelly kemudian terkulai lemas, pingsan di atas sofa.


Jumat, 11 November 2011 - Denpasar, Bali

Aku dan Kelly saat ini berada di tempat, di mana Hanna dimakamkan. Ternyata setelah
meninggalnya Hanna, orangtuanya kembali ke kampung halamannya di Manado. Aku tak dapat
bersua. Aku masih belum menyangka nisan di hadapanku ini benar-benar miliknya. Meskipun
tertulis jelas dan lengkap nama “Hanna Isabel Maria” namun di dalam hatiku, aku berharap ini
adalah Hanna Isabel Maria yang lain, bukan Hanna yang ku cintai.

“Evan, cepat letakkan bunga melati putih itu. Hanna pasti sudah menunggu momen ini. Aku
yakin dia bahagia di atas sana.”ujar Kelly yang berdiri di sampingku yang sudah lebih dahulu
menaruh bunga di atas makam Hanna.

Tanganku gemetar ketika akan menaruh bunga tersebut. Aku seakan tak mampu menghadapi
kenyataan ini. Tetapi Kelly menggengam tanganku. Ia membantuku dengan senyum ikhlasnya.
Tak terlihat sama sekali kecemburuan di wajahnya walau ia tau masih ada sebagian dari Hanna
yang tertinggal di dalam diriku.

Aku mengeluarkan selembar foto dari dompetku dan menaruhnya di dekat bunga melati putih
itu. Ya, foto yang ku taruh adalah hasil jepretan Kelly yang membuatku tersentak kaget. Foto itu
adalah fotoku saat pertama kali aku dan Kelly bertemu. Ia memotretku dari belakang, dan
ternyata terdapat sosok bayangan Hanna yang cukup jelas di dalam foto tersebut setelah dicetak.
Ia terlihat sedang duduk di sampingku, dan yang membuatku lebih terkejut yaitu ia tampak
seperti mencium pipiku. Saat pertama kali melihatnya aku meneteskan air mata karena begitu tak
percaya. Namun, biar bagaimanapun itu adalah kenyataannya.

“Kelly, tetaplah bersamaku dan jangan pernah meninggalkan aku. Karena apa pun yang terjadi
aku tidak akan pergi darimu.” aku memeluknya dengan erat. Aku tidak akan lagi menyia-nyiakan
wanita yang berharga dalam hidupku. Cukup sekali aku berbuat kesalahan dan tak akan aku
mengulanginya.

“Evan, thank you for loving me.” Bisiknya di telingaku.

Hanna, you never really left. I’ll always remember you. I can’t forget you or erase you from my
heart. I’m able to get my happiness with Kelly, and i hope you’re smiling seeing us from up
there.

I will watch you through these nights..


Rest your head and go to sleep..
This is not our farewell..
(Within Temptation – Our Farewell)

DE END
Read more: http://cerpen.gen22.net/2012/10/cerpen-cinta-sedih-i-love-you-
goodbye.html#ixzz3IkIa8pHb
Setelah Kepergianmu
Cerpen karya Rani Dwi Anggraeni

Ku selalu mengingatmu, meski ku tahu itu menyakitkan..

Ku buka handphone ku, tak ada lagi kamu yang selalu memenuhi inbox-ku, tak ada lagi ucapan
selamat pagi dan selamat tidur untukku. Tak ada lagi canda tawamu yang selalu mengiriku dalam
kebahagiaan, tak ada lagi leluconmu yang membuatku tartawa. Tak ada lagi tatapan yang
membuat jantungku berdebar dan menyejukkan hati. Tak ada lagi genggaman tanganmu yang
selalu membuatku kuat akan setiap masalah yang menghampiriku. Tak ada lagi pelukanmu yang
membuatku tentram dan merasa aman dekat denganmu. Kini, sekarang ada sesuatu yang hilang,
tak sama seperti dulu.

Aku berharap hari-hariku bisa berjalan dengan mulus seperti biasanya., walau tak ada kamu
disampingku. Kini, aku mencoba menjalani semua aktivitasku seperti biasa. Dan aku bisa
menjalani itu semua walau hatiku terasa kosong, hampa tanpa ada dirimu yang menemaniku
setiap harinya. Tapi, aku harus tetap tegar dengan semua ini. Setelah kepergianmu, aku
menyadari betapa aku mencintaimu. Setelah kepergianmu, kamu merampas semua cinta dan
kebahagiaan yang kupunya, melarikan ke tempat asing yang justru tak tahu dimana
keberadaannya. Siksaanmu begitu besar untukku, dan aku terlalu lemah untuk mendapatkan
cobaan ini, aku begitu lemah untuk mendapatkan goresan luka di benakku yang semakin hari
semakin bertambah.

Kini ku tersadar, bukan dia yang begitu tulus menyayangiku, tetapi kamulah yang menyayangiku
dan mencintaiku dengan tulus tanpa adanya kebohongan. Jujur, aku menyesal setelah kamu
benar-benar pergi meninggalkanku disini bersama bayanganmu. Aku menyesal telah
membuatmu kecewa, padahal aku tak bermaksud mengecewakanmu. Aku menyesal lebih
memilih dia di banding kamu yang jelas-jelas kekasihku. Sudah jelas dia itu playboy dan sudah
menyakitiku berulang-ulang kali dengan kebohongannya dan semua janji palsunya, tapi kamu
berbeda, kamu begitu menjagaku, menyayangiku, dan aku sia-siakan begitu saja. Mengapa aku
sebodoh ini?

Aku tak pernah membalas semua kebaikanmu padaku, dan aku tak pernah menyayangimu seperti
kamu yang selalu menyayangiku. Bahkan aku selalu melampiaskan semua amarahku padamu,
dan anehnya kamu yang meminta maaf padaku. Seringkali aku membohongimu seringkali aku
berkencan bersama dia tanpa sepengetahuan kamu, dan itu berarti aku sedang bermain di
belakangmu. Setiap kamu ingin bertemu denganku, aku sering menolak. Tapi mengapa aku tak
bisa menolak dia setiap dia ingin bertemu denganku? Bahkan jika kamu mengajaku pulang
bersama, aku tak mau dan menolakmu. Aku lebih memilih pulang bersama teman-temanku. Aku
sadar itu semua salah, tapi mengapa aku terus mengulangnya kembali? Kamu pernah berkata
kalau aku itu egois, aku tak menerima kamu berbicara seperti itu kepadaku, dan aku marah. Aku
baru tersadar aku memang egois, benar katamu.
Dia selalu melaksanakan apa kemauanku, tapi aku tak pernah melakukan apa yang kamu mau.
Hingga beberapa minggu kemudian kamu menjauhiku, kamu menghilang dari kehidupanku,
kamu tak mengirimku kabar sama sekali. Hal itu membuatku marah dan aku berfikir kamu
memutuskan ku secara sepihak, tanpa tahu permasalahannya apa. Kemudian, kamu
menghubungiku di hari jadianku bersama kamu. Entah mengapa aku menjadi benci padamu,
mungkin karena kamu menghilang beberapa minggu ini. Kamu mengajaku kencan di malam
minggu ini, tapi aku menolak karena kamu bukan pacarku lagi. Aku berkata kepada kamu, lebih
baik kamu pergi dari kehidupanku jangan pernah menghubungiku lagi, cari wanita lain di luar
sana yang lebih baik dariku. Tapi nyatanya kamu malah meminta maaf padaku atas kesalahan
kemarin telah menjauhiku. Kamu bilang kamu hanya ingin mengetesku. Tapi ini bukan cara
yang benar. Aku tak bisa memaafkanmu, aku tak akan memberikanmu kesempatan lagi. Dan itu
artinya sekarang kamu dan aku hanya sebatas teman biasa. Padahal sebenarnya aku benci dengan
perpisahan ini.

Entah mengapa jika aku mengingat itu semua, beribu-ribu penyesalan selalu menghampiriku.
Apakah kamu terluka karena ku?

Kita itu seperti saling menyakiti, seperti saling mendendam tanpa tahu apa permasalahan yang
sebenarnya.

Aku menangis sejadi-jadinya di dalam heningnya malam, atas dasar bahwa aku memang benar
mencintaimu. Aku merasa kehilangan sosok pahlawanku. Sementara aku selalu melihatmu dekat
dengan wanita lain, dan mengapa wanita itu harus temanku sendiri? Kamu tak pernah tahu
bahwa aku di sini menangis melihatmu bersamanya, aku cemburu..

Aku marah pada diriku sendiri, mengapa aku sulit untuk melupakanmu? Sedangkan kamu disana
dengan mudahnya melupakanku.Tuhan..sungguh ini tak adil bagiku. Ingin rasanya aku hilang
ingatan, agar aku tak mengenalimu dan kenangan dulu bisa terhapus di dalam memori otakku.
Itulah jalan satu-satunya untuk saat ini. Hari berganti hari, aku terus menjalani hidupku tanpa
dirimu. Dan aku merasa semakin hari aku selalu menyesali kesalahanku padamu. Apakah kamu
disana sudah mendapatkan pengganti diriku? Aku harap kamu masih mengharapkanku, karena
ku disini selalu mengharapkan kehadiranmu dihidupku lagi. Apakah kamu disana selalu
memikirkanku?seperti aku yang selalu memikirkanmu. Aku hanya ingin tahu isi hatimu saat ini.
Apa kamu tak pernah berpikir tentang isi hatiku saat ini? yang semakin hari semakin mendung
karena tak ada lagi yang menyinari hatiku.

Di dalam mimpiku kamu selalu ada untukku, dan kamu milikku. Tapi ternyata, di dalam
kehidupan nyata, kau hanyalah mimpi untukku dan aku sulit menggapaimu kembali. Tak ada hal
yang mampu ku perjuangkan selain membiarkanmu pergi dan merelakanmu untuk orang lain
yang pantas menapatkanmu. Aku berusaha menikmati kesedihanku, kesakitanku hingga ku
terbiasa akan semua hal itu. Aku selalu meneteskan air mata untukmu, padahal setiap butiran air
mata yang jatuh itu semakin aku merindukanmu dan sulit untuk melupakanmu. Kini aku merasa
jatuh cinta padamu yang bukan milikku lagi.

Tapi aku punya Tuhan, punya keluarga dan sahabat, yang selalu ada untukku. Aku percaya
Tuhan..Tuhan pasti sedang menguji kesabaranku saat ini, dan pasti ada jalan keluar di balik ini
semua. Mungkin di mataku kamu yang terbaik untukku, tapi belum tentu kata Tuhan kamu yang
terbaik untukku. Aku percaya dan yakin bahwa skenario Tuhan adalah yang paling indah.
Selesai
Read more: http://cerpen.gen22.net/2012/09/cerpen-cinta-setelah-
kepergianmu.html#ixzz3IkIoGp3i
ANTARA CINTA dan KELUARGA

ANTARA CINTA dan KELUARGA


oleh PURWATI

Hidup akan menjadi indah selama kita masih memiliki dan berada disamping orang –orang yang
kita sayangi, seperti anita yang dimana dia masih memiliki kedua orang tua, adik dan kakak yang
selalu mengingatkannya dikala dia melakukan suatu kesalahan, anita yang masih berumur 16
tahun dan duduk dibangku sekolah SMK yang dimana dia masih melewati masa-masa pubertas
sama seperti yang dirasakan oleh remaja yang lain.

Pada saat itu anita menyimpan perasaan sayang pada seorang cowok yang bernama
“Andre”.tanpa dia sadari bahwa dari awal dia masuk dibangku sekolah SMK anita sudah
dilarang oleh keluarganya untuk berpacaran,tetapi anita tetap saja menentang perintah orang
tuanya itu,anita dan andre menjalani hubungan berpacaran sudah hampir dua tahun. Dia
menjalani semua itu tanpa sepengetahuan dari orang tua anita,apakah ini kekonyolan dari sebuah
cinta ? seperti ada pepatah kalau “ Cinta itu Buta “ yang bisa membutakan mata dan hati bagi
insan yang merasakannya seperti “Anita”...

Andre selalu ada disaat Anita membutuhkannya,disaat anita merasa sedih dan bahagia.mungkin
itu yang membuat anita menganggap andre adalah segalanya dalam hidup anita,hari-harinya
selalu dia jalani dengan andre meskipun mereka berpacaran dengan cara long distance,karena
andre bekerja dan sudah jelas jauh dari anita,,tetapi anita tidak menyadari semua itu.

Suatu ketika anita memasuki bangku perkuliahan,dari sinilah kedua orang tua dan kakaknya
mengetahui tentang hubungannya dengan andre melalui seluler anita yang berisi sms-sms dari
andre yang selama ini dia dan andre sembunyikan,dan tanpa sepengetahuan anita tiba-tiba andre
berkunjung kerumah anita,andre tidak pernah mendapat respon baik dari keluarga anita karena
sudah dari awal keluarga anita tidak menyukai dan menyetujui hubungan mereka.

Pada saat itu keluarga anita marah besar sampai ayah dan ibu anita jatuh sakit mengetahui
perbuatan anita yang selama ini menentang perintah mereka mulai saat itulah anita diberi pilihan
antara keluarga, kuliah atau pacar.

Pada suatu malam anita berada pada perasaan bingung dengan pilihan yang diberikan oleh orang
tuanya,, dia tidak ingin melepaskan pacarnya tetapi dia juga tidak ingin melepaskan keluarga dan
kuliahnya.tapi dia harus menentukan pilihan yang harus dia ambil, akhirnya anita memilih
keluarga dan kuliahnya dia berjanji pada orang tuanya untuk tetap fokus pada kuliah dan masa
depannya. Dia tidak akan mengulangi kesalahan untuk yang kedua kalinya.

Akhirnya anita sekarang berusaha untuk mengembalikan rasa kepercayaan orang tuanya pada
dirinya dan dia berkomitmen untuk selalu memandang masa depannya.

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>  sekian
<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<

Read more: http://cerpen.gen22.net/2012/09/antara-cinta-dan-keluarga.html#ixzz3IkJFMUtX


Cerpen Cinta Remaja: AKHIR SEBUAH
PENANTIAN

AKHIR SEBUAH PENANTIAN


Karya : Wardhina Ayu Wakhidatun

Aku hidup bukan untuk menunggu cintamu.


Sulit ku terima semua keputusan itu.
Yang kini hilang tersapu angin senja.
Masih sulit pula untuk ku lupakan.
Suram dan seram jika ku ingat kembali.
Mungkin harus ku biarkan semua kenangan itu,
agar abadi oleh sang waktu.

Pagi ini cerah, hangat mentari yang bersinar dan sejuk embun di pagi itu membuat semangat
untuk menuntut ilmu makin bertambah. Ku percepat langkahku. Seusai sekolah, ada
ekstrakulikuler seni tari dan aku pun mengikutinya. Masih belum beranjak dari tempat duduk ku.
Dari arah belakang terdengar suara yang memanggilku.
“Idaaa, tunggu !”

Aku pun melihat ke belakang “Kamu Raff, ada apa kok sampai tergesa-gesa ?” tanyaku
penasaran.

“Emmm, ada yang mau kenalan sama kamu !”

“Tapi Raff, udah mau masuk kelas seni tarinya”

“Ya telat dikit kan gakpapa”.

Aku tidak menjawabnya. Aku bergegas pergi menuju kelas seni tari. Aku simpan kata-kata Raffi
tapi aku tidak memikirkannya disaat aku sedang mengikuti seni tari.
***

Hari ini aku sengaja berangkat pagi, aku ingin menikmati udara pagi, walaupun jarak antara
rumah dan sekolah dekat. Sewaktu istirahat aku kembali ingat dengan kata-kata Raffi kemarin
siang. Siapa dia? Anak mana? Namanya siapa? Berbagai pertanyaan mulai bermunculan di
benakku. Hingga aku tak sadar jika aku sedang melamunkannya.

“Heyhey, mikirin siapa sih kamu?” Tanya Ega yang membuyarkan lamunanku.

“Ha? Aku gak mikirin apa-apa tuh!”

“Kok ngelamun sih? Haaa, masih keinget ya sama kata-kata Raffi kemaren?”

“Ehh, apaan sih, mentang-mentang pacar Raffi trus kalian ngejek gitu, ahh gak asyiik”

“Yaya, Cuma bercanda kok”

Tiba-tiba Raffi datang menemuiku. Entah apa lagi yang akan ia sampaikan kembali. Aku sendiri
tidak berharap jika kata-kata itu lagi yang akan ia sampaikan.

“Daa, ikut yuk, dia mau ketemu kamu, tuh udah ditunggu di kantin” ajak Raffi.

“Ahh, engga ahh, biarin aja dia samperin”

“Kok gitu? Ya udah deh, ini kesempatan loh, kok malah kamu sia-siain” Ucapan Raffi didengar
oleh Layla, yang juga saudara Raffi.

“Ehh, ada apaan nih, keliatannya seru! Ada apa sih Raff, kok gak bilang-bilang?”

“Gak ada apa-apa, udah nanti aku ceritain”

Bel masuk kelas pun berbunyi, aku segera masuk kelas. Dan aku mengikuti pelajaran yang
berlangsung hingga usai. Pulang sekolah biasanya aku jalan sendiri, jarak rumah deket.

“Ciiye Idaa” goda Layla

“Ada apa sih?” tanyaku penasaran.

“Tuh, orang yang di depan gerbang pake tas item ada corak biru, itu orang yang mau ketemu
kamu.”

“Ha? Siapa dia? Namanya siapa?”

“Dia Tyo, anaknya pendiem banget, dia sahabat karib Raffi sama Adi”

Tanpa kata-kata apapun aku bergegas pulang, dalam perjalananku aku memfikirkan semua hal
yang Layla beritahu tadi. Yah, Tyo, aku masih tidak menyangka kenapa dia mau bertemu,
kenapa harus lewat temennya? Ah mungkin dia malu. Ya udahlah.
***

Hari ini mulai muncul kabar buruk, banyak yang menyangka bahwa aku ini adalah pacar Tyo,
padahal bukan sama sekali. Aku kenal sama dia aja baru kemarin. Di sela-sela pelajaran aku
gunakan untuk menuliskan sebuah kata-kata. Sepertinya aku memang benar-benar jatuh hati
pada Tyo, “ahhh, kenal langsung aja belum kayaknya mustahil deh” kata itu selalu muncul di
benakku.

Saat jam istirahat, aku selalu melewati kelasnya. Aku selalu melihat tingkah lakunya, yang
terkadang membuatku tersenyum-senyum sendiri. Oh mungkin inikah cinta? Aku pernah
merasakannya tetapi aku tak ingin merasakannya lagi untuk saat ini.

Setelah kita kenal begitu lama, aku mengenal dia dengan ramah, dengan baik, walaupun diantara
kita tak pernah ada satu perkataan. Tiba-tiba semua perasaanku menjelma, berubah entahlah
seperti apa isi otakku. Aku menyukainya, aku menyayanginya. Aku yakin dia pun begitu, tapi
aku tidak pernah pecaya itu, aku tidak pernah percaya bila ia menyukaiku juga, aku hanya
berharap begitu banyak padanya.

Hari ini ekstra pramuka sebenarnya, aku sama Tyo mau bicara tapi dia tetap tidak mau. Dia tetap
tak membuka kesempatan untuk perasaan kita. Tapi aku masih yakin bila dia benar-benar
mencintaiku. Sore itu aku hanya pulang dengan semua mimpi ku yang telah pupus. Aku tak
membawa secuil harapan lagi untuk rasaku ini.
***

Malam ini aku tulis surat untuk nya. Aku harap ada sedikit respon darinya. Dan respon itu tidak
membuatku patah hati dan patah semangat. Aku tahu Tuhan pasti mengerti disetiap mimpi dan
harapanku.

Setelah selesai aku pun tidur. Hari ini aku sengaja bangun pagi, selain aku piket aku juga ingin
melihatnya lebih awal, hehe. Aku datang pertama di sekolah, datang pertama juga di kelas, aku
langsung piket, bersihkan semuanya. Setelah selesai, aku kasih surat itu langsung ke dia. Aku tak
pernah mengira hal buruk apapun akan menimpa kita setelah surat itu kau baca. Tiba-tiba Imma
datang mengetuk pintu kelasku. Dia meminta ijin dahulu, lalu memanggilku untuk menemuinya.
Aku yang bingung, langsung saja aku menurut.

“Nich surat dari Tyo!” kata Imma sambil memberikan surat dari Tyo.

“Apa ini? Jawaban suratku tadi pagi ya?”

“Iyaa, baca aja, dia bilang dia minta maaf kalo udah nyakitin perasaan kamu, dia gak bermaksud
kayak gitu, ya udah baca aja.”

“Iyaa, makasiih udah ngaterin suratnya, aku titip salam buat dia”
Seketika aku menangis, air mata ini sudah tak bisa ku tahan lagi. Tetes demi tetes mulai
membasahi wajahku. Lalu ku hapus lagi begitu pun seterusnya. Aku masuk kelas dan aku
lanjutkan pelajaran yang sempat tertunda, aku anggap saja ini semua tidak pernah terjadi.

“Ada apa sih, Yuk?” Tanya Ega.

“Di.. dia.. dia udah jawab semuanya” kataku terbata-bata

“Jawab apa? Bukannya diantara kalian itu tak pernah ada apa-apa?”

“Dia gak suka aku Ga, aku sih fine tapi kenapa sih yang nganter harus Imma, dulu pas kamu
sama Raffi putus, Imma juga kan yang nganter?”

“Iya ya, kok aku lupa ya? Ya udah deh, kamu yang sabar aja, cowok itu gak Cuma satu kok, gak
Cuma dia doang”

“Iyaa Ga, makasiih” jawabku sambil mengusap air mataku

“Iya sama-sama”
***

Sulit menjalani hari tanpanya lagi, walaupun kita hanya sebatas gebetan, tapi ternyata hal itu
membuat kita menjadi bersahabat. Berbulan-bulan aku nanti jawabanmu lagi. Tapi ternyata
jawaban itulah yang sudah kamu tetapkan. Aku hanya pasrah, aku menangis, bagaimana tidak
jika seseorang yang aku sukai ternyata telah membuatku menangis.

Aku berharap suatu saat nanti Tuhan mempertemukan kita, dan Tuhan izinkan kita bersama. Jika
Tuhan tidak mentakdirkan kita bersama biarlah perasaan itu menjadi sebuah kenangan masa
SMP kita.

*THE END*

Read more: http://cerpen.gen22.net/2012/09/cerpen-cinta-remaja-akhir-


sebuah.html#ixzz3IkJYqAkz
Cerpen Cinta Sedih: SEMUA TENTANG
KITA
Semua Tentang kita
Karya Putri Ayu Paundan

Namaku natasya, aku pernah mencintai seseorang dengan tulus. Tapi, semua ketulusan cintaku
padanya berakhir sia-sia.
“Natasya, jangan sedih terus dong. Senyuum.” kata sahabatku dewi sambil mencari tisu di meja
rias kamarku
“gue gak bisa dew, gue ga terima dia ninggalin gue, pergi gitu aja tanpa pamit.”
Arya adalah seorang cowok yang sangat aku sayangi, dia pergi meninggalkanku tanpa alasan.
Akupun baru tau kepergiannya setelah sehari dia pergi. Dia juga tak pernah mengabariku kenapa
ia pergi. Yang ku tau, Arya harus meninggalkan sekolah lamanya bersamaku karna dia di tuntut
kedua orang tuanya untuk tinggal di pesantren , tepatnya di daerah lampung. Akupun terpukul
mendengarnya.
“sya, lo gak bisa terus-terusan mikirin arya kaya gini. Dia itu gamau bilang kepergiannya karna
dia gamau liat lo sedih. Coba kalo dia tau lo sedih kaya gini. Gimana sya.”
“tapi gue kecewa banget wi, lo ga ngerti perasaan gue.”
Sehari sebelum arya pergi, teman-teman sekelasku sebenarnya sudah tau akan kabar bahwa arya
akan pindah dari sekolah. Tapi arya melarang mereka semua untuk memberitahuku dan
merahasiakan semuanya. Ini juga karena arya gak ingin buat aku bersedih. Tapi justru malah
sebaliknya .
***

Seminggupun berlalu, aku masih belum bisa menerima semua ini. Disekolah rasanya sepi tak ada
arya di sisiku yang biasanya setiap hari menyapaku, tertawa bersama. Arya juga tak pernah
mengabariku dia menghilang begitu saja. Sampai sekarang aku belum bisa memaafkannya
sebelum aku tau alasannya mengapa dia tak memberitahuku tentang kepergian dan
kepindahannya ke lampung. Aku mencoba melupakannya tapi aku tak bisa, perasaan ini
menyiksaku. Semakin aku mencoba melupakannya, semakin aku tak bisa menghapus kenangan
Arya dari hatiku.
“sya, maafin gue ya gue gak bilang sama lo . sebenernya gue udah tau Arya mau pindah dari
sekolah, tapi Arya ngelarang gue buat bilang sama lo, katanya dia gak mau buat lo sedih. Lo
pasti bisa dapetin yang lebih dari dia. Itu pesan arya buat lo.” Kata eza sahabatnya arya.
Saat eza bilang semua itu kepadaku entah mengapa, hatiku gak bisa menerimanya. Aku
menyayangi arya, hanya arya yang selalu ada di hatiku, dan dia yang terbaik untukku. Itu
menurutku.
“lo jahat za, kenapa lo gak bilang sama gue dan harusnya lo tuh ngerti.”
“iya, maafin gue sya. Gue salah, tapi mau gimana lagi arya udah pergi dan asal lo tau sya. Dia
sayang banget sama lo. Dia sebenernya gamau pindah, tapi karna desakan orang tuanya dia
pindah ke pesantren.”
“ gue kecewa za sama dia. Kenapa dia gak bilang dari awal?”kataku lemas
Aku meninggalkan eza yang masih diam membisu diambang pintu kelasku. Aku gak mau
mendengar semuanya lagi. Aku udah cukup kecewa dengan semua ini. andaikan waktu bisa
berhenti berputar untuk saat ini, aku ingin kembali dan melihat arya untuk terakhir kali.
***

Pagi hari di kelas,


Seiring berjalannya waktu meskipun arya tak pernah mengabariku, dan mungkin dia sudah lupa
denganku. Yaa, begitupun aku masih terus mencoba melupakannya. Hari-demi hari kujalani
semuanya seperti normal dulu sebelum arya pindah dari sekolah ini. Aku hanya bisa mencoba
untuk ikhlas dengan yang ku jalani sekarang. Andaikan ini semua mimpi, aku tak mau ini semua
akan terjadi. Tetapi apa daya semuanya bukan mimpi, ini nyata.
“sya...” panggil seseorang dari tempat duduk belakang dan ternyata itu eza , dia berjalan
menghampiriku
“apaan za?’’ kataku
“sya, kemaren arya chat gue nanyain lo.”
“terus?”
“kok terus?”
“iyaa, terus kenapa? Apa urusannya sama gue?”
“adalah ”
“apaan?” tanyaku sinis
“dia masi nungguin lo.”
“oh.” Jawabku singkat
“dih ngeselin nih anak, emang lo gamau tau kabarnya dia?”
“ah gatau gue, gue bingung sama dia , dia bilang sayang sama gue tapi apaan ninggalin gue gitu
aja dan udah seminggu lebih gue gatau kabarnya.”
“yaa lo tanya lah kabarnya gimana?”
“ngapain ah za, gue cewek gengsi kali nanya ke cowo duluan.” Kataku agak jengkel
“gue bingung ama lo berdua, lo sama arya sama-sama sayang, tapi gak ada yang mau mulai
duluan. Gimana kalian mau jadian kalo sama-sama gengsi. Cinta, tapi munafik. ”
“harusnya dialah, minta maaf enggak , kabarin gue juga enggak. Kalo gue disuruh milih untuk
kenal sama dia atau gak, gue akan lebih milih enggak dari pada gue harus sakit hati kaya gini
akhirnya...gue malah kecewa banget.”
“yaaa, kemaren dia nanyain kabar lo, ya gue jawab lo sedih banget dia pindah.”
“lo jujur amat si za, aaaah tau deh.”
***
Hari terus berganti, meninggalkan semua kisah yang ada begitupun kisah ku dengan arya , aku
bertekat untuk melupakannya. Aku udah cukup kecewa dengan semua ini. Setiap kali aku
berdoa, mendoakannya untuk kembali bersama ku lagi seperti dulu tapi itu semua tak mungkin.
Aku memang mencintai arya, tetapi tak pernah arya jujur akan rasa sayang dan cintanya
kepadaku, selalu eza yang bilang kepadaku setiap kali arya curhat kepadanya. Aku bingung
dengan semua ini, mencintai seseorang tanpa sebuah kepastian yang pasti.
Tuhan..... jika memang dia yang terbaik untukku, jagalah dia disana tuhan...
Jagalah hatinya untukku, dan jagalah hatiku untuknya...
Aku disini hanya bisa mendoakannya, melihat nya dari kejauhan...
Ini berat untuk ku jalani Tuhan... jauh dari seseorang yang aku sayangi.....
Aku menyayangi dan mencintainya... tabahkan hatiku Tuhan...
Tuhan .. hanya satu pintaku, jagalah iya saat aku jauh dari sisinya.... :’)
Setiap malam setiap ada kesempatan aku berdoa dan menangis, akankah cintaku padanya akan
kembali seperti dahulu menjalani hari-hari dengan penuh canda maupun tawa. Cinta ini
membunuhku...kau adalah mimpi takkan pernah ku gapai.
***

Sebentar lagi liburan semester tiba, 6 bulan sudah berlalu. Sebenarnya momen-momen itulah
yang selama ini ku tunggu. Karna liburan sekolah Arya pasti pulang ke Jakarta dan ada
kemungkinan kita akan bertemu lagi. Tetapi , mendengar kabar kalo Arya pasti akan pulang ke
Jakarta hatiku biasa saja. Tidak ada getaran-getaran seperti dulu saat aku bersamanya, mungkin
karena selama 6 bulan ini aku sudah terbiasa tanpanya, yaa meskipun awalannya aku sangat
terpukul dan kecewa juga sedih. Tapi sekarang aku sudah mempunyai seseorang yang bisa
menggantikan hati Arya di hatiku yaitu Aka sudah 6 bulan juga aku mengenalnya. Aka datang di
kehidupanku ketika hatiku sedang hampa dan kosong tanpa arah. Dia menyembuhkan luka di
hatiku, awalnya aku memang tak bisa melupakan Arya karna bagaimanapun juga Arya akan
selalu tinggal di hatiku. Saat kepergian Arya, Aka lah yang selalu menemani hari sepiku selama
6 bulan aku mengenal Aka, bagiku dia adalah seorang cowok yang baik , pengertian, dan sabar.
Sudah 3 kali Aka menyatakan perasaannya padaku , tetapi tak pernah ku jawab aku hanya bilang
kepada aka kalo aku masih mengejar sesuatu. Aka pun mengerti, walaupun dia tak pernah tau
aku masih menunggu seseorang , yaitu Arya. Dan Aka masih setia menunggu hatiku. Dan
akupun janji akan menjawabnya, aku menerima cintanya atau tidak saat ulang tahun Aka nanti.
***

Pagi di sekolah,
“besok kita bagi rapot sya.” Kata dewi sahabatku
“iya , gue takut nih jadinya masuk jurusan apa wi.”
“udah yakin lo pasti IPA. “
“yaa mudah-mudahan aja kalo kita bisa satu kelas lagi, lo IPA dan gue juga.”
“amiin.”
“haaai semua.” Sapa eza sambil duduk di sebelahku
“apaan si za, JB JB aje.” Kata ku
“hahaha.... lagi ngomongin apaan si? Serius amat?” eza tertawa pelan
“jurusan za...” kata dewi
“oh gitu yaa... lo pasti mah IPA, kalo gue sih maunya IPS.”
“yaa amin-amin mudah-mudahan kita masuk yaa.” Kataku
“iyaa amin .” kata mereka berdua
“eh sya, btw gimana perasaan lo sekarang sama Arya?”tanya eza kepadaku
“yaaah, lo ngomongin Arya lagi.” Jawabku lemes
“dia selau nanyain keadaan lo sama gue sya, ya gue jawab lo baik. Arya juga bilang kenapa dia
gak nembak lo. Katanya dia , dia gamau nyakitin lo lagi emangnya lo mau pacaran jarak jauh
sama Arya? Arya takut lo nolak dia, kalopun lo nerima dia, kasian elo nya arya gak pernah ada di
samping lo . lo tau kan pesantren gimana? Dia pulang juga pas liburan.”
“yaaa.. gue tau. Status menurut gue gak penting. Yang gue mau komitmen za. Kepastian. Dia
sayang sama gue tapi dia gak pernah bilang ataupun jujur sama persaannya sama gue. Gimana
gue mau percaya sama dia, bisa aja kan dia pacaran disana atau udah punya cewek pengganti
gue? Gue yakin za. lagian 6 bulan udah berlalu. Gue mungkin bisa lupain dia, tapi gue gak akan
bisa ngelupain semua kenangan tentang kita”
“oh iya, liburan dia kesini sya. Dia pengen ketemu sama lo.”
“gue gamau lah za, udah cukup yang dulu2 gue gamau nantinya keinget dia lagi. Sekarang gue
udah punya yang lain, meskipun gue belum jadian sama dia. Tapi kita udah deket semenjak Arya
ninggalin gue.”
“siapa?” tanya eza
“aka namanya za, dia ganteng putih jago main basket dan juga jago futsal.” Kata dewi yang
menambah pembicaraan suasana menjadi semakin hangat
“serius lo sya?” tanya eza tak percaya
“iya, gue serius dan suatu saat kita pasti akan jadian.” Kataku padanya
“jujur nih gue sya sama lo Arya disana banyak yang nembak dan banyak yang sukain. Lo mau
tau semua cewek yang nembak dia banyak, terus dia tolak. Adapun anak SD nembak dia, dan
katanya mirip sama lo.”
“terus di terima?” kata dewi sahabat ku, yang duduk di sampingku sembari membaca novel
“gue belom tau kabarnya. setau gue sih dia belum jawab mau nerima tu cewek apa enggak.”
# Bel pun berbunyi
***

Pagi hari,
Hari ini adalah hari yang ku tunggu-tunggu mama ku sudah bersiap-siap untuk mengambil
rapotku. ketika sampai di sekolah , aku berpapasan dengan eza. eza tak melihatku mungkin dia
gak sadar seseorang yang berpapasan dengannya itu aku. Setelah pembagian hasil rapot selesai
ternyata alhamdullilah akhirnya aku masuk jurusan IPA, jurusan yang selama ini aku cari dan
sudah aku rencanakan.
“sya, tar abis bagi rapot main yuk.” Kata sari teman dekatku
“okeey, siapa aja?” tanyaku
“banyak lah. Pokoknya.”
“okedeh.”
“lo udah bagi rapot?” tanyanya
“udah nih,”
“wesss... ipa nih ye. Slamet yaa.”
“lo emang belom?” tanyaku
“belom, tar abis ini.”
“oh okey, emng kita mau main apa?”
“main UNO aja, hehe lo bawa uno?”
“kagak sii, yaudah gue balik dulu yaa..tar samper gue aja.”
***

Siang hari,
“natasya, ayok berangkat main.. anak-anak udah pada ngumpul. Jangan lupa uno nya.”
Aku naik motor di jemput oleh teman dekat ku sari. Setelah beberapa menit sampai di rumah
sabi, akhirnya kita semua main UNO
“sabi, si eza gak dateng?”
“gatau sya, katanya mau pergi.”
Sabi adalah teman deketku juga , karna rumahnya adalah basecame kami, tempat kami
berkumpul dan bercanda bareng
Tak lama sambil kita memainkan UNO , ada suara motor berhenti di rumah sabi. Ici temen ku
keluar dan membuka pintu. Ku lihat dari arah jendela ternyata eza, tetapi disana ada seseorang
lagi. Memakai helm dan sepertinya aku mengenalnya, Cuma dari jendela tidak terlalu kelihatan.
Seseorang itu melepas helm nya dan ternyata... OMG ! batinku...... ternyata seseorang itu
adalah...
“sya, ada Arya tuh.”
“hah ? serius lo sab?”
“iya serius gue, tuh anaknya kesini kan.”
Oh Tuhaan.... apa salahku, aku tak ingin bertemu dengannya. Tetapi sekarang kita malah di
pertemukan. Apa ini takdirku Tuhan.. untuk bertemu dia lagi. Deg..... tiba-tiba saja terasa
jantungku berhenti, getaran ini sudah lama tak kurasakan. Sangat berbeda sekali bila aku dekat
dengan aka, tidak ada getaran seperti ini. ada apa ini?” batinku
“sorry sya, dari awal kita semua sudah ngerencanain ini, untuk nemuin lo sama Arya.”
Aku dan arya hanya tersenyum tipis. Tapi aneh sikapnya Arya, dia bener-bener berubah. Dia tak
menyapaku. Bahkan menegurku itupun tidak. Apa yang terjadi Tuhan batinku. Apa dia sudah
menemukan yang lain? Entahlah.... selama kita semua ngobrol, tetapi aku dan arya tidak juga
saling tegur sapa, kenal.. tapi kaya ga kenal.. Arya seperti orang asing dalam hidupku.
“sya, arya kalian berdua diem aja..” ledek mereka
“ayodong kangen-kangenan apa kek gitu?” kata ici teman dekatku yang juga ikut meledek
“tau lo ya, udah ada orangnya malah di cuekin. Giliran ga ada malah nyariin.”ledek eza
“apaansih lo za, gajelas.” Jawabku sinis
“yee lo berdua tuh cinta, tapi munafik. Sama-sama cinta tapi malu-malu gak ada yang mau mulai
duluan. Gininih jadinya cuek-cuekan kalo ketemu.”
Kenapa harus gue yang mulai duluan apa musti gue yang negur duluan? Siapa yang buat salah ?
gue kah? Atau dia? Yang ninggalin gue siapa? Yang buat gue sedih siapa? Yang buat gue
kecewa dan sakit hati siapa? Harusnya lo sadar Arya ! batinku meringis.
“yaudah lah za, kalo mereka emang mau diem-dieman.” Kata sabi
Aku hanya tersenyum ke arah mereka yang menatapku juga Arya. Setiap kali aku memergoki
arya melirikku, dan aku juga meliriknya batinku nangis apa iya arya gak kangen sama aku, atau
minta maaf? Tapi apa nyatanya... itu tidak sama sekali !! yang ku lihat dari sorotan matanya
masih ada cinta dan rindu dihatinya. Akupun merasakan itu. Tatapannya, masih seperti dulu,
dingin tetapi penuh arti dari sorotan matanya penuh keteduhan. Andai saja tatapan ini bisa
membunuh, mungkin aku sudah terkapar olehnya.
Akhirnya kita semua main UNO , mainan yang biasa kita mainin kalo gak ada mainan yang bisa
dimainin . kita anak SMA tetapi masih main kartu UNO, yaa walaupun UNO buat semua umur.
Eza pun membagikan kartu UNO nya. Dan kita semua main. Ternyata seiring berjalannya waktu,
pertama sari keluar menang, disusul sabi, disusul eza, dan yang terakhir ici, yang salalu main
UNO keringetan. Main UNO aja kok keringetan? Dan yang tersisa hanya aku dan aray.
Permainan semakin menegang. Belom ada kepastian siapa yang menang aku ataupun aray.
“ayodong menangin sya.” Teman-temanku menyemangatiku. Begitupun aray yang sibuk dengan
kartu-kartunya .
“udeh lo pasti menang deh ray.” Kata eza yang malah membela aray di banding aku
“eh belom tentuu.” Kataku , daaaannnn.....
“UNO ! “ aray mengucapkan kata itu bentar lagi dia menang karna kartunya tinggal satu 4+
ternyata.”
aku pun kalah saat permainan itu. Tapi taapalah ini hanya sebuah permainan, akhirnya kita
semua tertawa bersama.
bahagia itu sederhana ... walaupun aku dan aray tak saling tegur sapa bahkan saat bermain aray
tak juga menatapku. Tetapi dengan melihat aray tersenyum atas kemenangannya padaku. Aku
sudah senang.” #Bahagiaitusederhana aku mungkin saja melupakanmu ketika kau pergi, dan jauh
disana..tetapi cinta, perasaan kembali ada ketika kau datang
waktu sudah menunjukan pukul 4 sore. Karna hari sudah sore akhinya kita semua memutuskan
untuk pulang. Pertemuan yang sangat singkat antara aku dan juga Aray. Sampai pulang kita
berdua juga gak ngobrol dan saling cuek-cuekan. Yaa... itulah aray dingin dan sangat cuek
***

Malam ,
Aku masih teringat pertemuan singkat tadi siang. Ini semua seperti mimpi ataukah aku
bermimpi?? Sambil memeluk boneka dan tepar di atas kasur aku memutar kembali saat 6 bulan
yang lalu , saat aray meninggalkanku, dan pergi begitu saja tanpa kabar. Dan sekarang dia ada
disini menemuiku. Aku tak mengerti apa maksudnya
dret.. dret... ponselku bergetar, tanda sms masuk dan ternyata itu dari Aka.
“natasya.. malem.. apa kabar?”
“hei, baik kok Aka.”
“oh gitu syukur deh.”
“besok bisakan dateng kerumah Aka sya?”
Ya Tuhan.. aku lupa besok tanggal 26 adalah hari ulang tahunnya Aka. Untung saja aku sudah
menyiapkan kado untuknya jauh-jauh hari.
“okey, besok natasya dateng kok.”
“mau aka jemput?”
“okeh” diakhiri percakapan pendek itu di sms dan akupun tertidur
***

Esok hari,
Jam 10:00 aka sudah sampai di depan pager rumahku. Aku pun pergi kerumahnya di boncengin
naik motor satria nya. Di perjalanan dan di pikiranku kosong, entah apa yang aku fikirkan dan
akhirnya setelah beberapa menit di perjalanan kita pun sampai di perumahan blok A rumahnya
Aka, disana sudah banyak temen-temennya yang berkumpul. Juga sahabat ku putri.
“ka. Ini kado buat kamu.”
“yaampun natasya, pake repot-repot.”
“yaa.. gpp kkok.”
Kado yang aku berikan untuk Aka adalah angsa-angsaan biru hasil karya ku sendiri, juga
striminan yang bertulisan namanya dan hari ulang tahunnya
“Heemm ikut aku bentar yuk,” tanganku di gandeng aka ke arah taman komplek dekat
rumahnya. Aku tak mengerti apa maksudnya. Terlintas tiba-tiba di fikiranku. Aku lupa kalo aku
berjanji akan menjawabnya iya atau tidak untuk menjadi pacarnya.
“heem.. mau ngapain ya ka?” tanyaku terbata-bata aku masih tidak tau harus menjawab iya atau
tidak untuk menerimanya.
“adadeh.” Jawab aka
Sesampainya di taman yang indah dan penuh bunga berwarna-warni disana terpampang bunga
matahari yang menjulang tinggi juga pohon anggur di sekeliling taman. Di temani teman-teman
aka juga putri sahabatku. Karna dialah aku bisa kenal dengan aka, setelah kepergian Arya 6
bulan yang lalu. Di tengah lapangan Aka melepaskan gandengannya.
“natasya, bagaimana dengan jawaban kamu ?”
“jawaban? Jawaban apa?” aku pura-pura tak ingat
“jawaban, apa kamu nerima aku? Atau tidak.”
Jleeeeeeebbbbb................
Ternyata Aka benar menagih janji itu. Aku tak tau kenapa bisa jadi begini. Awalnya aku
memang sudah hampir bisa MOVE-ON dari arya, tapi apa? Arya datang kembali di
kehidupanku. Menemuiku walaupun itu tidak sengaja bertemu. Tapi apa daya, Aka cowok yang
selama ini 6 bulan aku gantungi perasaannya masa iya aku tolak. Cinta diantara dua hati itu tidak
mungkin! Aku mencintai arya juga aka..
“natasya, kok diem?” tanya aka
“hah? Iya...apa?” kataku terbata-bata
Temen-temen aka yang menonton dan menyaksikan itu mereka semua menyoraki kita berdua...
terima...... terima....... aku bingung saat itu.
“kamu nerima aku atau tidak natasya... aku sayang kamu.” Di raih nya tanganku
Setelah beberapa menit aku berfikir, akhirnya
“iya Aka, Aku terima.”entah apa yang ku fikirkan tak sengaja aku mengucapkan kata-kata itu,
terlambat sudah......
Yeeeeyyyy jadiaaaaan sorak mereka tambah ramai. Orang-orang yang ada di area taman bingung
karena saat itu teman-temannya aka berisik dan rame. Meskipun saat itu aku malu. Aku
memutuskan untuk menerima aka karna aku juga suka sama dia , walaupun aku masih
mengharapkan arya untuk menjadi kekasihku. Tapi itu semua tidak mungkin , arya hanyalah
mimpi bagiku takkan pernah ku memilikinya.
“makasih natasyaaaa..... ini boneka taddy bear buat kamu”
“iya... makasih yaa aka.”
Aku tak menyangka akhirnya aku jadian juga sama aka, bertepatan dengan ulang tahunnya. Dia
memberiku boneka taddy bear berwarna warna pink, Teman-teman aka juga memberi memberi
selamat ke kita berdua. Taman itu menjadi saksi cinta kita berdua.
***

Kejadian kemarin telah berlalu. Kini aku sudah menjadi milik orang lain . aku mungkin bisa
belajar untuk menyayangi aka, namun mungkin tak sepenuhnya karna aku masih mengharapkan
cintanya arya entah sampai kapan.
Baru sehari kami berdua jadian, berita itu sudah menyebar sampai ke kuping teman-temanku
terutama arya. Arya sudah mengetahui kalo aku sudah jadian , arya pun syok mendengar kabar
tersebut yang datangnya dari eza. Eza adalah sahabatku sekaligus sahabat dan teman curhatnya
arya . jadi apapun yang terjadi denganku pasti eza tau, dan bakal lapor ke arya.
Ponselku tiba-tiba berdering , ternyata ada tlp dari ici sahabatku.
“halo?” sapanya
“iya ci, tumben tlp ada apa?” tanyaku
“gpp, Cuma mau mastiin aja.”
“apa?”
“lo beneran jadian sama aka? Cowok yang sering lo ceritain itu ke gue?.”
“iya ci.”
“selamet ya sayang.”
“eh iya makasih.”
“oh iya, arya udah tau lo jadian?”
“udah, sepertinya dari eza.”
“iya, gue juga tau dari si eza . Kirain itu boongan ternyata beneran.”
“iya, itu semua bener. Gue jadian kemaren tanggal 26 pas ulang tahunnya ci.”
“hmmm... lo udah tau kalo arya nyusul jadian setelah lo jadian sama aka?”
“apa..?” Aku tersentak kaget . tak sengaja ponselku ku banting ke arah tempat tidur, dan
untungnya tidak ke lantai, ku ambil lagi dan kudengarkan apa yang sebenarnya terjadi.
“halo sya?”
“ya maaf, tadi hp gue jatoh. Gue kaget abisnya.” Jantungku tiba-tiba saja terasa sesak dan sakit
entah kenapa , aku tak mengerti
“jadi gini, hari ini arya jadian sya”
Deeeg......serangan itu kembali ada
“gak, gue gak tau? Emang dia hari ini jadian? Sama siapa?
“sama anak sana yang katanya mirip sama lo, namanya evina.”
“evina? Semoga dia bahagia.” Ku akhiri percakapan itu , walau singkat tapi menyakitkan bagiku.

sungguh aku tak percaya, dan hari ini tanggal 27, ternyata hari ini jugalah arya jadian sama
pacarnya evina. Aku tak mengerti apa maksudnya aray dengan semua ini. Ataukah evina yang
katanya mirip denganku itu Cuma sebagai pelampiasannya saja?ataukah arya bener-benar
menyayanginya? Entahlah.
Kini semuanya tlah berakhir, meskipun aku tak mengerti jalan fikirannya arya. Tetapi aku yakin,
dihati kecilnya arya meskipun sedikit saja, dia masih menyisihkan tempat untukku dihatinya dan
menyimpan namaku dihati kecilnya.. begitupun aku, meskipun aku sudah mempunyai seorang
kekasih , dan dialah yang membuatku menyadari. Menunggu itu tidak enak, apalagi orang yang
kita tunggu gak pernah mencoba untuk meraih kita.sungguh menyakitkan. Mungkin arya sama
sepertiku, menjalani semuanya tetapi tidak apa yang dia inginkan.
***

Tiba-tiba saja ponselku bergetar ternyata tlp masuk .


“halo?natasya?Sya, hari ini arya mau pulang.”
“pulang?” ternyata sms itu berasal dari sari yang juga teman baikku
“iya pulang, padahal dia baru sebentar di jakarta. Malah belom sempet kangen-kangenan kan
sama lo? Eh tapi gak deh lo berdua kan udah sama-sama punya pacar. Tapi gue sih yakin pasti lo
berdua masi saling ngarepin iya kan?”
“gak usah nyindir gitu deh sar.”
“haha.. iya maaf” sari tertawa pelan
“oh iya , lo tlp gue Cuma mau ngasi tau kalo dia pulang?’’
“yaa.. gue sedih banget dia hars pulang dan katanya gak akan balik lagi.”
Deeegggg........... tiba-tiba saja air mataku mulai jatuh perlahan setelah mendengar kabar itu
dadaku terasa sesak dan saat ini sulit untuk bernafas
“syaa?” panggilnya
“natasya? Lo gak apa-apa kan? Diem aja?”
‘’eh iya sorry apa tadi yang lo bilang, gue gak denger.”
“arya mau pindah dan tinggal di lampung selama 3 tahun. Dia gak akan balik lagi dan pastinya
rumahnya yang disini mau di kontrakin.”
“apa?”
“iya bener, eh udah dulu yaa byee..
Sari mengakhiri percakapannya , aku tak mengerti dengan semua ini.. lagi-lagi arya pergi dan
ninggalin aku untuk kedua kalinya, tapi ini berbeda dia gak akan kembali. Ini semua tak
mungkin. Ku putar lagu pasto aku pasti kembali, dan lagu itu yang menjadi lagu kita berdua
dulu. Teringat aku dan arya sering menyanyikan lagu itu berdua.. di pekarangan sekolah sambil
memainkan gitar
Reff : aku hanya pergi tuk sementara..
bukan tuk meninggalkanmu selamanya..
aku pasti kan kembali, pada dirimu.. tapi kau jangan nakal, aku pasti kembali..
aku pasti kembali.........
***

Pukul 06.00 pagi,


Aku terbangun dari tidurku, aku tak bisa berhenti menangis tadi malam, mungkin sebabnya
mataku sembab dan layu seperti ini. aku tak mengerti mengapa aku menangisinya. Aku tak
mengerti apa yang ku tangisi. Cintanya? Ataukah karna arya yang ingin pergi? Entahlah..aku tak
mengerti..Seharusnya aku seneng arya pergi dan gak akan kembali lagi, tapi apa nyatanya? Aku
malah seperti ini, seharusnya aku sadar aku sudah mempunyai seseorang kekasih begitupun
arya.... Aku juga tak mengerti perasaanku gelisah tadi malam, tadi malam aku juga melihat arya
tapi aku , aku tak ingat dia ada di mimpiku? Atau dia datang tadi malam. Yang ku ingat dia
datang memakai baju putih dan dia tersenyum padaku, dia memegang tanganku dan berbisik.
Jangan sedih, karna arya akan selalu ada dihati kamu. Dan kamu selalu ada di hati arya..
mungkin arya gak akan pernah kembali.
Dret..dret.. hp ku berdering, ternyata ada tlp dari eza aku pun cepat-cepat mengangkatnya..
“sya, udah bangun??’’
“ada apa?gue baru aja bangun.”
“lo udah tau kan arya pergi?”
“iya , gue udah tau dari sari dia yang ngasih tau gue kemaren malem.”
“suara lo kenapa?”
Mungkin suaraku begini adalah efek tangisanku tadi malam , aku tak bisa tidur.. hanya arya yang
aku fikirkan tadi malam.
“hah? Suara gue? Gpp, gue lagi sakit tenggorokan biasalah radang.
“bohong, lo pasti abis nangis ya?”
“enggak.” Aku memang berbohong sama eza, karna aku tak ingin kawatir.
“ada apa tlp gue pagi-bagi begini? Tumben?’
“iya, gawat sya penting gawat. Arya barusan aja masuk rumah sakit.”
“apaaa?” aku tersentak kaget dan mataku kini sudah tak mengantuk lagi
“iya udeh lo cepetan mandi. Cepet nanti lo gue anter kerumah sakit gue jemput.”
Aku segera mengakhiri tlp, aku bergegas untuk mandi. Dan setelah aku selesai mandi, dan siap
untuk berangkat , tiba-tiba saja terdengar bunyi motor depan pagar rumahku, ku lihat dari jendela
ternyata itu eza, aku cepat keluar dan pamit tidak sempet sarapan pagi
“za, ceritain ke gue plis.”
“udah cepet naik , nanti gue ceritaiin di jalan.”
Aku segera naik dan meninggalkan rumah. Aku pergi dengan hati yang cemas, selama di
perjalanan aku hanya diam dan diam.
‘’sya, jangan diem aja .”
“jelas aja gue diem.”
‘‘ini adalah bukti kalo lo masih sayang banget sama arya, iya kan?”
“gak. Gue Cuma khawatir” kataku ngeles
“Khawatir? Kalo lo Cuma kawatir, gak akan lo mau pagi-pagi kaya gini disuru kerumah sakit
buat liat keadaan arya, padahal lo sendiri udah punya cowok. Tapi lo sendiri malah ngawatirin
arya di banding cowok lo”
“jelasin ke gue kenapa arya?”
Hening........ aku tak mengerti kenapa suasana menjadi hening.. keadaan pagi yang dingin ini
menusuk tubuhku
“eza?’’ panggilku
“eza, arya kenapa?’’ panggilku sekali lagi cemas
“dia... dia.. “
“dia? Dia kenapa zaa.”
Eza tak juga menjawabnya, setelah setengah jam di perjalanan, tak terasa kita sudah sampai
dirumah sakit. Setelah eza memarkirkan motornya, aku dan eza langsung pergi menuju ruang
kamar tempat arya dirawat. Aku dan eza melihat teman-temanku sudah rame dan berkumpul di
ruang kamar arya, aku tak mngerti mereka semua menangis sampai isek-isekan. Apa yang
terjadi? Aku tak mengerti . tiba-tiba saja ditengah kerumunan mereka yang sedang menangis,
aku melihat seseorang memakai baju putih keluar dari arah pintu kamar rumah sakit tempat arya
dirawat. Aku diam dan tak menghampiri seseorang itu. Ku lihat eza sudah tidak ada
disampingku. Aku seperti mengenalnya, wajahnya pucat, lesu, dan dia tersenyum kepadaku. Dia
itu arya? Apa dia itu arya? Dia tersenyum padaku? Tapi aku heran mengapa mereka semua
masih menangis? Sedangkan arya? Dia baru saja kluar dari arah pintu dan tersenyum padaku....
tiba-tiba saja saat aku ingin menghampiri seseorang itu, seseorang itu hilang? Hilaaaang?????
Iya, tiba-tiba saja hilang. Aku tak mengerti kemana bayangan itu pergi.
“natasyaaaa..... “ tiba-tiba ici menghampiriku dan memelukku
“ada apa? kok lo nangis?” tanyaku heran, ici masih saja menangis di pelukanku
“arya syaaa... arya.....gue gk percaya dengan semua ini, padahal waktu kemaren kita abis ngmpul
bareng.. gue gsk percaya!”
“arya kenapa? Dia baik-baik ajakan? Barusan gue liat dia keluar kamar dan dia senyum sama
gue, tapi anehnya dia langsung pergi dan hilang gitu aja pas gue mau nyamperin dia.. yaa..
barusan .” kataku polos tak mengerti
“apa? “ ici menatapku
“iya seius gue gak boong tuh barusan dia kesana” aku menunjukkan ke arah bayangan itu pergi
“arya itu udah gak ada natasya, dia pergi ninggalin kita semua.. bukan untuk pergi dan tinggal di
lampung, tetapi dia pergi untuk selamanya.”
“gue gak ngerti, jelas-jelas gue barusan liat dia.”
“ikut gue,” di tariknya tanganku masuk ruang kamar arya
“lihat,dia udah gak ada, gue gak sanggup dengan semua ini.”
“aryaaaaa... aku menghampiri arya yang terbaring lemas dan kaku, juga pucat dan tangannya
begitu dingin.”
“arya, bilang ke gue kalo ini gak bener. Aryaaa buka mata lo, bilang kalo ini gak bener. Kenapa
lo gak mau buka mata lo , aryaaa plis.” Aku tak bisa menahan tangis
“arya, plissss arya gue mohon, jangan ninggalin natasya dengan cara seperti ini natasya gamau
ditinggal arya, natasya sayang banget sama arya. Arya bilang, kalo ini bohong, tangan arya
dingin banget, arya sakit? Arya kedinginan? Tadi arya baru aja senyum ke natasya aryaaa
bangun.”
Saat itu aku tak bisa menahan tangis, tangan arya saat itu dingin banget semua itu bisa ku
rasakan. Tetapi dokter langsung membawanya, ku lihat terakhir kali arya tersenyum padaku, ini
mimpi? Katakan ini mimpi padaku.
“natasya?’’ seseorang menarik tanganku, entah itu siapa dia langsung memelukku
“ikhlasin dia natasya, dia udah gak ada jangan menangis terus, ikhlasin dia.”
Aku tak bisa menahan tangis, aku sekarang rapuh, aku tak bisa apa-apa dengan kenyataan pahit
ini. batinku
“ikhlasin dia natasya, ini semua demi kebaikannya.” Aku masih terhanyut dalam susana dan juga
didalam pelukan seseorang itu, ketika aku membuka mata ternyata seseorang itu adalah aka,
pacarku yang juga ada disana.. menyaksikan itu semua
“ayok kita keluar, aka jelasin semuanya.”
Teman-temanku masih saja menangis, dan juga ku lihat eza sepertinya dia juga sangat terpukul.
Aku mengerti perasaan eza, dan juga teman-temanku semuanya.
Ternyata, aka membawaku ke kursi taman belakang rumah sakit.
“aka udah denger semuanya sayang.”
“maafin natasya, maafin natasya.” Kataku pelan
“gk usah minta maaf, justru aka yang minta maaf sama kamu. Mungkin kalo kamu denger ini
semua kamu nantinya bakalan benci dan marah sama aka, pacar kamu.”
“kenapa kamu ngomong gitu?” tanyaku tak mengerti
“kamu tau? Kamu ingat 6 bulan yang lalu pas arya pergi ninggalin kamu tanpa pamit?”
“iya aku ingat?”
“dia itu pergi ninggalin kamu karna dia sakit, bukan karna dia sekolah di pesantren juga. Dia
Cuma nyari alesan yang masuk akal.Selama itu dia pergi untuk berobat kesana-sini. Tapi itu
semua gagal. Pengobatan itu sempat berhasil, tetapi tidak berlangsung lama.”
Hening..... aka melanjutkan ceritanya
“selama dia pergi untuk tinggal di lampung, dia bilang kalo dia pindah ke pesantren.. padahal
tidak sayang.. dia pergi bersama orang tuanya untuk berobat. Dia punya penyakit jantung.
Kemaren pas kamu main sama dia sama teman-teman kamu ,mungkin saat itu keadaan arya
sudah pulih tetapi , arya drop dan harus pulang dan pindah ke lampung selama 3 tahun untuk
menjalani pengobatan. Orang tuanya arya terpaksa pindah kesana, karna tidak mungkin bolak-
balik dengan kondisi arya seperti itu lampung-jakarta itu lumayan jauh.”
“selamaya 6 bulan, arya menitipkan kamu ke aku. Karna aku sahabat baik arya sejak kecil.
Hanya aku yang tau tentang penyakitnya,selain keluarganya sel. Maafkan aku, natasya...
seharusnya dari awal aku jujur sama kamu. Pas kita jadian tanggal 26 kemarin, arya mengetahui
kabar itu. Awalnya aku gak enak sama dia, tapi aku bener-bener sayang dan tulus sama kamu itu
semua aku lakuin untuk ngejagain kamu. Pas arya tau kita jadian, dia pesen sama aku , supaya
kamu suatu saat nanti dia udah gak ada, kamu harus bisa ngikhlasin dia. Ini semua demi
kebaikannya natasya.ini semua udah ada yang ngatur”
“Tadi aku juga menemaninya sbelum ajal menjemputnya. Dia berpesan padaku sayang, katanya
dia minta maaf sama kamu dan teman-teman kamu juga. Karna dia gak mau buat kamu sedih
juga semuanya. Tadi aku juga udah cerita ke semua teman-teman kamu dan tadi aku suruh eza
jemput kamu. Maafin aku terlambat ngasih tau kamu.”
Tangisku semakin tak terkendali, aku tk bisa menahan semuanyaa.... ini semua telah berakhir,
dan akupun kini harus membuka hatiku untuk orang lain
“ aku gak marah sama kamu, aku juga ngerti kalo misalnya aku ada di posisi kamu saat itu. Aku
ikhlasin , walaupun aku masih sakit dan sangat terpukul.”
“ya, seharusnya kamu bersikap seperti itu sayang, itu semua udah tuhan yang atur. Kita sebagai
umatnya hanya bisa sabar, ikhlas, dan menerima.”

Tuhan... jika ini semua sudah menjadi jalan takdirku,aku ikhlas Tuhan...
Tabahkan aku , berilah tempat yang nyaman disana buat Arya Tuhan...
Sayangi dia, dan meskipun Arya sudah tidak ada di dunia ini. tapi aku masih tetap
menyayanginya... sampai nanti ku menutup mata...

SELESAI

Read more: http://cerpen.gen22.net/2012/08/cerpen-cinta-sedih-semua-tentang-


kita.html#ixzz3IkJlQ2eO
Sebening Cinta Embun
Oleh: Novie An-Nuril Khiyar

Embun. Aku memanggilnya embun. Titik – titik air yg jatuh dari langit di malam hari dan berada
di atas dedaunan hijau yang membuatku damai berada di taman ini, seperti damai nya hatiku saat
berada disamping wanita yang sangat aku kagumi, embun.

“ngapain diam di situ, ayo sini rei…” teriakan embun yang memecahkan lamunanku. Aku lalu
menghampirinya, dan tersenyum manis dihadapan nya.

“gimana kabarmu embun?”

“seperti yang kamu lihat, tak ada kemajuan. Obat hanyalah media yang bertujuan memperparah
keadaanku. Dan lihat saja saat ini, aku masih terbaring lemah dirumah sakit kan?”, Keluhnya.

“obat bukan memperparah keadaanmu, tapi mencegah rasa sakitnya. Embun,, kamu harus
optimis ya”.

“hei rei, aku selalu optimis. Kamu nya aja yang cengeng. Kalo jenguk aku pasti kamu mau
nangis,, iya kan? Udahlah rei,,, aku udah terima semua yang di takdirkan Tuhan,, dan saatnya
aku untuk menjalaninya, kamu jgn khawatir, aku baik-baik aja kok”. Benar kata embun, aku
selalu ingin menangis ketika melihat keadaannya. Lelaki setegar apapun, pasti akan sedih
melihat keadaannya, termasuk aku.
***

Sudah 2 minggu tak kutemui senyum embun di sekolah. Sangat sepi yang aku rasakan. Orang
yang aku cintai sedang bertaruh nyawa melawan kanker otak yang telah merusak sebagian
hidupnya. Apa? Cinta? Apakah benar aku mencintainya??? Entahlah,, aku hanya merasakan sakit
di saat melihat dia seperti ini. ya Tuhan, izinkan aku menggantikan posisinya. Aku tak ingin
melihat wanita yang aku sayangi terbaring lemah di sana. Tolong izinkan aku.

Seperti biasa, aku menyempatkan diri setelah pulang sekolah untuk pergi menjenguk embun di
rumah sakit.

“hai embun,, bagaimana kabarmu?”

“sudah merasa lebih baik di bandingkan hari kemarin. Gimana keadaan sekolah kita?”

“baik juga. Cuma… ada sedikit keganjalan.”

“keganjalan apa rei?”

“karena di sana tak kutemukan senyummu embun….”

“ada ada aja kamu rei,,, hahaha. O iya, kata dokter, besok aku udah di izinin pulang lho. Aku
senang banget. Kamu bisa kan jemput aku di sini”.

“apa? Serius?” tanyaku kaget dan senang juga.

“sejak kapan aku bisa bohong sama kamu. Aku serius reivan algibran. Hehehhe”.

“gak perlu sebut nama lengkapku embun azzula,, aku percaya kok”. Senang sekali bisa melihat
senyum dan tawamu embun,,, bathinku.

***
Waktu terasa cepat berlalu, karena sekarang aku sudah berada tepat di depan pintu kamar embun.
Aku mengetuknya dan…” pagi embun,,”

“pagi juga reivan,, gimana, kamu dah siapkan antar aku kemanapun aku mau…?”

“siap tuan putri,, aku selalu siap mengantarmu kemanapun engkau mau. Heheheh”

“ok,, sekarang aku pengen ke taman. Tempat kita pertama kali bertemu rei,, kamu bisa antar aku
ke sana kan?”.

“siip, berangkat”.

Taman ini menjadi tempat favorit kami. Sedih, suka, marah akan kami lontarkan di tempat ini.
Tempat yang penuh dengan bunga-bunga yang kami tanam dari nol. Ya, taman ini karya kami.
Taman yg terletak tepat di belakang gedung sekolah. 1 petak tanah yg tak pernah tersentuh oleh
tangan manusia, ntah apa alasan mereka. Tanah yg tandus, bunga yg layu telah kami sulap
menjadi taman cinta yang begitu indah, yang di tumbuhi bunga2 kesukaan kami. Sejak embun di
rawat di rumah sakit, aku tak pernah mengunjungi taman ini, walaupun dekat dengan sekolahku.

“rei, kenapa semua bunga di sini layu,, apakah tak pernah kamu rawat?”. Tanyanya. Apa yang
harus aku jawab,, aku tau, dia pasti marah.

“mereka layu karena tak ada embun di sini”. jawabku seadanya.


“embun? Bukannya tiap pagi selalu ada embun yg membasahinya?”

“tak ada yg lebih berarti selain embun azzula bagi tanaman ini, termasuk aku”. Jelasku yg
membuat dia terdiam sesaat.

“maksud kamu?”, dia menatapku dalam.

“tak ada,, mereka cuma butuh embun azzula yg merawatnya, bukan embun biasa dan aku.
Mereka kesepian, karena sudah 2 minggu tak melihat senyum dan tawamu embun”.

“ya, aku menyadarinya itu. Sahabat,,, maafin embun ya,,, maaf selama ini embun gak bisa
merawat sahabat serutin kemarin. Itu karena kesehatan embun yg semakin berkurang. Dulu
embun bisa berdiri sendiri, sekarang embun harus menggunakan tongkat, kursi roda dan bahkan
teman. Teman seperti rei, yg bisa memapah embun. Thanks y rei..”

“eh,, ii iya, iya embun, sama sama.”

Sudah seharian kami di sini,, tanpa di sadari embun terlelap di pangkuanku. Menetes airmataku
ketika melihat semua perubahan fisik yg terjadi padanya. Wajahnya yg pucat, tubuhnya yg
semakin kurus, dan rambutnya yg semakin menipis, membuat aku kasihan. Kenapa harus embun
yg mengalaminya? Tapi aku juga salut, tak pernah ada airmata di wajahnya. Dia sangat
menghargai cobaan yg diberikan Tuhan kepadanya, dia selalu tersenyum, walaupun sebenarnya
aku tau, ada kesedihan dibalik senyum itu.

“rei…” desahnya

“ia embun. Kamu dah bangun ya? Kita pulang sekarang yuk,,, “ ajakku ketika dia sadar dari
mimpinya.

“aku mau di sini terus rei,, kamu mau kan nemenin aku. Aku mau menunggu embun datang
membasahi tubuhku. Sudah lama sekali aku tak merasakannya”.

“tapi angin malam gak baik buat kesehatan kamu”.

“aku tau, tapi untuk terakhir kali nya rei,,, pliss…”.

“maksud kamu apa? Aku gak mau dengar kalimat itu lagi”.

“gak ada maksud apa-apa,,, kita gak tau takdir kan. Dah ah,, kalo kamu gak mau nemenin aku,
gak apa-apa. Aku bisa sendiri”.

“gak mungkin aku gak nemenin kamu embun,, percayalah… aku akan selalu ada untukmu”.

“ gitu dong,, itu baru sahabat aku.” Ucapnya sambil melihat bunga-bunga di sekelilingnya.

“embun…”
“ya,,,”

“kamu suka dengan embun?”

“sangat. Aku sangat menyukainya. Embun itu bening, sangat bening. Dan bening itu menyimpan
sejuta kesucian. Aku ingin seperti embun, bening dan suci. Menurutmu bagaimana?”

“aku juga mencintai embun. Mencintai embun sejak mengenal embun”.

“rei, kamu tau… aku ingin seperti embun. Embun yang bisa hadir dan memberi suasana beda di
pagi hari. Embun yg selalu di sambut kedatangannya oleh tumbuhan”.

“kamu sudah menjadi embun yg kamu inginkan.”

“maksudmu?”

“tak ada”.

Aku sengaja merahasiakan perasaanku terhadapnya. Karena aku tau, tak ada kata “ya” saat aku
menyatakan perasaanku nanti. dia tak mau pacaran, dan dia benci seorang kekasih, ntah apa
alasannya.

Jam sudah menunjukkan pukul 5 pagi. Embun pun terlelap kelelahan di sampingku.

“embun,,,, embun,,,,,, bangun embun,, sekarang sudah pagi. Katanya mau melihat embun, ayo
bangun” pujukku,, tapi tak kudengarkan sahutan darinya.

“ayolah embun, bangun. Jangan terlelap terlalu lama…” aku mulai resah, apa yg terjadi.
Kurasakan dingin tubuhnya, tapi aku menepis fikiran negatif ku. Mungkin saja dingin ini berasal
dari embun pagi.

“embun sayang,, ayo bangun. Jangan buat aku khawatir”. Lagi lagi tak kudengarkan sahutannya.
Tubuhnya pucat, dingin, kaku,,. Aku mencoba membawanya kerumah sakit dengan usahaku
sendiri. Dan,,, “ kami sudah melakukan semaksimal mungkin, tapi Tuhan berkehendak lain.
Embun sudah menghadap sang pencipta” itulah kata-kata dokter yg memeriksa embun yg
membuat aku bagai tersambar petir. Aku lemah, jatuh, dan merasa bersalah. Kalau tak karena
aku yang mengajaknya ke taman, mungkin tak kan seperti ini. Ya Tuhan, kenapa ini terjadi…
aku tak sanggup.
***

Beberapa bulan kemudian….


Aku temui surat berwarna biru dan ada gambar embun di surat itu.

Teruntuk reivan alghibran


Embun…
Titik titik air bening yg jatuh dari langit
Dan membasahi kelopak bunga yg aku sukai.
Aku ingin seperti embun, yg bisa hadir di hati orang
Yg menyayanginya. Tapi aku tak menemui siapa orang itu???

Rei … makasih ya, dalam waktu terakhirku, kamu bisa menjadi embun di hatiku. Dan tak kan
pernah aku lupakan itu. Rei,, maaf kalau sebenarnya aku suka sama kamu. Aku sengaja tak
mengungkapkannya, karena aku tau.. sahabat lebih berharga di banding kekasih.

O ia rei,,, tolong rawat taman kita ya,, aku gak mau dia layu karena tak ada yg
memperhatikannya lagi. Karena taman itu adalah tempat pertemuan kita pertama dan terakhir
kalinya.
sekali lagi,, makasih dah jadi embun selama aku hidup dan tolong,, jadiin aku embun di hatimu
….

salam manis… embun azzula.

“Embun,,,kamu tau, pertama aku kenal kamu, kamu telah menjadi embun dihidupku, yang
menyejukkan hatiku. Dan kamu adalah butiran bening yang selalu buat aku tersenyum, seperti
embun yang selalu buatmu tersenyum.

Taman ini, bukan aku yg akan merawatnya, tapi kita. Dan taman ini tak akan pernah mati, karena
kamu selalu ada di sini, di sini rumah mu.” Kalimat terakhirku ketika meletakkan setangkai
bunga mawar yg aku ambil dari taman di atas pusaranya. Pusara yg terletak di tengah-tengah
taman embun. Dan kunamai taman itu dengan nama EMBUN. embun.. yang tak kan pernah
mati…

the end

Read more: http://cerpen.gen22.net/2012/08/cerpen-cinta-sedih-sebening-cinta-


embun.html#ixzz3IkJtIQh0
YOU ARE MY EVERYTHING
Oleh Bella Danny Justice

“kenapa kamu tega menghianati aku Miko ? apa salahku selama 1 tahun kita bersama ? apa ?!
katakan padaku Miko !!” aku tak dapat lagi menahan rasa sakit hati yang meluap-luap di dada.
Aku tidak peduli jika ia menganggap aku wanita yang cengeng. Aku menangis di hadapannya
karena aku tidak bisa lagi mentolerir perbuatannya kali ini. Miko, kekasihku yang sudah
menghiasi hari-hariku selama 1 tahun kini berhianat dengan wanita lain. Aku tidak tau siapa
wanita itu, aku tidak mengenalnya, tetapi Miko sendiri yang mengaku kepadaku kalau ia sudah
mengecewakan aku dan meminta padaku untuk mengakhiri hubungan kami karena ia merasa
sudah tidak mungkin untuk melanjutkan semuanya ini.

“aku sungguh minta maaf Sharon, tapi aku tidak bisa lagi bersamamu. Maafkan aku...” Miko
tidak memberiku kesempatan untuk berbicara, ia langsung pergi meninggalkan ruang tamu
rumahku yang hanya berisikan kami berdua. Tangisku pecah saat mendengar pintu rumahku
tertutup. Miko sudah benar-benar pergi, ia tidak akan kembali lagi, ia ternyata serius dengan
perkataannya. Aku bodoh sekali telah mempercayainya. Ini semua kesalahanku dan aku layak
menerimanya.
‡‡‡

Aku hanya tinggal dirumah bersama dengan Bi Lastri dan supirku Mas Seno. Orangtuaku selalu
sibuk mengurus bisnis di luar kota atau luar negri. Meskipun begitu aku tidak pernah merasa
kesepian karena mereka berdua selalu menghibur dan menemaniku. Tentu saja, karena Bi Lastri
dan Mas Seno sudah mengasuhku sejak bayi sampai sekarang aku menjadi mahasiswi, aku tetap
masih membutuhkan mereka.

Ketika Miko memutuskan hubungan kami aku pun menceritakan semuanya kepada mereka. Aku
menangis di pelukkan Bi Lastri wanita paruh baya itu. Ia membelai rambutku dan menenangkan
aku seperti anaknya sendiri. Walau Miko tidak mencintaiku tetapi aku beruntung karena masih
mempunyai mereka yang menyayangiku. Untuk itu aku berjanji tidak akan terpuruk karena dia.

“loh non Sharon kok belom ganti baju sih ? Tuan sama nyonya udah nunggu di bawah untuk
makan malam dari tadi, cepetan ya non abis itu non langsung turun.” Ujar Bi Lastri yang sudah
bolak-balik ke kamar untuk mengingatkan aku berulang kali.

“iya iya, bilang sama mama dan papa suruh tunggu ya bi. Aku bentar lagi turun, mau siap-siap
dulu.” Kataku lalu menutup pintu kamar dan menguncinya setelah bi Lastri keluar.

Aku rasa aku tidak bisa menepati janjiku, aku rasa aku lebih baik mati daripada tidak bersama
Miko. Aku tidak bisa hidup tanpanya. Diriku hampa tanpa kehadiranya, tanpa senyum manisnya,
serta canda tawanya. Sudah 1 bulan aku mengambil cuti kuliah karena aku merasa belum
sanggup untuk mengikuti pelajaran mata kuliahku semenjak Miko meninggalkanku.

Dan kini mama dan papaku baru saja kembali dari Manado tadi pagi. Entah mengapa kepulangan
mereka kerumah pun tidak bisa menghibur hatiku yang sedang terguncang.

Maafkan aku ma, pa... aku bukan anak yang baik, aku rasa aku tidak bisa makan malam
bersama lagi dengan kalian, untuk selamanya... selamat tinggal...

Aku menelan banyak obat tidur yang ada di laci lemari kamarku malam itu. Aku berniat untuk
mengakhiri rasa sakit ini. Aku yakin setelah aku meminum semua obat tidur ini aku akan merasa
tenang dan rasa sakit itu tidak akan muncul lagi. Beberapa menit kemudian aku merasa tubuhku
mati rasa, aku jatuh tergeletak ke lantai dan mengalami kejang-kejang.

Dari luar pintu kamar aku masih bisa mendengar mama dan papaku yang terus mengetuk-ngetuk
pintu dan berteriak dengan cemas. Aku dengar mereka meminta bantuan pada Mas Seno untuk
mendobrak pintu kamarku.

Tidak...ma, pa.. kalian jangan masuk... aku tidak ingin kalian menangisi anak kalian yang bodoh
ini...

Mataku mulai meredup, perlahan tertutup dan aku tidak tau lagi apa yang terjadi setelah itu. Aku
rasa aku sudah mati ? Ya, baguslah! Rencanaku berhasil! Ucapku dalam hati.
‡‡‡

Harapanku ternyata tidak terkabul. Orangtuaku membawaku ke rumah sakit tepat waktu
sehingga aku berhasil diselamatkan. Aku sempat tidak sadarkan diri selama 2 bulan, dan
sekarang aku sudah keluar dari rumah sakit itu. Mama dan papaku tampak terpukul dengan
kejadian ini. Mereka menangis begitu mendapati aku tersadar dari koma. Aku sungguh seperti
anak durhaka. Aku berdosa kepada mereka berdua dan terutama kepada Tuhan. Bagaimana bisa
aku melakukan percobaan bunuh diri hanya karena seorang pria ? maafkan aku Tuhan..

Setelah kejadian itu orangtuaku memutuskan untuk membawaku ke London. Mereka ingin aku
melupakan hal-hal yang terjadi di Jakarta dan memulai lembar kehidupan yang baru. Aku
menyetujuinya, walaupun aku tau nanti di sana mereka juga tidak selalu hadir untuk
menemaniku, tapi setidaknya aku berada di tempat yang baru dan aku harap aku bisa melupakan
kenangan pahitku.

Keesokan harinya aku, mama dan papa segera terbang ke London. Aku pasti akan sangat
merindukan Bi Lastri dan Mas Seno, tapi ini adalah jalan yang terbaik bagiku. Miko pun tidak
pernah memberi kabar sama sekali sejak terakhir kali kami bertemu, padahal aku tetap ingin
berteman dengannya, nomernya juga sudah tidak aktif lagi. Aku rasa ini memang saatnya aku
untuk melupakannya.

Sesampainya di ibu kota Inggris itu aku langsung merebahkan tubuhku ke kasur karena Jet lag
yang mendera. Ya, ini lah rumah baruku, tempat tinggal baru, dan orang-orang baru yang akan
mengisi kehidupanku.

Mama memasuki kamarku dan menghampiri aku yang sedang terbaring di tempat tidur. “Sharon,
kamu istirahat yang banyak ya, mama dan papa harus pergi ke Manchester untuk menemui relasi
bisnis. Kalau kamu butuh sesuatu minta saja sama Nanny Grace. Oh ya, dia juga bisa berbahasa
Indonesia.”

“ya, kalian berdua hati-hati.” ucapku sambil menarik bedcover bermotif bunga mawar itu.

Sendiri lagi... selalu seperti ini, and i’m getting used to it.

Aku menetap di London hanya sampai aku merasa lebih baik saja, aku tidak sungguh-sungguh
pindah ke negara ini. Aku mengambil cuti 1 tahun di kampus ku dengan alasan terapi
penyembuhan. Istilah “tidak ada tempat yang paling nyaman dari kampung halaman” itu
memang benar. Walaupun tinggal di London, aku tetap rindu Indonesia dan aku akan segera
kembali sampai aku selesai menata hatiku.

“Sharon, apa kau butuh sesuatu ?” sahut seseorang dari luar kamarku dengan bahasa Indonesia
yang tidak terlalu fasih. Ya, itu adalah Nanny Grace.

“tidak, saat ini aku ingin tidur saja. Terimakasih tawarannya Nanny.” Balasku nyaring.

“baiklah. Istirahat yang cukup.” ujarnya.

Aku tidak merasa lelah lagi, justru sekarang merasa bosan. Aku membuka laptopku dan
menyolokkan modem ke port usb. Sudah 3 bulan aku tidak membuka akun jejaring sosialku,
mungkin ada hal terbaru yang tidak ku ketahui.

“maafkan aku meninggalkanmu, sekarang kau pasti membenciku. Tidak apa, itu justru yang
aku inginkan karena aku memang tidak pantas mendapatkan wanita yang sangat baik
sepertimu.. aku hanya seorang pengecut, i’m so sorry Ser..” 3 months ago.

Ketika membuka akun facebook-ku, itulah hal pertama yang aku liat di beranda. Itu adalah status
yang ditulis Miko 3 bulan yang lalu. Karna penasaran aku pun membuka profilenya secara
keseluruhan. Entah mengapa jantungku berdetak lebih cepat 2 kali lipat dari sebelumnya. Begitu
tampilan facebook Miko terpampang lengkap di depan kedua bola mataku aku tidak dapat
berkata sedikitpun. Aku hanya menggigit bibir bagian bawahku, menahan agar aku tidak
menangis ketika membaca semua statusnya.

“sepertinya harapanku sudah sirna, kalau memang dia sudah melupakan aku dan bahagia
bersama dengan orang lain, aku pun akan berusaha untuk bahagia.” 15 minutes ago.

“ini membuatku tersiksa, aku tidak sanggup lagi..” 1 day ago.

“aku harap dia tidak membuka akun facebooknya, kalau ya, aku benar-benar akan sangat
malu.” 2 days ago.

“it’s so cold without you by my side, i’m sorry to hurt such an angle like you. You are my
everything.” 4 days ago.

“you must be hate me so much.” 2 weeks ago.

“if only i could tell you the truth, would you still love me ?” 1 month ago.

Yang benar saja ?! apa kau benar-benar menulis semua status ini Miko ? tapi kenapa ? apa
alasanmu melakukan ini semua terhadapku ? ternyata kau tidak pernah sungguh-sungguh ingin
pergi meninggalkanku ?! lalu mengapa kau berbuat seperti itu ?? aku tidak mampu menahan
cairan hangat itu keluar dari mataku, aku merasa sangat senang usai membaca semua statusnya,
namun aku juga merasa sedih karena dulu ia tidak mau jujur kepadaku.

Beberapa saat aku menangisi hal itu lalu aku tersadar kalau kepergianku ke London adalah untuk
menghapus kenangan pahitku. Ya! aku harus melupakan Miko! Lagipula sudah terlambat bagiku
jika sekarang aku ingin berharap dia masih mencintaiku. Dari status yang ditulisnya 15 menit
yang lalu dapat disimpulkan bahwa ia akan melupakanku cepat atau lambat, dan aku harus
merelakan itu.
‡‡‡

Hanya 1 bulan aku berada di London dan aku memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Aku rasa
aku sudah menata dengan benar hatiku. Aku yakin sudah tidak ada lagi perasaanku yang tersisa
untuk Miko, mantan kekasihku yang dulu meninggalkanku. Meskipun aku tau kebenarannya,
tapi itu sudah terlambat. Semuanya sudah berakhir...

“Sharon, are you really leaving ? please just stay with me..” pria bertubuh jangkung itu
memelukku dengan erat. Ya, dia adalah Kieran, aku mengenalnya saat berkunjung ke
perpustakaan umum di London ketika aku merasa down setelah mengetahui yang sebenarnya
tentang Miko. Dia bekerja di sana, dia mengajakku berkenalan dan makan malam. Sebenarnya
aku mulai sedikit menyukai laki-laki tampan berambut coklat itu, tapi aku harus pergi. Aku harus
melanjutkan studiku di Indonesia yang sudah terbengkalai karena kejadian-kejadian yang terjadi
belakangan ini.

Aku mengendurkan pelukannya perlahan. “i want it, but i can’t, i have to go now. Don’t be sad
Ki, i’ll visit you right away. Goodbye..” Ucapku sambil menyunggikan senyum manis kepada
Kieran.

Aku bersiap menggaet sebuah tas travel berukuran sedang dan koper besar. Tetapi saat aku akan
membelokkan tubuhku untuk pergi dari sana tiba-tiba saja Kieran meraih pergelangan tanganku
dan menariknya sehingga tubuhku berputar 180 derajat. Wajahku tepat di depan wajahnya dan
sangat dekat, aku memandang mata birunya penuh tanda tanya. Kieran semakin mendekatkan
wajahnya kearahku, ia menundukan kepalanya sedikit lalu dalam sekejap ia mendaratkan sebuah
kecupan lembut di bibirku yang membuatku tak bisa berkata apa-apa.

Kieran melepaskan genggamannya lalu berkata. “sorry if you don’t like it, but that’s our
farewell kiss. I’ll be missing you Sharon..”

“thank you Kieran.” Ucapku lalu melangkah pergi dari sana. Kieran, dia satu-satunya pria yang
mampu membuatku ragu untuk pergi dari London, tetapi aku tetap harus kembali ke Indonesia.
Aku tidak akan melupakanmu Ki. Terimakasih kau sudah hadir dalam hidupku...
‡‡‡

Saat aku sudah menempati tempat duduk ku di pesawat, entah mengapa aku ingin membuka
handphone dan melihat facebook-ku kalau-kalau ada seseorang yang menulis sesuatu di wall-ku.

Benar saja dugaanku, ternyata ada seseorang me-wall-ku. Dia teman SMA-ku dulu Flavia :

“oh my God! I really miss you Sharon!! It’s been so long, let’s meet up dear.” 6 hours ago.

“please turn off your cell phone because the plane will be taking off in a few minutes.” Ujar
pramugari tersebut yang memperingatkan aku karena terlihat masih asik memegangi benda
mungil itu.

“oh, ok.” Jawabku singkat.

Cepat sekali pesawat ini akan lepas landas. Aku pun bergegas log off dari facebook-ku, tapi aku
sengaja kembali ke beranda. Dan hal itu membuatku terkejut! Aku melihat Miko baru saja
mengupdate statusnya :

“going back to Indonesia from London, i can’t stand my dad anymore. I need to meet you! I
have to tell you the truth.. hope you could understand.” Just now.

Apa ?! ternyata dia selama ini ada di London ?! dan sekarang ia sedang kembali ke
Indonesia ?!
Ini benar-benar mengagetkan untukku. Aku berdiri dan mencari-cari sosok Miko. Aku duduk di
bagian tengah, jadi aku harus mengecek ke bagian depan dan ke belakang supaya
menemukannya. Namun beberapa saat mencarinya aku tidak mendapatkan Miko di bangku
deretan depan maupun belakang. Dengan menghela nafas panjang aku pun kembali ke tempat
dudukku.

Aku sedikit terkejut karena ketika aku kembali ke bangku ku aku mendapati tas besar milik
seseorang ada di sampingku. Padahal sebelumnya aku tidak melihat tas itu, tiba-tiba saja benda
itu muncul.

Aku duduk diam, memejamkan mata dan memasang headphone menyetel musik rock kencang-
kencang. Entah kenapa aku merasa sedikit kecewa karena tidak dapat menemukan Miko dan
seharusnya aku juga tidak perlu mencari pria itu, karena aku harus melupakannya.

Akhirnya pesawat pun lepas landas, hanya tinggal hitungan detik saja tapi orang yang duduk di
sampingku tak kunjung datang. Apa dia belum pernah naik pesawat sebelumnya? Gumamku
dalam hati.

“excuse me miss..” ucap seseorang dengan nafas yang bergemuruh seperti di kejar hantu. Ya,
pasti orang itu!

“it’s ok, no...” saat aku melepaskan headphone dan membuka kedua mataku, aku tak berkutik
dan bibirku tak bergerak sedikit pun memandang orang tersebut.

“Sharon ?” ucapnya dengan nada setengah tak percaya.


‡‡‡

Sungguh sebuah hadiah yang tak terduga bagiku. Aku satu pesawat dengan Miko dan tempat
duduk kami pun bersamaan. Meskipun begitu aku tidak membuka mulut. Aku mengunci bibirku
rapat-rapat dan berusaha bersikap acuh terhadapnya.

“maafkan aku Sharon... sekarang aku akan menjelaskan semuanya kepadamu. Aku harap kau
bisa mengerti.” Kata Miko yang membuka pembicaraan di tengah keheningan kami selain suara
pesawat yang sedikit bising terdengar.

Aku tidak memandangnya, aku hanya membalas ucapannya. “aku sudah tau semuanya, aku
sudah baca semua statusmu. Tidak ada lagi yang perlu di jelaskan.”

“masih ada yang belum kau ketahui Sharon dan aku harus mengatakannya. Tolong izinkanlah
aku menjelaskannya padamu.” Nada yang memelas itu membuat hatiku luluh. Rupanya aku
belum bisa menata hatiku, rupanya aku masih menyukainya.

“katakanlah apa yang ingin kau katakan.” Ucapku berharap terdengar cuek.

“aku meninggalkanmu karena papaku memaksaku untuk belajar mengurus perusahaannya, itu ia
lakukan karena menurutnya aku lah satu-satunya pewaris perusahan yang ideal. Dia tidak mau
kakakku Tommy yang menjadi pewaris perusahaan karena baginya Tommy hanya akan
memperburuk keadaan keuangan perusahaan yang sedang goyah saat ini. Karena itu aku
beralasan kepadamu bahwa aku telah menghianatimu, tapi kenyataannya aku sama sekali tidak
pernah melakukan itu Sharon. Aku sangat mencintaimu, tetapi di lain sisi aku juga tidak bisa
menolak permintaan papaku. Tolong cobalah mengerti keadaanku Sharon, aku tidak pernah
berniat untuk melukai perasaanmu sedi...” Miko terus saja berbicara dan itu membuat telingaku
panas. Aku tidak bisa untuk tidak memaafkannya apalagi karena alasannya sangat kuat seperti
itu.

Aku pun memotong perkataannya. “lalu kenapa kau kembali ? aku melihat status mu, kau bilang
kau tidak tahan dengan papamu.” Kini aku mulai menatapnya, aku memberanikan diri
memandang wajahnya. Dia tidak berubah, masih sama seperti dulu... sangat tampan..

Miko tertunduk sejenak, ia menggengam tanganku dan kembali berkata. “sebenarnya urusanku
di London belum selesai Sharon, tetapi aku sudah tidak tahan lagi karena rasa bersalah yang
terus menghantui diriku. Aku ingin kau tau semuanya, dan aku tidak ingin kau membenciku
karena aku sangat menyayangimu.”

“jangan bicara lagi. Aku mencintaimu Miko. Dan aku tidak pernah bisa membencimu.” Aku
langsung memeluk Miko saat itu juga. Rasanya aku rindu sekali dengan pria ini. Kalaupun aku
ingin, aku tidak bisa membenci Miko. Aku bingung mengapa bisa seperti itu. Tapi satu yang
pasti aku sangat senang bisa bersama lagi dengannya.

You are my everything, no one will be able to replace you from my heart...
You mean the world to me...
You’re the apple of my eye...

DE END
Read more: http://cerpen.gen22.net/2012/08/cerpen-cinta-you-are-my-
everything.html#ixzz3IkK1xCBy

Anda mungkin juga menyukai