Anda di halaman 1dari 3

Cerpen Cinta: Bukan Cerita Biasa

Bukan Cerita Biasa


oleh Fahrial Jauvan Tajwardhani

Cinta itu ibarat perang, berawalan dengan mudah namun sulit di akhiri.

Suatu hari, bermula dari pertemuan-pertemuan yang menyenangkan disekolah. Kebiasaan-


kebiasaan ramah, saling bertatap wajah. Bercanda gurau habiskan masa-masa sekolah (dari tk,
sd, smp, sampe sma) penuh suka, penuh gembira. Hingga akhirnya tercipta sebuah rasa yang
dinamakan cinta.
***

Tak terasa masa-masa sekolah akan berakhir didepan mata. Masa muda yang penuh cita siap
menantang dunia berupaya mengubah jalan cerita di hidupnya. Kemudian ada cinta yang
merangkul rasa menemani ceria yang sebentar lagi akan berbalut luka. Karna akan berpisah
selamanya.

Begini ceritanya,

Anatasha dan Reza, sejak kecil sampai remaja selalu bersama. Alasan apapun tak pernah
membuat mereka berpisah. Tak pula mereka hanya sahabat saja, melainkan sejoli yang tangguh
dan kokoh dalam cintanya.

Meski Reza tau Anatasha tak bisa bertahan hidup lebih lama darinya. Hal itu tak membuatnya
goyah ataupun menyerah mencintai kekasihnya. Hanya saja, Reza tak kuasa menahan airmatanya
manakala Anatasha memintanya pergi dan mencari pengganti dirinya yang tak sampai 1 bulan
lamanya menikmati dunia.

Bukit berbunga, tepat dibelakang sekolah akan jadi saksi cinta mereka yang setia. Tempat favorit
yang sering mereka kunjungi untuk mendengarkan lagu kesukaan bersama, belajar bersama,
menikmati indahnya sunset yang jingga, tempat yang penuh akan kenagan manis mereka.

Itu semua akan jadi kenangan yang kemudian akan segera pudar sebagaimana tinta hitam yang
melekat pada kertas putih kemudian terkena air lalu memudar dan akhirnya menghilang.
***

Ada pula cinta yang coba memaksa, datang menghantui Reza, memburamkan pandangannya
agar Anastasha menghilang dari hatinya. Lantas cinta itu tak kuat merasuk ke hatinya hingga
hilang dan berlalu begitu saja. Anatasha lah pemilik hati Reza seutuhnya. Hingga tak ada celah
yang tersisa.

Tak sedikit air mata Reza yang tertumpah untuk Anatasha, manakala melihat tempat yang sering
mereka lalui berdua hanya akan jadi kenangan.

Tak kalah hebat cinta Anatasha untuk Reza, korban rasa jadi hal biasa untuknya. Berpura-pura
lupa telah mencinta, menyiksa hatinya demi kebohongan belaka. Hingga Reza tak terluka lagi
dihatinya. Meski ceroboh tapi Anatasha melakukan yang terbaik untuk kekasihnya.

Tak terasa sampai pada waktu dimana 1 bulan kebersamaan mereka hanya tersisa 1 jam saja.

T ak banyak yang bisa dipersembahkan Reza untuk Anatasha yang waktunya hanya tersisa satu
jam saja. Kemudian handphonenya berdering. Tak lama membuka handphone, airmatanya
bercucuran di pipi. ‘waktu anda tersisa 1 jam’ begitulah tertulis pada catatan handphonenya.
Pantas airmatanya berderai.

“Kenapa Reza menangis.”

“Aku hanya bahagia pernah berdampingan denganmu. Airmata ini sepertinya tulus keluar dari
mataku,” Reza hanya tersenyum agar Anatasha tak mengkhawatirkan perasaannya.

“Meski itu bohong tapi aku bahagia mendengar ucapanmu,” tepisnya ragu perasaan Reza.

Reza hanya tersenyum. Kemudian bergerak, jalan menuju Anastasha.

“Hanya ada satu jam waktuku bersamamu, lalu apa yang kamu inginkan dariku? Apa aku harus
melompat dari gedung tertinggi itu,” ujar Reza menunjuk gedung paling tinggi ditempat mereka
berada, “Atau kamu mau aku menunggumu kembali?” lanjut Reza.

Airmata tulus mulai meleleh dari mata Anatasha. “Sudah saatnya cintamu diperbarui!!! Hari ini
kurasa cintamu sudah sampai dibatas akhir.”

“Kalaupun kudapatkan kesempatan itu. Aku hanya ingin memperbarui cintaku dengan orang
yang sama bukan dengan yang baru.”

“Bagaimana jika orang yang sama itu tiba-tiba menghilang?”


“Aku akan menunggunya kembali!!! Kapanpun aku menemukannya, aku akan mencintainya
lagi. Seperti ini, iya benar-benar seperti ini.”

Anatasha menangis tanpa suara, melangkah tak bernada, kemudian bergerak, berdiri tepat
membelakangi lelaki yang di cintainya.

“Waktumu hanya tersisa setengah jam. Lalu apa yang kamu inginkan dariku?”

“Gendong aku kemanapun kamu mau, kemudian bila aku diam, jangan pernah menoleh
kebelakang. Jangan pernah berbalik melihatku, biarkan aku menghilang.”

“Sekali lagi aku mohon, saat aku tiada jangan pernah berbalik untuk mencariku, biarkan saja aku
menghilang. Kumohon biarkan aku jadi bagian terindah dimasa lalumu. Biarkan aku tergantikan
oleh orang lain.” Lanjut Anatasha terbata-bata dengan airmata yang membasahi pipinya.

“Bagaimana kubisa lakukan itu? Sementara sebentar saja aku tak melihatmu, aku berlari
mencarimu. Mungkinkah aku bisa membiarkanmu pergi untuk selamanya? Aku tak akan
menemukanmu lagi meski aku berlari lebih cepat dari biasanya.”

“Sebelum bertemu denganmu, aku hanya punya lem dan benang ditepian hatiku. Kemudian
kamu datang merajut hatiku dengan benang itu, dan kamu kuatkan rajutan itu dengan lemnya.
Lantas, bagaimana ia akan terbuka lagi?” lanjut Reza dengan airmata yang perlahan menetes.

“Biarkan ia sampai mengeras, tak lama ia akan pecah. Kemudian ada celah yang terbuka disana.
Perlahan benangnya akan putus karna rapuh. Lalu ia sepenuhnya akan terbuka.”

“Tidak….! Jika benangnya putus dan hatiku terbuka, aku akan merajutnya kembali, meski itu
menyakitkan. Tapi aku akan melakukannya.”

“Biarkan saja ia terbuka.” Suara Anatasha mulai letih, matanya terpejam. Tak lama badannya
memberat.

Akhirnya, cinta mereka berhenti pada masa yang berbahagia. Dimana mereka saling tau apa
yang dirasa, meski airmata yang jadi saksinya. Cukup yang dicinta tau apa yang di rasa, itu
sudah cukup untuk bahagia.

SELESAI

Read more: http://cerpen.gen22.net/2013/09/cerpen-cinta-bukan-cerita-


biasa.html#ixzz2qhZRX3bh

Anda mungkin juga menyukai