Anda di halaman 1dari 5

YANG MENCINTA DALAM DIAM

Oleh :
MUHAMMAD NOOR URIF FAHREZA.A

XII MIPA 6

Pemerintah Provinsi Jawa Timur


Dinas Pendidikan
SMAN 1 Kraksaan
Jl . Im am Bonj ol No 13 Kraksaan
Websi t e: htt p: / /sm an1kraksa an.sch.i d Em ai l : sm an1kraksa an@gm ai l .com
P robol i nggo 67282
Yang Mencinta dalam Diam

Aku melihat sebuah abstrak dengan gambar


batu-batu cantik menyerupai sebuah rumah,
lengkap dengan air-air jernih dibatu-batu tersebut,
mereka mengalir dan bergerak sebebas-bebasnya,
seperti namamu yang dengan bebas hadir di
renunganku ketika selang berapa lama kita tak
bertemu. Aku menemukan senyummu di nama itu,
atau itu memang dirimu. Aku mensinyalir ada nafas
kerinduan di senyum itu, namun engkau terlalu bisu
atau gagu, atau terlalu angkuh hanya untuk
membaginya denganku. Kau memasuki sebuah gua
dengan bertanda tangan seperti penyetaraan cinta
pada bumi.
Engkau yang begitu rapi, engkau yang tidak
seperti biasanya. Engkau yang bertahta lembut di
hatiku, tidak bisakah mulai detik ini saat kau
menghela nafas kau bersumpah pada hujan dan
embun, bahwa di setiap kaki yang melangkah, di
setiap lapar yang meronta, disetiap dingin yang
menyadarkanmu dari mimpi hanya ada aku,

tentangku dan untukku dalam dirimu yang entah


kapan akan menjadi milikku.
selang berapa lama kita tak bertemu, angin
menghembuskan paksa wajahmu dalam relung
suciku. tapi ketika darah tak kunjung berhenti
untuk menyapaku, lalu menghardikku dengan
kejam. tak kunjung kujumpai angin di tempat ini
untuk sampaikan kerinduan dan kegilaanku
tentangmu.
aku sakit, terbaring dengan infus tak pernah
lepas. dengan bau kamar yang tak sedap. tiap detik
aku tersayat karena cinta menghujaniku dengan
rasa putus asa. ia bilang, aku takkan lagi mampu
menjumpaimu. ia membuatku berhenti berharap.
tak perlu ada cinta, katanya. maka ia akan pergi
karena yang mencinta telah lemah dan tak berarti.
ia membuatku membenci dinding-dinding pemisah
keabadian ini. aku benci terpuruk, aku benci
terbaring lemah, aku benci menangisi hatiku yang
belum mendengar kata cinta darimu. aku benci jika
harus pergi tanpa tahu bagaimana perasaanmu
terhadapku.

ini adalah kisah tragis, tentang seorang pria


lemah, aku, yang menanti seorang gadis , dirimu,
datang dengan sebuah kata, cinta. lalu mungkin aku
akan bersahabat dengan takdir, membiarkan dirinya
membawaku pergi. jauh menelusuri pengunungan,
bukit, lautan, samudera, danau, palung, teluk,
padang pasir, benua, garis khatulistiwa. lalu
bertemu bintang, bulan, menyapa matahari untuk
terakhir kali. aku akan pergi dengan diriku dalam
pelukanmu. aku akan pergi hanya dengan
membawa satu kata darimu, cinta.
sosok itu datang, mereka yang berbaju putih.
mereka yang pura-pura tersenyum tapi
menyakitiku. mereka yang dengan tega menusukkan
besi tajam ke dalam urat nadiku, lalu
meninggalkanku dalam keadaan tergigit rasa sakit.
saat itu aku membutuhkanmu, butuh senyummu,
sinyal keberadaanmu kuyakin akan mampu
menghilangkan rasa sakit itu. setiap hari aku
menunggu, setiap pertukaran oksigen dalam
jantungku, aku menyebut namamu. namun cahaya
wajahmu tak kunjung kudapati.

mereka pernah bilang kau menyayangiku, aku


pun berpikir begitu. mereka bilang, mungkin kau
menyayangiku, aku pun berpikir begitu. mereka
bilang, kau hanya memanfaatkanku, aku pun
berpikir begitu. mereka bilang kau hanya tidak
punya nyali untuk memulai semuanya denganku,
kau dikatai gagu, aku pun berpikir begitu. tapi det
ik
ini, bukan lagi tentang omong kosong mereka.
tidakkah kau sadari, bumi pernah menyediakan
waktu bagi kita untuk memperdebatkan sebuah
rahasia tentang hati dua anak manusia. langit
menghalangi hujan untuk datang, siang
bersenggama dengan malam agar dia lelah dan tak
muncul. semua yang bernyawa dikawal untuk tak
hadir diantara kita. tapi....kau lagi-lagi terlalu
egois
dengan menahan segala keindahan yang
dipersembahkan takdir untukku.
aku membencimu, jika kau pikir aku akan
menyerah dan bertekuk lutut demi meredam
keegoisanmu, kau salah satu juta salah. aku lebih
angkuh, martabat dan harga diriku kusematkan di
ketinggian bukit yang tak pernah disinggahi dewa.
maka lihatlah aku yang kini lemah dan hampir
tiada, aku tetap memilih menunggu, tidak terlintas
sedikitpun untuk tertunduk demimu. satu hal
mendasar, cinta adalah sebuah keegoisan paling
hakiki. aku akan pergi, mungkin didetik ke sepuluh
setelah kutuntaskan hasrat pena ini. tidak ada sala
m
untukmu, tidak juga pesan meski tak kupungkiri
tetap ada sebuah pengharapan padamu, laki-laki
idaman. tapi takdir telah kecewa, ia marah, maka ia
memaksaku pergi. tentang kebodohanmu, ia tak lagi
peduli. aku benci pergi yang selalu mengalahkan
datang, aku benci akhir yang selalu mengalahkan
awal. aku benci ketiadaanku yang meniadakan
kebahagiaanmu. tinta pena ini habis, maka ijinkan
nafas kerinduan ini kubawa dalam kedamaianku
menjumpai langit. aku berhenti menunggu, ternyata
tak ada kata cinta. tidak, pasti ada. mungkin didun
ia
kedua sana.
satu, dua, tiga detik, nafasnya telah dibun-
ubun.ia siap untuk pergi, matanya terpejam atau
langit telah gelap. di detik ke tujuh, seorang laki
-laki datang membawa setangkai bunga mawar dengan
senyum dan mata seirama cinta terindah yang ia
punya. melihat mata yang terpejam, tubuh yang
kaku. nafas yang pergi. ia diam, menyeruput sunyi
yang tiba-tiba datang, membuat cinta yang ia bawa
menggila. mawar itu berubah hitam. senyum itu
berubah sendu, tidak ada tangis. hanya ada jiwa
kaku, dan semilyar sesal untuk cinta yang tak
pernah terutarakan.

salam,
yang Mencinta dalam diam

Anda mungkin juga menyukai