Dinas Pendidikan SMAN 1 Kraksaan Jl . Im am Bonj ol No 13 Kraksaan Websi t e: htt p: / /sm an1kraksa an.sch.i d Em ai l : sm an1kraksa an@gm ai l .com P robol i nggo 67282 Yang Mencinta dalam Diam
Aku melihat sebuah abstrak dengan gambar
batu-batu cantik menyerupai sebuah rumah, lengkap dengan air-air jernih dibatu-batu tersebut, mereka mengalir dan bergerak sebebas-bebasnya, seperti namamu yang dengan bebas hadir di renunganku ketika selang berapa lama kita tak bertemu. Aku menemukan senyummu di nama itu, atau itu memang dirimu. Aku mensinyalir ada nafas kerinduan di senyum itu, namun engkau terlalu bisu atau gagu, atau terlalu angkuh hanya untuk membaginya denganku. Kau memasuki sebuah gua dengan bertanda tangan seperti penyetaraan cinta pada bumi. Engkau yang begitu rapi, engkau yang tidak seperti biasanya. Engkau yang bertahta lembut di hatiku, tidak bisakah mulai detik ini saat kau menghela nafas kau bersumpah pada hujan dan embun, bahwa di setiap kaki yang melangkah, di setiap lapar yang meronta, disetiap dingin yang menyadarkanmu dari mimpi hanya ada aku,
tentangku dan untukku dalam dirimu yang entah
kapan akan menjadi milikku. selang berapa lama kita tak bertemu, angin menghembuskan paksa wajahmu dalam relung suciku. tapi ketika darah tak kunjung berhenti untuk menyapaku, lalu menghardikku dengan kejam. tak kunjung kujumpai angin di tempat ini untuk sampaikan kerinduan dan kegilaanku tentangmu. aku sakit, terbaring dengan infus tak pernah lepas. dengan bau kamar yang tak sedap. tiap detik aku tersayat karena cinta menghujaniku dengan rasa putus asa. ia bilang, aku takkan lagi mampu menjumpaimu. ia membuatku berhenti berharap. tak perlu ada cinta, katanya. maka ia akan pergi karena yang mencinta telah lemah dan tak berarti. ia membuatku membenci dinding-dinding pemisah keabadian ini. aku benci terpuruk, aku benci terbaring lemah, aku benci menangisi hatiku yang belum mendengar kata cinta darimu. aku benci jika harus pergi tanpa tahu bagaimana perasaanmu terhadapku.
ini adalah kisah tragis, tentang seorang pria
lemah, aku, yang menanti seorang gadis , dirimu, datang dengan sebuah kata, cinta. lalu mungkin aku akan bersahabat dengan takdir, membiarkan dirinya membawaku pergi. jauh menelusuri pengunungan, bukit, lautan, samudera, danau, palung, teluk, padang pasir, benua, garis khatulistiwa. lalu bertemu bintang, bulan, menyapa matahari untuk terakhir kali. aku akan pergi dengan diriku dalam pelukanmu. aku akan pergi hanya dengan membawa satu kata darimu, cinta. sosok itu datang, mereka yang berbaju putih. mereka yang pura-pura tersenyum tapi menyakitiku. mereka yang dengan tega menusukkan besi tajam ke dalam urat nadiku, lalu meninggalkanku dalam keadaan tergigit rasa sakit. saat itu aku membutuhkanmu, butuh senyummu, sinyal keberadaanmu kuyakin akan mampu menghilangkan rasa sakit itu. setiap hari aku menunggu, setiap pertukaran oksigen dalam jantungku, aku menyebut namamu. namun cahaya wajahmu tak kunjung kudapati.
mereka pernah bilang kau menyayangiku, aku
pun berpikir begitu. mereka bilang, mungkin kau menyayangiku, aku pun berpikir begitu. mereka bilang, kau hanya memanfaatkanku, aku pun berpikir begitu. mereka bilang kau hanya tidak punya nyali untuk memulai semuanya denganku, kau dikatai gagu, aku pun berpikir begitu. tapi det ik ini, bukan lagi tentang omong kosong mereka. tidakkah kau sadari, bumi pernah menyediakan waktu bagi kita untuk memperdebatkan sebuah rahasia tentang hati dua anak manusia. langit menghalangi hujan untuk datang, siang bersenggama dengan malam agar dia lelah dan tak muncul. semua yang bernyawa dikawal untuk tak hadir diantara kita. tapi....kau lagi-lagi terlalu egois dengan menahan segala keindahan yang dipersembahkan takdir untukku. aku membencimu, jika kau pikir aku akan menyerah dan bertekuk lutut demi meredam keegoisanmu, kau salah satu juta salah. aku lebih angkuh, martabat dan harga diriku kusematkan di ketinggian bukit yang tak pernah disinggahi dewa. maka lihatlah aku yang kini lemah dan hampir tiada, aku tetap memilih menunggu, tidak terlintas sedikitpun untuk tertunduk demimu. satu hal mendasar, cinta adalah sebuah keegoisan paling hakiki. aku akan pergi, mungkin didetik ke sepuluh setelah kutuntaskan hasrat pena ini. tidak ada sala m untukmu, tidak juga pesan meski tak kupungkiri tetap ada sebuah pengharapan padamu, laki-laki idaman. tapi takdir telah kecewa, ia marah, maka ia memaksaku pergi. tentang kebodohanmu, ia tak lagi peduli. aku benci pergi yang selalu mengalahkan datang, aku benci akhir yang selalu mengalahkan awal. aku benci ketiadaanku yang meniadakan kebahagiaanmu. tinta pena ini habis, maka ijinkan nafas kerinduan ini kubawa dalam kedamaianku menjumpai langit. aku berhenti menunggu, ternyata tak ada kata cinta. tidak, pasti ada. mungkin didun ia kedua sana. satu, dua, tiga detik, nafasnya telah dibun- ubun.ia siap untuk pergi, matanya terpejam atau langit telah gelap. di detik ke tujuh, seorang laki -laki datang membawa setangkai bunga mawar dengan senyum dan mata seirama cinta terindah yang ia punya. melihat mata yang terpejam, tubuh yang kaku. nafas yang pergi. ia diam, menyeruput sunyi yang tiba-tiba datang, membuat cinta yang ia bawa menggila. mawar itu berubah hitam. senyum itu berubah sendu, tidak ada tangis. hanya ada jiwa kaku, dan semilyar sesal untuk cinta yang tak pernah terutarakan.