Senja
lihatla senja di ufuk sana,begitu indah,,
dihiasi suasana alam henbuskan angin,,
membuat daun nyiur melambai kegirangan,,
bersorak gembira dengan gesekan daunnya,,
mentaripun enggan untuk melewatinya,,
terkesima dengan jingganya senja,
namun ia tak kuasa melawan kehendak
yang kuasa malanggar garis yang ada,,
ke'inginan hatipun kian sirna di buatnya,,
se'iring angin berhembus dengan sayunya,,
burung burung berbondong untuk pulang,,
meninggalkan bayangan tak berjejak,,
suasanapun menjadi sunyi sembunyi di balik sepi,,
menata satu cerita menjadi kenangan dalam jiwa,,
mempersatukan suka dalam duka,suram dan ke'indahan,,
menjadi coretan lama di dalam kehidupan,,
bintang pun mulai beranjak dari peristirahatannya,,
bertebaran menghiasi malam dalam kekelaman,,
mengantar sebuah kenaangan yang di titipkan senja,,
Perih meluruh seiring waktu, tapi ingatan tidak memudar semudah warna pakaian telah
menahun.
Kalau bisa memilih, seharusnya aku bertanya susah saatnyakah, ketimbang apa yang lamat-lamat
kita nikmati di lorong detik dan menit kini?
Bagaimana caraku yakinkan Dia bahwa inginku karena butuh dan hanya melalui Dia lah semua
bisa terjadi?
Renon, 15 Maret tahun keajaiban.
Posted by Seorang Sendja at 7:30 PM Links to this post
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Tepat Rasa Dalam Tabung Masa
Ketika tanda bahaya satu, dua berdering gelisah, kuikuti hati yang berlari kecil menuju entah.
Haruskah sekarang kuulangi lagi pembelajaran tiada akhir, tanpa boleh menutup kisah dengan
seulas cerita baru?
Sekali aku beranjak, kembali akan kiamat dalam pandangan mata.
Jayagiri, 15 Maret 2014
Posted by Seorang Sendja at 7:22 PM Links to this post
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
bukan membahayakan.
Biar tetap menjejak kini dan melaju esok,
dengan kecepatan penuh.
Aku akan terus berusaha belajar darimu, dan juga dari lurus logikaku,
untuk mencintai semua, dan juga...merelakan semua karena tidak ada yang abadi.
hampir selalu,
Mereka menyebutku gadis kembang api,
berjalan dengan tapak gemerlap di malam hari,
serta kibasan kupu-kupu perak.
Kamu yang menyalakan sumbuku.
Tiada lain yang bisa.
A gift, Januari 2010
Posted by Seorang Sendja at 1:30 AM Links to this post
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Perayaan Tahun Tersingkat
Kamu tertidur.
Tak mengapa, malam pergantian tahun dengan kembang api kan kulukis di pelupuk
matamu biar bisa kau kenang esok pagi. Kujadikan cerita yang panjang tetap
seindah mungkin, dengan keterbatasan waktu. Sebagaimana kau terbiasa
memaknai kebersamaan kita, sesingkat hitungan short time di kamar kenangan itu.
Mimpi indah.
On the road, nu year's eve 10-11
Posted by Seorang Sendja at 1:23 AM Links to this post
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Alibi Rasa Dalam Cerita
Aku mencium tanda tanya pada ceritamu,
sesungguhnya kau sedang membual tentangmu,
atau tentang kita?
Aku bersamanya,
aku bersamanya,
aku bersamanya,
kubaca : tidak ada apa-apa antara kita.
Perjalanan panjang kali ini tidak disertai janji temu kita,
padahal sudah kutunggu setiap senja datang lebih awal,
Aku hidup,
juga untuk mewujudkan,
cerita yang manis.
Setelah Pentas
along truthfully,
whats in my heart,
when we kiss each other tight,
just dont want to end the night.
Theres a sparks underneath your touch,
in every inch of yours.
Slowly I can sip
sweet sensation of bliss.
Sunlight in your eyes,
perfect in its places,
and I just knew,
the wind will never change.
Winter time kisses,
makes me wanna fall,
fall naturally,
in love with you.
You made a girl a woman,
stranger into lover.
With that winter time kisses.
So tell me again,
whats in a kiss?
Jojo, Oct 2009
Posted by Seorang Sendja at 12:14 AM No comments: Links to this post
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Tolonnnngggg..tolooooonnngggg,
mampirlah barang sejenak!
Tanpa gelap,
dalam keheningan,
bermodalkan empat jemari,
dua kanan dan kiri,
kuciptakan lorong panjang.
Hati-hati,
kalau hatimu cuma satu.
Hati-hati gunakan hatimu.
:: dari sebuah "film' yang melintas di depan mata,
melompati hati dari belakang ::
Posted by Seorang Sendja at 3:01 AM No comments: Links to this post
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Sehitam Sapu Tangan
Kopi hitam,
sehitam-hitamnya.
Menghapus merah menganga,
sampai tuntas!
Hingga buram saja,
sehitam jelaga.
Kopi hitam,
kopi sapu tangan.
Menghapus gelisah,
sampai air mata.
Seperti amarah yang jebol,
seperti cokelat,
seperti seks.
Nowhere, Desember 2008
Posted by Seorang Sendja at 2:55 AM No comments: Links to this post
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Older Posts Home
Subscribe to: Posts (Atom)
2014 (4)
April (1)
March (2)
January (1)
2013 (7)
2012 (28)
2011 (52)
2010 (22)
2009 (10)
2008 (33)
2007 (139)
2006 (198)
2005 (305)
2004 (175)
2003 (8)
Senja Perpisahan
Detik sungguh indah
hingga kuterbuai dibuatnya
menjamahi keindahan karya tuhan
bersamamu kasih
Perpisahan Sahabat
Posted on 21 April 2013 oleh gen22
Jalan Terbaik
Puisi Perpisahan karya Akbar Dwi Andhika
Mungkin jalan terbaik adalah perpisahan . . .
Tak mungkin aku harus menunggu tentang cinta yg dulu pernah ada . . .
Karena aku hanyalah manusia yg mempunyai hasrat dan membutuhkan cinta . .
Tak mungkin juga ku sendiri menunggu . .
Karena ku yakin,belum tentu juga kau memikirkanku . . .
Semua cukup sampai disini saja.
Terima kasih atas semuanya.
Kini ku kan beranjak bangkit dari penantian ini.
Mencari sebuah cinta yg lain,hingga saatnya mungkin kan bisa membuatku
bahagia.
Filed under: perpisahan | Tagged: Puisi jalan terbaik | No Comments
bersama selamanya
hanya cerita terbawa angin lalu raib
waktu terus bergulir sayang
lelah kumenagih ucap dari bibirmu
mungkin aku takkan bicara lagi.
hanya senyum sesal kuukir
saat ku pergi dari hadapmu
untuk selamanya
Filed under: perpisahan | Tagged: Akhir kisah, kisah cinta | No Comments
Filed under: Puisi Ainul Hidayat | Tagged: malam, puisi malam, rindu, pengobat rindu, puisi
pengobat rindu, langit, puisi langit, telanjang, seksi | 1 Comment
Arthesis Hari
Posted on 3 September 2010 oleh gen22
ARTESIS SAHRI
ada tujuh lubang yang dalam
tiap lubang menanamkan ranjau merah
menumbuhkan sejuta jarum neraka
lubang yang mengingatkan kita agar berhati hati dalam melangkah
selain itu tiap lubang juga mengalirkan tirta surga
setetes tirta mamapu mengkecambahkan biji dalam sehari
setetes tirta mampu menopangkan tujuh dahan kenikmatan
sedahan mencarang sepuluh ranting keberkahan
seranting menghiaskan sepuluh macam buah kemukjizatan
lalu kutadah tanya lirih
di mana daun yang biasa merimbun ranting-ranting
gugurkah?
belum tumbuhkah?
atau sengaja pergi meninggalkan POHON PAHALA KENCANA
meranggas mencari daun kering
saudara tertuanya
kabar angin itu menarikku- menjatuhkanku dari gelantungan musim-musim kepompongku
menderahku- melatihku agar aku kuat
agar aku terbiasa jika harus jatuh
aku harus mampu membuat tersenyum seribu malaikat ketika nanti aku mampu mengepakkan
sayap pertamaku
aku tidak ingin terjatuh lagi
hanya merangkak di punggung bumi
ditertawakan jejak-jejak sinis matahari
mengepakkan sayap hingga pada waktunya
sekarang aku masih setia
menyendiri diam dalam serat sutra yang memopong
melindungiku dari matahari yang tiba-tiba bisa datang tanpa perhitungan bintang
bukan diam dengan menyembunyikan perhitungan IMAJINER
karena perhitungan yang benar masih terbatas asumsi kekalnya angka istimewa di depan angka
genap
MATAHARI
musuh sekaligus guruku dikemudian hari
sebelum aku menjadi kepompong
aku sadar kau selalu hadir dalam pencarianku
di pagi hari kau mata-matai aku dibalik mega mendungmu
di siang hari kau tepatkan bayang lamunanku menjadi satu titik dengan tubuhku
di soreh hari kau kirimkan senja merah sebagai pendeteksi lamunanku dalam remang sunyi
di malam hari
kukira kau tak berani
aku berfikir kau hanya hebat saat syuruk hingga maghrib
aku salah lagi
kau malah lebih berbahaya
kau pagari aku dengan mantra mahabah agar aku takluk terbuai kebesaran namamu yang
tersembunyi
kau buat aku tak berdaya menopang sebonggol mimpi hijau
biarlah
sekarang aku hanya ingin menjadi kepompong tua
Filed under: Puisi Ainul Hidayat | Tagged: matahari, puisi matahari, guruku, senja merah, sunyi,
mimpi, angin, malam | 4 Comments
Puisi Perpisahan IV
KEPASTIAN ~ Gus Fet
Perpisahan adalah kepastian
Waktu berjalan, tak bisa di mundurkan
Berjalan pelan, tak bisa dimajukan
Kematian adalah keniscayaan
Tak bisa di tolak, tatkala ia datang
Tak bisa diminta, takala hidup bosan
Perpisahanohkepastian
Kematianohkeniscayaan
Janji tuhan, pasti datang
Hari akhir adalah janji tuhan
Tak mengerti, waktunya kapan datang
Tak tahu diterima, nikmat atau siksaan
Perpisahan adalah kepastian
Kematian adalah keniscayaan
Filed under: Tak Berkategori | Tagged: Puisi, perpisahan, kematian, waktu, tuhan, hari, akhir,
bosan, janji | 3 Comments
PerpisahanyangTakPernahKuInginkan
Waktu ini terus berjalan
Meski perlahan tp pasti
Melenyapkan sebuah kisah
Antara kau dan aku
SelamatJalanSahabat
Semilir angin menerpaku
Saat ku tatap wajahmu tuk terakhir kalinya
Terputar kembali dalam benakku
Memorimemori indah kebersamaan kita
Saat kita melangkah bersama
Menapaki jalan dakwah
Berjuang menegakkan syariat Islam Pahit getir menemani kita
Namun kau tak pernah berhenti
Cacian, hinaan dan makian
Mengiringi di setiap langkah kita
Tapi kau terus melangkah
Dan menopangku saat ku mulai lelah
Karena kau tahu surga telah menanti
Kemarin.. ya kemarin..
Saat kita sedang mentadaburi
Surat cinta dari illahi
Mereka datang
Menyeretmu dengan paksa
Dan menghujanimu dengan timah panas
Teriakan takbirmu masing terngiang ditelingaku
JanganPernahMelupakan
Jangan pernah menyesal
karena pernah mengenalku
aku telah menciptakan hari yang ajaib bagimu
kenang aku dalam langkah yang ceriah
Jangan pernah melupakan
bahwa kita pernah bersenda tawa
mengukir kisah menabjubkan
setelah lelah melepas kerja
Bagiku kamu adalah keindahan
bagimu aku adalah kehebatan
kita selalu hanyut dalam pujian
terhanyut mimpi yang kelak harus terjadi
Kamu pergi dengan langkah haru
dan akan bertemu lagi entah kapan
bungkus pengalaman yang kita kenal
menceritakannya kembali
waktu kita bertemu lagi
sayonara
kawan yang tidak pernah menjadi kawan
kekasih yang tidak pernah menjadi kekasih
sampai jumpa dengan cerita yang lebih indah
di kemudian hari.
Bersama
Kita merasakan tangan yang saling menggenggam
Tanpa tahu siapa yang menggenggam siapa
PisahDalamSatuWadah
hari masih pagi
ketika kusadari sekat pemisah
dalam sebuah gedung yang megah
penuh pernak-pernik istana
namun itu bagi mereka
baru saja burung berkicau diatas ranting
membangunkan aku dari tidur panjangku
aku bukanlah merak yang mempunyai bulu indah
aku juga bukan peri cantik
aku hanya kurcaci kecil dalam wadah
ingin rasanya kuhancurkan sekat itu
karena rasa ketidak adilan
tapi sayang, glamour hidup didalamnya
membuat aku teriris mundur
betapa terbatas gerakku saat ini
karena sekat istana raja
aku juga bukan siapa-siapa
hanya seperti ranting kering
di sebuah pohon yang rindang
Sahabat...
Dulu..
ku susuri setiap keluhku denganmu
setiap tawa,canda dan airmata
ku labuhkan di pelukmu
kurindukan hadirmu kembali
di sini
di antara asa dan harapan
antara mimpi dan kenyataan
dalam perihnya hidup
yang kini ku jalani.
ku ingin kau ada di sini untukku
tapi
Filed under: Puisi Ainul Hidayat | Tagged: langit, malam, pengobat rindu, puisi langit,
puisi malam, puisi pengobat rindu, rindu, seksi, telanjang | 1 Comment
Arthesis Hari
Posted on 3 September 2010 oleh gen22
ARTESIS SAHRI
ada tujuh lubang yang dalam
tiap lubang menanamkan ranjau merah
menumbuhkan sejuta jarum neraka
lubang yang mengingatkan kita agar berhati hati dalam melangkah
selain itu tiap lubang juga mengalirkan tirta surga
setetes tirta mamapu mengkecambahkan biji dalam sehari
setetes tirta mampu menopangkan tujuh dahan kenikmatan
sedahan mencarang sepuluh ranting keberkahan
seranting menghiaskan sepuluh macam buah kemukjizatan
lalu kutadah tanya lirih
di mana daun yang biasa merimbun ranting-ranting
gugurkah?
belum tumbuhkah?
atau sengaja pergi meninggalkan POHON PAHALA KENCANA
meranggas mencari daun kering
saudara tertuanya
kabar angin itu menarikku- menjatuhkanku dari gelantungan musim-musim
kepompongku
menderahku- melatihku agar aku kuat
agar aku terbiasa jika harus jatuh
aku harus mampu membuat tersenyum seribu malaikat ketika nanti aku mampu
mengepakkan sayap pertamaku
aku tidak ingin terjatuh lagi
hanya merangkak di punggung bumi
ditertawakan jejak-jejak sinis matahari
mengepakkan sayap hingga pada waktunya
sekarang aku masih setia
menyendiri diam dalam serat sutra yang memopong
melindungiku dari matahari yang tiba-tiba bisa datang tanpa perhitungan bintang
bukan diam dengan menyembunyikan perhitungan IMAJINER
karena perhitungan yang benar masih terbatas asumsi kekalnya angka istimewa di
depan angka genap
biarlah
sekarang aku hanya ingin menjadi kepompong tua
Catatan Perpisahan
Kasih..,
hujan yang turun
mengguyur kota kita senja tadi
tak mampu menyirami hatiku
yang kering karena duka
sepertinya ada kemarau panjang di hatiku
mungkin sepanjang jarak dan waktu
yang mengiringi perpisahan ini
ketika jemari tak sanggup lagi menggenggam
ketika peluk hanya melingkar di ruang kosong
hanya lengang kehilangan
PERPISAHAN
Pertemuan yang menyatukan kita
Bercanda, tertawa dan berbagi kisah
Tentang hidup, pengalaman dan cinta
Yang datang tulus dari rasa percaya
Berdiri sama tegak, bersila sama rendah
Tak mengenal kasta dan siapa
Itulah kebersamaan dan perkenalan kita
Tapi kini, perpisahan menghapus semua
Cerita, cita dan kisah kita
Yang terjalin cukup hangat dan lama
Bersama senyum sang purnama
Menghias malam bertabur cinta
Hanya sesal dan kata maaf
Mengiringi langkah kepergian kita
Hanya ingatan dan kenangan kita
Yang tersisa dari sebuah kebersamaan
PERGI
Ku pergi melangkah mengangkat kakiku
Meninggalkan gadisku yang telah membisu
Yang aku buta rasa juga hatiku
Ketenangan yang ku rasa ataukah bimbang menderu
Kesenangan yang ku dapat ataukah tampak sedihku
Yang terus dan terus tak berlalu
Biarlah ku pergi menjauh
Membawa sisa yakinku
Kelak ku temukan asaku
Yang terselip di balik dedaunan
Pepohonan ditepi jalan
(260410)
Selamat jalan,
Rambu lalu lintas kehidupan masih panjang 'tuk kita lewati
Tetap semangat, kuat, dan genggam erat
Menuntut ilmu dengan giat
Harumkan nama bangsa dan negara suatu saat...
Join kopi
It is hard to tell
That I do not want to be left by you
It is a hardest part to say farewell
Because I will always love you
PUISI PERPISAHAN
SELAMAT JALAN CINTA
Selamat pagi Cinta.,
Sepeninggalnya malam, Aku terbangun dari mimpi panjang tentang indahnya hidup
bersamamu, dan ku tersadar , Cerita itu hanyalah mimpi.
Dinda ku,
Bahagia ini menyertai selalu hari-harimu bersamanya, Kau telah kembali menyatu,
memadu kasih sayang , merajut rindumu yang sudah lama usang. Menjalin asa
yang pernah terputus Oleh waktu.
Aku Gembira melihat kamu dengannya, Bukan karena aku tak mencintaimu, tapi,
karena kau tahu Cinta tidaklah harus memiliki. Cinta kita adalah anugrah dari NYA.
Tak pernah aku pungkiri ,hadirmu disisi ku waktu itu, tidaklah kebetulan, atau
hanya sebuah pelarian Cinta darimu, Kau sangat berarti untuk ku,
Namun,
Masih ada segumpal hati yang lebih membutuhkanmu, mencintaimu,
menyayangimu, dengan segenap jiwa raganya.
Aku mengalah.., Bukan untuk kebahagiaannya,
Aku mundur, Karena besarnya cinta ku kepadamu.
Aku Tahu, Sebagian hatimu masih terbagi
Aku tak mau.., Keraguan itu membunuh cintamu.
Dinda sayang,
Peluk cintamu ,masih membekas di segenap sendi-sendi disekujur tubuhku. Itu
tidaklah jadi pengganggu kehidupanku. bahkan itu merupakan hadiah yang sangat
berharga darimu. karena Aku tahu Cintamu padaku tidaklah semu, dan tidak
sebatas ucap dibibir manis mu itu.
Dinda sayang..,
Berbahagialah bersamanya, Temani dirinya mengarungi kehidupan ini, aku Ikhlas
melepasmu, Bukan karena aku Tidak mencintai namun.., karena besarnya cinta ini
padamu
Puisi ini karya: Alvian Permana
Puisi ini bersumber dari : http://www.gudangpuisi.com/2011/07/puisiperpisahan.html#ixzz1qtWpsjSH
Blogger yang beretika selalu menampilkan sumbernya.
Puisi Perpisahan :
Tak Kusangka Waktu begitu cepat sekali,,
Tak ku kira hanya sebatas itu ku melihat senymanmu,,
Tak kuduga kalau kamu,anda,beliau,mereka,akan,pergi,,