Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam

kehidupan

bermasyarakat

dan

bernegara,

kita

sering

mendengar kata kekuasaan dan politik. Kedua kata ini sering dihubungkan satu
sama lain. Namun, untuk memahami tentang apa itu kekuasaan dan politik, serta
apa hubungan di antara keduanya, memerlukan pembahasan yang luas dan
rinci. Konsep kekuasaan (power) erat sekali hubungannya dengan konsep
kepemimpinan dan politik. Dengan kekuasaan pemimpin memperoleh alat untuk
mempengaruhi perilaku pengikutnya. Paul W. Cummings (Open Management
Guides to successful Practice) mengemukakan kekuasaan dan politik dalam
manajemen merupakan anak kembar yang tak terpisahkan, karena yang satu tak
dapat hidup tanpa yang lain.
Adapun pengertian kekuasan menurut

Preffer

kekuasaan

adalah

kemampuan untuk mempengaruhi perilaku, mengubah peristiwa mengatasi


perlawanan, dan untuk meminta orang melakukan sesuatu yang tidak ingin
mereka lakukan. Sedangkan pengertian politik Menurut Arsitoteles, politik adalah
usaha warga negara dalam mencapai kebaikan bersama atau kepentingan umum.
Politik juga dapat diartikan sebagai proses pembentukan kekuasaan dalam
masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya
dalam negara.
Di Negara Republik Indonesia ini, tidak sedikit yang memandang bahwa
kekuasaan dapat diperoleh melalui politik. Atau dengan kata lain, politik adalah
jalan untuk mencapai kekuasaan. Pandangan seperti itulah yang menyebabkan
begitu banyak orang mendalami dunia politik hanya demi mendapatkan
kekuasaan.

Garis kekuasaan kadang-kadang sangat tidak kentara dalam

organisasi kerja, sehingga bawahan tidak sadar bahwa mereka sesungguhnya


sedang digunakan untuk mengejar keinginan dan maksud orang lain. Ciri pokok
kekuasaan dalam perusahaan industri sekarang ini adalah penggunaan orangorang dan kelompok untuk tujuan dan maksud tertentu. sehingga banyak orang
1

yang akhirnya menganggap bahwa politik itu sesuatu yang tidak baik. Untuk itu,
pemahaman yang benar mengenai kekuasaan dan politik sangatlah penting.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, timbul
masalah-masalah yang dirumuskan dalam makalah ini, di antaranya adalah
sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari kekuasaan?
2. Apa hakekat dari politik ?
3. Apa hubungan kekuasan dan politik ?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu :
1. Apa pengertian dari kekuasaan.
2. Apa hakekat dari politik.
3. Apa hubungan kekuasan dan politik.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kekuasaan
Menurut Max Weber, kekuasaan adalah kemungkinan adanya satu aktor
dalam hubungan sosial yang berada pada posisi tertentu untuk melakukan
kehendaknya tanpa perlawanan.

Sedangkan menurut Preffer

kekuasaan

adalah kemampuan untuk mempengaruhi perilaku, mengubah peristiwa


mengatasi perlawanan, dan untuk meminta orang melakukan sesuatu yang
tidak ingin mereka lakukan.
1.

Klasifikasi Kekuasaan
Menurut Frech dan Bertram Raven pembahasan mengenai kekuasaan

sering dimulai dan kadang diakhiri dengan pembahasan lima kategori sumber
kekuasaan social diantaranya penghargaan, koersif, legitimasi, referen, dan
keahlian.
a.

Kekuasaan Penghargaan
Sumber kekuasaan ini didasarkan pada kemampuan orang untuk mengontrol
sumber daya dan memberi penghargaan kepada orang lain. Selain itu, orang
yang diberdayakan harus menghargai jenis penghargaan ini. Dalam konteks
organisasi, manajer harus mempunyai penghargaan lain

yang tersedia

untuk mereka. Dalam pembelajaran operant, hal ini berarti bahwa manajer
mempunyai kekuasaan untuk melaksanakan dorongan yang positif. Dalam
konteks motivasi harapan, hal ini berarti orang mempunyai kekuasaan untuk
menyediakan valensi positif dan orang lain menilai kamampuan tersebut.
b.

Kekuasaan koersif
Sumber kekuasaan ini tergantung pada ketakutan. Orang dengan kekuasaan
koersif mempunyai kemampuan untuk menimbulkan konsekuensi huluman
atau hasil yang tidak diinginkan. Bentuk kekuasaan ini mempunyai
kontribusi sangat besar pada konotasi negative bahwa kekuasaan ada pada
banyak orang. Dalam konteks organisasi, manajer sering mempunyai
3

kekuasaan koersi dimana mereka dapat memecat atau menurunkan orang


yang bekerja pada mereka, atau memotong gaji mereka meskipun iklim dan
serikat kerja legal telah menghilangkan beberapa kekuasaan.

Dalam

konteks harapan, hal ini berarti kekuasaan berasal dari harapan pada
sebagian orang di mana meraka akan di hokum karena tidak menyesuaikan
diri dengan keinginan orang yang berkuasa.
c.

Kekuasaan legitimasi
Sumber kekuasaan ini berakar dari nilai yang terinternalisasi dari orang lain
yang memberikan hak legitimasi kepada agen untuk memengaruhi mereka.
Kekuasaan legitimasi hampir serupa dengana otoritas dan berhubungan
dekat dengan kekuasaan penghargaan dan koersif karena orang
legitimasi

juga

berada

dalam

posisi

dengan

memberi penghargaan dan

menghukum.Perbedaannya, kekuasaan legitimasi tidak tergantung pada


hubungan dengan orang lain, tetapi lebih kepada posisi atau peranan
yang dimiliki seseorang. Kekuasaan legitimasi berasal dari tiga sumber
utama :
- Nilai budaya yang kuat dari masyarakat, organisasi, atau kelompok
menentukan apa itu legitimasi. Dalam masyarakat semakin tua seseorang
semakin besar kekuasaan legitimasi yang mereka miliki.
- Seseorang dapat memperoleh kekuasaan legitimasi dari struktur social
yang diterima. Dalam masyarakat, terdapat kelas yang diterima. Tetapi
organisasi atau keluarga juga mungkin mempunyai struktur sosial

yang

diterima yang memberikan kekuasaan legitimasi.


- Kekuasaan

legitimasi

muncul

dari

tujuan

sebagai

agen,

representative, atau kelompok yang berkuasa. Karyawan yang dipilih,


pimpinan komisi dan anggota dewan direksi dari perusahaan atau
serikat kerja atau komisi manajemen merupakan contoh dari bentuk
kekuasaan legitimasi.
d.

Kekuasaan referen
Jenis kekuasaan ini berasal dari hasrat sebagian orang untuk dikenal agen
yang memegang kekuasaan. Mereka ingin dikenal orang yang berkuasa,
4

tanpa memedulikan hasil. Orang member kekuasaan karena mereka menarik


dan mempunyai sumber daya atau karakterisktik kepribadian yang
diinginkan. Orang periklanan mengambil keuntungan dari jenis kekuasaan
ini saat mereka memakai selebritas. Waktu adalah aspek yang menarik dari
jenis kekuasaan referen berupa iklan, kesaksian mengenai suatu produk.
Dalam konteks organisasi, kekuasaan referen jauh berbeda dari jenis
kekuasaan lain seperti yang dibahas sejauh ini. Misanya, manajer dengan
kekuasaan referen harus menarik bagi karyawan mereka sehingga
karyawan

mau

mengenal

manajer,

tanpa

hukuman memperdulikan

apakan manajer mempunyai memberi kemampuan untuk

memberi

penghargaan atau apakah mereka mempunyai legitimasi. Dengan kata


lain, manajer yang tegantung pada kekuasaan referen harus menarik bagi
karyawannya.
e.

Kekuasaan keahlian
Sumber kekuasaan ini didasarkan pada seberapa orang mempunyai atribut
pengetahuan

dan

keahlian

untuk

memegang

kekuasaan. Keahlian

dinilai memiliki pengetahuan atau pemahaman hanya dalam area tertentu.


Semua sumber kekuasaan tergantung pada persepsi individu,

tetapi

kekuasaan keahlian lebih tergantung pada hal ini, secara khusus, target
harus menilai agen dapat dipercaya dan relevan sebelum kekuasaan keahlian
diberikan. Kredibilitas berasal dari hak kekuasaan yang dimiliki, yaitu
penugasan terhadap

permasalahan

dan

dapat

menunjukkan

bukti

pengetahuan yang nyata. Dalam organisasi, staf spesialis mempunyai


kekuasaan keahlian dalam area fungsional mereka, tetapi tetapi tidak di luar
area tersebut. Akan tetapi, seperti telah diimplikasikan, kekuasaan keahlian
itu sangat selektif, dan selain kredibilitas, agen harus mempunyai sifat dapat
dipercaya dan relevan. Dengan sifat dapat dipercaya, hal ini berarti bahwa
orang yang mencari kekuasaan keahlian harus mempunyai reputasi kejujuran
dan keterusterangan. Selain kredibilitas dan kemampuan untuk dapat
dipercaya, orang harus mempunyai relevansi dan manfaat dalam mempunyai
kekuasaan keahlian.
5

2. Taktik Kekuasaan
Taktik atau strategi diperlukan dalam melakukan sesuatu atau mencapai
tujuan tertentu. Dengan strategi yang tepat, tujuan pun akan tercapai. Berkaitan
dengan kekuasaan, Stephen P. Robbins mengidentifikasi tujuh dimensi atau
strategi dalam menggunakan kekuasaan, antara lain:
a. Nalar, yaitu dengan menggunakan fakta dan data untuk membuat gagasan
b.

yang logis dan rasional.


Keramahan, dengan menggunakan sanjungan, penciptaan goodwill, bersikap

rendah hati, dan bersahabat sebelum mengemukakan suatu permintaan.


c. Koalisi, melalui mencari dukungan orang lain dalam organisasi untuk
mendukung keinginananya.
d. Tawar-menawar, yaitu menggunakan perundingan melalui pertukaran manfaat
atau keuntungan.
e. Ketegasan, dapat menggunakan pendekatan yang langsung dan kuat seperti
menuntut permintaan, mengulangi peringatan, memerintahkan individu
melakukan apa yang dimintaannya, dan menunjukkan bahwa aturan menuntut
pematuhan.
f. Otoritas lebih tinggi, yaitu mencari dukungan dari tingkat lebih tinggi dalam
organisasi untuk mendukung permintaan.
g. Sanksi, berupa penggunaan imbalan dan hukuman yang ditentukan oleh
organisasi seperti mencegah atau menjanjikan kenaikan gaji, mengancam
memberikan penilaian kerja yang tidak memuaskan atau menahan promosi.
3. Unsur Kekuasaan
Kekuasaan terdiri dari tiga unsur, yaitu:
a. tujuan, Kekuasaan dapat digunakan untuk tujuan yang baik dan yang tidak
baik. Tujuan dari penggunaan kekuasaan biasanya akan mempengaruhi cara
yang dipilih oleh individu atau kelompok yang memiliki kekuasaan.
b. cara, Jika pemegang kekuasaan memiliki tujuan yang baik, maka cara yang
dipilih juga akan baik. Dan sebaliknya, jika pemegang kekuasaan
menghendaki tujuan yang tidak baik, maka cara yang digunakan juga tidak
baik, misalnya dengan mengancam.

c. hasil. Kemudian, unsur yang terakhir atau hasil dari kekuasaan dapat dilihat
dari jumlah individu yang dapat dikendalikan atau dipengaruhi, dan seberapa
besar pengaruh kekuasaan tersebut. Sikap pihak yang dikuasai, turut
menentukan kualitas kekuasan yang berlaku atas dirinya. Jika diterima dan
didukung, maka kekuasaan itu merupakan wibawa. Kekuasaan yang demikian
tidak banyak memerlukan paksaan (kekuatan) dalam penggunannya.
4. Perbedaan Kekuasaan dan Kepemimpinan
Keberhasilan seorang pemimpin banyak ditentukan oleh kemampuannya
dalam memahami situasi serta ketrampilan dalam menentukan macam kekuasaan
yang tepat untuk merespon tuntutan situasi. Karena itu, kekuasaan sering
dianggap sebagai persamaan dari kepemimpinan. Padahal kekuasaan tidak bisa
disamakan dengan kepemimpinan. Beberapa perbedaan di antara keduanya, ialah:
a.

Kekuasaan tidak menuntut kompatibilitas sasaran, melainkan sekedar


menuntut ketergantungan. Sedangkan kepemimpinan menuntut kompatibilitas

b.

antara sasaran pemimpinnya dengan para pengikutnya.


Kekuasaan dapat digunakan oleh individu atau

kelompok

untuk

mengendalikan individu atau kelompok lain. Sedangkan kepemimpinan


hanya berfokus pada pengaruh ke bawah (bawahan), dan meminimalkan pola
c.

pengaruh ke samping atau sejajar dan ke atas.


Untuk memperoleh kepatuhan, kekuasaan menekankan pada taktik yang
digunakan. Sedangkan kepemimpinan lebih menekankan pada gaya
interpersonal.

B. HAKEKAT POLITIK
1. Pengertian Politik
Politik berasal dari Bahasa Yunani politeia yang berarti kiat
memimpin kota (polis). Secara prinsip, politik merupakan upaya untuk ikut
berperan serta dalam mengurus dan mengendalikan urusan masyarakat.
Menurut Arsitoteles, politik adalah usaha warga negara dalam mencapai
kebaikan bersama atau kepentingan umum. Politik juga dapat diartikan
sebagai proses pembentukan kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain
berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Dari
7

definisi yang bermacam-macam tersebut, konsep politik dapat dibatasi


menjadi:
a. Politik sebagai kepentingan umum
Politik merupakan suatu rangkaian asas (prinsip), keadaan dan jalan,
cara, serta alat yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tertentu, atau
suatu keadaan yang kita kehendaki disertai dengan jalan, cara, dan alat
yang akan kita gunakan untuk mencapai keadaan yang kita inginkan itu.
Politik dalam pengertian ini adalah tempat keseluruhan individu atau
kelompok bergerak dan masing-masing mempunyai kepentingan atau
idenya sendiri.
b. Politik dalam arti kebijaksanaan
Politik

dalam

arti

kebijaksanaan

(policy)

adalah

penggunaan

pertimbangan-pertimbangan tertentu yang dianggap lebih menjamin


terlaksananya suatu usaha, cita-cita, keinginan atau keadaan yang kita
kehendaki. Kebijaksanaan adalah suatu kumpulan keputusan yang
diambil oleh seorang pelaku atau kelompok politik dalam usaha memilih
tujuan- tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan-tujuan itu.
c. Politik Nasional
Untuk mencapai kehidupan nasional yang diinginkan, maka politik
nasional merupakan jalan dan cara serta alat yang dipergunakan dalam
pencapaiannya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa politik
nasional adalah asas, haluan, kebijaksanaan, dan usaha negara tentang
pembinaan

(perencanaan,

pengembangan,

pemeliharaan,

dan

pengendalian), serta penggunaan secara totalitas dari potensi nasional


untuk mencapai tujuan nasional melalui pembangunan nasional. Politik
nasional ini meliputi antara lain:

Politik

dalam

negeri

yang

diarahkan

kepada

mengangkat,

meninggikan dan memelihara harkat, derajat dan potensi rakyat


Indonesia yang pernah mengalami kehinaan dan kemelaratan akibat
penjajahan, menuju sifat-sifat bangsa yang terhormat dan dapat
dibanggakan.
8

Politik luar negeri yang bersifat bebas aktif, anti imperialisme dan
kolonialisme dalam segala bentuk dan manifestasinya, mengabdi
kepada kepentingan nasional dan amanat penderitaan rakyat serta

diarahkan kepada pembentukan solidaritas antarbangsa.


Politik ekonomi yang bersifat swasembada dan swadaya tanpa
mengisolasi diri, tetapi diarahkan kepada peningkatan taraf hidup dan

daya kreasi rakyat Indonesia.


Politik pertahanan dan keamanan yang ke luar bersifat defensif aktif
dan diarahkan kepada pengamanan dan perlindungan bangsa dan
negara serta usaha-usaha nasional. Dan ke dalam bersifat perventif
aktif untuk menanggulangi segala macam tantangan, ancaman, dan
hambatan serta gangguan yang timbul.

2. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi politik nasional, yaitu:


a. Ideologi dan Politik
Potensi ideologi dan politik dihimpun dalam pengertian kesatuan dan
persatuan nasional yang menggambarkan kepribadian bangsa,
keyakinan atas kemampuan sendiri dan yang berdaulat serta
berkesanggupan untuk menolong bangsa-bangsa yang masih dijajah
guna mencapai kemerdekaannya.
b.

Ekonomi
merupakan potensi ekonomi yang sangat besar, bukan saja untuk
mencukupi keperluan sendiri, tetapi juga negara lain. Secara fisik
Indonesia juga menduduki posisi silang Kesuburan, kekayaan alam,
maupun tenaga kerja yang terdapat di Indonesia antara Samudera
Indonesia dan Samudera Pasifik serta Benua Asia dan Benua
Australia yang merupakan titik temu dari berbagai bentuk interaksi
kehidupan sosial internasional.

c.

Sosial Budaya
Keberagaman dalam berbagai segi kehidupan bangsa merupakan
sesuatu yang harus dipersatukan agar menjadi kekuataan. Segala
daya dan dana harus dikerahkan dan dimanfaatkan untuk
9

mewujudkan

dan

memelihara

kebhinekatunggalikaan

bangsa

Indonesia untuk ditransformasikan.


d.

Pertahanan Keamanan
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia yang lahir dalam kancah
revolusi fisik Indonesia, tumbuh menjadi kekuatan militer modern
dan merupakan inti sistem Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta.
Manunggalnya ABRI-

Rakyat

adalah

syarat

mutlak

dalam

pembangunan nasional, bukan hanya karena alasan historis, tetapi


juga sebagai kekuatan bangsa yang tak terpisahkan.
3. Perilaku Politik
Perilaku politik (politic behaviour) adalah perilaku yang dilakukan
oleh individu atau kelompok guna memenuhi hak dan kewajibannya sebagai
insan politik. Individu atau kelompok diwajibkan oleh negara untuk
melakukan hak dan kewajibannya dalam perilaku politik, contohnya :
a.

Memilih wakil rakyat atau pemimpin

b.

Mengikuti suatu partai politik dan lembaga atau organisasi masyarakat

c.

Ikut serta dalam pesta politik

d.

Memberikan kritik atau saran kepada pelaku politik

e.

Berhak untuk menjadi pemimpin politik

f.

Berperilaku politik sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku


Perilaku politik dapat dibedakan menjadi beberapa macam. Robbins

membedakan perilaku politik menjadi dua:


a.

Perilaku politik sah, mengacu pada politik sehari-hari yang normal sesuai
dengan peraturan, seperti membentuk koalisi.

b.

Perilaku politik tidak sah, merupakan perilaku politik ekstrim yang


melanggar peraturan yang berlaku, misalnya melakukan sabotase. Selain
perilaku politik menurut Robbins di atas, secara umum perilaku politik
masyarakat juga dapat dibedakan menjadi sebagai berikut:

Radikal

10

Perilaku politik radikal, yaitu sikap perilaku warga negara yang tidak
puas terhadap keadaan yang ada serta menginginkan perubahan yang
cepat dan mendasar. Orang yang bersifat radikal biasanya tidak
mengenal kompromi dan tidak mengindahkan orang lain serta
cenderung ingin menang sendiri.

Moderat
Perilaku moderat adalah perilaku politik masyarakat yang telah
cukup puas dengan keadaan yang ada dan bersedia maju, tetapi tidak
menerima sepenuhnya perubahan, apalagi perubahan yang cepat
seperti kelompok radikal.

Status quo
Perilaku status quo adalah sikap politik dari warga negara yang
sudah puas dengan keadaan yang ada dan berlaku, serta berusaha
mempertahankannya.

Konservatif
Perilaku konservatif adalah perilaku politik masyarakat yang sudah
puas dengan keadaan yang sudah ada dan cenderung menolak atau
menutup diri dari perubahan.

Liberal
Perilaku politik liberal, yaitu sikap perilaku politik masyarakat yang
berpikir bebas dan ingin terus maju. Kaum liberal menginginkan
perubahan progresif secara cepat. Perubahan yang diinginkan
berdasarkan hukum atau kekuatan legal untuk mencapai tujuan.
Perilaku politik individu atau kelompok dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor, di antaranya: minat terhadap politik, kepekaan
sosial, kemampuan berorganisasi, kondisi perekonomian dan
lingkungan sosial.

C. HUBUNGAN KEKUASAAN DAN POLITIK

11

Ramlan Surbakti dalam bukunya yang berjudul Memahami Ilmu Politik,


menyebutkan bahwa kekuasaan merupakan konsep yang berkaitan dengan
perilaku. Kekuasaan dipandang sebagai gejala yang selalu terdapat dalam proses
politik. Dalam kamus ilmu politik terdapat beberapa konsep yang berkaitan
dengan kekuasaan (power), seperti influence (pengaruh), persuasion (persuasi),
force (kekuatan), coercion (kekerasan) dan lain sebagainya. Influence adalah
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar mengubah sikap dan
perilakunya secara sukarela. Persuasion adalah kemampuan meyakinkan orang
lain dengan argumentasi untuk melakukan sesuatu. Force adalah penggunaan
tekanan fisik, seperti membatasi kebebasan, menimbulkan rasa sakit ataupun
membatasi pemenuhan kebutuhan biologis pihak lain agar melakukan sesuatu.
Pengertian coercion adalah peragaan kekuasaan atau ancaman dan paksaan yang
dilakukan oleh seseorang atau kelompok terhadap pihak lain agar bersikap dan
berperilaku sesuai dengan kehendak pihak pemilik kekuasaan. Dari konsep di
atas, kekuasaan politik dapat dirumuskan sebagai kemampuan menggunakan
sumber-sumber

pengaruh

untuk

mempengaruhi

proses

pembuatan

dan

pelaksanaan keputusan politik sehingga keputusan itu menguntungkandirinya,


kelompoknya ataupun masyarakat pada umumnya. Bila seseorang, suatu
organisasi, atau suatu partai politik bisa mengorganisasi sehingga berbagai badan
negara yang relevan misalnya membuat aturan yang melarang atau mewajibkan
suatu hal atau perkara, maka mereka mempunyai kekuasaan politik.

BAB III
PENUTUP

12

A. Kesimpulan
Kekuasaan adalah kemungkinan adanya satu aktor dalam hubungan
sosial yang berada pada posisi tertentu untuk melakukan kehendaknya tanpa
perlawana. Sedangkan, politik berasal dari Bahasa Yunani politeia yang berarti
kiat memimpin kota (polis). Secara prinsip, politik merupakan upaya untuk ikut
berperan serta dalam mengurus dan mengendalikan urusan masyarakat. Menurut
Arsitoteles, politik adalah usaha warga negara dalam mencapai kebaikan bersama
atau kepentingan umum.

13

DAFTAR PUSTAKA
Fred Luthans. 2006. Perilaku Organisasi. Andi : Yogyakarta.
Thoha, Miftah ; Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya, 1983.
http://makaikishi.blogspot.com/2009/01/Kepemimpinan dan Kekuasaan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/kekuasaan#cite_note-Principles_4-2
http://israyani beta.blogspot.com/2013/11/perilaku-organisasi.html

14

Anda mungkin juga menyukai