Anda di halaman 1dari 3

Teks Ulasan Buku

Nama : Virginia Reyska Andi Baso Meringgi


NIM : 220211010131

A. Identitas Buku
Judul : Laut Bercerita
Penulis : Leila S. Chudori
Penerbit : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Cetakan : Pertama
Tahun Terbit : 2017
Tebal : 379 Halaman
Bahasa : Bahasa Indonesia

B. Pendahuluan
Novel terbitan tahun 2017 ini berlatarkan waktu di tahun 90-an dan 2000, mengingatkan para
pembacanya akan era-era reformasi di tahun 1998 yang bernas akan kepahitan dan
kekejaman bagi para pembela rakyat.

C. Sinopsis

Novel ini mengisahkan aktivis mahasiswa di masa orde baru bernama Laut. Yang memiliki
sebuah organisasi Wirasena yang bermarkas di Seyegan. Namun, tahun 1998 merupakan
tahun yang kelam dan gelap dimana orang-orang telah hilang disiksa dan dibantai. Dan Laut
adalah merupakan sekjen Wirasena yang berhasil di tangkap oleh pemerintahan orde baru
dan dijebloskan ke sebuah tempat yang sangat keji. Mereka disiksa dengan semut rangrang,
di setrum berkali-kali, serta di tendang agar mau memberikan kesaksian. Setelah berhari-hari
disiksa lalu mereka di tenggelamkan bersama dengan cerita yang belum sempat ia sampaikan
kepada Indonesia.

D. Ringkasan
1. Biru Laut
Seyegan, 1991
Bermulai dari kisah ditahun 1991 pada sebuah tempat bernama Seyegan,
Yogyakarta. Seyegan tak lain merupakan markas Wirasena (organisasi
mahasiswa) untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang menurut pemerintah adalah
sebuah aktivitas terlarang. Salah satu kegiatan yang mereka lakukan adalah
membahas buku-buku terlarang seperti buku karya Pramoedya Ananta Toer.
Balangguan, 1991
Peristiwa Balangguan, demi membela petani-petani jagung yang lahannya akan
dirampas pemerintah, menjebloskan Laut kedalam penjara. Ia dipukuli habis-
habisan, diijak dengan sepatu bergrigi, dan disetrum. Setelah mereka tak
mendapatkan jawaban, Laut dan kawan-kawannya dibuang begitu saja di
Bungurasih.
Di sebuah Tempat, di Dalam Khianat, 1998
Bulan Maret 1998 giliran mereka (para aktivis Wirasena) diculik, disiksa, dan
diintrogasi dengan tidak manusiawi. Laut, Sunu, Kinan, Bram, Sang Penyair dan
beberapa kawan hilang tanpa jejak setelah disekap. Mereka, yaitu Alex, Daniel,
Naratama, Coki, Hamdan dan lima orang lainnya dikembalikan masih dalam
keadaan hidup. Hingga saat rezim itu runtuh di Mei 1998. Mereka mulai mampu
bersuara atas kekejaman yang mereka terima.
2. Asmara Jati
Ciputat, Jakarta, 2000
Pada bab ini menceritakan, bersama keluarga aktivis-aktivis lainnya, Asmara
bergabung dengan Aswin dan mencoba mencari keadilan pada pemerintah yang
dirasa lebih peduli. Asmara Jati dan Tim Komisi Orang Hilang mencoba mencari
jejak Biru Laut dan kawan-kawannya yang hilang. Mereka juga berusaha
mendapatkan informasi  dari para aktivis yang kembali. Duka kehilangan
membuat banyak keluarga hidup dalam penyangkalan. Mereka hidup dalam
imajinasi dimana keluarga mereka yang hilang masih tetap ada dalam keseharian.

Pulau Seribu, 2000

Asmara dan kawan-kawannya memutuskan untuk mendirikan semacam lembaga


khusus menangani orang yang dihilangkan secara paksa, layaknya Laut, kakak
Asmara. Asmara tidak membangun itu dengan kawan-kawannya saja, ia bekerja
sama dengan berbagai orang dan keluarga dari teman-teman Laut yang belum
ditemukan pula. Lembaga itu didirikan dengan harapan agar Laut beserta rekan-
rekannya yang hilang itu, tidak habis dimakan waktu dan pemerintahan segera
menuntaskan perkara ini.

Hingga akhirnya, dirinya mendapatkan informasi mengenai ditemukannya tulang


belulang manusia di Kepulauan Seribu. Ada sebagian yang dikubur, kemudian
sebagian lainnya sedang dilakukan penelitian oleh dokter forensik.
Mereka semua tidak tahu, tulang siapakah itu? Akan tetapi, Asmara tidak
menaruh harap bahwa itu tulang kakaknya sebab ia yakin Laut tidak akan pulang
dan kembali.

E. Kelebihan dan Kelemahan


Bagi para mahasiswa, buku ini sangat menarik dan bermanfaat untuk dibaca. 13 orang yang
hilang bukan sekedar angka, tetapi pembuktian bahwa kasus ini belum dituntaskan. Novel
Laut Bercerita mampu membuat para pembaca membuka pikirannya terhadap negeri ini,
bahwa kita tidak bisa diam saja apabila para petinggi negara menguasai negeri ini tanpa
memikirkan rakyatnya. Walaupun akhir cerita ini menyedihkan, pembaca sangat bangga
terhadap ide gagasan yang dituangkan penulis dengan begitu indah.
Namun, terdapat beberapa kata di novel ini yang masih memiliki kesalahan dalam ejaan,
seperti kata “praktek” yang seharusnya “praktik”, dan lain-lain. Beberapa dialog dalam novel
ini diselipkan dengan bahasa Jawa tanpa memberikan penjelasan mengenai arti dari kosa kata
bahasa Jawa tersebut, sehingga membuat pembaca kurang mengerti apa yang sedang para
tokoh bicarakan.

F. Kesimpulan
Novel laut bercerita sangat cocok dibaca bagi para mahasiswa, organisasi-organisasi kampus,
para politikus, atau para orang-orang yang bercerita tentang kebebasan. Kisah yang dialami
oleh tokoh Laut dan rekan-rekannya yang hilang di rezim Orde Baru pun tidak akan habis
termakan waktu. Sebab memang kenyataan hal itu terjadi di negeri ini, bahkan hilangnya
beberapa aktivis di masa 1998 tidak ada titik temu hingga saat ini.

Anda mungkin juga menyukai