Anda di halaman 1dari 5

JURNAL MEMBACA

Nama : Sari Dwiandi Pratiwi


No. Absen : 22
Offering : AA

Identifikasi Buku
Judul Buku : Burung-burung Manyar
Waktu Baca : 06 November 2019
Penulis : Y.B Mangunwijaya
Penerbit : Djambatan
Tempat Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 1981
Jumlah halaman : 261 halaman

ISI RESENSI
Sebuah kisah percintaan dari seorang tokoh bernama Setadewa atau kerap
disebut Teto. Diceritakan bahwa Teto atau Satadewa adalah anak dari seorang kapten
prajurit Berlanda (Brajabasuki) yang mempunyai hubungan dengan Larasati (Atik),
yang juga anak seorang Tentara namun mempunyai darah keraton Surakarta.
Hubungan keduanya sudah dimulai semenjak mereka kecil, karena keluarga mereka
sudah saling mengenal.
Pada masa pemerintahan KNIL Belanda, kehidupan keluarga Teto (Setadewa)
sangat berkecukupan. Dia dilahirkan dari keluarga terpandang. Segala kemauannya
selalu dituruti oleh kedua orang tuanya. Ayahnya, Letnan Barjabasuki, adalah salah
seorang Letnan tamatan Akademi Militer Breda di Belanda dan menjabat kepala
Garnisun Devisi II di Magelang. Itulah sebabnya, Teto bebas bergaul dengan orang-
orang inlander, anak-anak Belanda ataupun Indo-Belanda.
Suatu saat Jepang menguasai Indonesia. Ayah Teto, kapten Brajabasuki
ditangkap Jepang. Sedangkan ibunya dijadikan gundik oleh salah satu tentara Jepang.
Hal inilah yang lantas menyebabkan Teto benci kepada Jepang. Semenjak itu, Teto
diasuh oleh keluarga Atik yang berdomisili di Jakarta. Mulai ada hubungan spesial
antara Teto dan Atik karena mereka tinggal dalam satu rumah. Beranjak dewasa, Teto
mendaftarkan diri menjadi tentara KNIL. Ia bertemu dengan mayor Vanbruggen yang
dulu mencintai ibunya yang bernama Marice. Sementara, Atik beranjak menjadi
perempuan yang gandrung akan kemerdekaan Indonesia. Ia kagum akan sosok-sosok
bangsa Indonesia seperti Sukarno, Hatta, atau Syahrir. Kemudian, Atik menjadi
asisten dalam kantor perdana menteri Syahrir.
Betapa bangga hati Teto ketika dia menjadi tentara KNIL Belanda. Dia
bekerja dengan penuh disiplin. Semua tugas yang dibebankan pimpinannya kepada
pemuda itu selalu dapat diselesaikan dengan baik. Itulah sebabnya ia sangat di sayang
oleh pimpinannya. Hanya dalam waktu dua bulan, dia diangkat menjadi komandan
patroli dengan pangkat Letnan dua.
Lain nasib Teto, lain pula nasib ibunya, Maurice yang mempunyai nasib yang
naas. Kerena tak tahan menanggung penderitaan lahir dan batin, ia mengalami
gangguan jiwa dan menjadi pasien tetap di sebuah rumah sakit jiwa di Bogor.
Sedangkan nasib Letnan Barjabasuki, ayah Teto, tidak jelas. Namun, menurut
informasi Mayor Verbruggen, dia bergabung dengan tentara Republik. Dengan
demikian, dia termasuk buronan tentara KNIL Belanda. Ini berarti bahwa Letnan
Barjabasuki menjadi buronan anaknya sendiri, Letnan dua Teto.
Teto dan Atik terpisahkan oleh dunia yang berbeda. Hubungan mereka juga
menjadi renggang karena dunia yang mereka geluti berbeda. Atik sudah menaruh hati
kepada Teto dan berharap Teto akan melamarnya. Namun itu tidak pernah terjadi.
Atik sudah menikah dengan seorang ahli geologi bernama Jana. Mereka sudah
dikarunia tiga anak yang diberi nama Teto, Padmi, dan Kris. Salah satu anak mereka
diberi nama sama dengan Teto (Setadewa), untuk mengenang kebersamaan Atik
dengan Teto dulu. Saat Atik menikah, nama Teto belum benar-benar hilang dari
hatinya. Jana pun memaklumi hal ini.
Teto bersama pimpinannya Verbruggen yang ternyata merupakan seseorang
yang mencintai ibunya Marice. Berusaha menemukan ibunya dengan sekuat tenaga.
Akhirnya mereka dipertemukan kembali dengan ibu Teto yang ternyata masih hidup
dan berada di rumah sakit jiwa di Magelang. Walaupun Verbruggen tidak menikah
dengan ibu Teto, namun rasa cintanya tetap besar. Tak lama kemudian ibunya
meninggal
Kejayaan Letnan dua Teto sebagai komandan patroli tentara KNIL Belanda
tidak berjalan lama. Tentara KNIL Belanda makin lama makin lemah. Perlawanan
rakyat Republik Indonesia terhadap gempuran-gempuran mereka tidak pernah surut.
Lama-kelamaan tentara KNIL Belanda menjadi frustasi. Belanda yang hendak
menguasai seluruh wilayah Indonesia akhirnya mengalah dan memutuskan kembali
ke negerinya.
Kekalahan tentara KNIL Belanda membuat hati Teto menjadi ciut. Dia merasa malu
pada dirinya, malu terhadap Larasati wanita yang sangat dicintainya. Bila Larasati
berjuang membela bangsanya sendiri, dia malah membela musuh. Pada saat itu
Larasati mengabdi di depertemen luar negeri. Kerena perasaan malunya itu, Teto
memutuskan untuk keluar dari Indonesia dan berangkat ke Amerika. Di negara
tersebut, dia masuk Universitas Harvard mengambil jurusan komputer dan mendapat
gelar doktor.
Setamat dari Universitas Harvard, Teto bekerja di sebuah perusahaan besar di
Amerika bernama Pacifik Oil Wells Company sebagai tenaga analisis komputer.
Perusahaan Pacifik Oil Wells Company tempat ia bekerja menjalin hubungan kerja
sama dengan pemerintah Indonesia. Selama bekerja di perusahaan itu, kesejahteraan
Teto sangat terjamin. Bahkan, ia kemudian menikah dengan Barbara, putri salah
seorang direktur perusahaan itu. Namun semua itu tidak membuat hatinya tenang. Dia
tidak bahagia hidupnya di negeri orang. Hatinya terus bergejolak untuk kembali ke
tanah air. Dia sangat merindukan orang-orang yang dicintainya. Dia teringat kepada
ibunya. Dia juga rindu pada Larasati, kekasih yang sangat dicintainya itu. Hasrat Teto
kembali ke tanah air semakin menjadi-jadi ketika dia menemukan kecurangan di
perusahaan tempat dia bekerja. Dia bertekat membuka kecurangan tersebut. Apapun
resikonya walaupun harus di berhentikan dari pekerjaannya.
Akhirnya, Teto benar-benar kembali ke Indonesia setelah ia bercerai dengan
Barbara. Sesampainya di tanah air hatinya gelisah. Perasaannya bergelora ketika
melihat perkembangan Indonesia. Tanah airnya telah mengalami kemajuan pesat di
berbagai bidang. Ia juga mengingat semua kejadian yang pernah dialaminya. Dia
mengingat dirinya yang telah salah langkah dan berjuang membantu pihak Belanda,
dan bukan membantu tanah airnya sendiri. Dia juga ingat akan kejayaannya semasa ia
masih bersama kedua orang tuanya. Dia juga ingat bagaimana ibunya berkorban demi
menyelamatkan nyawa ayahnya.
Sebuah momen yang tepat. Ketika Teto kembali ke Indonesia, ternyata Atik
akan melakukan ujian tesisnya tentang burung Manyar. Teto menghadiri ujian
tersebut bersama tamu undangan lain. Ia masih terpesona ketika melihat Atik berada
di atas podium untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh para penguji. Tanpa
disadari, Atik juga melihat Teto di antara tamu undangan. Selepas ujian, Atik
menghampiri Teto yang menginap di salah satu rumah temannya. Sontak pertemuan
keduanya adalah pertemuan yang emosional dan intim. Bagaikan sepasang kekasih
yang lama tidak berjumpa, mereka berpelukan dan disaksikan oleh Jana. Sebagai
suami yang paham akan keadaan istrinya, Jana sangat memaklumi kondisi Atik yang
begitu merindukan Teto.
Pertemuan hari itu mengawali keakraban antara Teto, Atik, Jana, dan ibu
Antana. Keakraban di antara Teto dan keluarga itu terjalin dengan amat baik. Mereka
saling bercerita tentang keadaan masing-masing, dan Teto dikenalkan pada tiga anak
Atik. Sampai pada sebuah hal bahwa ayah Jana yang sedang sakit, ingin anaknya
pergi naik Haji. Permintaan yang sulit karena sebelumnya Jana dipecat dari
perusahaan tempat ia bekerja karena suatu alasan. 
Akhirnya, Jana dan Atik pergi Haji bersama-sama. Namun kabar buruk
menimpa mereka. Pesawat yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan di
Kolombo, Sri Lanka. Ayah Jana meninggal tidak lama setelah kejadian itu. Kini Teto
memiliki peninggalan Atik yang berharga yaitu Teto kecil, Padmi, dan Kris.
Novel memilki alur cerita yang baik. Pengarang membawa pembaca
menelusuri berbagai zaman yang terjadi selama proses kemerdekaan RI. Cerita yang
disuguhkan juga menarik dan berbeda dengan novel-novel lain. Jalan ceritanya sangat
tidak terduga terutama pada bagian akhir novel yang menyebutkan bahwa Atik yang
sudah menikah masih menyimpan perasaanya kepada Teto sedangkan suaminya yang
mengetahui perasaan istrinya dengan mudah memaklumi tingkah Atik. Dan ending
yang tidak tertebak ketika Atik beserta suaminya meninggal karena kecelakaan
pesawat yang dialami mereka sewaktu berangkat haji. Sungguh novel sejarah yang
sangat complex karena mencakup unsur-unsur yang berkemabng pada saat tu.
Refleksi kehidupan, mengingatkan saya tentang cerita pasangan pacaran yang
LDR namun pada akhirnya kedua pihak menyerah akan hubungan pacaran LDR itu
dan memilih untuk berpisah. Sama seperti cerita tetangga saya. Tetangga saya dengan
pacarnya sudah lama LDR namun gagal berlanjut ke jenjang pernikahan karena si
pihak pria belum juga kembali dari tanah rantau dan memberi kepastian kepada pihak
perempuan mengenai kelanjutan hubungan mereka. Sampai akhinya pihak perempuan
memutuskan menikah dengan laki-laki yang sudah dipilihkan oleh orangtuanya
daripada menunggu seseorang yang belum jelas kabarnya.

Aspek psikologi yang ada pada novel Burung-Burung Manyar ini adalah Teto
harus menerima kenyataan pahit yang menimpa keluarganya, hatinya  penuh dendam
terhadap perlakuan Jepang terhadap kedua orang tuanya. Karena masa gemilang yang
pernah dinikmatinya sewaktu kekuasaan Belanda, maka Teto berusaha dengan keras
untuk menjadi anggota KNIL seperti ayahnya sekaligus membalaskan dendam kedua
orangtuanya. Teto yang sudah didasari motivasi yang kuat juga dibarengi dengan
kerja keras dan displin. Sehingga pada waktu dua bulan saja dia sudah diangkat
sebagai seorang komandan.
Aspek sosial yang terjadi dalam novel yaitu perkembangan pesat negara
Indonesia setelah sekian lama ia tinggal merupakan suatu hal yang menakjubkan bagi
Teto. Atik juga berhasil menyelesaikan desertasinya yang menandakan kedudukan
wanita pada masa itu sudah setara dengan pria dalam bidang pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai