Anda di halaman 1dari 6

IDENTITAS BUKU

JUDUL

: BURUNG BURUNG MANYAR

PENGARANG

: Y.B. MANGUNWIJAYA

PENERBIT

: DJAMBATAN

TAHUN TERBIT

: 1981

JUMLAH HALAMAN : 262 HALAMAN

SINOPSIS
: Pada masa pemerintahan KNIL Belanda, kehidupan keluarga Teto
(Setadewa) sangat berkecukupan. Dia dilahirkan dari keluarga terpandang. Segala
kemauannya selalu dituruti oleh kedua orang tuanya. Ayahnya, Letnan Barjabasuki,
adalah salah seorang Letnan tamatan Akademi Militer Breda di Belanda dan
menjabat kepala Garnisun Devisi II di Magelang. Itulah sebabnya, Teto bebas
bergaul dengan orang-orang inlander, anak-anak Belanda ataupun Indo-Belanda.
Kedua orang tua Teto bukanlah orang biasa. Ayahnya masih keturunan bangsawan
keraton, sedangkan ibunya keturunan Indo-Belanda. Masa kecil Teto benar-benar
berada dalam kejayaan orang tuanya. Itulah sebabnya Teto merasa sangat bangga
pada ayahnya. Dia bercita-cita menjadi tentara KNIL Belanda seperti ayahnya. Ia
beranggapan bahwa dengan bergabung dan mengabdi pada KNIL Belanda, maka
kehidupanya akan menjadi lebih baik. Ia akan disegani, serta di hormati oleh
masyarakat sekitarnya.
Karena masa kecilnya, yaitu zaman tentara KNIL Belanda, Teto hidup dalam
kemewahan, maka ketika Jepang berhasil mengusir tentara KNIL Belanda dari
Indonesia Teto merasa terpukul. Kehidupan keluarganya berubah menjadi kacau.
Ayahnya ditangkap dan disiksa oleh tentara-tentara Jepang. Ia hampir dibunuh oleh
tentara Jepang, kalau saja ibunya tidak menyelamatkanya. Ketika pimpinan tentara
Jepang memberi pilihan pada ibunya untuk menjadi wanita penghibur pimpinan
tentara Jepang atau nyawa suaminya akan melayang, ibu Teto memutuskan untuk
menjadi wanita penghibur demi menyelamatkan nyawa suaminya. Berkat
pengorbanan istrinya itu, Letnan Barjabasuki atau ayah Teto selamat serta
dibebaskan oleh tentara Jepang.
Betapa hancur hati Teto menyaksikan kenyataan itu. Dia merasa gusar dan sangat
dendam kepada tentara Jepang. Perlakuan tentara Jepang terhadap kedua orang
tuanya dan telah menghancurkan rasa gemilang keluarganya melekat terus dalam
hatinya. Dia bertekad untuk membalas semua perlakuan tentara Jepang tersebut
sampai kapanpun.

Tiga tahun kemudian, Jepang hengkang dari Indonesia dan tentara KNIL dari
Belanda datang kembali ke Indonesia dengan berlindung di balik tentara sekutu.
Teto sangat gembira menyambut kedatangan mereka. Dia gembira sebab citacitanya menjadi seorang tentara KNIL Belanda dapat menjadi kenyataan. Ia pun
langsung bergabung dengan tentara KNIL. Berkat bantuan seorang mayor bernama
Verbruggen, dia diterima menjadi tentara KNIL.
Betapa bangga hati Teto ketika dia menjadi tentara KNIL Belanda. Dia bekerja
dengan penuh disiplin. Semua tugas yang dibebankan pimpinannya kepada pemuda
itu selalu dapat diselesaikan dengan baik. Itulah sebabnya ia sangat di sayang oleh
pimpinannya. Hanya dalam waktu dua bulan, dia diangkat menjadi komandan
patroli dengan pangkat Letnan dua.
Lain nasib Teto, lain pula nasib ibunya, Maurice yang mempunyai nasib yang naas.
Kerena tak tahan menanggung penderitaan lahir dan batin, ia mengalami gangguan
jiwa dan menjadi pasien tetap di sebuah rumah sakit jiwa di Bogor. Sedangkan nasib
Letnan Barjabasuki, ayah Teto, tidak jelas. Namun, menurut informasi Mayor
Verbruggen, dia bergabung dengan tentara Republik. Dengan demikian, dia
termasuk buronan tentara KNIL Belanda. Ini berarti bahwa Letnan Barjabasuki
menjadi buronan anaknya sendiri, Letnan dua Teto.
Kejayaan Letnan dua Teto sebagai komandan patroli tentara KNIL Belanda tidak
berjalan lama. Tentara KNIL Belanda makin lama makin lemah. Perlawanan rakyat
Republik Indonesia terhadap gempuran-gempuran mereka tidak pernah surut.
Lama-kelamaan tentara KNIL Belanda menjadi frustasi. Belanda yang hendak
menguasai seluruh wilayah Indonesia akhirnya mengalah dan memutuskan kembali
ke negerinya.
Kekalahan tentara KNIL Belanda membuat hati Teto menjadi ciut. Dia merasa malu
pada dirinya, malu terhadap Larasati wanita yang sangat dicintainya. Bila Larasati
berjuang membela bangsanya sendiri, dia malah membela musuh. Pada saat itu
Larasati mengabdi di depertemen luar negeri. Kerena perasaan malunya itu, Teto
memutuskan untuk keluar dari Indonesia dan berangkat ke Amerika. Di negara
tersebut, dia masuk Universitas Harvard mengambil jurusan komputer dan
mendapat gelar doktor.
Setamat dari Universitas Harvard, Teto bekerja di sebuah perusahaan besar di
Amerika bernama Pacifik Oil Wells Company sebagai tenaga analisis komputer.
Perusahaan Pacifik Oil Wells Company tempat ia bekerja menjalin hubungan kerja
sama dengan pemerintah Indonesia. Selama bekerja di perusahaan itu,
kesejahteraan Teto sangat terjamin. Bahkan, ia kemudian menikah dengan Barbara,
putri salah seorang direktur perusahaan itu. Namun semua itu tidak membuat
hatinya tenang. Dia tidak bahagia hidupnya di negeri orang. Hatinya terus
bergejolak untuk kembali ke tanah air. Dia sangat merindukan orang-orang yang
dicintainya. Dia teringat kepada ibunya. Dia juga rindu pada Larasati, kekasih yang

sangat dicintainya itu. Hasrat Teto kembali ke tanah air semakin menjadi-jadi ketika
dia menemukan kecurangan di perusahaan tempat dia bekerja. Dia bertekat
membuka kecurangan tersebut. Apapun resikonya walaupun harus di berhentikan
dari pekerjaannya.
Akhirnya, Teto benar-benar kembali ke Indonesia setelah ia bercerai dengan
Barbara. Sesampainya di tanah air hatinya gelisah. Perasaannya bergelora ketika
melihat perkembangan Indonesia. Tanah airnya telah mengalami kemajuan pesat di
berbagai bidang. Ia juga mengingat semua kejadian yang pernah dialaminya. Dia
mengingat dirinya yang telah salah langkah dan berjuang membantu pihak
Belanda, dan bukan membantu tanah airnya sendiri. Dia juga ingat akan
kejayaannya semasa ia masih bersama kedua orang tuanya. Dia juga ingat
bagaimana ibunya berkorban demi menyelamatkan nyawa ayahnya.
Dia juga teringat Larasati, kekasih yang sangat dirindukannya. Semua itu
berkecamuk dalam hatinya. Dia merasa malu kepada Larasati dan takut bertemu
dengannya. Namun ia sangat merindukannya. Dua perasaan yang saling
bertentangan berkecamuk dalam dadanya.
Secara diam-diam, Teto menghadiri acara presentasi gelar dokter yang akan
dilakukan Larasati di Jakarta. Selama presentasi tersebut, dia hanya diam dan
bersembunyi di balik orang-orang yang hadir. Setelah selesai membacakan
disertasinya, Larasati mendapat sambutan yang hangat dari semua yang hadir.
Ketika orang-orang berebutan memberi ucapan selamat kepadanya, Teto tidak
berani melakukannya. Padahal, dia sangat ingin menyentuh tangan kekasaihnya itu.
Perasaan malu dan bersalah dalam dirinya semakin memuncak saat dia mendengar
disertasi yang dibacakan Larasati. Disertasi itu membahas tentang burung-burung
manyar dan tingkah lakunya. Dia begitu malu sebab tingkah laku burung-burung
manyar itu persis seperti tingkah laku dirinya.
Walaupun Teto berusaha keras untuk tidak menemui Larasati, namun nasib
berkehendak lain karena keesokan harinya, Larasati dan suaminya datang ke
rumahnya. Betapa terkejutnya Teto melihat kedatangan mereka, hatinya berdebardebar ketika bertatapan mata dengan wanita yang sangat dicintainya itu.
Sebenarnya, Larasati pun memiliki perasaan yang sama. Bagaimanapun dia pernah
menaruh hati kepada Teto ketika mereka masih remaja. Teto menyadari bahwa ia
pun masih mencintai Larasati. Namun, Larasati kini telah menjadi milik Janakatamsi,
anak seorang Direktur Rumah Sakit Jiwa Keramat. Di rumah sakit itulah, ibunya
dirawat sampai akhir hayatnya.
Janakatamsi memahami bahwa antara istrinya dan Teto terdapat kisah tertentu.
Dengan bijaknya, dia menawarkan kepada Teto untuk menjadi kakaknya.
Mendengar ajakan tersebut, hati Teto menjadi terharu dan dia pun menerimanya.
Atas ajakan Janakatamsi, Teto mengunjungi rumah ibu Antana, ibunya Atik di Bogor.
Kedatangan Teto di sambut hangat oleh ibu Antana. Ia memang sudah

mengenalnya sebab sejak kecil keluarga Atik telah bersahabat dengan keluarga
Teto. Kedua keluarga itu sering saling mengunjungi.
Ketika diberi tahukan tentang kecurangan perusahaan tempat Teto bekerja,
Janakatamsi mendukung niat Teto untuk membongkar kasus kecurangan yang
terjadi dalam perusahaan Pacifik Oil Wells Company. Atas bantuannya pula Teto
berhasil membongkar kecurangan keuangan yang dilakukan perusahaan asing
tersebut walaupun kemudian dia diberhentikan dari perusahaan itu.
Belum habis kesedihan Teto akibat pemutusan hubungan kerja tersebut, datang lagi
kesedihan baru. Larasati dan suaminya meninggal dunia karena kecelakaan
pesawat sewaktu berangkat ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji. Pesawat
mereka jatuh di Colombo. Demi membalas kebaikan yang telah diberikan Atik dan
suaminya, Teto memutuskan untuk mengasuh ketiga anak Atik. Dia berjanji untuk
menjaga dan mendidik mereka menjadi anak yang berbakti pada bangsa dan
negara

ANALISIS
A.)UNSUR INTRINSIK
TEMA
: Kisah seorang anak manusia yang merasa gagal dalam
menjalani hidup karena trauma masa lalu
ALUR
: Alur cerita dalam novel Burung-Burung Manyar yaitu
menggunakan alur maju, dimana setiap kejadian selalu bergerak maju sesuai
dengan perputaran waktu.
PENOKOHAN
-

: Teto atau Setadewa

Anak ningrat tapi lebih suka menganggap dirinya anak kolong

Sangat membenci Jepang karena serdadu Jepang telah menjadikan maminya


seorang gundik.
Sangat mencintai Atik. Keras kepala karena siapa saja yang menentang
belanda adalah pengkhianat.
Larasati atau Atik
-

Prenjak dan kiprah yakni lincah dan cerdas

Seorang perempuan modern yang berpendidikan tinggi. Selama hidupnya, ia


selalu mengabdi pada nusa dan bangsa Indonesia.
-

Ia mempunyai tiga orang anak yakni; Teto, Padmi, dan Kris

Pada masa Agresi Belanda II, ia bekerja pada departemen luar negeri.
Jabatan yang disandangnya adalah direktorat alam.
Letnan Barjabasuki
-

Seorang kepala Garnesun II di Masa KNIL Belanda dengan pangkat letnan.

Ayah kandung dari Teto

Keturunan keraton.

Marice atau istri Letnan Barjabasuki


-

Wanita baik hati dan mulia

Keturunan indo-belanda

Demi menyelamatkan suaminya, ia rela mengorbankan jiwa dan raganya


untuk menjadi pemuas nafsu balada tentara Jepang.
Mayor Verbruggen
-

Mayor yang membantu Teto untuk menjadi tentara NICA

Pengagum berat Marice (Ibu Teto)

Seorang pemimpin KNIL Belanda ketiga pada Agresi Belanda II

Bu Antana
-

Seorang ibu yang baik hati, dan tabah.

Demi menyelamatkan suaminya, dia rela mengorbankan jiwa raganya. Dia


rela menjadi wanita pemuas nafsu tentara-tentara Jepang
-

Ibu dari Larasati atau Atik

LATAR
: Terjadi pada zaman modern dengan berlatar belakang
kehidupan berbagai masa: masa lalu, masa revolusi, dan masa penjajahan jepang
maupun belanda. Cerita ini terjadi di Indonesia (Jakarta dan Bogor)
: a.

WAKTU

Bagian I : 1934-1944(masa sebelum kemerdekaan)

b. Bagian II : 1945-1950(masa awal kemerdekaan)


c.

Bagian III : 1968-1978

TEMPAT

: MAGELANG
JAKARTA
SOLO
YOGYAKARTA
SEMARANG

AMANAT
: Pesan pengarang yaitu ingin memperlihatkan kepada
masyarakat pada saat itu bahwa pengabdian terhadap Bangsa sendiri lebih baik
dan lebih terhormat dari pada mengabdi kepada Bangsa lain (Belanda).
GAYA BAHASA
: Bahasa yang digunakan dalam novel burungburung manyar adalah bahasa gaul atau bukan bahasa baku.
SUDUT PANDANG : Cerita pada novel ini berpusat pada Teto, sehingga
mayoritas ceritanya berkitar-kitar pada kehidupan privat Teto dan pergumulan
batinnya.
B.)UNSUR EKSTRINSIK
LATAR BELAKANG PENGARANG :
SOSIAL

BUDAYA

AGAMA

EKONOMI

POLITIK
: Kekecewaan Romo terhadap sistem pendidikan di
Indonesia menimbulkan gagasan-gagasan di benaknya. Dia lalu membangun Yayasan Dinamika
Edukasi Dasar.

KESIMPULAN :

Anda mungkin juga menyukai