Anda di halaman 1dari 3

NAMA : ALITRIO WIJAYA

KELAS : XII MIPA 2

MAPEL: BAHASA INDONESIA

LAUT BERCERITA

Sejak Laut kuliah di Yogyakarta, ia dengan bapak, ibu, dan Asmara (adiknya Laut) semakin jarang
berkumpul bersama. Oleh sebab itu, bapaknya memutuskan bahwa hari Minggu adalah hari bersama
untuk keluarga mereka, tidak boleh ada yang mengganggu. Saat makan malam adalah hal yang paling
menarik bisa dikatakan menjadi sebuah ritual bagi mereka. Di sana adanya kebersamaan dan
kebahagiaan yang terpancar dari wajah-wajah mereka. Kisah antara laut dengan kegiatan kuliahnya,
yakni sebagai seorang mahasiswa Sastra Inggris. Laut memang aktif di organisasi Winatra itu, tetapi
dirinya tidak lupa akan pelajaran kuliahnya. Hal itu terbukti bahwa dia masih menyusun skripsi dan
dapat menuntaskannya. Kegiatan Laut tidak hanya berdiskusi di organisasinya, ia juga gemar menulis.
Laut kerap menuangkan gagasannya ke dalam bentuk tulisan, kemudian tulisan itu ia kirim agardapat
dimuat oleh media cetak harian.

Laut juga beberapa kali bekerja sebagai translator, misal, penerjemah dari novel bahasa Inggris
ke bahasa Indonesia. Dia sangat mencintai hal-hal yang berbau sastra seperti buku-buku sastra karya
Pramoedya Ananta Toer. Selain itu, sikap peduli sosial Biru Laut sangat tinggi ketika dia melihat di
zamannya sebuah negeri yang puluhan tahun dikuasai oleh sebuah rezim pimpinan Soeharto yang
puluhan tahun berkuasa dan bertindak sewena-wena terhadap rakyat kecil dia tidak bisa tinggal
diam.Karena sikap idealisme nya sangat tinggi dia memutuskan untuk bergabung dengan Winatra
sebuah organisasi yang mempunyai tujuan untuk melawan dan menggulingkan pemerintah Orde
Baru. Keinginan Biru Laut untuk memperbaiki negeri yang mengalami ketidakadilan membuatnya
sadar bahwa dengan melakukan perlawanan keluarganya akan menjadi korban.

Biru Laut merupakan seorang aktivis Winatra yang mempunyai cita-cita ingin mengubah negeri
ini menjadi lebih baik. Di dalam diri Biru Laut tidak bisa melihat sebuah ketidakadilan di depan
matanya. Oleh karena itu dia bersama dengan teman-temannya dalam Winatra ingin
memperjuangkan hak-hak rakyat yang tertindas. Rezim Orde Baru merupakan rezim yang
membungkam demokrasi dan sebuah rezim yang melarang adanya kebebasan berekspresi. Oleh
karena itu, Biru Laut dan teman-temannya ingin melawan rezim tersebut, Ego Biru Laut sadar bahwa
tindakan yang dilakukannya akan berdampak kepada keluarganya. Cara yang digunakan organisasi
tersebut dalam mengkritik pemerintah tidak dilakukan dengan kekerasan fisik melainkan dengan aksi
penanaman jagung dan pendampingan terhadap petani atau mengadakan lokakarya tentang hak-hak
buruh dengan para buruh Agenda-agenda yang dilakukan para aktivis Winatra dan Wirasena semata-
mata untuk menegakkan keadilan yang tidak lagi diperoleh oleh rakyat kecil pada era orde bru
contohnya adalah kasus penggusuran paksa lahan milik petani di Desa Blaangguan yang akan
digunakan untuk keperluan lapangan latihan militer para anggota TNI.
Para aktivis Winatra dan Wirasena turut terlibat dalam aksi pendampingan warga desa
Blangguan sebagai bentuk kepedulian mereka terhadap rakyat kecil yang mendapatkan
ketidakadilan dari keputusan pemerintah era orde baru.Biru Laut dengan mendampingi para petani
yang lahannya digusur oleh pemerintah. Selain itu, Biru Laut dan teman-temannya melakukan aksi
tanam jagung adalah wujud gerakan mereka yang menolak penggusuran lahan yang dilakukan oleh
para tentara.Biru serta Seluruh anggota Winatra mempunyai sikap nasionalisme yang tinggi mereka
ingin memperbaiki negeri ini.

Bersama-sama anggota Winatra mereka akan mengguncang masyrakat pasif, malas, dan putus
asa agar mereka mau ikut memperbaiki negeri yang sungguh korup dan berantakan ini. Akan tetapi,
jauh sebelum mereka melakukan aksi tersebut, Laut bersama teman-temannya berdiskusi terlebih
dahulu yang dikenal sebagai diskusi kwangju. Dari situlah, awal mula Laut dan rekan-rekannya
mengetahui dan mengenal arti dari sebuah pengkhianatan.Perasaan marah dan benci Biru Laut
terhadap Gusti Suroso yang selama ini mengkhianatinya. Gusti Surosoyang selama ini membantu Biru
Laut dan teman-temannya yeng tergabung dalam Winatra kini menunjukkan sifat aslinya dihadapan
Biru Laut. Perhatikan kutipan berikut: Sebuah tangan memegang bahuku, memerintahkan aku
berhenti berjalan. Dia membuka borgolku. Lalu ikatan hitam yang menutup mataku. Di hadapanku
terbentang sebuah balok es besar. “Halo, Biru Laut....” Aku menoleh Gusti dengan kamera
kesayangannya berdiri disampingku,Tersenyum.

Dia mengenakan kemeja batik berlengan pendek, pantalon hitam, dan sepatu kets hitam. Sekali
lagi dia memotret dengan blitz: tap! Di dalam diri Biru Laut menolak untuk mempercayai Gusti Suroso
sebagai pengkhianat. Secara terang-terangan Gusti menunjukkan sifat aslinya terhadap Biru Laut. Ego
merealisasikannya dengan Perasaan marah dan benci ketika Gusti Suroso terus menerus merekamnya
dan membisikkan sesuatu kepadanya. Superego Biru Laut merealisasikan ego dari perasaan marah
dan benci terhadap Gusti Suroso dengan cara meludahinya. "Yaa semula Bapak tanya dia ada dimana,
Mas Laut hanya mengatakan tidak jauh dari bapak. Dengan segera, Mas Laut tahu betul Bapak tidak
sendirian dan dipaksa menghubungi dia" Superego dalam diri Biru Laut mengetahui bahwa dalam
percakapan antara Biru Laut dan Ayahnya lewat telepon terjadi karena paksaan dari para Intel. Oleh
karena itu Biru Laut tidak memberitahukan keberadannya kepada Ayahnya. "Aku hanya ingin kau
paham, orang yang suatu hari berkhianat pada kita biasanya adalah orang yang tak terduga, yang kau
kira adalah orang yang mustahil melukai punggungmu," -Bram "Kita harus belajar kecewa bahwa
orang yang kita percaya ternyata memegang pisau dan menusuk pisau dan menusuk punggung kita.
Kita tak bisa berharap semua orang akan selalu loyal pada perjuangan dan persahabatan."-Bram Laut
ditangkap oleh para aparat pemerintah dan diinterogasi serta disiksa. Oleh para aparat tersebut Biru
Laut diinterogasi seputar keberadaan Kinan dan Bram sembari disiksa karena dituduh berbohong
walaupun sebenarnya Biru Laut jujur. Naratama muncul dengan keadaan babak belur. Tama turut
diringkus oleh aparat. Dugaan bahwa tama adalah penghianat selama ini adalah salah. Ternyata
selama ini yang menjadi mata-mata dalam kegiatan Winatra adalah tokoh Gusti. Pada tahap ini pula
satu persatu anggota Winatra yang tertangkap menemui ajalnya. Biru Laut dibunuh dengan cara
dibuang ke dasar laut. “Yang paling sulit adalah menghadapi ketidakpastian. Kami tidak merasa pasti
tentang lokasi kami; kami tak merasa pasti apaka kami akan bisa bertemu dengan orantua, kawan,
dan keluarga kami, juga matahar; kami tak pasti akan dilepas atau dibunuh; dan kami tak tahu secara
pasti apa yang sebetulnya mereka inginkan selain meneror dan membuat jiwa kami hancur...”-Alex
Bulan Maret 1998 giliran mereka (para aktivis Wirasena) diculik, disiksa, dan diintrogasi dengan tidak
manusiawi. Laut, Sunu, Kinan, Bram, Sang Penyair dan beberapa kawan hilang tanpa jejak setelah
disekap. Mereka, yaitu Alex, Daniel, Naratama, Coki, Hamdan dan lima orang lainnya dikembalikan
masih dalam keadaan hidup. Hingga saat rezim itu runtuh di Mei 1998.
Mereka mulai mampu bersuara atas kekejaman yang mereka terima. “Setiap langkahmu, langkah
kita, apakah terlihat atau tidak, apakah terasa atau tidak, adalah sebuah kontribusi, Laut. Mungkin
saja kita pada pemerintah yang dirasa lebih peduli. Duka kehilangan membuat banyak keluarga hidup
dalam penyangkalan. Mereka hidup dalam imajinasi dimana keluarga mereka yang hilang masih tetap
ada dalam keseharian. Kemudian, Asmara dan kawan-kawannya memutuskan untuk mendirikan
semacam lembaga khusus menangani orang yang dihilangkan secara paksa, layaknya Laut, kakak
Asmara. Asmara tidak membangun itu dengan kawan-kawannya saja, ia bekerja sama dengan
berbagai orang dan keluarga dari teman-teman Laut yang belum ditemukan pula.

Lembaga itu didirikan dengan harapan agar Laut beserta rekan-rekannya yang hilang itu, tidak
habis dimakan waktu dan pemerintahan segera menuntaskan perkara ini. Ayah dan Ibu Biru laut
berusaha mencari tahu keberadaan Biru Laut yang hilang. Ayahnya yang saat itu sudah berhenti dari
profesi sebagai wartawan ikut mencari tahu keberadaan Biru Laut dengan mengerahkan seluruh
teman-temannya dari berbagai kalangan untuk menggali informasi Kesedihan Asmara Jati ketika
melihat Ayah dan Ibunya tidak bisa menghadapi kenyataan. Di dalam diri Asmara Jati sungguh
meremukkan hati. Problem yang dialaminya sungguh menyayat hati ketika Ayah dan Ibunya sudah
terjebak selamanya dalam penyangkalan dalam bentuk keluarga yang dikenalnya. Ego dalam diri
Asmara Jati mencoba untuk menjelaskan kepada Ayah dan ibunya bahwa Biru Laut dihilangkan secara
paksa. Superego Asmara Jati mengatakan bahwa apa yang dilakukannya sudah tepat. Karena dengan
Asmara menyampaikan kabar data-data yang ditemukannya dalam pencarian Biru Laut di Pulau Sepa
dan dia akan pergi ke Pulau Seribu untuk mengumpulkan data yang lebih akurat lagi, bisa membuat
Ayah dan Ibunya dapat menerima kenyataan apa yang terjadi terhadap Biru Laut. Hingga akhirnya,
dirinya mendapatkan informasi mengenai ditemukannya tulang belulang manusia di Kepulauan
Seribu. Ada sebagian yang dikubur, kemudian sebagian lainnya sedang dilakukan penelitian oleh
dokter forensik. Mereka semua tidak tahu, tulang siapakah itu? Akan tetapi, Asmara tidak menaruh
harap bahwa itu tulang kakaknya sebab ia yakin Laut tidak akan pulang dan kembali. mereka dengan
berkumpul di depan Istana Negara, melakukan orasi, dan wawancara dengan para orangtua.

Anda mungkin juga menyukai