Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN ANALISIS

SURAT LAMARAN PEKERJAAN


Untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia

Disusun oleh
XII MIPA 2
1. Fairuz Siba Al Khirza (12)
2. Izu Mutok Al Jefri (16)
3. Juniar Satria Putra (29)
4. Whisnu Aji (33)

SMA NEGERI 1 JEPARA


TAHUN 2023/2024
Jl. C. S. Tubun No. 1 Jepara
ANALISIS NOVEL SEJARAH
(Laut Bercerita)

 Sinopsis

Diceritakan dari sudut pandang Biru Laut. Ia adalah seorang mahasiswa program studi Sastra
Inggris di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Laut memiliki ketertarikan terhadap dunia sastra dan tulisan karena turun dari ayahnya yang
merupakan seorang wartawan Harian Solo. Laut memiliki banyak koleksi buku sastra klasik,
baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.
Saat itu, beberapa buku sempat dilarang peredarannya oleh pemerintah karena dianggap
membahayakan, termasuk buku-buku karya penulis Pramoedya Ananta Toer.
Rasa penasaran Laut terhadap buku karya Pramoedya membuatnya nekat untuk memfotokopi
buku-buku tersebut secara diam-diam.
Di tempat fotokopi langganannya, Laut bertemu dengan Kasih Kinanti. Ia adalah senior Fakultas
Politik yang memiliki minat bacaan yang sama dengan Laut.
Pertemuannya dengan Kinan, memperkenalkan Laut pada organisasi Winatra. Dari organisasi ini
Laut semakin aktif dalam kegiatan diskusi buku bersama anggota lainnya.
Tidak hanya membahas buku-buku berhaluan "kiri", organisasi Winatra sering melakukan
kegiatan aktivis dan bahkan sempat merencanakan sebuah pergerakan untuk terbebas dari rezim
baru dan melawan doktrin pemerintah.
Karena pergerakan yang mereka lakukan dianggap melawan, Laut dan beberapa temannya
ditangkap oleh rezim penguasa yang tidak setuju dengan kegiatan mereka.
Berbulan-bulan mereka disiksa dengan cara disekap, dipukul, ditendang, dan bahkan disetrum
dengan tujuan untuk mengungkap siapa dalang dibalik gerakan yang mereka lakukan.
Sementara itu, keluarga Biru Laut yang telah mengetahui Laut ditangkap, selalu menjalani
rutinitas mereka seperti biasa pada Minggu Sore.
Mereka memasak bersama, sang ibu menyediakan makanan kesukaan Laut dan ayah tak pernah
lupa menyiapkan satu piring khusus untuk Laut. Mereka berharap agar Laut kembali dan duduk
bersama mereka.
Tak kunjung mendapat kabar tentang Laut, Asmara Jati bersama Tim Komisi Orang Hilang yang
dipimpin oleh Aswin Pradana, berusaha mencari jejak mereka yang hilang.
Demi menemukan kejelasan tentang nasib anggota keluarga mereka, berbagai cara dilakukan
termasuk merekam dan mempelajari cerita dari mereka yang berhasil kembali.
Dari dasar laut yang sunyi, Biru Laut seolah bercerita kepada dunia tentang apa yang terjadi
padanya dan teman-temannya.
Novel Laut Bercerita ini mengajak pembaca untuk merenungkan masa lalu yang penuh dengan
kepahitan dan kekejaman. Selain itu, terdapat pesan yang menggambarkan semangat perjuangan
dan kebebasan yang diusung oleh para aktivis muda.
Melalui cerita ini, Leila S. Chudori membangkitkan kesadaran pembaca akan sejarah yang
kelam, dengan menghadirkan kisah yang penuh keindahan dan kebengisan
1.Ciri isi
 Berisi fakta
Didalam novel tersebut berisi fakta karena adanya penculikan aktivis pada tahun 1988.

 Berbentuk cerita ulang


Di dalam novel tersebut berbentuk cerita ulang yaitu penulis kembali menarasikan masa
lalu dengan tujuan untuk memberikan informasi.

 Berbentuk kronologis
Novel tersebut diceritakan dengan urutan peristiwa yang berkesinambungan,dimulai dari
pengungkapan peristiwa,menuju konflik hingga puncak konflik,dan yang terakhir
resolusi.

 Berlatar kejadian masa lalu


Novel ini berlatar kejadian masa lalu karena Tema mayor dalam novel Laut Bercerita
adalah legitimasi. Dalam novel ini bercerita tentang legitimasi negara pada masa Orde
Baru terhadap rakyat yang menyebabkan rakyatnya tertindas.

 Ada kata ganti


Novel tersebut menggunakan kata ganti,salah satunya menggunakan kata ganti orang
pertama, yaitu “kami”,contoh:”Kami akan mendiskusikan pemikiran mereka.Datanglah”.

 Menggunakan konjungsi temporal


Didalam novel tersebut menggunakan konjungsi temporal,salah satunya yaitu
lalu,contoh:”Lalu, apa alasan mereka menagkap kalian?”.

2.Kaidah Kebahasaan

 Menggunakan banyak kalimat yang bermakna lampau


Contoh:”setelah itu aku bergegas pergi”,kata setelah itu sudah dilakukan atau masa
lampau

 Menggunakan konjungsi temporal


Contoh:”Akhirnya kami memutuskan berdebat secara resmi agar mengetahui isi kepala
mereka” kata Akhirnya menunjukkan konjungsi temporal

 Menggunakan kata kerja material


Contoh:”Ibu belum memasukkan gula merah”kata memasukkan termasuk kata kerja
material

 Menggunakan kata kerja mental


Contoh:”kami akhirnya memutuskan membuat diskusi berbagai karya fotografer
Magnum agar bisa memahami kuda pikiran kawan kami itu bu”kata memahami
termasuk kata kerja mental.

 Menggunakan kalimat langsung


Contoh:”pak menteri gimana, pak?” Tanya asmara.

 Menggunakan kalimat tidak langsung


Contoh: Ibu yang tengah memberi instruksi pada Mbak Mar mendadak membesar
matanya

 Menggunakan kata sifat


Contoh: Si morfinis jelek ini kok dibandingkan dengan sang penyair

 Masih ada penggunaan makna kias


Contoh: aku merekat bibirku

3. Struktur

 Orientasi
Novel ini mengikuti perjalanan beberapa karakter utama yang terlibat dalam peristiwa-
peristiwa politik dan sejarah ini, sambil menggali hubungan antara mereka. Hal ini
mengungkapkan berbagai sisi kemanusiaan, ketidakpastian, dan konflik dalam kehidupan
mereka. Selain itu, novel ini juga menggambarkan bagaimana berita dan informasi
mengalir di antara mereka seperti arus laut, menghubungkan mereka satu sama lain.
"Laut Bercerita" adalah karya yang sangat dihargai di dunia sastra Indonesia karena cara
penulisnya menggabungkan sejarah, emosi, dan hubungan antar karakter dalam sebuah
narasi yang kuat dan mendalam. Novel ini juga mencerminkan banyak aspek penting
dalam sejarah Indonesia dan masyarakatnya pada waktu itu.
Ini adalah gambaran umum tentang orientasi novel "Laut Bercerita" oleh Leila S.
Chudori. Untuk pemahaman yang lebih mendalam, disarankan untuk membaca novel ini
secara langsung.

 Pengungkapan peristiwa
Dalam novel ini, diceritakan bahwa Laut beserta rekan-rekannya melaksanakan beberapa
aksi atau gerakan untuk membela rakyat yang telah diambil haknya oleh pemerintah,
salah satunya “Aksi Tanam Jagung Blangguan”.
Akan tetapi, jauh sebelum mereka melakukan aksi tersebut, Laut bersama teman-
temannya berdiskusi terlebih dahulu yang dikenal sebagai diskusi kwangju. Dari situlah,
awal mula Laut dan rekan-rekannya mengetahui dan mengenal arti dari sebuah
pengkhianatan.
Diskusi kwangju yang semestinya berlangsung baik dan lancar justru terhambat karena
adanya intel yang secara tiba-tiba mendatangi markas mereka. Namun, tidak ada yang
tahu pelaku yang membocorkan diskusi mereka. Beberapa anggota dari organisasi
Winatra sedikit menaruh curiga pada Naratama sebab dirinya tidak pernah tampak saat
penangkapan dilakukan, tetapi itu hanyalah dugaan mereka. Belum diketahui kebenaran
yang sesungguhnya seperti apa.

 Menuju konflik
Tiba tiba aku teringat sunu. Mungkin orang orang ini adalah kelompok yang sama yang
telah menculik sahabatku itu. Gedoran pada pintu semakin mengeras dan terdengar
mereka berhasil mendobrak. Setelah masuk aku menyaut “mau mencaari siapa?”, namun
mereka berkata “tak usah Tanya-tanya, ikut saja!”

 Puncak konflik
klimaks (climax) terjadi ketika tokoh Biru Laut dibunuh oleh orang-orang yang menculik
dan menyiksanya.

 Resolusi
terjadi setelah Laut meninggal dunia. Tokoh Anjani dan Asmara bersama dengan kawan-
kawan lain membuat Komisi Orang Hilang. Bertujuan untuk mencari kebardaan mereka
yang belum kembali.

 Koda

Novel Laut Bercerita mengajak kita untuk menyelami sejarah Indonesia yang penuh
dengan tragedi, kekerasan, dan ketidakadilan. Novel ini mengisahkan tentang nasib para
aktivis yang diculik, disiksa, dan dibunuh oleh rezim Orde Baru pada tahun 1998. Novel
ini juga menggambarkan perjuangan para keluarga korban yang terus mencari kebenaran
dan keadilan atas hilangnya orang-orang yang mereka cintai.

Novel ini memberikan pesan bahwa sejarah tidak boleh dilupakan atau dihapuskan.
Sejarah harus diingat dan dipelajari agar kita dapat belajar dari kesalahan masa lalu dan
tidak mengulanginya lagi. Novel ini juga memberikan harapan bahwa suatu hari nanti,
semua rahasia yang terpendam akan terungkap dan semua dosa yang tersembunyi akan
terbayar.

Novel ini merupakan karya sastra yang berani dan bermutu. Penulis berhasil
menggabungkan fakta dan fiksi dengan apik dan mendalam. Penulis juga berhasil
menghidupkan karakter-karakter yang kompleks dan menyentuh. Novel ini layak dibaca
oleh semua orang yang ingin mengetahui lebih banyak tentang sejarah Indonesia dan
menghargai pengorbanan para pahlawan reformasi.

4. Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik adalah unsur di dalam novel yang membangun karya sastra itu
sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra,
unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai pembaca ketika membaca karya sastra.
Unsur intrinsik sebuah novel dapat dikatakan sebagai elemen utama yang akan
membentuk suatu novel yang secara umum terdiri atas tema, alur, latar, tokoh dan
penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat.

I. Tema

1) Tema Utama

Tema mayor dalam novel Laut Bercerita adalah legitimasi. Dalam novel ini
bercerita tentang legitimasi negara pada masa Orde Baru terhadap rakyat yang
menyebabkan rakyatnya tertindas. Seperti pada kutipan dibawah ini:

"Seperti juga kata pahlawan," kata Bram. "Banyak sekali orang-orang yang diangkat
menjadi pahlawan di masa Orde Baru ini, yang mungkin suatu hari bisa saja
dipertanyakan apa betul mereka memang berjasa dan berkontribusi. Tetapi kau benar,
dalam perjuangan definisi antara pahlawan dan pengkhianat harus jelas. Suatu hari
pahlawan atau bandit tak boleh hanya ditentukan karena kekuasaan rezim."
2) Tema Minor

Tema minor yang pertama dalam novel Laut Bercerita adalah perjuangan. Dalam
novel ini bercerita tentang perjuangan sekelompok orang yang terdiri atas mahasiswa dan
masyarakat sipil yang memperjuangkan keadilan dengan cara melakukan aksi dan diskusi
untuk lepas dari Orde Baru yang memimpin lebih dari sepuluh tahun dengan sewenang-
wenang. Seperti pada kutipan dibawah ini:

"Tapi aku tahu satu hal: kita harus mengguncang mereka. Kita harus mengguncang
masyarakat yang pasif, malas, dan putus asa agar mereka mau ikut memperbaiki negeri
yang sungguh korup dan berantakan ini, yang sangat tidak menghargai kemanusiaan ini,
Laut."

II. Alur

Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur campuran (maju dan mundur).
Dibagian awal cerita pembaca akan mendapati alur maju. Pada bagian ini pembaca
diajak untuk mengenal sosok-sosok dalam organisasi winatra dan sebuah tradisi dari
keluarga Biru Laut. Dipertengahan cerita pembaca akan mendapati alur mundur. Pada
bagian ini pembaca diajak mengetahui perjuangan para aktivitis dalam mengubah negeri
ini dan siksaan-siksaan yang didapatnya. Sedangkan dibagian akhir pembaca akan
mendapati alur maju. Pada bagian ini akan mengkisahkan perjuangan Asmara Jati dalam
mencari jejak Biru Laut dalam para aktivitis yang dihilangkan secara paksa. Seperti
kutipan dibawah ini:

"Selama ini aku tak mampu membicarakan pesan Laut padamu, karena hal itu
mengingatkan hari-hari kami disekap dibawah tanah. Maafkan cukup lama ini semua
kusimpan." Alex menarik kursinya ke hadapan kursiku. Dia memegang tangan ku dan
menghela napas."
"Aku sudah menceritakan kepada keluargamu ketika kami disekap dikerangkeng bawah
tanah. Ada dua hal yang belum kuceritakan, karena terlalu mengganggu tidurku... Daniel
dan aku hampir tak pernah meceritakan masa-masa kelam itu bukan karena kami takut,
tetapi karena terlalu menusuk. Sudah empat tahun kami menyimpan sendiri kisah keji
ini... Aku rasa sudah waktunya aku berbagi denganmu."
Pada kutipan diatas berisi pengakuan Alex terhadap media, orang tua Laut dan
Asmara Jati yang mencari tau tentang apa yang terjadi. Cerita kemudian dilanjutkan pada
tahun 2007 ketika para keluarga dan sahabat berorasi menuntut HAM dihadapan Istana
Negara setelah presiden Soeharto dilengserkan.
III. Latar

Latar dalam artikel terbagi menjadi 3, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar
suasana.

Latar tempat yang digunakan dalam novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori
menggunakan latar tempat sebagai berikut :

a. Rumah tokoh Alex

Tempat tinggal Alex adalah sebuah paviliun kecil yang terpisah dari rumah utama di
kawasan Jagakarsa. Setelah menekan bel, aku duduk meletakkan ranselku dan menatap
paviliun berwarna serba putih dengan jendela kayu berwarna hijau daun, persis seperti
rumah mungil dalam dongeng Disney. Ada sekitar tujuh atau delapan tanaman gantung
suplir yang membuat paviliun itu lebih segar.
Kutipan di atas menyebutkan bahwa tokoh Laut sedang memberi gambaran
mengenai rumah tokoh Alex, yang bagaikan rumah mungil dalam dongeng fiksi.
Sementara menunggu sang tuan rumah mempersilakannya masuk, tokoh Laut sudah
terlebih dahulu duduk dan meletakkan ransel yang dibawanya.

b. Rumah hunian

Tentu saja lokasi Seyegan di Desa Pete Margodadi Godean ini adalah sebuah pilihan
tepat. Lokasi rumah hantu ini terlalu gila jauh dari tengah kota, dari kampus, atau
sebutlah jauh dari peradaban. Namun di mata Kinan, ini sebuah lokasi yang strategis.
Kami akan merasa aman melakukan berbagai kegiatan diskusi mahasiswa dan aktivis
hingga persiapan pendampingan petani di beberapa daerah di Jawa Tengah dan Jawa
Timur.
Kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh Laut sedang mendeskripsikan lokasi
strategis dan aman untuk dijadikan tempat dalam melakukan kegiatan diskusi mahasiswa
dan aktivis mengenai buku terlarang, salah satunya seperti karya Pramoedya Ananta
Toer.

c. Rumah makan
Aku senang sekali ketika Kinan mengusulkan warung ini karena situasi kantongku
sedang menipis, dan Bu Retno selalu bersedia memotong satu dada ayam goreng nan
lezat itu menjadi dua agar kami bisa membayar separuhnya saja.
Kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh Laut merasa sangat senang ketika tokoh
Kinan menyarankan warung bu Retno yang

akan selalu bersedia memberikannya satu potong dada ayam goreng, sekalipun dalam
keadaan kantong yang menipis.

d. Mobil

Aku didorong masuk ke dalam mobil. Kiri kananku adalah Manusia Pohon dan Manusia
Raksasa yang biasa menjemput teman-temanku satu per satu entah ke mana. Sedangkan
si Mata Merah jelas duduk di depan karena aku bisa mencium aroma kretek dan sesekali
dengusannya jika si supir menyetir terlalu lamban. "Kita akan ke mana?" "Ke laut, sesuai
namamu. Ke kuburanmu!".
Kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh Laut didorong masuk ke dalam mobil dan
diapit oleh dua manusia kekar. Kemudian dibawanya Ia ke suatu tempat yang bernama
sama dengannya, yakni Laut.

Latar waktu yang terdapat dalam novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori
menggunakan latar waktu sebagai berikut :

a. Sore hari

Hari itu, aku tiba tepat pukul lima sore di depan pintu rumah. Di sebuah hari Minggu
matahari senja yang menggelincir mengusap-usap jendela yang dinaungi pohon kemboja
kuning.
b. Lusa

"Skripsimu dan skripsi Alex sudah dibawa Asmara beberapa bulan lalu, dibaca oleh Pak
Gondo. Rupaya beliau menyampaikan pada Pak Dekan dan meminta dispensasi agar
Alex dan kau menjalani ujian tertutup. Dan...ini..." Julius mengeluarkan sebuah tiket dari
kantungnya dengan tangan kiri, karena tangan kanannya sedang digunakan untuk makan,
"kau harus segera berangkat karena lusa adalah hari sidangmu."
c. Kemarin

Yang aku ingat, beberapa jam lalu, atau mungkin kemarin ketika mereka meringkusku
adalah tanggal 13 Maret 1998, persis bertepatan dengan ulang tahun Asmara.
d. Malam hari

Malam ini, setelah tiga bulan tak bersua, akhirnya kami semua bersiap mengelilingi meja
makan yang ditata dengan rapi oleh Bapak.
Latar suasana yang terdapat dalam novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori
menggunakan latar suasa sebagai berikut :

a. Khawatir

"Ibu jangan khawatir. Kami berdiskusi dengan aman..." Aku membantu mengangkat
piring ke basin dan menghindari pandangan Ibu yang mulai berkaca-kaca.

b. Kecewa
Aku berdiri dan sekilas melirik kedua orang tuaku yang menatapku dengan wajah yang
tak bisa kubaca. Sedih? Kecewa? Aku tak tahu. Akhir-akhir ini aku tak mampu membaca
apa yang ada dalam pikiran Bapak dan Ibu.

c. Takut
Suara debur jantungku seolah bersatu menjadi sebuah orkestra rasa takut kami bersama.
d. Santai
Aku menghela napas melihat Ibu dan Bapak dengan santai mendengarkan berita itu
sambil mengiris-iris nangka muda dan memeras kelapa. Mbak mar hanya melirik padaku
dan memahami betapa sulitnya kami berkomunikasi, khususnya jika topik pembicaraan
yang menyangkut Mas Laut.
e. Tegang

"Ya, seperti biasanya, tersenyum-senyum pahit. Padahal kami bertiga tegang dan siap
menghadapi risiko apa pun. Tapi dia kan memang sering begitu, cengar-cengir seolah tak
bersalah dan tak ada beban. Anti klimaks.".
f. Panik

Ibu tampak setengah panik, mungkin mengira si Dandung Gondrong itu pemakai morfin
mengingat kedua lengan yang kurus dengan kemeja yang dilinting itu.
g. Takjub

Ketika Asmara mengajak Dandung mengerjakan pekerjaan rumah fisik bersama di ruang
tengah, kami semakin takjub.

h. Mencekam
Ketika terdengar bentakan tentara yang mulai menyisir rumah petani paling ujung, Kinan
memberanikan diri mengintip jendela dan langsung menuju lampu teplok. Dia
mematikannya satu per satu. Kini kami duduk di atas tikar dalam keadaan gelap dan
mencekam.

i. Gaduh
Di antara kegaduhan itu, aku hanya bisa menangkap cerita bahwa ibunda Sunu kami
biasa memanggilnya Bu Arum yang biasa membatik mengatakan, dia yakin Sunu diam-
diam mampir ke rumahnya.
j. Bergurau

Beberapa kali aku menyampaikan, dengan setengah bergurau, para aktivis tak perlu
bermimpi Indonesia akan pernah mengalami People's Power seperti EDSA.

IV. Tokoh dan Penokohan

Tokoh Biru laut

Tokoh Biru Laut digambarkan sebagai tokoh yang pekerja keras, penuh
semangat, pencemas, serta pemberani dalam memperjuangkan suatu hal yang
dianggapnya benar.

Pekerja Keras dan Penuh Semangat

"Sejak peristiwa menghilangnya Ibu Ami, aku mengatakan pada Bapak bahwa aku tak
bisa diam saja melihat keadaan seperti ini. Jawaban Bapak, itulah sebabnya kita
dilahirkan sebagai orang Indonesia. Kalimat Bapak melekat dalam diriku hingga kini itu
kuartikan bahwa kita harus selalu mencoba berbuat sesuatu, meyalakan sesuatu, sekecil
apapun dalam kegelapan di negeri ini."
Kutipan diatas menggambarkan bahwa Laut memiliki sifat pekerja keras dan penuh
semangat, ia akan selalu mencoba untuk mewujudkan keinginannya.

Cemas/Khawatir

“Tiba-tiba saja ruang makan menjadi sepi dan tak nyaman. Aku membayangkan semua
kawan-kawanku mana mungkin mereka intel. Naratama? Itu lain lagi. Dia memang
menyebalkan. Tapi intel?"
"Aku tidak menjawab, karena sebetulnya mulai bulan depan memang secara resmi
kutinggalkan. Asmara dan aku berputar-putar debat soal geografi dan lokasi, tapi
sesungguhnya dia sedang menegur kegiatanku yang menyerempet bahaya.”
Kutipan diatas menggambarkan bahwa Laut memiliki sifat pencemas, ia selalu
berimjinasi dan selalu mencemaskan orang-orang disekitarnya.

Pemberani

"Peristiwa ini sama sekali tak mengurangi militansiku, atau kawan-kawan yang lain, aku
melirik Julius yang sedari tadi tak bersuara."
"Gerakan mahasiswa ginatra sudah dideklarasikan secara serentak dibeberapa kota. Kaki
rasanya gatal jika kami hanya berdiskusi sepanjang abad tanpa melakukan tindakan
apapun."
Kutipan diatas menggambarkan bahwa Laut memiliki sifat pemberani, ia tidak takut
akan apapun sekalipun itu mengancam keselamatan dirinya sendiri.

Tokoh Kasih Kinanti

Tokoh Kasih Kinanti digambarkan sebagai tokoh yang selalu optimis, memiliki
jiwa pemimpin, serta bijaksana dalam berpikir.

Optimis

"Indonesia tidak memerlukan AS, Laut. Cukup kelas menengah yang melek politik dan
aktivis yang tak lelah menuntut. Untuk itu, kita harus lihat kekompakan perlawanan
mahasiswa pada peristiwa Kwangju." Demikian jawab Kinan dengan penuh semangat."
Kutipan di atas menggambarkan bahwa Kinan merupakan orang yang sangat
optimis, ia sangat yakin akan pemikirannya dan yakin akan berhasil melawan musuhnya.

Pemimpin

Aku meninggalkan keduanya yang masih beradu pendapat dan menjenguk dapur di
belakang yang menghadap kebun pemilik rumah ini juga meninggalkan sebuah kompor,
sebuah lemari piring dan sebuah meja makan yang mungkin lebih sering digunakan untuk
mengelola bahan makanan, "Aku rasa kita ambil saja, Laut. Enam juta rupiah setahun,
jadi lebih murah daripada Palem Kecut," kata Kinan mengingat harga sewa di tempat
kami sebelumnya. "Ini tempat busuk cari yang lain saja!" kata Daniel dengan wajah
masam. "Lokasi sangat jauh dari mana-mana, banyak yang harus direnovasi dan sudah
jelas kita tidak punya dana sebesar itu"
Kutipan di atas menggambarkan bahwa Kinan memiliki sifat pemimpin, banyak
yang setuju dengan keputusan yang ia buat. Ia juga kerap ditanyakan mengenai langkah
yang harus dilakukan selanjutnya.

Bijaksana

Kinan menatap wajah Daniel yang tampaknya belum puas berteater. "Justru itu
kelebihannya, karena rumah hantu ini tersembunyi, kita akan aman. Rasanya para lalat itu
akan sukar menemukan desa ini. Kita bebas mendiskusikan buku siapa saja, apakah karya
Laclau atau Ben Anderson, atau bahkan novel pak Pramoedya akan menghirup udara
merdeka di sini."
Kutipan di atas menggambarkan bahwa Kinan sangat bijak, ia selalu turut andil
dalam setiap proses pengambil keputusan yang diperlukan.

Tokoh Asmara Jati


Tokoh Asmara Jati digambarkan sebagai tokoh yang cerdas, bijaksana, serta
tangguh dalam menghadapi setiap keadaan.

Cerdas
"Bagi Asmara, bahasa dan sastra adalah misteri ciptaan manusia. Sedangkan sains, fisika,
kimia, apalagi biologi dan ilmu alam mengandung misteri yang wajib diungkap
manusia."
Kutipan di atas menggambarkan bahwa Asmara merupakan orang yang cerdas, ia
cukup menguasai berbagai macam bidang.

Perasa

"Aku mencoba menyampaikan sebuah pendapat yang paling realistis, yang kusampaikan
dengan halus agar tak merontokkan tubuh Anjani yang sudah tipis dan ringkih termakan
kesedihan itu. "...Anjani menggeleng-geleng dengan kencang. Air matanya mulai
mengalir dan digosoknya dengan kasar."
Kutipan diatas menggambarkan bahwa Asmara memiliki sifat perasa, ia sangat
berhati hati dalam menyampaikan sesuatu. Ia tidak ingin melukai orang lain dengan kata-
katanya.

Tangguh

"Tanda-tandanya bagaimana Jan?" Aku berupaya menekankan kegelisahanku


membayangkan nasib abangku dan nasib Alex."
Kutipan di atas menggambarkan bahwa Asmara merupakan orang yang tangguh, ia
mampu menahan dan menerima kesedihan atas nasib kakaknya yang berada diambang
kematian.

Tokoh Anjani
Tokoh Anjani digambarkan sebagai tokoh yang merupakan kekasih Biru Laut
dan perempuan yang sangat pintar dalam membuat sketsa gambar. Ia mempunyai tiga
kakak laki-laki yang amat perhatian dan protektif pada dirinya. Anjani adalah perempuan
pertama yang dapat mencairkan hati Laut, terlebih saat pertama kali mereka berjumpa.
Anjani merupakan sosok yang percaya diri, intens, dan perpendirian teguh. Ketika ia
bersiteguh untuk terlibat, dia akan betul betul terlibat sepenuhnya pada apapun dan
siapapun yang ia kasihi.

Tokoh Naratama
Tokoh Naratama merupakan aktivis mahasiswa dan teman Laut yang
digambarkan sebagai sosok yang cerdas, suka mengkritik, mencela dan mencemooh
orang lain. Ia sering kali dianggap sebagai sosok yang negatif akibat sikap ceplas-
ceplosnya.

Tokoh Gusti Suroso


Tokoh Gusti digambarkan sebagai tokoh yang menggiati ranah fotografi, ia
berwatak dingin dan dermawan. Gusti digadang-gadang menjadi pengkhianat dalam
novel ini.

Tokoh Alex Perazon


Tokoh Alex merupakan teman seperjuangan Laut semenjak awal kuliah
digambarkan sebagai tokoh yang berwatak baik, sensitif dan sopan. Alex juga merupakan
kekasih dari adiknya Laut, yakni Asmara Jati, ia juga digambarkan mempunyai suara
yang merdu dan berbakat di bidang fotografi.

Tokoh Daniel Tumbuan


Tokoh Daniel merupakan aktivis mahasiswa dan teman Laut yang digambarkan
sebagai sosok yang kritis, cerewet, manja, dan suka mengeluh. Ia kerap kali mengeluhkan
hal-hal kecil yang terjadi disekitarnya,

Tokoh Sunu Dyantoro


Tokoh Sunu merupakan merupakan aktivis mahasiswa sekaligus teman
seperjuangan Laut semenjak awal kuliah. Sunu digambarkan sebagai tokoh yang
bijaksana, pendiam, suka membantu, dan perhatian.

Tokoh Bapak
Tokoh Bapak digambarkan sebagai tokoh yang penyayang, lembut, dan
pemberani.

Tokoh Gala Pranaya


Tokoh Gala Pranaya digambarkan sebagai tokoh yang pemberani, tidak mudah
putus asa, dan bijaksana.

Tokoh Ibu
Tokoh Ibu digambarkan sebagai tokoh yang pekerja keras, lembut, dan
penyayang terhadap anak-anak dan lingkungan sekitarnya.

Tokoh Arifin Bramantyo


Tokoh Bram merupakan aktivis mahasiswa dan teman Laut digambarkan
sebagai tokoh yang santun, pemberani, dan memiliki sikap semangat yang tinggi.

Tokoh Empat Sekelompok Penjahat


Tokoh Empat Sekelompok Penjahat digambarkan sebagai tokoh yang kejam
dan licik.

Tokoh Para Intel

Tokoh para intel digambarkan sebagai orang-orang keji yang tak punya
perasaan atau tak berperikemanusiaan.
V. Amanat

Novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori memang terlihat fiksi, tetapi nyatanya
perjuangan yang dilakukan oleh Laut dan kawan-kawannya adalah aksi nyata, yang mana
hal itu sebelumnya terjadi pula di lazim orde baru tahun 1998. Tentunya ada langkah
panjang yang tidak mudah dari para pejuang yang mereka perjuangkan demi bangsa yang
lebih baik di masa itu serta di masa depan. Para pejuang rela untuk jatuh lalu bangkit lagi
dengan harapan agar kelak di masa mendatang semua dapat berubah menjadi lebih baik.
Dari semua perjuangan tersebut, banyak yang dapat kita petik dan teladani serta
mensyukuri dengan kehidupan sekarang ini, yang mana lebih baik dari masa sebelumnya.
Berikut amanat yang dapat kita petik dari novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori:

-Jangan pernah takut untuk berjuang melawan ketidakadilan walaupun berkali-kali harus
menerima kekerasan dan penyiksaan.

-Jangan pernah menyerah dalam memperjuangkan sesuatu yang patut untuk


diperjuangkan.

-Jangan mudah percaya dengan orang lain walaupun itu teman sendiri karena bisa jadi
orang terdekatlah yang menjadi musuh dalam selimut.

5.Unsur ekstrinsik
 Latar belakang masyarakat
Novel Laut Bercerita berlatar belakang sosial budaya dan peristiwa sejarah pada
rentang tahun 1991-2000, berkisah tentang perjuangan aktivis mahasiswa
bernama Biru Laut dalam upayanya bersama rekan-rekan sesama mahasiswa
menggulingkan kediktatoran pemerintahan yang berkuasa lebih dari 3 dekade
pada saat itu di Indonesia. Biru Laut adalah implementasi dari aktivis-aktivis
mahasiswa pada masa itu yang ikut menyuarakan kepentingan-kepentingan rakyat
yang ditindas oleh pemerintah yang otoriter. Pelarian dari satu tempat ke tempat
yang lain dalam mencari keamanan diri dari kejaran aparat hingga ketiadaan
kabar atau hilangnya aktivis-aktivis mahasiswa merupakan narasi sejarah yang
dihadirkan di dalam novel Laut Bercerita. Banyaknya kebijakan-kebijakan yang
diputuskan dan tidak berpihak kepada rakyat juga menjadi persolan yang diangkat
di dalam novel Laut Bercerita ini.

 Latar belakang pengarang


Leila S. Chudori berprofesi sebagai jurnalis. Tulisan-tulisan Leila S. Chudori
banyak mengangkat persoalan tentang politik, sejarah, hak asasi manusia, sosial,
ekonomi, dan budaya di dalam karyanya. Hal ini sangat kentara sekali lewat isu
dan permasalahan yang dihadirkan Leila di dalam karya-karyanya. Novel pertama
Leila S. Chudori berjudul Pulang menceritakan kisah hidup tahanan politik (tapol)
yang menghabiskan hidupnya di Prancis pasca peristiwa 30 September 1965 di
Indonesia. Novel Pulang berhasil meraih penghargaan Khatulistiwa Literary
Award pada tahun 2013. Kemudian melalui novel Laut Bercerita, Leila S.
Chudori mengisahkan peristiwa besar di dalam sejarah Indonesia melalui gerakan
aktivis mahasiswa 1998.

 Nilai nilai di masyarakat


Didalam novel tersebut ada nilai nilai di masyarakat yaitu nilai agama, nilai
sejarah, nilai sosial, nilai moral, dan nilai nasionalisme.

6. Jenis jenis novel dan alasan


 Novel rekon faktual
Alasan: karena memuat kejadian faktual

7. Nilai nilai yang terkandung


 Nilai sosial
Nilai sosial yang terdapat dalam novel ini terdapat dalam sikap laut yang berjuang
untuk memanusiakan manusia dari segala aspek. Selain itu ini merupakan teguran
bagi pemerintah bahwa mereka aktivis yang sengaja dihilangkan juga layak
mendapatkan keadilan.Nilai moral
mengenalkan Jeng Yah sebagai Jeng Yah melongo sejenak, takpercaya. Lalu ia
mengangguk mantap. Sejak itu, Sersan Sentot gadis kretek kepada rekan
sejawatnya. Ia melinting beberapa tingwe untukpara TNI Dijelaskannya pula,
bahwa Kretek Merdeka! tak ada hubungannya.

 Nilai agama
Novel ini mengajarkan kita untuk memasrahkan diri terhadap sang maha pencipta
dan tidak lupa untuk terus beribadah.

 Nilai estetis
Didalam novel tersebut tidak ada nilai estetis

 Nilai Nasionalisme
Nilai nasionalisme mereka ketika bergotong royong, bersoladaritas setia, dan
dapat dipercaya dalam memperjuangkan hak-hak anak bangsa. Mereka yang tak
gentar menghadapi kematian jika itu demi menjadikan Indonesia lebih baik lagi
dimasa depan.
8.teladan yang bisa diambil

Kita harus berperikemanusiaan, berhati-hati terhadap sesuatu, dan selalu bersat u


dan solid dalam berbagai hal.

Anda mungkin juga menyukai