Anda di halaman 1dari 5

Novel Laut Bercerita Karya Leila Salikha Chudori

Sumber : https://images.app.goo.gl/iVmzBybZSVYa1evM6

Judul buku : Laut Bercerita

Penulis buku : Leila Salikha Chudori

Penerbit buku : Kepustakaan Populer Gramedia

Tahun terbit : 2017

Jumlah Halaman : 394 halaman

Pendahuluan
Laut Bercerita adalah novel karya penulis asal Indonesia bernama Leila
Salikha Chudori. Ia juga merupakan seorang wartawan di majalah Tempo.
Novel terbitan tahun 2017 ini, mengangkat tema persahabatan, percintaan,
kekeluargaan, dan rasa kehilangan. Dengan berlatarkan waktu di tahun 90-
an dan 2000, novel ini mampu membius para pembacanya untuk
menerobos ruang masa lalu dan kembali melihat peristiwa yang terjadi di
tahun yang bersangkutan.
Dengan kata lain, novel setebal 394 halaman ini, mengingatkan para
pembacanya akan era-era reformasi di tahun 1998 yang bernas akan
kepahitan dan kekejaman bagi para pembela rakyat. Leila selaku penulis
memang menegaskan bahwa novel ini hanya historical fiction tetapi ia
menulis berdasarkan pada fakta yang ada. Hal itu karena sebelum Leila
mulai menulis novel ini, ia melakukan riset wawancara terlebih dahulu
secara langsung pada korban yang berhasil kembali atau kerabat korban.
Tidak hanya itu, sang penulis juga mengaku bahwa ia memerlukan
penyelidikan mendalam terkait karakter dari tokoh-tokoh yang ada, tempat
serta peristiwa yang sudah berlalu.
Berdasarkan hal-hal itulah yang membuat novel ini seakan hidup saat
dibaca. Kemudian, untuk menyelesaikan novel ini, kurang lebih memakan
waktu 5 tahun. Menariknya, novel ini berhasil digarap ke dalam bentuk film
pendek yang berdurasi kurang lebih 30 menit dan disutradarai Pritagita
Arianegara.
Sinopsis Novel Laut Bercerita
Laut bercerita ini menceritakan terkait perilaku kekejaman dan
kebengisan yang dirasakan oleh kelompok aktivis mahasiswa di masa Orde
Baru. Tidak hanya itu, novel ini pun merenungkan kembali akan hilangnya
13 aktivis, bahkan sampai saat ini belum juga ada yang mendapatkan
petunjuknya.
Cerita dalam novel Laut Bercerita terbagi menjadi dua bagian dengan
jarak waktu yang jauh berbeda. Adapun bagian pertama diceritakan melalui
sudut pandang tokoh bernama Biru Laut beserta para kawan sesama
aktivisnya seraya menyelesaikan visi atau tujuan mereka. Sementara pada
bagian kedua, kisahnya diambil dari sudut pandang Asmara Jati, adik dari
Laut yang mempunyai tujuan atau visi yang cenderung berlainan dengan
Laut.

Penokohan dalam Novel Laut Bercerita


Apabila ditelaah secara saksama, ada karakter tokoh dalam novel Laut
Bercerita yang dirasa tidak asing dan tampak nyata, seperti halnya,
karakter Mas Gala.

Di dalam karakter Mas Gala seakan kita melihat seorang Wiji Thukul,
yakni seorang penyair dan aktivis Hak Asasi Manusia asal Indonesia yang
turut serta dalam melawan berbagai penindasan di zaman Orde Baru dan
dirinya dinyatakan hilang pada tahun 1998.
Mengapa bisa ada kesamaan antara karakter tokoh dalam novel ini dengan
kejadian nyata?
Hal itu karena Lela S. Chudori selaku penulis novel Laut Bercerita merasa
terinspirasi atas kejadian penculikan dan kasus penghilangan paksa yang
terjadi di tahun 1998 lalu. Bahkan, sebelum menuliskan novel ini, penulis
telah melakukan riset wawancara dengan salah satu aktivis yang pernah
diculik pada tahun 1998. Maka dapat dikatakan bahwa sebagian besar
kisah dalam novel ini berdasar pada kisah nyata.
Kemudian, Anjani merupakan kekasih Biru Laut dan perempuan yang
sangat pintar dalam membuat sketsa gambar. Ia mempunyai tiga kakak
laki-laki yang amat perhatian dan protektif pada dirinya. Anjani adalah
perempuan pertama yang dapat mencairkan hati Laut, terlebih saat
pertama kali mereka berjumpa.
Mungkin ada beberapa dari kalian berpikir bahwa yang akan menjadi
kekasihnya Biru Laut, yakni Kinan sebab dirinya bisa dikatakan perempuan
yang cukup dekat dengan Laut. Akan tetapi, nyatanya sosok Anjani yang
menjadi kekasih Laut.
Kemudian, tokoh Alex dan Sunu yang merupakan teman seperjuangan
Laut semenjak awal kuliah. Lalu, ada sosok Bima menjadi pemimpin dalam
aksi atau gerakan yang hendak mereka rencanakan. Ada pula Gusti yang
menggiati ranah fotografi, layaknya Alex. Akan tetapi, keduanya memiliki
perbedaan dari gaya memotretnya. Tak lupa, Alex juga merupakan kekasih
dari adiknya Laut, yakni Asmara.
Jakarta, Mei 1998. Lintang Utara, puteri Dimas dari perkawinan dengan
Vivienne Deveraux, akhirnya berhasil memperoleh visa masuk Indonesia
untuk merekam pengalaman keluarga korban tragedi 30 September
sebagai tugas akhir kuliahnya. Apa yang terkuak oleh Lintang bukan
sekedar masa lalu ayahnya dengan Surti Anandari, tetapi juga bagaimana
sejarah paling berdarah di negerinya mempunyai kaitan dengan Ayah dan
kawan-kawan ayahnya.
Bersama Sedara Alam, putera Hananto, Lintang menjadi saksi mata apa
yang kemudian menjadi kerusuhan terbesar dalam sejarah Indonesia:
kerusuhan Mei 1998 dan jatuhnya Presiden Indonesia yang sudah berkuasa
selama 32 tahun.
Keunggulan Novel Laut Bercerita
Keunggulan sebuah karya novel, tentu menjadi kebanggaan tersendiri
bagi si penulis. Hal itu membuktikan bahwa dalam karya tulisnya, ada
sesuatu yang ‘tidak biasa’ di mata para pembaca.
Leila S. Chudori selaku penulis novel Laut Bercerita telah berhasil
menetapkan tema dalam novel ini. Tema yang diusungnya mengenai
kemanusiaan pada era Orde Baru yang mana sepantasnya novel ini
memperoleh predikat sebagai novel dengan genre historical fiction terbaik.
Visualisasi karakter dan suasana dalam novel ini tampak sungguhan
alias nyata. Terlebih, bagian di mana Laut beserta teman-temannya disiksa
dan diperlakukan tidak manusiawi. Lalu, hal yang terpenting adalah novel
ini berdasarkan kisah nyata pengalaman dari para aktivis yang sempat
hilang dan diculik pada Maret tahun 1998 lalu, kemudian 9 berhasil kembali
dan 13 lainnya dinyatakan hilang.
Lalu, novel Laut Bercerita bersifat edukatif. Hal itu dibuktikan bahwa di
dalamnya memuat pengetahuan sejarah rezim Orde Baru, sejarah
pergerakan dalam menegakkan keadilan sosial, dan asas demokrasi.
Dengan begitu, setelah selesai membaca novel ini, ada banyak
pengetahuan mengenai sejarah yang akan kalian dapatkan.
Selain itu, di balik suksesnya sebuah novel, tentu ada moral value yang
dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari. Dalam novel ini, salah satunya
adalah cara agar seorang manusia dapat memanusiakan manusia dari
segala aspek. Tak hanya itu, novel Laut Bercerita dapat menjadi bahan
teguran untuk negeri ini bahwa masih ada hal yang belum terselesaikan.
Mereka, para aktivis atau orang-orang yang sengaja dihilangkan, layak
untuk memperoleh dan mendapatkan bentuk keadilan.
Adapun cerita yang dihidangkan pun mengandung sedikit teka-teki, hal
itu yang membuat para pembaca menjadi semakin penasaran akan akhir
dari cerita novel ini. Pilihan kata dan penggunaan bahasa terbilang mudah
dipahami sebab tak adanya istilah atau ungkapan asing yang menjadikan
para pembaca sukar memahami isi cerita.

Kelemahan Novel Laut Bercerita


Laut Bercerita memang bisa dikatakan sebagai novel dengan genre
historical fiction yang sungguh luar biasa. Akan tetapi ada sedikit
kekurangan atau kelemahan dalam novel ini, seperti alur cerita yang
digunakan ialah alur campuran atau maju mundur. Apabila para pembaca
yang belum terbiasa dengan alur tersebut, akan cenderung kesulitan atau
bingung. Hal itu karena dibutuhkannya sikap fokus dan pemahaman secara
saksama supaya dapat mengikuti alur cerita dengan baik.
Pesan Moral dan Kesimpulan Novel Laut Bercerita
Meski kisah yang dituangkan dalam novel ini terlihat fiksi, tetapi
nyatanya perjuangan yang dilakukan oleh Laut dan kawan-kawannya
adalah aksi nyata yang mana hal itu sebelumnya terjadi pula di rezim Orde
Baru 1998. Tentunya ada langkah panjang dari para pejuang bangsa ini
yang harus mereka tempuh. Hal itu tidak serta merta dilalui dengan mudah,
tentu ada berbagai kesulitan yang mereka perjuangkan demi bangsa ini
serta dipertunjukkan di masa sekarang.
Para pejuang rela untuk jatuh, lalu bangkit dengan harapan agar kelak
di masa mendatang, semua tidak sama layaknya di zaman mereka. Dari
semua perjuangan itu, banyak yang dapat kita petik dan teladani, serta
mensyukuri dengan kehidupan sekarang ini yang mana lebih baik dari masa
sebelumnya.
Dalam novel Laut Bercerita ada bentuk yang dapat kita nikmati di
masa sekarang ini apabila dibandingkan di masa tokoh Laut, tepatnya di
rezim Orde Baru 1998. Bentuk itu adalah kebebasan berpendapat yang
terjamin, tetapi hal tersebut harus diiringi pula dengan suatu bentuk
kontribusi. Suatu bentuk kebebasan berpendapat itu pun juga tidak dapat
dilontarkan begitu saja apabila tidak ada bukti yang valid.
Selain hal-hal di atas, tentu masih ada banyak amanat yang dapat
kalian ambil dalam novel ini. Maka dari itu, buku Laut Bercerita sangat
direkomendasikan dan sangat layak untuk dibaca. Kisah yang dialami oleh
tokoh Laut dan rekan-rekannya yang hilang di rezim Orde Baru pun tidak
akan habis termakan waktu. Sebab memang kenyataan hal itu terjadi di
negeri ini, bahkan hilangnya beberapa aktivis di masa 1998 tidak ada titik
temu hingga saat ini.
Novel fiksi terkait sejarah Indonesia ini, secara implisit menyadarkan
kita agar jangan sekali-sekali melupakan sejarah kelam di negeri ini.
Dengan sistem demokrasi, seharusnya pemerintah siap menerima hak
kritik dari para rakyatnya dengan segala kebijakan yang dibangun. Apabila
tidak, tentu banyak terselip berbagai rahasia dan teka-teki, seperti kejadian
di era 1998 yang masih menjadi sebuah tanda tanya besar.

Anda mungkin juga menyukai