Anda di halaman 1dari 25

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................1

IDENTITAS NOVEL ..............................................................................................2

LATAR BELAKANG PENULIS ............................................................................2

GAMBARAN UMUM ............................................................................................3

SINOPSIS NOVEL ..................................................................................................6

KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN NOVEL..............................................10

UNSUR INTRINSIK .............................................................................................11

1. Tema ...........................................................................................................11

2. Tokoh dan Penokohan ................................................................................11

3. Perwatakan .................................................................................................12

4. Latar ...........................................................................................................17

5. Alur.............................................................................................................19

6. Sudut Pandang ............................................................................................19

7. Amanat .......................................................................................................20

UNSUR EKSTRINSIK ..........................................................................................20

1. Biografi Pengarang .....................................................................................20

2. Situasi dan Kondisi.....................................................................................21

3. Nilai-Nilai...................................................................................................22

1
UNSUR KEBAHASAAN......................................................................................23

1. Gaya Bahasa/Majas ....................................................................................23

2. Ungkapan/Idiom .........................................................................................24

3. Peribahasa...................................................................................................25

SIMPULAN ...........................................................................................................25

SARAN ................................................................................................................25

2
I. Identitas Novel

Judul Buku : Jejak Langkah

Penulis Buku : Pramoedya Ananta Toer

Penerbit Buku : Lentera Dipantara

Tempat Terbit : Multi Karya II/26 Utan Kayu, Jakarta Timur

Tahun Terbit : 1985 (Hasta Mitra), Oktober 2006 (Percetakan Grafika


Mardi Yuana, Bogor)

Jumlah halaman : 724 halaman

ISBN : 979-97312-5-9

II. Latar Belakang Penulis Menulis Novel Jejak Langkah

Kenapa novel ini perlu dibuat, karena Pram melihat pengajaran


sekolah semata tidak cukup untuk membudayakan kecintaan bangsa pada
sejarah pergerakan nasional untuk mencapai kemerdekaan. Dan Pram juga
beranggapan semua ucapan tentang patriotisme, kecintaan pada tanah air dan
bangsa, baik itu melalui pembicaraan, pidato, nyanyian atau pun deklamasi
ini tinggal slogan tanpa isi, tidak edukatif, dan juga tidak jujur.

3
Untuk menyelamatkan novel Tetralogi, karena Pram menulis novel
tersebut ketika masih di dalam penjara. Pram dibantu oleh sahabatnya yang
bernama Prof. Mr. G.J. Resink, biasa di panggil Pram dengan “ Han”.
Karena Resink, yang juga menyelamatkan naskah Perburuan dan Keluarga
gerilja. Resink, menyelundupkan naskah novel itu keluar penjara, demikian
pula yang terjadi pada novel Tetralogi.

Novel Tetralogi tersebut terdiri dari empat jilid, jilid yang pertama
berjudul Bumi Manusia, Anak semua bangsa, Jejak langkah, kemudian
Rumah Kaca. Setiap jilid tersebut saling berkait satu sama lain. Empat novel
tersebut, kira-kira berkisar sejumlah 1600 halaman. Makanya diperlukan
pemisahan-pemisahan, sehingga pembaca tidak akan jenuh.

Tokoh protagonis dalam novel tersebut bernama Minke, namun


sebenarnya tokoh Minke tersebut adalah perwujudan dari Tirto Adhi Suryo,
nasionalis angkatan pertama, yang sampai waktu itu kurang mendapat
perhatian dalam penulisan sejarah nasional , Tirtoadhisoerjo telah jadi
wartawan pada usia 21 tahun, dan dia adalah wartawan pertama kali di
Indonesia.

Novel ini juga menggambarkan lahirnya organisasi-organisasi


besar, yang mempengaruhi perjalanan perjuangan Indonesia dalam meraih
kemerdekaan. Seperti Boedi Oetomo, Serikat Dagang Indonesia, Serikat
Islam dan masih banyak lagi. Hingga perjuangan-perjuangan organisasi-
organisasi tersebut dan latar belakang lahirnya organisasi.

III. Gambaran Umum Isi Novel Jejak Langkah

Tetralogi Pulau Buru ditulis sewaktu Pramoedya Ananta Toer


masih mendekam dalam camp kerja paksa tanpa proses hukum pengadilan di
Pulau Buru. Sebelum dituliskan, roman ini diceritakan ulang oleh penulisnya
kepada teman-temannya di pulau tersebut. Hal itu mengisyaratkan dua hal,

4
kesatu bahwa penulisnya memang menguasai betul cerita yang dimaksud.
Kedua, agar cerita tersebut tidak menghilang dari ingatan yang tergerus oleh
datang perginya peristiwa dan seiring usia yang kian meringsek ke depan.

Tetralogi mengambil latar kebangunan dan cikal bakal nasion


bernama Indonesia di awal abad ke-20. Dengan membacanya, waktu kita
dibalikkan sedemikian rupa dan hidup di era membibitnya pergerakan
nasional mula-mula.

Pram memang tidak menceritakan sejarah sebagaimana terwarta


secara objektif dan dingin yang selama ini diampuh oleh orang-orang
sekolahan. Pram juga berbeda dengan penceritaan kesilaman yang lazim
sebagaimana terskripta dalam buku-buku pelajaran sekolah yang memberi
jarak anata pembaca dan kurun sejarah yang tercerita. Dengan gayanya
sendiri, Pram coba mengajak, bukan saja ingatan, tapi juga pikir, rasa, bahkan
diri untuk bertarung dalam golak gerakan nasional awal abad. Karena itu,
dengan gaya kepengarangan dan bahsa Pram yang khas, pembaca diseret
untuk mengambil peran diantara tokoh-tokoh yang ditampilkannya.

Hadirnya roman sejarah ini bukan saja menjadi pengisi sebuah


episode berbangsa yang berada di titik persalinan yang pelik dan menentukan,
namun juga mengisi isu kesusasteraan yang sangat minim menggarap periode
pelik ini. Karena itu hadirnya roman ini memberi bacaan alternatif kepada
kita untuk melihat jalan dan gelombang sejarah secara lain dan dari sisinya
yang berbeda. Mungkin pembaca ada yang mengatakan bahwa novel tak lebih
hanya bangunan khayal penulisnya. Akan tetapi, roman ini disandarkan
penulisnya lewat sebuah penelusuran dokumen pergerakan awal abad 20 yang
kukuh dan ketat.

Tetralogi ini merupakan roman empat serial: Bumi Manusia, Anak


Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca. Pembagian dalam format
empat buku ini bisa juga kita artikan sebagai pembelahan pergerakan yang
hadir dalam beberapa episode.

5
Kalau roman bagian pertama, Bumi Manusia, merupakan periode
penyemaian dan kegelisahan; roman kedua Anak Semua Bangsa, adalah
periode observasi atau turun ke bawah mencari serangkaian spirit lapangan
dan kehidupan arus bawah pribumi yang tak berdaya melawan kekuatan
raksasa Eropa; maka roman ketiga ini, Jejak Langkah, adalah
pengorganisasian perlawanan.

Minke memobilisasi segala daya untuk melawan bercokolnya


kekuasaan Hindia yang sudah berabad-abad umurnya. Namun Minke tak pilih
perlawanan bersenjata. Ia memilih jalan jurnalistik dengan membuat
sebanyak-banyaknya bacaan Pribumi. Yang paling terkenal tentu saja Medan
Prijaji. Dengan koran ini, Minke ingin mengembalikan agensi kepada rakyat
Pribumi tiga hal: meningkatkan boikot, berorganisasi, dan menghapuskan
kebudayaan feodalistik.

Perpaduan jurnalistik dan organisasi, tak hanya membangkitkan


nasionalisme di setiap kantong perlawanan di daerah, tapi juga menusuk para
pembesar Belanda tepat di pusatnya. Itu pula modal awal negeri ini untuk
bersuara kepada dunia tentang apa yang sebenarnya terjadi di Negeri Angin
Selatan ini di bawah genggaman imperialisme Negeri Angin Utara. Lewat
langkah jurnalistik, Minke berseru-seru: “Didiklah rakyat dengan organisasi
dan didiklah penguasa dengan perlawanan.”

IV. Sinopsis Novel

Minke, seorang anak bupati dari provinsi jawa timur adalah


seorang pribumi yang banyak mengecap pendidikan Eropa. Hal ini membuat
pandangannya berbeda dari pandangan kaum pribumi kebanyakan. Ia adalah
seorang pekerja keras, pandai, dan pantang menyerah. Tidak seperti
kebanyakan pribumi yang dalam Bahasa Jawa disebutkan sebagai bangsa
yang “Alon-alon waton klakon dan Ntrimo ing pandum“ (sedikit-sedikit asal
tetap berjalan dan menerima apa adanya).

6
Minke memasuki sekolah STOVIA, sekolah dokter Jawa. Baru
sehari ia berada di asrama, ia sudah membuat ulah. Perpeloncoan yang
dilakukan oleh para seniornya membuat Minke marah. Dulu, saat awal Minke
memasuki asrama, belum ada sehari sudah ada yang meneriakinya “Lihat ini!
Hanya anak dusun busuk berkopor lebih busuk semacam ini.”. Kopor Minke
di tendang olehnya. Minke tidak terima. “Tuan-tuan,” teriaknya, “Jangan
kopornya. Ini orangnya. Boleh coba, satu-satu atau berbareng.” Perpeloncoan
itu dirasa keterlaluan oleh Minke. Minke dilucuti tanpa pakaian di dalam
kamar, kemudian dijadikan sebagai bahan olok-olokkan. Minke tidak bisa
mengendalikan amarahnya. Ia meninju salah seorang seniornya hingga dua
giginya rontok. Kejadian ini tidak membuat para senior marah, tetapi justru
membuat mereka sadar setelah Minke mengatakan bahwa tidak pantas
seorang intelek berbuat semacam itu.

Hari demi hari dilalui oleh Minke di dalam asrama. Sering sekali
Minke mendapat teguran dari direktur asrama karena ketidak disiplinannya.
Sedari remaja Minke sudah aktif mengikuti perkumpulan dan pertemuan-
pertemuan. Ia juga aktif dalam menulis. Sampai pada suatu hari, Ter Haar
seorang jurnalis De Locomotief mengajak Minke menghadiri pertemuan di
kamar bola dengan Ir. Van Kollewijn anggota tweede kamer dari golongan
liberal, pelopor politik etik yang pro pribumi. Dalam pertemuan ini
membahas mengenai kasus yang menimpa Trunodongso.

Suatu hari Minke dititipi surat oleh sahabatnya dari Tionghoa.


Sahabat itu pernah ditolong oleh Minke ketika menghadapi kesulitan untuk
memperjuangkan nasionalisme di Cina. Melalui surat itu, terjadilah
perkenalan antara Minke dengan Ang Sang Mei, seorang gadis Tionghoa
yang mengabdikan dirinya untuk nasionalisme Cina.

Pertemuan demi pertemuan sering mereka lakukan. Sampai pada


suatu hari Ang Sang Mei jatuh sakit dan dirawat oleh Minke hingga sembuh.
Sekian waktu berjalan membuat mereka jatuh hati. Dengan masih

7
menyandang status sebagai pelajar STOVIA, Minke melamar Ang Sang Mei.
Kesibukannya bersama sang istri membuat Minke sering menduakan
sekolahnya. Akibatnya pelajaran Minke mulai ketinggalan, dan karena
nilainya yang jelek, ia dikeluarkan dari STOVIA dan harus mengganti semua
biaya asrama dan biaya belajarnya selama ini.

Penyakit yang diderita Mei semakin lama semakin parah, ditambah


lagi dengan aktivitasnya sebagai seorang pergerakan yang semakin padat. Hal
ini membuatnya kalah melawan penyakit tersebut. Mei meninggal dalam usia
yang masih cukup muda. Ketika akan meninggalkan suaminya, Mei
mengatakan bahwa ia ingin Minke merealisasikan perjuangan bangsanya
dengan cara membuat organisasi. Semangat yang ditiupkan istrinya membuat
semangat Minke berkobar.

Dalam masa-masa inilah Minke berkeinginan untuk membuat suatu


organisasi yang beranggotakan para pribumi. Organisasi yang Minke harap
bisa memajukan para kaum pribumi. Minke mulai mendekati para petinggi
dan mengajak untuk mendirikan organisasi pribumi. Bupati Serang yang dia
nilai berpikiran modern diajak hadir dalam pertemuan untuk mendirikan
sebuah organisasi. Ternyata si bupati arogan dan feodalis sehingga dia
menolak. Minke lalu menemui patih Meester Cornelis yang mendukungnya.
Wedana Mangga besar Thamrin Mohammad Thabrie juga mendukung.
Syarikat Prijaji berdiri. Sayang perkembangan Syarikat kurang pesat. Minke
juga mendirikan koran Medan Prijaji. Ada rubrik hukum diasuh oleh Mr. D.
Mahler yang menangani kasus kesewenangan di perusahan kereta api,
perkebunan, kantor gubermen, dan lain lain.

Dengan adanya Medan gerakan pribumi semakin berkembang. Di


Nederland ada Indische Studenten Vereeniging. Tomo dari STOVIA
membuat Boedi Oetomo yang berkembang pesat. Minke bahkan sempat
berpikir bahwa Boedi Oetomo tak akan berkembang karena hanya khusus
orang Jawa. Minke menginginkan organisasi yang terbuka bagi siapa saja.

8
Gerakan Boikot menarik perhatiannya. Medan menuliskan tentang boikot dan
hal ini menarik perhatian dari seorang Princess van Kasiruta, anak Sultan
Kasiruta.

Princess van Kasiruta ingin mengembangkan gagasan boikot di


Kasiruta. Minke merasa tertarik dengan Princess van Kasiruta dan
menjadikannya istri ketiganya. Princess van Kasiruta bertugas menjadi
pemimpin redaksi majalah wanita yang telah ditawarkan Minke sejak
pertemuannya diawal. Hal ini menimbulkan kesan tersendiri bagi Princess
van Kasiruta.

Setelah Syarikat Prijaji gagal berkembang, Minke tak menyerah.


Minke mendirikan Syarikat Dagang Islam yang bebas untuk semua. SDI
bukan untuk golongan priyayi tapi pedagang, dan berwatak bangsa ganda
bukan eksklusif Jawa, jadi mencakup semua golongan Indisch. SDI
berkembang dengan pesat, berkat dukungan dari Medan pula. Bahkan Minke
kini mampu membeli sebuah gedung di Kwitang.

Pemberitaan Medan yang membahas mengenai hukum mendapat


masalah. Bahkan, De Knijppers sebuah gang yang di pimpin oleh Robert
Shuurhof teman Minke ketika masih di Surabaya yang mempunyai dendam
kepada Minke mengancamnya agar membubarkan SDI. De Knijppers selalu
membuat masalah dengan SDI namun hal ini tidak pernah terekspos ke media
agar masalahnya tidak semakin meluas. Minke melaporkan hal ini ke asisten
residen soal bentrokan tidak pernah mendapatkan tanggapan. Hal ini
membuat Minke berkesimpulan bahwa yang dilakukan De Knijppers
didukung oleh gubermen.

Minke menulis di Medan mengenai masalah yang menyangkut


dengan pabrik gula yang akan menurunkan biaya sewanya terhadap petani.
Tindakan ini membuat Minke mendapatkan ancaman dari De Zweep.
Sedangkan SDI sendiri pecah menjadi dua kubu. Pertama Syarikat Dagang

9
Islamiyah dan kubu Minke Syarikat Dagang Islam. SDI pendukung Minke
lebih banyak dan anggotanya terus berkembang pesat.

Melalui Medan, Minke mempublikasikan mengenai masalah


Tengku Djamiloen orang Aceh yang diperlakukan di luar hukum oleh
gubermen. Hal ini menyebabkan kantor redaksi Medam disegel. Terror dari
De Zweep terus berlangsung. Puncaknya adalah ketika istri Minke menembak
anggota De Zweep demi melindungi Minke. Namun karena tidak adanya
bukti mengenai siapa yang melakukan penyerangan kasus ini pun ditutup.

SDI terus berkembang. Haji Samadi diangkat menjadi ketua SDI.


Minke berkeinginan untuk memperluas lagi SDI. Sehingga, Minke akan
melakukan propaganda bagi dunia internasional. Medan yang sempat ditutup
akhirnya dibuka kembali dan dikelola oleh Sandiman, Marko dan
Frischboten. Pada akhir cerita, Medan membuat Kritikan tajam kepada
Gubermen yang menyebabkan Minke ditangkap di rumahnya untuk
diasingkan ke luar Jawa.

V. Keunggulan Novel

 Fisik
- Perbandingan ukuran tulisan dan buku novel baik, sehingga tidak
menyulitkan pembaca dalam menikmatinya.
 Nonfisik
- Novel jejak langkah ini mempunyai alur maju sehingga
memudahkan pembaca mengurutkan peristiwa sejarahnya
- Walaupun tidak membaca sambungan novel sebelumnya, pembaca
masih bisa mengerti isi cerita novel
- Bila terdapat kata populer pada zaman belanda, di novel terdapat
cukup catatan kaki.

10
VI. Kelemahan Novel

 Fisik
- Cover buku kurang menarik
- Novel ini sangat tebal sehingga tidak cocok untuk dibawa
berpergian
 Nonfisik
- Novel tidak memiliki daftar isi sehingga pembaca bingung cara
melihat halaman
- Di dalam novel, banyak sekali kata-kata belanda yang sulit
dimengerti

VII. Analisis Unsur Instrinsik Novel

1) Tema

Novel Jejak Langkah


Tema Utama Tema sampingan Bukti Kalimat
Menyuburkan Kehidupan Telah aku sediakan diri jadi
Pergerakan seorang penulis organisator. Jadi dalang dengan
Nasionalisme muda cerita pembangunan landasan
organisasi bangsa ganda untuk jadi
bangsa tunggal. Jadi Brahmana dan
Sudra sekaligus. (hlm. 547)

2) Tokoh dan Penokohan

Novel Jejak Langkah


Tokoh Penokohan
Minke Protagonis
Partotenejo Protagonis
Ang San Mei Protagonis

11
Ter Haar Protagonis
Jenderal Van Heutsz Antagonis
Ibu Badrun Protagonis
Bunda Protagonis
Sadiman Protagonis
Wardi Protagonis
Prinses Protagonis
Mir Frischboten Protagonis
Hendrick Protagonis
Ayah Protagonis
Robert Shuurhorf Antagonis
Marko Protagonis

3) Perwatakan

Novel Jejak Langkah


Tokoh Perwatakan Bukti Kalimat
Minke Pemberani Kubebaskan kedua
belah tanganku dan
mulai menyerang.
(hlm. 17)
Cerdas “Harap tuan mengerti, hanya karena
nilai baik
dalam ijazah tuan saja
keterlambatan masih
dimaafkan.” (hlm. 12)
Patuh pada ibu “Ampun, bunda, ampun, ampun” (hlm.
75)
Aku berjanji akan minta
ijin tidur di luar asrama

12
malam ini. (hlm. 77)
Kurang disiplin “Semestinya tuan masuk tahun lalu
bukan? sekarang pun tuan terlambat.”,
“Kan Tuan sendiri yang sudah
menyetujui perjanjian dengan sekolah
untuk patuh
pada tata tertib?” (hlm. 78)
Partotenejo Baik Partotenejo alias Patrokleooo dengan
giat
tanpa pamrih membantu aku mengejar
ketinggalanku. (hlm. 61)
Penakut Dia adalah orang yang tidak berani
melawan kalau orang-orang itu
mengganggunya.
Ang San Mei Setia Aku lari memburu. Mereka berjalan
sejajar
dan tidak terlalu dekat. Tiba-tiba aku
lihat
temannya menarik tangan Mei, dan
istriku
menyingkirkan tangan itu. (hlm. 217)
Terbuka Mengherankan keterbukaan gadis ini.
(hlm. 96)
Penurut “Dulu dia memang baik, penurut, selalu
tinggal di rumah pada waktunya.
Sekarang jarang kelihatan dan
nampaknya lebih suka di jalanan.” (hlm.
218)
Aktif Suka keluar malam dengan kegiatan
yang

13
tidak jelas.
Ter Haar Loyal pada teman Dengan menulis, dengan pengalaman
sebanyak itu, lahir dan batin.
Nampaknya ia
akan jadi siswa yang cukup maju, Tuan.
(hlm. 25)
Memotivasi “Beruntung datang lagi surat dari Ter
Minke Haar itu, yang menaikkan kembali
semangatku” (hlm. 277)
Arif Temanku itu nampaknya arif juga akan
ketidaktahuanku. (hlm. 31)
Jenderal Ramah Van Heutsz Nampak mulai tersinggung.
Van Heutsz Tawanya hilang, keramahannya lenyap.
Kumisnya berayun-ayun. (hlm. 51)
Ibu Badrun Baik “Denmas, ibu tidak mengerti. Mengapa
denmas pilih tempat ini. Kan disini
tidak ada gadis cemekel. Apa perlu ibu
carikan untuk teman minum?” (hlm. 73)
Bunda Lemah lembut Suaranya yang lemah lembut menderu
menyambar-nyambar, lebih perkasa dari
petirnya para dewa, lebih ampuh dari
mantra semua dukun, suara dari seorang
ibu
yang mencinta. (hlm. 75)
Perhatian “Aku datang terpanggil oleh
kesengsaraanmu, nak. Surat-suratku tak
ada yang kau balas selama ini” (hlm.
76)
“Carilah istri, seorang gadis jawa sejati,
biar

14
ada yang meringankan penderitaanmu”
(hlm. 80)
Penyayang “Kasihan, kau, nak, tersiksa benar
karena
pertanyaan bunda. Lihat Bunda tak
menuntut apa-apa darimu. Asal Bunda
dapat melihat kau berbahagia, rasanya
lebih berbahagia lagi” (hlm. 83)
Sadiman Baik Pada hari-hari berikutnya ia
membuktikan diri seorang pembantu
yang baik. Begitu
aku bangun tidur, surat kabar telah
tersedia di dekat kopi dan sarapan di
ruang depan. (hlm. 272)
Setia Wardi dan Sandiman, yang mengetahui
sesuatu, mengirinkan di belakangku.
(hlm. 333)
Atau Sandiman atau Marko yang
mengawal. Keduaduanya tidak rela
melepas aku berjalan sendiri. (hlm. 574)

Wardi Setia Wardi dan Sandiman, yang mengetahui


sesuatu, mengiringkan di belakangku.
(hlm. 333)
Marko Pekerja keras Dalam beberapa bulan Marko telah
menunjukkan kemampuan luarbiasa.
Dari
seorang pembersih kantor dan penjaga
keamanan, ia telah dapat handset
sendiri. (hlm. 529)

15
Setia Atau Sandiman atau Marko yang
mengawal. Keduaduanya tidak rela
melepas aku berjalan sendiri. (hlm. 574)
Penurut “set semua ini, Marko. Muat sebagai
cerita
bersambung. Jangan ada halaman cecer
atau rusak. Tak bakal ada gantinya.
Keselamatan naskah ini adalah juga
keselamatan jiwamu
sendiri. Baik Tuan. Akan kubela naskah
ini Tuan.” (hlm. 623)
Prinses Pemberani “Jangan injak rumahku tanpa ijinku.
Akhiri
kunjungan tuan-tuan ini atau kutembak
tanpa ampun.” (hlm. 593)
Mir Perhatian Mir dan Sandiman mengantarkan aku
Frischboten dengan taksi ke Buitenzorg. Mir duduk
di belakang menjaga aku dan Sandiman
bersama sopir. (hlm. 647)
Hendrick Jujur “Frischboten seorang juri yang jujur,
dia akan membantumu sepenuh hati”
(hlm. 363)
Ayah Keras Kini ia tidak mearasa terhina duduk
sama tinggi dengan anak dan
menantunya. Untuk pertama kali
ayahanda tidak merasa rugi tidak
mendapat sembah. Mungkin ia sudah
merasa: di masa cucunya kelak sembah
akan hilang dari bumi dan manusia
Jawa, tinggal yang berhati budak masih

16
melakukannya. (hlm. 171)
Robert Penipu Ditemukannya penulis surat palsu
Shuurhorf membuktikan adanya seorang yang
samar-samar mendalangi perbuatan ini.
Orang itu adalah : Robert Shuurhof.
(hlm. 377)

4) Latar

Novel Jejak Langkah


Latar
Bukti Kalimat
Waktu Tempat Suasana
Betawi Akhirnya bumi Betawi
terhampar di bawah kaki,
kuhirup udara darat dalam-
dalam. (hlm. 1)
Abad 20 Memasuki alam Betawi
memasuki abad duapuluh,
juga kau, sembilanbelas!
Selamat tinggal! (hlm. 1)
S.T.O.V.I.A Hanya satu alamat aku
kenal;
S.T.O.V.I.A ini. Betapa
menyakitkan. (hlm. 12)
Kamarbola Kamarbola De Harmonie
De Harmonie itu
mempesonakan. Besar,
megah
mewah. (hlm. 12)
Haru Belum lagi selesai bicara

17
segera aku jatuhkan diri ke
lantai melihat bunda
mengucurkan air mata dan
pandangnya dibuang ke
langit melalui jendela. (hlm.
74)
Rumah Ibu Rumah Ibu Badrun ternyata
Badrun cocok juga untuk
mengucilkan
diri. Kemari juga surat-
suratku
dialamatkan. Dan kemari
juga
Bunda datang menegok. Itu
terjadi setelah tujuh bulan
belajar. Sehabis jam
pelajaran
siang. (hlm. 73)
Sore hari Perpustakaan Di perpustakaan sore itu,
hanya karena iseng, ku
buka-buka bundle
Lembaran Negara. (hlm.
91)
Jepara Perjalanan kami selanjutnya
adalah ke Jepara. (hlm.
144)
Malam hari Istana Pada malam yang telah
Rijswijk ditentukan bersama istri aku
ikut hadir di istana
Rijswijk. (hlm. 165)

18
Jam 2 Jam dua malam aku baru
malam selesai dan langsung
menuju
Kwitang. (hlm. 214)
di Pendopo Suatu hari yang indah
Patih Meester dalam hidupku, Tuhan telah
Cornelis membimbing aku
memimpin
rapat di Pendopo Patih
Meester Cornelis. (hlm.
290)
Beberapa Beberapa hari kemudian
hari berangkatlah aku ke
kemudian Yogyakarta. Desember
(Desember 1908. (hlm. 402)
1908)

5) Alur

Menggunakan alur maju, pengungkapan cerita berjalan maju sesuai


urutan waktu. Cerita novel berawal dari abad duapuluh pada tahun 1901
dan berlanjut ke tahun-tahun berikutnya.

6) Sudut Pandang
Menggunakan sudut pandang orang pertama pelaku utama. Penulis
menggunakan sudut pandang sebagai orang pertama yang terlibat langsung
dalam cerita serta menceritakan cerita berdasarkan sudut pandangnya
sendiri.
Bukti kalimatnya yaitu, Aku datang untuk jaya, besar dan sukses.
(hlm. 1) dan Aku tidak menggeragap. Alhamdulilah. Aku satu-satunya

19
pribumi dan satu-satunya bocah. Kehormatan dari seorang Jenderal
penakluk Aceh, kata orang, adalah kehormatan juga. Kurasai Ter Haar
menyinggung kakiku dengan sepatunya. (hlm. 52)

7) Amanat
Novel ini mengamanatkan pentingnya berorganisasi, bersekolah,
dan menulis bagi bangsa pribumi untuk menambah pengetahuan sekaligus
untuk mengumpulkan kekuatan dalam melawan bangsa Belanda.
Bukti kalimatnya adalah Apa harus ku perbuat sekarang?
Perjuangan di jaman modern. Tiba-tiba aku teringat pada katakata Ter
Haar di atas kapal dulu membutuhkan cara-cara yang modern pula:
berorganisasi. Menjadi raksasa, kata dokter Jawa pensiunan itu. Juga Mei.
Dengan bagian-bagian tubuh yang lebih kuat dari jumlah perorangan yang
tergabung di dalamnya. Mulailah berorganisasi! Kan hatimu bukan padang
Pasir? (hlm. 255)

VIII. Analisis Unsur Ekstrinsik Novel

1) Biografi Penulis
Pramoedya Ananta toer, anak sulung bapak Mastoer dan Ibu Oemi
Saidah. Ayahnya yang lahir pada 5 Januari 1896 berasal dari kalangan
yang dekat dengan agama Islam, seperti misalnya jelas dari nama orang
tuanya, Imam Badjoeri dan Sabariyah. Ayah Mastoer menjadi naib di
sebuah desa di Kediri: mula-mula di Plosoklaten, Pare, kemudian di
Ngadiluwih.
Sedangkan ibunya adalah anak penghulu Rembang yang lahir pada
tahun 1907 dari selirnya, setelah melahirkan anak, selirnya itu diceraikan
dan diusir dari kediaman penghulu. Anak selir itu bernama, Oemi Saidah,
diasuh dalam keluarga Haji Ibrahim dan Hazizah. Saidah lulus HIS pada
1922, namun tidak mendapat izin melanjutkan studi ke Van
Deventersscholl (sekolah kerajinan untuk gadis) di Semarang seperti yang

20
diharapkannya, sebab sudah bertunangan dengan guru Toer yang tidak
bersedia menunda perkawinan pak Toer yang umurnya baru 15 tahun.
Pramoedya Ananta Toer lahir di Blora, jawa tengah 6 Februari
1925 . Pram begitu mencintai ibunya, menurut Pram ibunya dianggap
sebagai “wanita satu-satunya di dunia ini yang kucintai dengan tulus,
dikemudian hari menjadi ukuran Pram dalam menilai setiap wanita’ dan
yang tidak kalah penting Pram juga mencintai neneknya, ibu kandung
ibunya. Maka tidak heran jika banyak sekali dalam novel-novel Pram
menampilkan tokoh perempuan.
Walaupun ayahnya menolak untuk menyekolahkan Pram, tetapi
Pram masih sempat belajar kejuruan radio di Surabaya, berkat usaha
ibunya yang mulai berdagang padi dan lain-lain. Namun pada hari ujian
akhir terdengar kabar yang mengejutkan, pesawat terbang jepang
menyerang pelabuhan Pearl Harbour, dengan demikian Perang Dunia II
juga mulai berkobar di daerah Asia Timur dan Lautan Pasifik.
Pramoedya Ananta Toer memperoleh 16 penghargaan, antara lain
Penghargaan Balai Pustaka (1951) dan tahun 1995 menerima Hadiah
Magsaysay dari Filipina. Pengukuhan Pramoedya Ananta Toer sebagai
penerima hadiah tersebut menimbulkan pro dan kontra di kalangan
masyarakat pada saat itu, mengingat sejarah masa silamnya. Hal itu yang
menjadi dasar Mochtar Lubis mengembalikan hadiah yang sama yang
diterimanya tahun 1958. Sementara itu, Yayasan Magsaysay memberikan
penghargaan kepada Pramoedya dengan alasan bahwa Pram dinilai
berhasil melakukan pencerahan dengan cerita yang bernas tentang sejarah
kebangkitan dan kehidupan modern masyarakat Indonesia.

2) Situasi dan Kondisi


Untuk menyelamatkan novel Tetralogi, karena Pram menulis novel
tersebut ketika masih di dalam penjara. Pram dibantu oleh sahabatnya
yang bernama Prof. Mr. G.J. Resink, biasa di panggil Pram dengan “
Han”. Karena Resink, yang juga menyelamatkan naskah Perburuan dan

21
Keluarga gerilja. Resink, menyelundupkan naskah novel itu keluar
penjara, demikian pula yang terjadi pada novel Tetralogi.

3) Nilai-nilai

Novel Jejak Langkah


Nilai-nilai Bukti kalimat
Adat Istiadat (Pejudian) “Penduduk sini, laki-laki perempuan,
pada gila bertaruh. Segala bangsa,
tuan, persabungan ayam, domba,
dadu, capjiki, sampai-sampai
pertarungan kadal” (halaman 6)
Sosial (Manusia Modern) “Orang akan jadi taklukan semua
kekuatanyang bekerja di luar dirinya
di dunia ini. Aku manusia modern,
telah kubebaskan semua dekorasidari
tubuh, dari pandangan.” (halaman 3)
Pendidikan (Sangat Diperhatikan) “Dalam saku dalam baju tutupku
tersimpan rapi 2 lembar kertas pokok:
Ijazah sekolah dan surat panggilan
dari sekolah dokter, sesam, bukan
3Novel Jejak Langkah (Pramoedya
Ananta Toer)
hanya batavia, juga sekolah dokter ini
harus bukakan pintu bagiku”
(halaman 7)

IX. Unsur Kebahasaan

1) Gaya Bahasa

22
Novel Jejak Langkah
Gaya bahasa Bukti kalimat
Repetisi Selamat tinggal, kau, laut. Selamat tinggal semua yang
telah terlewati. Kau pun tak terkecuali, selamat tinggal.
(hlm. 1)
Aku malu pada bumi di bawah kakiku, pada langit di
atasku, pada semua manusia di lingkunganku. (hlm.
575)
Di balik hidup adalah maut. Di balik persatuan adalah
kehancuran. (hlm. 575)
Metafora Sekarang bahkan menukik jatuh bersama panji-
panjinya sekali: jadi pesakitan hanya karena hendak
membangun kejayaan dalam satu malam, Seperti
Bandung Bondowoso membangun prambanan. (hlm. 1)
Dalam keadaan seperti burung kehujanan aku
tandatangani surat perjanjian sebagai eleve. (hlm. 14)
Hatinyaseperti padang pasir sahara, kering kerontang.
Laut pun akan hilang terhisap bila dituangkan. (hlm.
59)
Hiperbola Laut pun akan hilang terhisap bila dituangkan. (hlm.
59)
Ai, hatiku mekar sebesar gunung. (hlm. 368)
Tinggal aku seorang kini menggapai-gapai,
bergerayangan maju dalam kegelapan. (hlm. 400)
Personifikasi Gelas-gelas itu berdiri sejajar seperti dua kekasih
kesepian. (hlm. 108)
Guruh mendehem-dehem dan petir mengerjap-erjap
pusing sendiri. Hujan tumpah tanpa bercadang. (hlm.
108)
Sarkasme Mereka tak tahu apa-apa kecuali mencari rejeki dan

23
membiakkan diri. Oh, makhluk-makhluk dalam
peternakan! (hlm. 266)
Binatang buas itu telah mengundang dekat ke
kandangnya. Agar mudah keluar masuk sarangnya.
(hlm. 345)
Antonomasia Dan kembali aku jadi si philogynik yang dulu. (hlm.
93)
Simile Dan..., oleh sesuatu yang aku tidak fahami dan hanya
aku rasai, telah hilang laksana tersulap, seakan kami
berdua keluar dari satu pabik sama yang bernama
jaman baru. (hlm. 100)
Tropen Berbahagia kau jadi Putri Matahari. (hlm. 107)
Dia memang pemuda berlian yang gilang-gemilang.
(hlm. 124)

2) Idiom
 Lidah apinya telah mengecam Pemerintah Hindia yang telah
menghukum gantung seorang Cina Cibinong. (hlm. 91)
 Jelas engsel leher belum berkarat. (hlm. 93)
 Ia tak lanjutkan kata-katanya yang bisa membikin keonaran hati. (hlm.
112)
 Adakah dia seorang yang berpenyakit menular, atau dia memang anak
sulit? (hlm. 120)
 Dalam mata batinku muncul Ibu Badrun. (hlm. 127)
 Nada suaranya semakin mengiris hati. (hlm. 147)
 Mungkin suara hatinya yang gelisah. (hlm. 150)

3) Peribahasa
 "Panjang kenikmatan manusia tidak melebihi lima belas sentimeter."
(hlm. 441)

24
 "Tak mau ikut dengan kemajuan? akan ikut terinjak-injak jadi kasut."
(hlm. 555)

X. Simpulan

Novel Jejak Langkah adalah novel sastra klasik yang lumayan sulit
dipahami pembaca. Novel ini menceritakan bahwa pentingnya
berorganisasi, bersekolah, dan menulis bagi bangsa pribumi untuk
menambah pengetahuan sekaligus untuk mengumpulkan kekuatan dalam
melawan bangsa Belanda. Di masa sekarang, pembaca dituntun untuk lebih
mensyukuri dan menghargai apa yang sudah diperjuangkan pada zaman
penjajahan dulu.

XI. Saran

Penulis menyarankan untuk pembaca agar berhati-hati dalam


menerjemahkan kata-kata yang mengandung majas, idiom, dan pribahasa.
Gunakan sumber yang valid untuk menerjemahkan kalimat tersebut. Novel
ini cocok untuk seseorang yang berburu sejarah dari sudut pandang yang
berbeda. Penulis tidak mengajurkan para pembaca untuk melewat bagian
atau halaman dalam membaca novel ini, karena novel ini lumayan sulit
dimengerti.

25

Anda mungkin juga menyukai