Anda di halaman 1dari 2

LAUT BERCERITA

Laut Bercerita menceritakan terkait perilaku kekejaman dan kebengisan yang dirasakan oleh kelompok
aktivis mahasiswa di masa Orde Baru. Tidak hanya itu, novel ini pun merenungkan kembali akan
hilangnya 13 aktivis, bahkan sampai saat ini belum juga ada yang mendapatkan petunjuknya. Cerita
dalam novel Laut Bercerita terbagi menjadi dua bagian dengan jarak waktu yang jauh berbeda. Adapun
bagian pertama diceritakan melalui sudut pandang tokoh bernama Biru Laut beserta para kawan sesama
aktivisnya seraya menyelesaikan visi atau tujuan mereka. Sementara pada bagian kedua, kisahnya
diambil dari sudut pandang Asmara Jati, adik dari Laut yang mempunyai tujuan atau visi yang cenderung
berlainan dengan Laut.

Kisah dan narasi akan diceritakan melalui perspektif Biru Laut. Laut adalah seorang mahasiswa program
studi Sastra Inggris di Universita Gadjah Mada, Yogyakarta. Ia sangat menggeluti dunia sastra dan
tentunya tidak sedikit buku sastra klasik yang dimilikinya, baik itu buku sastra bahasa Indonesia maupun
bahasa Inggris. Laut gemar membaca berbagai buku karangan Pramoedya Ananta Toer yang ketika itu
peredarannya dilarang di Indonesia. Hal itu yang menekatkan dirinya secara diam-diam untuk
memfotokopi buku-buku tersebut di salah satu tempat yang disebut sebagai fotokopi terlarang. Mulai
dari sana, dirinya bertemu dengan Kinan, salah satu mahasiswa FISIP yang memperkenalkan Laut akan
organisasi Winatra dan Wirasena. Setelah ikut bergabung dengan organisasi Winatra, Laut jadi semakin
menggiatkan aktivitas diskusi buku bersama rekan-rekan seorganisasi nya. Bukan hanya buku, melainkan
beberapa konsep yang hendak mereka lakukan untuk menentang doktrin pemerintah di negara ini yang
telah dipimpin oleh satu presiden selama lebih dari 30 tahun. Kegiatan Laut tidak hanya berdiskusi di
organisasinya, ia juga gemar menulis. Laut kerap menuangkan gagasannya ke dalam bentuk tulisan,
kemudian tulisan itu ia kirim agar dapat dimuat oleh media cetak harian. Laut juga beberapa kali bekerja
sebagai translator, misal, penerjemah dari novel bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Dalam novel ini,
diceritakan bahwa Laut beserta rekan-rekannya melaksanakan beberapa aksi atau gerakan untuk
membela rakyat yang telah diambil haknya oleh pemerintah, salah satunya “Aksi Tanam Jagung
Blangguan”. Akan tetapi, jauh sebelum mereka melakukan aksi tersebut, Laut bersama teman-temannya
berdiskusi terlebih dahulu yang dikenal sebagai diskusi kwangju. Dari situlah, awal mula Laut dan rekan-
rekannya mengetahui dan mengenal arti dari sebuah pengkhianatan. Diskusi kwangju yang semestinya
berlangsung baik dan lancar justru terhambat karena adanya intel yang secara tiba-tiba mendatangi
markas mereka. Namun, tidak ada yang tahu pelaku yang membocorkan diskusi mereka. Beberapa
anggota dari organisasi Winatra sedikit menaruh curiga pada Naratama sebab dirinya tidak pernah
tampak saat penangkapan dilakukan, tetapi itu hanyalah dugaan mereka. Belum diketahui kebenaran
yang sesungguhnya seperti apa. Sesudah melancarkan aksi tanam jagung di Blangguan, Laut beserta
rekan-rekannya kembali ke terminal. Mereka berpisah-pisah, ada yang ke Pacet, kemudian ada yang ke
Yogyakarta. Saat berada di ruang tunggu bis, terdapat sekelompok orang mencurigakan yang mengintai
mereka. Hingga akhirnya, Laut, Bram, dan Alex, sementara yang lainnya entah melarikan diri ke mana.
Laut, Bram, dan Alex dibawa ke suatu tempat, semacam markas tentara. Di markas, sekelompok orang
itu menginterogasi Laut, Bram, dan Alex. Tidak hanya diinterogasi, mereka pun diperlakukan secara tidak
manusiawi, seperti disiksa, diinjak, dipukul, dan disetrum. Pertanyaan sekelompok orang tersebut tidak
lain adalah siapa dalang atas aktivitas yang mereka lakukan. Setelah kurang lebih dua hari satu malam,
penganiayaan dan penyekapan itu pun berakhir. Laut, Bram, dan Alex dikembalikan ke terminal
Bungurasih. Di terminal Bungurasih, Laut, Bram, dan Alex dijemput oleh kedua kakak dari Anjani.
Mereka bertiga dibawa dan ditempatkan ke sebuah tempat yang aman di Pacet. Di sana ada Daniel,
Kinan, Anjani, beserta teman-teman yang lain menunggu mereka. Singkatnya, Laut diringkus lagi oleh
sekelompok orang yang tidak dikenal, tepatnya tanggal 13 Maret 1998. Semenjak mereka menjadi
buronan di tahun 1996 sebab organisasi Winatra dan Wirasena dikatakan berbahaya bagi pemerintah
kemudian Sunu, Mas Gala, dan Narendra secara tiba-tiba hilang. Kemudian, lambat laun beberapa
rekan-rekan yang lain pun hilang entah ke mana. Lalu, sekarang Laut disusul oleh Alex dan Daniel yang
menghilang. Saat penculikan dan penyekapan itu, mereka memperoleh siksaan yang sangat tidak
manusiawi, bisa dikatakan sangat sadis dan biadab. Mereka semua dipukuli, disiram dengan air es,
disetrum, digantung dengan kaki yang berada di atas dan kepala berada di bawah, ditelentangkan di
atas batangan es yang sangat dingin, serta penyiksaan lainnya. Di bagian pertama, tidak hanya
membicarakan terkait aktivitas Laut dan teman-temannya dalam pergerakan yang hendak mereka jalani,
melain ada pula sisipan kisah antara Laut dan anggota keluarganya. Saat Laut dan teman-temannya
menghilang, semua kehidupan mereka dan orang-orang terdekat mereka pun senantiasa berubah. Sejak
Laut kuliah di Yogyakarta, ia dengan bapak, ibu, dan Asmara (adiknya Laut) semakin jarang berkumpul
bersama. Oleh sebab itu, bapaknya memutuskan bahwa hari Minggu adalah hari bersama untuk
keluarga mereka, tidak boleh ada yang mengganggu. Saat makan malam adalah hal yang paling menarik
bisa dikatakan menjadi sebuah ritual bagi mereka. Di sana adanya kebersamaan dan kebahagiaan yang
terpancar dari wajah-wajah mereka. Tak hanya itu, novel Laut Bercerita juga menyisipkan kisah antara
laut dengan kegiatan kuliahnya, yakni sebagai seorang mahasiswa Sastra Inggris. Laut memang aktif di
organisasi Winatra itu, tetapi dirinya tidak lupa akan pelajaran kuliahnya. Hal itu terbukti bahwa dia
masih menyusun skripsi dan dapat menuntaskannya.

Anda mungkin juga menyukai