Anda di halaman 1dari 7

LEMBAR KERJA SISWA

RANCANGAN NOVEL

Nama : Muhammad Bagas Anugrah


Kelas : XII MIPA 4 (23)
KD : 4.9 Merancang Novel atau Novelet dengan Memerhatikan Isi
dan Kebahasaan.
Indikator : Menyusun novel berdasarkan rancangan dengan genre cerita sejarah

Lembar Penilaian Novel

INOVASI KEPADUAN KOMPLEKSITAS ORISINALITAS KEMATANGAN JUMLAH


INTELEKTUAL NILAI
(1—20) (1—20) (1—20) (1—20) (1—20)

Tabel Rancangan Novel

Judul

Tokoh dan Karakter

Tahapan Alur Kisah dan narasi akan diceritakan melalui perspektif Biru Laut. Laut adalah seorang
mahasiswa program studi Sastra Inggris di Universita Gadjah Mada, Yogyakarta. Ia sangat
menggeluti dunia sastra dan tentunya tidak sedikit buku sastra klasik yang dimilikinya, baik
itu buku sastra bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.

Laut gemar membaca berbagai buku karangan Pramoedya Ananta Toer yang ketika itu
peredarannya dilarang di Indonesia. Hal itu yang menekatkan dirinya secara diam-diam untuk
memfotokopi buku-buku tersebut di salah satu tempat yang disebut sebagai fotokopi
terlarang. Mulai dari sana, dirinya bertemu dengan Kinan, salah satu mahasiswa FISIP yang
memperkenalkan Laut akan organisasi Winatra dan Wirasena.

Setelah ikut bergabung dengan organisasi Winatra, Laut jadi semakin menggiatkan aktivitas
diskusi buku bersama rekan-rekan seorganisasi nya. Bukan hanya buku, melainkan beberapa
konsep yang hendak mereka lakukan untuk menentang doktrin pemerintah di negara ini yang
telah dipimpin oleh satu presiden selama lebih dari 30 tahun.

Kegiatan Laut tidak hanya berdiskusi di organisasinya, ia juga gemar menulis. Laut kerap
menuangkan gagasannya ke dalam bentuk tulisan, kemudian tulisan itu ia kirim agar dapat
dimuat oleh media cetak harian. Laut juga beberapa kali bekerja sebagai translator, misal,
penerjemah dari novel bahasa Inggris ke bahasa Indonesia.

Dalam novel ini, diceritakan bahwa Laut beserta rekan-rekannya melaksanakan beberapa
aksi atau gerakan untuk membela rakyat yang telah diambil haknya oleh pemerintah, salah
satunya “Aksi Tanam Jagung Blangguan”.

Akan tetapi, jauh sebelum mereka melakukan aksi tersebut, Laut bersama teman-temannya
berdiskusi terlebih dahulu yang dikenal sebagai diskusi kwangju. Dari situlah, awal mula
Laut dan rekan-rekannya mengetahui dan mengenal arti dari sebuah pengkhianatan.

Diskusi kwangju yang semestinya berlangsung baik dan lancar justru terhambat karena
adanya intel yang secara tiba-tiba mendatangi markas mereka. Namun, tidak ada yang tahu
pelaku yang membocorkan diskusi mereka. Beberapa anggota dari organisasi Winatra sedikit
menaruh curiga pada Naratama sebab dirinya tidak pernah tampak saat penangkapan
dilakukan, tetapi itu hanyalah dugaan mereka. Belum diketahui kebenaran yang
sesungguhnya seperti apa.

Sesudah melancarkan aksi tanam jagung di Blangguan, Laut beserta rekan-rekannya kembali
ke terminal. Mereka berpisah-pisah, ada yang ke Pacet, kemudian ada yang ke Yogyakarta.
Saat berada di ruang tunggu bis, terdapat sekelompok orang mencurigakan yang mengintai
mereka. Hingga akhirnya, Laut, Bram, dan Alex, sementara yang lainnya entah melarikan diri
ke mana.

Laut, Bram, dan Alex dibawa ke suatu tempat, semacam markas tentara. Di markas,
sekelompok orang itu menginterogasi Laut, Bram, dan Alex. Tidak hanya diinterogasi,
mereka pun diperlakukan secara tidak manusiawi, seperti disiksa, diinjak, dipukul, dan
disetrum. Pertanyaan sekelompok orang tersebut tidak lain adalah siapa dalang atas aktivitas
yang mereka lakukan.
Setelah kurang lebih dua hari satu malam, penganiayaan dan penyekapan itu pun berakhir.
Laut, Bram, dan Alex dikembalikan ke terminal Bungurasih. Di terminal Bungurasih, Laut,
Bram, dan Alex dijemput oleh kedua kakak dari Anjani. Mereka bertiga dibawa dan
ditempatkan ke sebuah tempat yang aman di Pacet. Di sana ada Daniel, Kinan, Anjani,
beserta teman-teman yang lain menunggu mereka.
Singkatnya, Laut diringkus lagi oleh sekelompok orang yang tidak dikenal, tepatnya tanggal
13 Maret 1998. Semenjak mereka menjadi buronan di tahun 1996 sebab organisasi Winatra
dan Wirasena dikatakan berbahaya bagi pemerintah kemudian Sunu, Mas Gala, dan Narendra
secara tiba-tiba hilang. Kemudian, lambat laun beberapa rekan-rekan yang lain pun hilang
entah ke mana. Lalu, sekarang Laut disusul oleh Alex dan Daniel yang menghilang.

Saat penculikan dan penyekapan itu, mereka memperoleh siksaan yang sangat tidak
manusiawi, bisa dikatakan sangat sadis dan biadab. Mereka semua dipukuli, disiram dengan
air es, disetrum, digantung dengan kaki yang berada di atas dan kepala berada di bawah,
ditelentangkan di atas batangan es yang sangat dingin, serta penyiksaan lainnya.

Di bagian pertama, tidak hanya membicarakan terkait aktivitas Laut dan teman-temannya
dalam pergerakan yang hendak mereka jalani, melain ada pula sisipan kisah antara Laut dan
anggota keluarganya. Saat Laut dan teman-temannya menghilang, semua kehidupan mereka
dan orang-orang terdekat mereka pun senantiasa berubah.

Sejak Laut kuliah di Yogyakarta, ia dengan bapak, ibu, dan Asmara (adiknya Laut) semakin
jarang berkumpul bersama. Oleh sebab itu, bapaknya memutuskan bahwa hari Minggu adalah
hari bersama untuk keluarga mereka, tidak boleh ada yang mengganggu. Saat makan malam
adalah hal yang paling menarik bisa dikatakan menjadi sebuah ritual bagi mereka. Di sana
adanya kebersamaan dan kebahagiaan yang terpancar dari wajah-wajah mereka.

Tak hanya itu, novel Laut Bercerita juga menyisipkan kisah antara laut dengan kegiatan
kuliahnya, yakni sebagai seorang mahasiswa Sastra Inggris. Laut memang aktif di organisasi
Winatra itu, tetapi dirinya tidak lupa akan pelajaran kuliahnya. Hal itu terbukti bahwa dia
masih menyusun skripsi dan dapat menuntaskannya.
Latar Waktu:

Tempat:

Suasana:

Amanat
Ringkasan gambaran
cerita novel

Anda mungkin juga menyukai