Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

Membaca menjadi sesuatu yang biasa bagi setiap remaja. Bukan hanya buku
pelajaran saja yang dibaca para remaja. Melainkan buku-buku lain seperti buku
sastra.
Dari sekian banyak bentuk sastra seperti esei, puisi, novel, cerita pendek,
atau drama, novellah yang paling banyak dibaca oleh para pembaca. Novel
merupakan bentuk karya sastra yang paling popular di dunia. Bentuk sastra ini
paling banyak beredar, karena daya komunikasinya yang luas pada masyarakat.
Sebagai bahan bacaan, novel dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu karya
serius dan karya hiburan. Novel dalam bentuk serius sering disebut dengan novel
sastra. Sedangakn novel sebagai karya hiburan banyak berupa novel remaja yang
sering disebut dengan novel teenlit.
Dalam kenyataannya minat baca novel sastra khususnya di kalangan remaja
saat ini sangat memprihatinkan. Remaja mengenal novel sastra hanya dalam
lingkup sempit. Mereka membaca dan mengenal sebuah karya sastra bukan dari
kesadaran mereka untuk mencoba mengenal.

Remaja saat ini membaca karya sastra hanya saat membaca soal yang
kebetulan memuat sebuah karya sastra.

Padahal di negara Indonesia banyak

memiliki pengarang-pengarang sastra yang hebat. Seperti Andrea Hirata dengan


Tetralogi Laskar Pelanginya, Habiburahman El Syraz dengan dwilogi Ketika
Cinta Bertasbih dan Ayat-ayat Cinta. Ataupun penulis sastra lama seperti Akhmad
Tohari dengan Ronggeng Dukun Paruk dan Nh Dini dengan karyanya yang
berjudul Pada Sebuah Kapal. Namun sayangnya remajanya sendiri bahkan tidak
mengetahui novel-novel sastra dari negaranya sendiri.
Novel lain yang berkembang di Indonesia adalah novel hiburan yang
banyak menyoroti masalah remaja. Novel tersebut biasa disebut dengan novel
teenlit. Berbeda dengan novel sastra, remaja lebih berminat membaca novel
teenlit.
Novel hiburan ini merupakan bacaan ringan yang menghibur dan novel
hiburan ini jauh lebih banyak ditulis dan diterbitkan serta lebih banyak dibaca
orang sebagai pembaca untuk jenis novel hiburan ini jumlahnya amat banyak
karena sifatnya yang personal.

BAB II
PENGERTIAN SASTRA

2.1

Pengertian Sastra
Menurut wikipedia, Sastra merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta

stra, yang berarti "teks yang mengandung instruksi" atau "pedoman", dari kata
dasar s- yang berarti "instruksi" atau "ajaran". Dalam bahasa Indonesia kata ini
biasa digunakan untuk merujuk kepada "kesusastraan" atau sebuah jenis tulisan
yang memiliki arti atau keindahan tertentu.
Sastra berasal dari kata castra berarti tulisan. Dari makna asalnya dulu,
sastra meliputi segala bentuk dan macam tulisan yang ditulis oleh manusia, seperti
catatan ilmu pengetahuan, kitab-kitab suci, surat-surat, undang-undang, dan
sebagainya.
Sastra dalam konteks kebudayaan, adalah ekspresi gagasan dan perasaan
manusia. Jadi, pengertian sastra sebagai hasil budaya dapat diartikan sebagai
bentuk upaya manusia untuk mengungkapkan gagasannya melalui bahasa yang

lahir dari perasaan dan pemikirannya. Dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi
menjadi sastra tertulis atau sastra lisan (sastra oral).
Dalam buku praktis bahasa Indonesia dijelaskan bahwa sastra ialah karya
tulis yang jika dibandingkan dengan karya tulis yang lain, memiliki ciri
keunggulan seperti keorisinalan, keartistikan, serta keindahan dalam isi dan
ungkapannya.
Menurut Djacob Sumardjo sastra adalah karya dan kegiatan seni yang
berhubungan dengan ekspresi dan penciptaan.
Menurut Jhon Van Luxemburg sastra merupakan sebuah nama yang dengan
atasan tertentu diberikan pada sejumlah hasil tertentu dalam suatu lingkungan
kebudayaan. Sedangkan menurut A. Teuw sastra adalah bentuk seni yang selalu
dalam bentuk ketegangan antara keterkaitan dan kebebasan pencipta.
Jadi, dari beberapa Pengertian Sastra di atas dapat disimpulkan bahwa sastra
adalah bentuk kreatif yang objektif tentang manusia dengan segala makna
kehidupan yang melingkupinya.
Suatu hasil karya baru dapat dikatakan memiliki nilai saastra bila di
dalamnya terdapat kesepadanan antara bentuk dan isinya. Bentuk bahasanya baik
dan indah, dan susunannya beserta isinya dapat menimbulkan perasaan haru dan
kagum di hati pembacanya.
Sastra memiliki beberapa jenis:

1. Sastra daerah, yaitu karya sastra yang berkembang di daerah dan


diungkapkan dengan menggunakan bahasa daerah.
2. Sastra dunia, yaitu karya sastra milik dunia yang bersifat universal.
3. Sastra kontemporer, yaitu sastra masa kini yang telah meninggalkan ciri-ciri
khas pada masa sebelumnya.
4. Sastra modern, yaitu sastra yang telah terpengaruh oleh sastra asing(sastra
barat)
Contoh-contoh karya sastra yang sering kita lihat sehari-hari adalah puisi,
cerpen, novel, drama, dan banyak lagi. Masing-masing karya sastra tersebut
memiliki ciri khas masing-masing dan isinya juga beragam tergantung si pembuat
karya sastra tersebut. Bisa saja isinya tentang kehidupan nyata si pengarang
ataupun tentang kritik sosial. Walaupun bermacam-macam isinya, asalkan
memiliki rasa keindahan, itu sudah dapat disebut karya sastra.
Ada tiga hal yang berkaitan dengan pengertian sastra, yaitu ilmu sastra,
teori sastra, dan karya sastra
a. Ilmu sastra adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki secara ilmiah berdasarkan
metode tertentu mengenai segala hal yang berhubungan dengan seni sastra.
Ilmu sastra sebagai salah satu aspek kegiatan sastra meliputi hal-hal berikut:

a) Teori sastra, yaitu cabang ilmu sastra yang mempelajari tentang asasasas, hukum-hukum, prinsip dasar sastra, seperti struktur, sifat-sifat,
jenis-jenis, serta sistem sastra.
b) Sejarah sastra, yaitu ilmu yang mempelajari sastra sejak timbulnya
hingga perkembangan yang terbaru.
c) Kritik sastra, yaitu ilmu yang mempelajari karya sastra dengan
memberikan pertimbangan dan penilaian terhadap karya sastra. Kritik
sastra dikenal juga dengan nama telaah sastra.
d) Filologi, yaitu cabang ilmu sastra yang meneliti segi kebudayaan untuk
mengenal tata nilai, sikap hidup, dan semacamnya dari masyarakat yang
memiliki karya sastra.
Keempat cabang ilmu tersebut mempunyai keterkaitan satu sama lain dalam
rangka memahami sastra secara keseluruhan.
b.

Teori sastra adalah asas-asas dan prinsip-prinsip dasar mengenai sastra dan
kesusastraan.

c.

Seni sastra adalah proses kreatif menciptakan karya seni dengan bahasa
yang baik, seperti puisi, cerpen/novel, atau drama.

2.2

Sejarah Sastra di Indonesia

Dalam sejarah sastra Indonesia dikenal istilah angkatan. Yang dimaksud


dengan angkatan adalah suatu usaha pengelompokan sastra dalam suatu masa
tertentu. Pengelompokan ini berdasar atas ciri khas karya yang dihasilkan pada
masa itu. Sastra Indonesia dibagi menjadi 4 golongan besar, yaitu:
a.

Angkatan Dua Puluhan (Balai Pustaka)


Disebut angkatan dua puluhan karena angkatan ini lahir pada tahun
1920-an dan disebut angkatan balai pustaka karena penerbit yang paling
banyak menerbitkan adalah Balai Pustaka. Balai pustaka didirikan tahun
1917 oleh Dr. Rinkes. Penerbit ini sangat berjasa bagi dunia sastra Indonesia
karena dengan adanya penerbit ini lahir berbagai macam karya sastra
terkenal.
Balai pustaka tidak hanya berperan pada masa tahun 1920-an saja
melainkan sampai masa-masa berikutnya bahkan sampai sekarang. Karya
yang paling terkenal pada masa ini adalah Siti Nurbaya karangan Marah
Rusli. Roman ini menceritakan tentang perjodohan yang masih banyak
dilakukan pada masa itu.
Beberapa karya sastra angkatan 1920-an adalah Azab dan Sengsara
(roman, tahun 1920 oleh Merari Siregar), Muda Teruna (roman, tahun 1922
oleh Moh. Kasim), Tak Putus Dirundung Malang (roman, tahun 1929 oleh
S.T. Alisyahbana)

b.

Angkatan Tiga Puluhan (Pujangga Baru)


Angkatan ini adalah angkatan yang lahir pada sekitar tahun 1933
sampai 1942. Disebut angkatan pujangga baru karena pada tahun 1933

terdapat majalah sastra yang terkenal, yaitu majalah Pujangga Baroe.


Karya-karya yang ditampilkan dalam majalah ini adalah puisi, cerpen,
novel, roman, atau drama-drama pendek.
Karya sastra pada angkatan ini berebda dengan karya sastra dengan
angkatan sebelumnya. Seni menurut mereka, harus mampu membangun
bangsa dan negara. Oleh karena itu, karya sastra angkatan ini lebih bersifat
dinamis, individualistis, dan tidak terikat tradisi.
Karya sastra yang lahir antara lain adalah Layar Terkembang (roman,
tahun 1936 oleh S.T. Alisyahbana), Anak Perawan di sarang Penyamun
(roman, tahun 1942 oleh S.T. Alisyahbana), Belenggu (roman, tahun 1940
oleh Armijn Pane), dan lain-lain.
c. Angkatan '45
Nama lain angkatan ini adalah agkatan pembebasan dan angkatan
Chairil anwar. Disebut angkatan Chairil Anwar karena besarnya jasa Chairil
Anwar dalam lahirnya angkatan ini.Karya-karya sastra angkatan ini sangat
berbeda dengan angkatan sebelumnya. Ciri-cirinya antara lain adalah bebas,
individualistis, universalistis, realistik, dan futuristik. Karya yang terkenal
dari angkatan ini adalah Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma
yangmerupakan kumpulaqn cerpen karya Idrus.
d. Angkatan Enam Puluh Enam
Nama angkatan ini diberikan oleh H.B. Jassin. Nama ini diberikan
untuk menamakan suatu kelompok sastra setelah angkatan '45. angkatan ini
muncul pada saat keadaan politik indonesia sedang kacau karena adanya

gerakan teror dari PKI. Karya sastra pada angkatan ini lebih banyak bersifat
protes terhadap keadaan yang kacau pada masa itu.
Beberapa karya sastra yang lahir pada angkatan ini adalah kumpulan
puisi oleh Taufik Ismail yang berjudul Tirani, drama karya Motinggo Busye
dengan judul Malam Jahanam, roman berjudul Pagar Kawat Berduri oleh
Toha mohtar, roman Pelabuhan Hati karya Titis Basino, dan lain-lain.
e. Karya Sastra Kontemporer
Sekitar tahun '70-an, muncul karya sastra yang lain daripada karya
sastra yang telah ada sebelumnya. Kebanyakan isinya tidak menekankan
pada makna kata. Kemunculan karya sastra ini dipelopori oleh Sutardji
Calzoum Bachri.

2.3

Pembagian Sastra
Karya sastra Indonesia dapat dibagi menjadi 2 menurut zaman pembuatan

karya sastra tersebut. Yang pertama adalah karya sastra lama indonesia dan karya
sastra baru Indonesia. Masing-masing karya memiliki ciri khas tersendiri.
Karya sastra lama adalah karya sastra yang lahir dalam masyarakat lama,
yaitu suatu masyarakat yang masih memegang adat istiadat yang berlaku di
daerahnya. Karya sastra lama biasanya bersifat moral, pendidikan, nasihat, adat
istiadat, serta ajaran-ajaran agama. Sastra lama Indonesia memiliki ciri-ciri:
1.

terikat oleh kebiasaan dan adat masyarakat

2.

bersifat istana sentris

3.

bentuknya baku

4.

biasanya nama pengarangnya tidak disertakan (anonim)


Bentuk Sastra lama indonesia adalah Pantun, Gurindam, Syair, Hikayat,

Dongeng, dan Tambo.


Karya sastra baru Indonesia sangat berbeda dengan sastra lama. Karya sastra
ini sudah tidak dipengaruhi adat kebiasaan masyarakat sekitarnya. Malahan karya
sastra baru Indonesia cenderung dipengaruhi oleh sastra dari Barat atau Eropa.
Ciri-ciri sastra baru Indonesia adalah:
1. Ceritanya berkisar kehidupan masyarakat
2. Bersifat dinamis (mengikuti perkembangan zaman)
3. Mencerminkan kepribadian pengarangnya
4. Selalu diberi nama sang pembuat karya sastra
Bentuk sastra baru Indonesia antara lain adalah Roman, Novel, Cerpen, dan
Puisi Modern.

2.3

Manfaat Sastra
Karya sastra pada dasarnya adalah sebagai alat komunikasi antara sastrawan

dan masyarakat pembacanya. Karya sastra selalu berisi pemikiran, gagasan,


kisahan, dan amanat yang dikomunikasikan kepada pembaca. Untuk menangkap
ini, pembaca harus mampu mengapresiasikannya.

10

Pengetahuan tentang pengertian sastra belum lengkap bila belum tahu


manfaatnya. Horatius mengatakan bahwa manfaat sastra itu berguna dan
menyenangkan. Secara lebih jelas dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Karya sastra dapat membawa pembaca terhibur melalui berbagai kisahan
yang disajikan pengarang mengenai kehidupan yang ditampilkan. Pembaca
akan memperoleh pengalaman batin dari berbagai tafsiran terhadap kisah
yang disajikan.
2. Karya

sastra

dapat

memperkaya

jiwa/emosi

pembacanya

melalui

pengalaman hidup para tokoh dalam karya.


3. Karya sastra dapat memperkaya pengetahuan intelektual pembaca dari
gagasan,

pemikiran,

cita-cita,

serta

kehidupan

masyarakat

yang

digambarkan dalam karya.


4. Karya sastra mengandung unsur pendidikan. Di dalam karya sastra terdapat
nilai-nilai tradisi budaya bangsa dari generasi ke generasi. Karya sastra
dapat digunakan untuk menjadi sarana penyampaian ajaran-ajaran yang
bermanfaat bagi pembacanya.
5. Karya sastra dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan atau penelitian
tentang keadaan sosial budaya masyarakat yang digambarkan dalam karya
sastra tersebut dalam waktu tertentu.

2.4

Fungsi Sastra
Dalam kehidupan masayarakat sastra mempunyai beberapa fungsi yaitu :

11

1. Fungsi

rekreatif,

yaitu

sastra

dapat

memberikan

hiburan

yang

menyenangkan bagi penikmat atau pembacanya.


2. Fungsi didaktif, yaitu sastra mampu mengarahkan atau mendidik
pembacanya karena nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang terkandung
didalamnya.
3. Fungsi estetis,

yaitu

sastra

mampu

memberikan

keindahan

bagi

penikmat/pembacanya karena sifat keindahannya.


4. Fungsi moralitas, yaitu sastra mampu memberikan pengetahuan kepada
pembaca/peminatnya sehingga tahu moral yang baik dan buruk, karena
sastra yang baik selalu mengandung moral yang tinggi.
5. Fungsi religius, yaitu sastra pun menghasilkan karya-karya yang
mengandung ajaran agama yang dapat diteladani para penikmat/pembaca
sastra.

2.5

Ciri-ciri Novel Sastra


Ciri-ciri novel sastra adalah sebagai berikut :

1. Tema dalam karya sastra tidak hanya berputar pada masalah cinta asmara
muda-mudi, namun membuka diri terhadap semua masalah yang penting
untuk menyempurnakan hidup manusia. Masalah cinta dalam sastra
kadangan hanya penting untuk sekedar menyusun plot cerita belaka, sedang
masalah yang sebenarnya berkembang di luar itu.
2. Karya sastra tidak berhenti pada gejala permukaan saja, tetapi selalu
mencoba memahami secara mendalam dan mendasar suatu masalah
3. Kejadian atau pengalaman yang diceritakan dalam karya sastra bisa dialami
atau sudah dialami oleh manusia mana saja dan kapan saja karya sastra

12

membicarakan hal-hal yang universal dan nyata. Tidak membicarakan


kejadian yang seolah-olah dibuat-buat dan bersifat kebetulan.
4. Sastra selalu bergerak, selalu segar dan baru. Ia tidak mau berhenti pada
konvensialisme. Penuh inovasi.
5. Bahasa yang dipakai adalah bahasa standard bukan slang atau bahasa gaul.

2.6

Nilai-nilai yang terkandung dalam novel sastra.

1. Nilai Sosial
Nilai sosial ini akan membuat orang lebih tahu dan memahami kehidupan
manusia lain.
2. Nilai Ethik
Novel yang baik dibaca untuk penyempurnaan diri yaitu novel yang isinya
dapat memausiakan para pembacanya, Novel-novel demikian yang dicari
dan dihargai oleh para pembaca yang selalu ingin belajar sesuatu dari
seorang pengarang untuk menyempurnakan dirinya sebagai manusia.
3. Nilai Hedorik
Nilai hedonik ini yang bisa memberikan kesenangan kepada pembacanya
sehingga pembaca ikut terbawa ke dalam cerita novel yang diberikan
4. Nilai Spirit
Nilai sastra yang mempunyai nilai spirit isinya dapat menantang sikap hidup
dan kepercayaan pembacanya. Sehingga pembaca mendapatkan kepribadian
yang tangguh percaya akan dirinya sendiri.
5. Nilai Koleksi
Novel yang bisa dibaca berkali-kali yang berakibat bahwa orang harus
membelinya sendiri, menyimpan dan diabadikan.
6. Nilai Kultural
Novel juga memberikan dan melestarikan budaya dan peradaban
masyarakat, sehingga pembaca dapat mengetahui kebudayaan masyarakat
lain daerah.

13

BAB III
PENGERTIAN NOVEL TEENLIT

3.1

Pengertian Novel Teenlit


Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling popular di dunia. Bentuk

sastra ini paling banyak beredar, karena daya komunikasinya yang luas pada
masyarakat.
Dari Wikipedia Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa Novel merupakan
sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif, biasanya dalam bentuk cerita.
Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih kompleks dari cerpen, dan
tidak dibatasi keterbatasan struktural dan metrikal sandiwara atau sajak.
Umumnya sebuah novel bercerita tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka
dalam kehidupan sehari-hari, dengan menitik beratkan pada sisi-sisi yang aneh
dari naratif.
Novel berasal dari bahasa italia novella, yang dalam bahasa jerman Novelle,
dan dalam bahasa Yunani novellus. Kemudian masuk ke Indonesia menjadi novel.
Istilah Novella dan novella saat ini mengandung pengertian yang sama dengan
istilah Indonesia novelette (Inggris: novelette), yang berarti sebuah karya prosa

14

fiksi yang panjangnya cakupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu
pendek.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (1995 : 694) dijelaskan
bahwa Novel merupakan karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian
cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang disekelilingnya

dengan

menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.


Pengertian novel menurut beberapa sastrawan antara lain:
1. Menurut Drs. Jakob Sumardjo: Novel adalah bentuk sastra yang paling
popular di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak dicetak dan paling banyak
beredar, lantaran daya komunitasnya yang luas pada masyarakat
2. Menurut Dr. Nurhadi, Dr. Dawud, Dra. Yuni Pratiwi, M.Pd, Dr. Abdul Roni,
M. Pd: Novel adalah bentuk karya sastra yang di dalamnya terdapat nilainilai budaya social, moral, dan pendidikan
3. Menurut Drs. Rostamaji,M.Pd, Agus priantoro, S.Pd: Novel merupakan
karya sastra yang mempunyai dua unsur, yaitu unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik yang kedua saling berhubungan karena sangat berpengaruh dalam
kehadiran sebuah karya sastra
4. Menurut Paulus Tukam, S.Pd: Novel adalah karya sastra yang berbentuk
prosa yang mempunyai unsure-unsur intrinsik

15

Dari beberapa Pengertian Novel di atas, dapat disimpulkan bahwa Novel


adalah karya atau karangan fiksi yang biasanya dalam bentuk buku (lebih dari
40.000 kata) dan berisi cerita kehidupan.
Teenlit adalah singkatan dari Teen Literature merupakan sastra populer
bertema kehidupan remaja dengan segala macam kisah yang memang dialami
oleh remaja pada umumnya, mulai dari sulitnya proses mencari jati diri sampai
dengan saat-saat mulai mengenal cinta. Tentu saja disajikan dengan berbagai
macam versi.
Teenlit yang pernah populer di era tahun 1970 antara lain Ali Topan Anak
Jalanan karya Teguh Esha dan Roman Picisan karya Eddy Iskandar. Di era tahun
1990 teenlit yang populer adalah karya Hilman Harawidjaya yaitu Lupus.
Menginjak era 2000 kisah yang dituangkan dalam Teenlit sudah lebih
bervariasi. Novel teenlit pun mulai dilirik para sineas untuk dituangkan dalam
bentuk film. Misalnya saja Eiffel Im in Love karya Rachmania Arunita, Dealova
karyanya Dyan Nuranindya ataupun Aku vs Sepatu Hak Tinggi karya Maria
Adelia.

3.2

Unsur-Unsur Novel
Novel mempunyai unsur-unsur yang terkandung di dalam unsur-unsur

tersebut adalah :
1. Unsur Intrinsik

16

Unsur Intrinsik ini terdiri dari :


a.

Tema
Tema merupakan ide pokok atau permasalahan utama yang mendasari
jalan cerita novel (Drs. Rustamaji, M.Pd, Agus priantoro, S.Pd)

b.

Setting
Setting merupakan latar belakang yang membantu kejelasan jalan
cerita, setting meliputi waktu, tempat, social budaya (Drs, Rustamaji,
M.Pd, Agus Priantoro, S.Pd)

c.

Sudut Pandang
Sudut pandang dijelaskan perry Lubback dalam bukunya The Craft Of
Fiction (Lubbock, 1968). Menurut Harry Show (1972 : 293) sudut
pandang dibagi menjadi 3 yaitu :
1.

Pengarang menggunakan sudut pandang took dan kata ganti orang


pertama, mengisahkan apa yang terjadi dengan dirinya dan
mengungkapkan perasaannya sendiri dengan kata-katanya sendiri.

2.

Pengarang mengunakan sudut pandang tokoh bawahan, ia lebih


banyak mengamati dari luar daripada terlihat di dalam cerita
pengarang biasanya menggunakan kata ganti orang ketiga.

3.

Pengarang menggunakan sudut pandang impersonal, ia sama sekali


berdiri di luar cerita, ia serba melihat, serba mendengar, serba tahu.

17

Ia melihat sampai ke dalam pikiran tokoh dan mampu mengisahkan


rahasia batin yang paling dalam dari tokoh.
d.

Alur/Plot
Alur merupakan rangkaian peristiwa dalam novel. Alur dibedakan
menjadi 2 bagian, yaitu alur maju (progresif) yaitu apabila peristwa
bergerak secara bertahap berdasarkan urutan kronologis menuju alur
cerita. Sedangkan alur mundur (flash back progresif) yaitu terjadi ada
kaitannya dengan peristiwa yang sedang berlangsung (Paulus Tukan,
S.Pd)

e.

Penokohan
Penokohan menggambarkan karakter untuk pelaku. Pelaku bisa
diketahu karakternya dari cara bertindak, ciri fisik, lingkungan tempat
tinggal. (Drs. Rustamaji, M,Pd, Agus Priantoro, S.Pd)

2. Unsur Ekstinsik
Unsur ini meliputi latar belakang penciptaan, sejarah, biografi
pengarang, dan lain-lain, di luar unsur intrinsik. Perhatian terhadap unsurunsur ekstrinsik akan membantu keakuratan penafsiran isi suatu karya sastra
(Drs. Rustamaji, M,Pd, Agus Priantoro, S.Pd).

3.3

Ciri-ciri novel teenlit


Ciri-ciri novel teenlit antara lain:

18

1. Teenlit umumnya memiliki tema cerita tentang remaja, permasalahan dan


juga solusinya. Misalnya masalah cinta, keluarga, atau persahabatan.
2. Tokoh ceritan kebanyakan adalah remaja sekolah, misalnya siswa sekolah
menengah ke atas (SMA).
3. Kebanyakan novel teenlit memiliki tokoh utama seorang gadis remaja
dengan segala permasalahannya.
4. Novel terlalu menekankan pada plot cerita, dengan mengabaikan
karakterisasi, problem kehidupan dan unsur-unsur novel lain.
5. Cerita disampaikan dengan gaya emosional cerita disusun dengan tujuan
meruntuhkan air mata pembaca, akibatnya novel demikian hanya
mengungkapkan permukaan kehidupan, dangkal, tanpa pendalaman.
6. Lebih banyak membicarakan kejadian yang seolah-olah dibuat-buat dan
bersifat kebetulan. Isi cerita hanya mungkin terjadi dalam cerita itu sendiri,
tidak dalam kehidupan nyata.
7. Bahasa yang dipakai adalah bahasa yang aktual, yang hidup dikalangan
pergaulan muda-mudi kontenpores di Indonesia pengaruh gaya berbicara
serta bahasa sehari-hariamat berpengaruh dalam novel jenis ini. Banyak
menggunakan bahasa Slang atau bahasa gaul.

19

BAB IV
LASKAR PELANGI, CEMINAN SASTRA MASA KINI

Salah satu contoh karya sastra yang sayang untuk dilewati begitu saja adalah
kisah tetralogi Laskar Pelangi dari Novel karya Andera Hirata. Laskar Pelangi
adalah novel pertama karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka
pada tahun 2005.
Laskar Pelangi menceritakan kisah nyata tentang 10 anak kampung di
Belitong Sumatera. Mereka bersekolah di sebuah SD yang bangunannya nyaris
roboh. Bila hari menginjak malam, bangunan sekolah tersebut menjadi kandang
ternak. SD ini merupakan SD islam pertama di Bangkablitung. SD ini dianggap
tidak bisa bersaing dengan sekolah-sekolah lain di pulau Bangkablitung. Sekolah
itu nyaris ditutup karena muridnya tidak sampai sepuluh sebagai persyaratan

20

minimal. Namun kedatangan seorang anak yang memiliki keterbelakangan


mental, berhasil menyelamatkan status SD Muhamadiyah yang nyaris tutup.
Meskipun sekolah mereka jauh dari kondisi yang layak, namun semangat
anak-anak Laskar Pelangi untuk menuntut ilmu tidak pernah surut. SD
Muhamadiyah hanya memiliki 2 orang pengajar yaitu Pak Harfan yang juga
kepala sekolah di SD tersebut dan Bu Muslimah. Meskipun guru mereka tidak
memiliki penghasilan tinggi tetapi melihat semangat dan cita-cita muridnya ia pun
rela mengajar seadanya.
Kesepuluh anak-anak Laskar Pelangi yang menjadi nyawa dalam novel ini
antara lain:
1. Ikal: Tokoh 'aku' dalam cerita ini. Ikal yang selalu menjadi peringkat kedua
memiliki teman sebangku bernama Lintang, yang merupakan anak terpintar
dalam Laskar Pelangi. Ia berminat pada sastra, terlihat dari kesehariannya
yang senang menulis puisi. Ia menyukai A Ling, sepupu dari A Kiong, yang
ditemuinya pertama kali di sebuah toko kelontong bernama Toko Sinar
Harapan. Pada akhirnya hubungan mereka berdua terpaksa berakhir oleh
jarak akibat kepergian A Ling ke Jakarta untuk menemani bibinya.
2. Lintang: Teman sebangku Ikal yang luar biasa jenius. Ayahnya bekerja
sebagai nelayan miskin yang tidak memiliki perahu dan harus menanggung
kehidupan 14 jiwa anggota keluarga. Lintang telah menunjukkan minat
besar untuk bersekolah semenjak hari pertama berada di sekolah. Ia selalu
aktif didalam kelas dan memiliki cita-cita sebagai ahli matematika.
Sekalipun ia luar biasa pintar, pria kecil berambut merah ikal ini pernah
salah membawa peralatan sekolahnya. Cita-citanya terpaksa ditinggalkan

21

agar ia dapat bekerja untuk membiayai kebutuhan hidup keluarganya


semenjak ayahnya meninggal.
3. Sahara: Satu-satunya gadis dalam anggota Laskar Pelangi. Sahara adalah
gadis keras kepala berpendirian kuat yang sangat patuh kepada agama. Ia
adalah gadis yang ramah dan pandai, ia baik kepada siapa saja kecuali pada
A Kiong yang semenjak mereka masuk sekolah sudah ia basahi dengan air
dalam termosnya.
4. Mahar: Pria tampan bertubuh kurus ini memiliki bakat dan minat besar pada
seni. Pertama kali diketahui ketika tanpa sengaja Bu Muslimah
menunjuknya untuk bernyanyi di depan kelas saat pelajaran seni suara. Pria
yang menyenangi okultisme ini sering dipojokkan teman-temannya. Ketika
dewasa, Mahar sempat menganggur menunggu nasib menyapanya karena
tak bisa ke manapun lantaran ibunya yang sakit-sakitan. Akan tetapi, nasib
baik menyapanya dan ia diajak petinggi untuk membuat dokumentasi
permainan anak tradisional setelah membaca artikel yang ia tulis di sebuah
majalah, dan akhirnya ia berhasil meluncurkan sebuah novel tentang
persahabatan.
5. A Kiong: Anak Hokian. Keturunan Tionghoa ini adalah pengikut sejati
Mahar sejak kelas satu. Baginya Mahar adalah suhunya yang agung.
Kendatipun pria kecil ini berwajah buruk rupa, ia memiliki rasa
persahabatan yang tinggi dan baik hati, serta suka menolong pada siapapun
kecuali Sahara. Namun, meski mereka selalu bertengkar, ternyata mereka
berdua saling mencintai satu sama lain.
6. Syahdan: Anak nelayan yang ceria ini tak pernah menonjol. Kalau ada apaapa dia pasti yang paling tidak diperhatikan. Misalnya ketika bermain

22

sandiwara, Syahdan hanya kedapatan jadi tukang kipas putri dan itupun
masih banyak kesalahannya. Syahdan adalah saksi cinta pertama Ikal, ia dan
Ikal bertugas membeli kapur di Toko Sinar Harapan semenjak Ikal jatuh
cinta pada A Ling. Syahdan ternyata memiliki cita-cita yang tidak pernah
terbayang oleh Laskar Pelangi lainnya yaitu menjadi aktor. Dengan bekerja
keras pada akhirnya dia menjadi aktor sungguhan meski hanya mendapatkan
peran kecil seperti tuyul atau jin... Setelah bosan, ia pergi dan kursus
komputer. Setelah itu ia berhasil menjadi network designer.
7. Kucai: Ketua kelas sepanjang generasi sekolah Laskar Pelangi. Ia menderita
rabun jauh karena kurang gizi dan penglihatannya melenceng 20 derajat,
sehingga jika ia menatap marah ke arah Borek, maka akan terlihat ia sedang
memperhatikan Trapani. Laki-laki ini sejak kecil terlihat bisa menjadi
politikus dan akhirnya diwujudkan ketika ia dewasa menjadi ketua fraksi di
DPRD Belitong.
8. Borek: Pria besar maniak otot. Borek selalu menjaga citranya sebagai lakilaki macho. Ketika dewasa ia menjadi kuli di toko milik A Kiong dan
Sahara.
9. Trapani: Pria tampan yang pandai dan baik hati ini sangat mencintai ibunya.
Apapun yang ia lakukan harus selalu didampingi ibunya, seperti misalnya
ketika mereka akan tampil sebagai band yang dikomando oleh Mahar, ia
tidak mau tampil jika tak ditonton ibunya. Mahar yang bercita-cita menjadi
guru akhirnya berakhir di rumah sakit jiwa karena ketergantungannya
terhadap ibunya.
10. Harun: Pria yang memiliki keterbelakangan mental ini memulai sekolah
dasar ketika ia berumur 15 tahun. Laki-laki jenaka ini senantiasa bercerita

23

tentang kucingnya yang berbelang tiga dan melahirkan tiga anak yang
masing-masing berbelang tiga pada tanggal tiga kepada Sahara dan senang
sekali menanyakan kapan libur lebaran pada Bu Muslimah. Ia menyetor 3
buah botol kecap ketika disuruh mengumpulkan karya seni kelas enam.
Dalam segala keterbatasan, anak-anak Laskar Pelangi ternyata bisa
mengalahkan SD Timah. Sekolah dasar yang notabene menjadi sekolah terfaforit
sekaligus sekolah bonafit di tanah Belitong. Anggota Laskar Pelangi berhasil
mengalahkan mereka dalam karnal 17 Agustus dan Lomba Cerdas Cermat.
Laskar Pelangi mengarungi hari-hari menyenangkan, tertawa dan menangis
bersama. Ternyata sebuah keterbatasan bukan menjadi penghalang untuk takut
merajut sebuah mimpi.

24

BAB V
DUNIA REMAJA DALAM TEENLIT

Summer Breeze adalah salah satu dari sekian novel karya Orizuka. Seperti
umumnya cerita teenlit, novel Orizuka juga mengangkat cerita seputar dunia
remaja. Namun dalam novel ini, kehidupan remaja yang ditampilkan bukan hanya
menyoroti aspek percintaannya saja.
Summer Breeze menceritakan kehidupan dua anak kembar Ares dan Orion
yang mempunyai karakter berlainan. Ares diceritakan sebagai seorang anak yang
tempramental, senang berkelahi, pembangkang, bodoh dan mempunyai hubungan
yang tidak harmonis dengan ayahnya. Sedangkan Orion adalah kebalikan dari
sifat Ares. Orion adalah seorang yang penurut, pintar, dan reputasinya selalu baik
dimata Ayahnya.
Ares dan Orion yang telah bersama sejak dalam kandungan, tidak pernah
akur dan selalu bertentangan. Orion yang pintar dan selalu menjadi kebanggaan
ayahnya membuat cemburu Ares dan perlahan-lahan dia membencinya.
Tidak ada yang tau bahwa Ares yang bodoh ternyata memiliki penyakit
disleksia. Disleksia membuat Ares kesulitan membaca dan menulis. Sehingga

25

prestasinya tidak pernah secemerlang Orion. Hal ini yang membuat ayah Ares
selalu mengecapnya sebagai anak bodoh dan tidak bisa dibanggakan.
Dengan tekat yang kuat, Ares berusaha belajar membaca dan menulis
sendiri tanpa bantuan ayah dan ibunya. Sehingga dia dapat mengimbangi Orion
meskipun tidak pernah bisa mengalahkannya.
Summer Breeze juga menceritakan kisah cinta segitiga antara saudara
kembar tersebut. Rheina sahabat kecil mereka yang sewaktu kecil pindah kie
Amerika kembali untuk menemui keduanya. Kedatangan Rheina menambah
buruk hubungan saudara kembar ini. Sebab Rheina menyimpan cinta kepada Ares.
Sedangkan Orion pun menyimpan cinta kepada Rheina.
Tetapi kedatangan Rheina juga membuat Ares perlahan-lahan membuka diri
dan mencoba berubah menjadi orang yang baik. Rheina mendorong Ares untuk
menjalin hubungan yang lebih baik lagi dengan Orion dan ayahnya.
Saat Ares sedikit demi sedikit mulai berbaikan dengan ayahnya dan Orion,
masalah baru muncul. Ares harus berbaring sakit karena terkena pukulan
musuhnya Orion saat Ares mencoba melindungi adiknya itu. Ayah dan Orion
mulai menunjukkan sayang pada Ares, namun takdir menjemput nyawa Ares.
Setelah Ares pergi, barulah mereka mengetahui kenyataan bahwa selama ini
mereka salah mengecap Ares sebagai anak yang bodoh. Sebab Ares bukanlah anak
yang bodoh, tetapi penyakitnya yang membuat dia berbeda.

26

BAB VI
Perbedaan Novel Sastra dan Novel Teenlit

Ada perbedaan yang mendasar antara novel sastra dan novel teenlit. Dari
segi bahasa terlihat jelas perbedaan antara novel sastra dan novel teenlit. Novel
sastra cenderung baku. Penulis menggunakan bahasa Indonesia baku dalam
memberikan penjelasan kepada pembaca di setiap cerpennya.
Sedangkan novel teenlit banyak menggunakan bahasa slang atau bahasa
gaul. Pemakaian bahasa gaul dalam novel, tampak pada dialog-dialog yang
diucapkan para tokoh. Dialog yang digunakan sangat berbeda dengan bahasa
Indonesia baku.
Pemakaian kata sapaan dalam dialognya pun nampak jelas perbedaannya
antara sastra dan teenlit. Misalnya saja pemakaian sapaan saya, dalam sastra
sapaan saya biasa diucapkan dengan ucpaan saya atau aku. Sedangkan dalam
novel teenlit, sapaan saya berubah menjadi gue. Begitu pula dengan kata ucpaan
kamu dalam sastra kata tersebut disebutkan dalam bahasa bakunya yaitu kamu.
Sedangkan dalam teenlit berubah menjadi lu atau elo.

27

Dalam segi pemilihan tema, novel sastra banyak menyoroti masalah yang
ada di sekitar penulis. Misalnya saja masalah kemiskinan dan pendidikan seperti
yang diangkat dalam karya Andera Hirata. Masalah moral dan religius juga
banyak di soroti oleh seorang penulis sastra.
Andera Hirata misalnya, ia menyoroti masalah moral dan religius dalam
Laskar Pelangi. Dalam salah satu kisahnya, Andrea Hirata menceritakan
bagaimana anggota Laskar Pelangi selalu menunaikan salat berjamaah bersama di
gubuk kecil bersama Kepala Sekolah mereka.
Novel sastra tidak melulu mengangkat masalah percintaan atau asmara.
Walaupun terkadang masalah percintaan diselipkan dalam novel sastra. Namun
masalah percintaan tersebut bukan menjadi akar permasalahan. Masalah asmara
hanya sebagai bumbu pemanis cerita. Sebab masih banyak masalah lain yang
lebih penting untuk di soroti.
Andrea Hirata dalam novelnya Laskar Pelangi banyak menyoroti masalah
sosial. Yaitu masalah kemiskinan dan pendidikan. Masalah asmara antar Ikal dan
A Ling hanya menjadi pelengkap cerita.
Dalam novel sastra karakter tokoh utama bukan hanya anak remaja yang
baru menglami masalah puber dan dalam proses mencari jati diri. Namun ada
pengembangan karakter. Sehingga karakter yang ditampilakan lebih variatif.
Karakter yang diambil bisa beruba anak-anak, remaja, maupun orang dewasa.
Setting yang diambil oleh seorang penulis sastra lebih variatif. Seorang
penulis sastra tidak segan mengambil setting seperti perumahan kumuh yang
penuh dengan bau-bauan tidak sedap, pasar tradisional yang selalu penuh sesak,

28

ataupun desa terpencil yang belum ada kendaraan umum. Sehingga setting yang
ditampilakan lebih mencerminkan realita dalam kehidupan sehari-hari.
Berbeda dengan novel sastra, novel teenlit mengambil tema yang
berkebalikan dengan novel sastra. Novel teenlit lebih banyak meyoroti malah
percintaan remaja, persahabatan, ataupun masalah keluarga. Masalah sosial seperti
kemiskinan atau perjuangan hidup hanya menjadi pelengkap cerita. Pritotitas
utama masalah teenlit adalah seputar dunia remaja yang berputar mengenai
masalah cinta.
Seperti dalam karyanya Orizuka, penulis teenlit ini, lebih banyak menyoroti
masalah hubungan keluarga dan masalah percintaan yang dialami oleh tokoh
utama.
Pengambilan karakter tokoh utama dalam novel teenlit lebih banyak
mengambil karakter remaja. Remaja yang disoroti pun lebih banyak mengambil
tokoh remaja yang penuh dengan masalah dalam proses penemuan karakter
dirinya. Tidak ada novel teenlit yang mengambil karakter selain remaja. Posisi
tokoh utamanya pun banyak menampilkan anak SMP, SMA, ataupun anak
kuliahan.
Setting yang ditampilakan dalam novel teenlit kebanyakan hanya berputar di
sekitar sekolah, rumah, mall, ataupun tempat hiburan kaum menengah ke atas
Jarang sekali novel teenlit mengambil setting pasar tradisional atau perumahan
kumuh. Setting yang ditampilkan lebih banyak mengelu-elukan kehidupan glamor
kaum menengah keatas.

29

Dalam kehidupan ini, tidak selalu penuh dengan kehidupan yang serba enak.
Terkadang seseorang berada dalam masa sulit namun terkadang juga berada dalam
masa bahagia. Seorang penulis sastra selalu menampilkan realita tersebut dalam
karyanya. Alur yang mereka pakai benar-benar sesuai dengan kehidupan yang
ada.
Dalam novel sastra seorang tokoh yang mencoba untuk mengubah nasib
atau kenyataan hidup, harus melewati berbagai rintangan untuk menghadapinya.
Bukan hanya dengan sekejap mata, titik balik seorang tokoh bisa terjadi.
Sedangkan dalam novel teenlit, realita kehidupan selalu ditampilakan dapat
berubah hanya dengan sekejap mata. Seolah-olah dengan cara yang instan titik
balik seorang tokoh bisa terjadi. Alur cerita dalam novel teenlit terkesan sedikit
memaksa. Kehidupan dalam novel teenlit sering digambarkan begitu mudah.

30

BAB VII
Minat Baca Novel Sastra dan Teenlit di Kalangan Remaja

7.1

Minat baca sastra di kalangan remaja


Minat baca sastra di kalangan remaja saat ini mungkin bisa dibilang sangat

memprihatikan. Remaja saat ini cendrung apatis dan menutup mata dengan
novel sastra.
Jarang sekali ditemukan seorang remaja akan fasih membicarakan novelnovel karya sastrawan indonesia. Seperti Andrea Hirata, Nh Dini, Marah Rusli,
ataupun Habiburahman El Syiraz.
Nilai-nilai moral, religius, ataupun nilai pendidikan yang disodorkan oleh
penulis sastra pun gagal menarik minat baca remaja. Padahal nilai-nilai dalam
sastra banyak mengajarkan remaja untuk lebih baik dalam memandang hidup.
Misalnya saja novel Laskar Pelangi, banyak nilai yang terkandung di sana. Andrea
Hirata mengajarkan untuk berani menantang hidup dan berani bermimpi.
Ternyata permasalahan yang terlalu kompleks dalam novel sastra cenderung
membuat remaja enggan membacanya. Sebab, dalam mengartikan masalah yang
dipaparkan membutuhkan pemahaman dan konsentrasi untuk mengartikannya.

31

Hal ini jelas sekali bertentangan dengan pola pikir remaja yang senang berfikir
pendek dan instan.
Jalan cerita yang terlalu realistis dan sesuai dengan fakta yang ada juga
semakin mengikis minat baca sastra di kalangan remaja. Jalan cerita yang
mencerminkan dunia remaja yang sarat dengan kehidupan yang serba manis
sangat jarang ditemukan dalam novel sastra.
Tidak mengherankan bila sekarang ini novel sastra seolah-olah hanya milik
orang dewasa yang senang berfikir panjang. Padahal novel sastra diperuntungkan
untuk semua orang termasuk remaja sendiri.

7.2 Minat baca novel teenlit di kalangan remaja


Tak bisa dipungkiri bahwa teenlit saat ini sudah begitu melekat dalam dunia
remaja. Dalam kenyataannya, saat ini seorang remaja akan lebih fasih
membicarakan novel teenlit dibandingkan dengan membicarakan novel sastra.
Nama-nama seperti Andrea Hirata, Habiburahman El Syiraz atau Akhmad
Tohari seolah-olah kalah saing dengan nama-nama seperti Orizuka, Esti Kinasih,
Dyan Nuranindya, ataupun Sitta Karina.
Novel teenlit saat ini begitu dekat dengan dunia remaja. Remajalah yang
menjadi sentralnya. Kehidupan mereka berada di seputar sekolahan, pergaulan
dengan teman-teman sebaya mereka, hobi, dan minat anak remaja.

32

Dunia remaja juga dimeriahkan dengan percintaan, umumnya dengan


teman-teman sebaya. Mulai dari menaksir seseorang dan jatuh cinta, patah hati,
sampai pada kenakalan remaja.
Semua itu tercermin dalam novel teenlit. Dengan demikian, secara tidak
langsung, sebuah teenlit bisa dianggap sebagai cermin budaya para remaja. Cerita
dalam teenlit yang dikemas begitu ringan dengan bahasa yang sangat santai,
membuat teenlit menempati tempat tersendiri di kalangan remaja.
Cerita dalam teenlit yang banyak menyoroti masalah remaja dan segala
aspek permasalahannya. Hal ini membuat remaja semakin tertarik dengan novel
teenlit.
Permasalah yang tersaji dalam teenlit tidak terlalu kompleks. Sehingga
remaja lebih senang membacanya. Sebab tidak memerlukan pemikiran yang
terlalu mendalam dalam memahami cerita.
Nyatanya novel teenlit saat ini mendapat tempat sendiri di hati remaja.
Penulis novel teenlit berhasil mencuri perhatian remaja dengan pemilihan tema,
alur, dan tokoh yang sesuai dengan remaja saat ini.

33

34

Anda mungkin juga menyukai