Anda di halaman 1dari 6

SEJARAH SASTRA

KELOMPOK 11:
1. HILDA SAFITRI (1805110837)
2. RUVA WINDA SARI (1805125218)
3. SITI NADIA (1805112733)

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


JURUSAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2018
Sastra adalah karya tulis yang jika dibandingkan dengan tulisan lain, memiliki
berbagi ciri keunggulan, seperti keaslian, keartistikan, keindahan dalam isi dan
ungkapannya. Ciri-ciri sastra adalah sebagai berikut: (1) sebuah ciptaan, kreasi, bukan
imitasi, (2) luapan emosi yang spontan, (3) bersifat otonom, (4) otonomi sastra bersifat
koheren (ada keselarasan bentuk dan isi), (5) menghadirkan sintesis terhadap hal-hal yang
bertentangan, dan (6) mengungkapkan sesuatu yang tidak terungkapkan dengan bahasa
sehari-hari. Sastra bukanlah seni bahasa belaka melainkan suatu kecakapan dalam
menggunakan bahasa yang berbentuk dan bernilai sastra.
Sastra dapat mempengaruhi emosi seseorang, bisa memberi kesenangan dan
kenikmatan kepada pembacanya,kegembiraan, dan juga kesedihan dalam bentuk
ketegangan-ketegangan (suspense). Sehingga dalam membaca karya sastra terdapat
proses penikmatan, dimana pembaca terlibat secara total dengan apa yang dikisahkan.
Karya sastra berarti karangan yang mengandung nilai-nilai kebaikan yang ditulis
dengan bahasa yang indah. Dalam kajiannya sastra memiliki beberapa bidang kajian,
yaitu teori sastra, sejarah sastra dan kritik sastra.
Tugas sejarah sastra adalah untuk (1) meneliti keragaman setiap kategori sastra,
(2) meneliti jenis karya sastra baik secara diakronis, maupun secara sinkronis, (3)
menentukan kaidah keragaman peralihan sastra dari satu masa ke masa berikutnya, (4)
mencatat peristiwa-peristiwa penting yang terkait dengan kesastraan disetiap periode.
Periodesasi sastra adalah penggolongan sastra berdasarkan pembabakan waktu
dari awal kemunculan sampai dengan perkembangannya.

Sastra zaman klasik atau biasa juga disebut sebagai sastra melayu lama adalah
sastra Indonesia yang non-pengaruh Barat. Pada zaman klasik ini sastra dipengaruhi oleh
kepercayaan dan kebudayaan. Zaman klasik dipengaruhi oleh beberapa zaman, yaitu (1)
pengaruh animisme-dinamisme, yaitu mantra dan cerita rakyat ( legenda, mite, sage,
fabel, cerita lucu/pelipur lara), (2) pengaruh hindu-budha, (cerita pewayangan/panji,
gurindam, seloka), dan (3) pengaruh Islam (syair, hikayat, nazam, masnawi, ruba’i,
khit’ah, pantun, bidal, dan peribahasa, petatah-petitih).
Mantra merupakan bentuk puisi tertua di nusantara. Puisi mantra terdiri atas
beberapa jenis berdasarkan kegunaannya dalam masyarakat, yaitu:
1) Mantra permohonan kepada dewa dan Tuhan;
2) Mantra penunduk roh halus;
3) Mantra penunduk manusia;
4) Mantra penunduk binatang
5) Mantra penunduk tumbuhan
6) Mantra penunduk gejala alam

Legenda, mite, dan sage merupakan sejarah kolektif masyarakat yang dianggap
benar terjadi pada suatu waktu oleh masyarakat pemilik cerita. Legenda dipercaya pernah
benar terjadi karena menyisakan cerita dengan tempat kejadian, sedangkan mite dianggap
benar terjadi dan dianggap suci. Kesucian cerita mite biasanya diikuti dengan tradisi adat
seperti kenduri di hulu sungai, kenduri tolak bala, dll. Sedangkan dongeng merupakan
cerita yang tidak benar terjadi. Dianggap sebagai hiburan semata.
Gurindam dan seloka merupakan dua jenis puisi yang kelahirannya dipengaruhi
oleh agama hindu. Dalam masyarakat indonesia gurindam dikenal sebagai pantun dua
seuntai, sedangkan seloka dikenal sebagai pantun berkait. Selain kedua jenis puisi ini,
pada zaman Hindu-Budha pernah ada jenis puisi yang disebut dengan kakawin. Namun
puisi ini kurang populer karena berbahasa jawa.

Prosa yang berkembang pada zaman Hindu-Budha adalah cerita


pewayangan/cerita panji, seperti cerita mahabarata. Cerita panji sering pula dilakonkan
dalam bentuk wayang sehingga pada masa ini pertama sekali dikenal sastra drama. Pada
zaman Hindu-Budha pula pertama sekali dikenal sastra dalam bentuk tulis dalam bentuk
kitab Hindu. Namun, karena kitab-kitab ini hanya terbatas menjadikan sastra tertulis
bukan ciri khas pada zaman ini.

Pengaruh Islam memberikan perubahan besar dalam perkembangan sastra


nusantara. Pesatnya perkembangan Islam turut memberi pengaruh pada perkembangan
sastra nusantara. Pada zaman Islam ini sastra sudah ditulis, dan mulain diketahui
pengarangnya. Sastra berkembang diantaranya adalah hikayat, syair, pantun, nazam,
masnawi, ruba’i, dan khit’ah.

1. Angkatan 20-an atau Angkatan Balai Pustaka


Angkatan ini disebut pula Angkatan Balai Pustaka karena karya-karya tersebut
banyak diterbitkan oleh penerbit Balai Pustaka.
2. Angkatan ‘30-an atau Angkatan Pujangga Baru
Istilah Angkatan Pujangga Baru untuk karya-karya yang lahir tahun ‘30-an sampai
‘40-an, diambil dari majalah Pujangga Baru yang terbit tahun 1993.
3. Angkatan ‘45
Angkatan ’45 disebut juga sebagai Angkatan Chairil Anwar karena perjuangan
Chairil Anwar dalam melahirkan Angkatan ’45 ini.Disebut juga sebagai Angkatan
Kemerdekaan karena dilahirkan pada tahun Indonesia memproklamirkan
kemerdekaan.
4. Angkatan ‘66
Nama angkatan ’66 dicetuskan oleh Hans Bague Jassin melalu bukunya yang
berjudul Angkatan’66 bersamaan dengan kondisi politik Indonesia yang tengah kacau
akibat PKI.
5. Angkata ’70-an
Sekitar tahun ’70-an muncul karya-karya sastra yang lain dari sebelumnya. Karya ini
6. Angkatan ’80-an
Karya sastra Indonesia pada tahun 1980 ditandai dengan banyaknya roman percintaan
karya sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut.
7. Angkatan ’90-an (Reformasi)
Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya karya sastra yang bertemakan
seputar reformasi. Sastrawan angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan
politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru.
8. Angkatan 2000
Angkatan ini ditandai dengan karya-karya yang cenderung berani dan vulgar dan
kebayakan mengadopsi moral pergaulan bebas ala remaja Amerika. Tetapi pada masa
ini, munculnya fiksi-fiksi islami.
Zaman peralihan adalah zaman antara kesusastraan zaman klasik dan kesusastraan
Indonesia zaman modern. Kesusastraan pada zaman ini disebut kesusastraan
peralihan karena adanya gejala-gejala masa peralihan, antara zaman Hindu-Budha
dan Islam, dan sastra lama non pengaruh Barat dan sastra baru yang mendapat
pengaruh dari Barat. Kesusastraan zaman ini dipelopori oleh Abdullah bin
Abdulkadir Munsyi. Zaman ini dipengaruhi cerita India yang dimanipulasi dan cerita
jawa dan Islam. Ditemukan cerita-cerita transisi. Ciri-ciri zaman peralihan:
mempunyai motif-motif cerita India, tokoh peristiwa biasanya seorang dewi, bidadari,
yang tuurun kedunia umtuk menjadi anak raja,kelahiran tokoh utama biasanya lahir
secara ajaib, disertai gejala alam luar biasa, lahir bersama senjata sakti. Dalam hal
judul, sastra peralihan sering memiliki dua judul, yakni judul yang terpengaruh Hindu
dan judul yang terpengaruh Islam. Contoh hikayat yang memiliki dua judul tersebut
antara lain: hikayat Marakarma-hikayat Si Miskin. Ceritanya masih ada unsur masa
lampau tapi sudah ditulis siapa nama pengarangnya sebagai pengaruh sastra modern,
berbeda dengan karya sastra sebelumnya yang belum dicantumkan nama
pengarangnya.

Anda mungkin juga menyukai