Anda di halaman 1dari 7

Judul : Derita Si Anak Idiot

Tema : Kesabaran
Alur : Alur maju
Latar : Di Ruang Kelas
Genre : Komedi,Drama,Tragedi
Pemain :
 Ananda Sekar Mayang sebagai Teman jahat
 Dwiarti Rahma Utami sebagai Murid baru
 Husna Syafira M. sebagai Teman baik Dwiarti
 Shinta Nurhadhila sebagai Teman jahat Mayang
Pembaca Naskah : Shafira Farah R.
Pembaca amanat (Ending) : Shafira Farah R.
Penulis : Dwiarti Rahma Utami

Pagi hari di sebuah sekolah Elite di daerah Bekasi yang terkenal dan biasa disebut dengan
MTsN 1 Bekasi. (Madrasah Tsanawiyah Negeri Bekasi). Dari luar pagar sekolah ini saja sudah
terlihat akan kemewahan sekolah ini. Tentu saja sekolah ini berbeda dari sekolah lainnya, karena
bangunan sekolah yang bagus serta fasilitas yang cukup memadai membuat bayaran terbilang
cukup mahal untuk setiap bulannya. Sehingga,rata-rata siswa yang bersekolah disini cukup
mampu di bidang ekonomi keluarganya.

Mayang : “Eh,Eh. Katanya emang bener ya?


di kelas kita bakalan ada murid baru?” Ujar siswi bernama Mayang.
(Ia sendiri berasal dari keluarga yang tidak terlalu sederhana sehingga bisa bersekolah di sekolah
itu. Namun,karena kekayaan yang ia miliki membuatnya menjadi anak yang sombong.)
Husna : “Aku nggak tau deh. Aku denger-denger sih katanya begitu.” Jawab salah satu temannya
bernama Husna. Sama dengan Mayang, Husna sendiri berasal dari keluarga yang cukup kaya.
Hanya saja ia berbeda dari Mayang. Walaupun ia berasal dari keluarga mampu ia sering
menyisihkan uang jajannya untuk di infaqkan dan ia tidak pernah memiliki sifat yang sombong.
Shinta : “Tapi,aku denger-denger sih. Katanya dia bukan orang kaya.” Sahut siswi lainnya
bernama Shinta.
Mayang : “Hahh? Bukan orang kaya? Mana mungkin bisa bayar SPP di sekolah ini.” Ujarnya.
Husna : “Tssssst. Nggak boleh begitu,Mayang. Bisa aja dia mendapatkan beasiswa atau keluarga
saudaranya yang membantu dia untuk membayar SPP.” Ucap Husna menasehati.
Shinta : “Eh,Eh. Orangnya dateng tuh.” Ucap Shinta.
Seorang murid baru itu datang masuk ke ruang kelasnya. Tampak dari kejauhan saja
sudah terlihat kondisinya berbeda dari murid lainnya. Ia memang bukan berasal dari keluarga
yang kaya. Namun, kesederhanaannya itu membuat ia rendah hati. Dia juga cukup pintar dalam
urusan belajar.

Dwiarti : “Assalamu’alaikum.” Sapa salam Murid itu yang memasuki kelas.


Husna,Mayang,Shinta : “Wa’alaikum salam.” Jawab lembut Husna. Namun, berbeda dengan
mayang. Ia menjawab salam dengan jutek.
Husna : “Kamu murid baru ya disini?” Tanya Husna.
Dwiarti : “Iya. A-aku murid baru disini.” Jawabnya terbata di karenakan sedikit gangguan pada
organ bicaranya.
Husna : “Nama kamu siapa? Coba kenalin diri dong.” Suruh Husna.
Dwiarti : “N-nama aku Dwiarti. A-aku murid pindahan dari sekolah Al-Munir.”
Husna : “Namaku Husna. Dia Mayang dan disampingnya Shinta.Kenapa kamu pindah
sekolah?”
Dwiarti : “A-aku pindah sekolah gara-gara rumah tante aku di dekat sini. Soalnya kedua orang
tuaku sudah tidak ada. Jadi aku sekolah disini dibayarin Tante aku.” Ucap Dwiarti polos.
Mayang : “Yaelah. Nggak mampu aja sok-sok an masuk sekolah disini. Bayar SPP aja di
bayarin orang. Hahahahh.” Tawa jahat Mayang yang membuat Dwiarti cukup sedih.
Husna : “Mayang! Nggak boleh ngomong gitu.” Ucap Husna pada Mayang, “ Maaf ya. Aku
nanya begitu. Aku nggak tau kalau…” Ucap Husna terpotong.
Dwiarti : “N-nggak apa-apa kok,Husna.”
Husna : “Yaudah. Kursi di depan Mayangkan kosong.. kamu duduk disana aja.”
Dwiarti : “Iya.Husna,T-terima kasih.” Ucapnya langsung duduk.
Shinta :“Husna, tadi kamu di panggil Pak Huda buat ke ruang guru. Cepet gihh,kamu kan
ketua kelas.” Sahut Shinta.
Husna : “Iya, deh. Iya.” Jawabnya yang langsung pergi.
Mayang : “Eh,anak baru. Siapa nama lo itu? Gue lupa.” Maki Mayang.
Shinta : “Dwiarti, May.” Sambung Shinta.
Mayang : “Eh,iya. Pokoknya itulah.. Anak idiot. Nantikan Ulangan,Pokoknya lo harus ngasih
tau jawaban lo ke gue!” Perintah Mayang.
Dwiarti : “T-tapi. Kan ulangan nggak boleh di k-kasih tau jawabannya,Mayang.”
Mayang : “Udah selama nggak ada yang tau mah nggak apa-apa. Lo mau nggak di temenin
kita-kita? Hah?” Ancam Mayang.
Shinta : “Iya, lo mau emang?” Ancam Shinta juga.
Dwiarti : “I-iyadeh. N-nanti aku kasih tau jawabannya.” Ucap polos Dwiarti lagi.
Shinta : “Eh eh. May, Husnanya udah dateng.” Ucap peringatan Shinta yang membuat
mayang langsung duduk di tempatnya begitu pula Shinta.
Husna : “Temen-temen, Pak Huda ada urusan sebentar. Beliau ngasih tugas ulangan ini.
Jadi,nggak ada yang boleh nyontek walaupun Pak Huda nggak ngeliat, tapi Allah ngeliat
segalanya. Jadi tolong pas waktunya udah habis langsung di kumpulin.” Ujar Husna .

Husna pun langsung membagikan kertas ulangan itu. Semua murid di kelas itupun mengerjakan
soal-soal ulangan itu,tapi hanya Mayang dan Shinta yang tidak mengerjakan justru malah
memainkan ponsel mereka.

Husna : “Temen-temen waktunya 5 menit lagi.” Ujar Husna.


Mayang : “Eh,Anak idiot mana kertas jawaban lu?” Tanya Mayang.
Dwiarti : “I-ini…” ucap polos Dwiarti memberikan hasil jawabannya.
Mayang : “Awas lu kalo nilai gue jelek! Nih, sekarang kertas jawaban gue buat lo aja dan
kertas jawaban lo buat gue!” Ucap mayang yang langsung mengambil kertas itu.
Dwiarti : “T-tapi itukan punya aku. Waktunya juga mau habis.”
Mayang : “Mana gua peduli..” Maki Mayang yang mengganti nama kertas jawaban Dwiarti
menjadi namanya. Ia juga memberikan jawaban itu kepada shinta yang langsung menulis cepat
jawaban itu.sedangkan Dwiarti malah mengerjakan lagi kertas ulangan itu.
Husna : “Temen-temen waktunya udah abis.” Sahut Husna yang langsung mengambil hasil
jawaban mayang,shinta dan murid lainnya tak luput juga Dwiarti.
Dwiarti : “Hmmm.. H-husna,a-aku belum selesai ngerjainnya.” Sahut Dwiarti yang belum
menyelesaikan kertas ulangan itu.
Husna : “Maaf. Tapi,waktunya sudah habis,dan ulangan ini semuanya harus di kumpulin.”
Mayang : “Udahlah. Siapa suruh lo belum selesai ngerjainnya!” Maki Mayang.
Dwiarti : “T-tapi..” ucap Dwiarti terpotong.
Shinta : “Lo mau kita semua di marahin??” Tanya keras Shinta.
Dwiarti :“Oh,y-yaudah deh. Ini..” ucapnya memberikan hasil ulangannya yang belum selesai.

Husnapun mengambil hasil ulangan semua murid di kelasnya dan pergi memberikan ke
Ruang guru.

Mayang : “Eh anak idiot! Kasian banget sih hidup lo. Udah yatim piatu,miskin, idiot pula..”
Shinta : “Tau lu! Idiot aja sok-sok an masuk ke kelas ini.” Sambung Shinta.
Dwiarti :“Emangnya s-salah aku tuh apa? k-k-kenapa kalian ngejek aku mulu.” runtuk Dwiarti.
Mayang : “Salah lo apa? gara-gara lo masuk kelas ini,nama kelas kita jadi jelek nanti!
Kelas 8.2 yang tadinya murid-murid kaya malah menampung murid bodoh,idiot,cacat dan miskin
kaya lo!” Marah Mayang.
Dwiarti : “T-tapi,inikan baru pertama kalinya aku masuk sekolah disini.”
Mayang : “Ya,emangnya lo kira gue ini peduli gitu,terus merasa iba sama lo?” ucap Mayang.
Shinta : “Tau lo! Lo mau di kasianin sama sekolah ini buat ngasih uang buat kematian orang
tua lu emang?” sambung Shinta.
Dwiarti : “E-enggak kok, aku nggak perlu itu semua.”

Husnapun datang masuk ke kelasnya melihat teman barunya di maki-maki oleh Mayang dan
Shinta.

Husna : “Astagfirullah Hal Adzim. Mayang,Shinta! Kalian apa-apaan sih!


Dia itu murid baru disini, kalian bukannya menyambut dia malah mengejek dia.” Ucap Husna.
Mayang : “Alah terserah lo aja deh. Nggak peduli gue.” Ucap Mayang cuek.
Husna : “Udah-udah. Ini ada tugas dari Wali kelas. PR Hal 34-40 LKS. Besok di kumpulin.”

Husna sebagai ketua kelaspun memimpin do’a pulang dan para murid di kelas itu satu per
satu pergi termasuk Husna. Jadi,disana hanya tinggal Dwiarti, Mayang dan Shinta.

Mayang : “Eh,lo mau pergi kemana?” ucap Mayang seraya memukul meja di depan Dwiarti.
Dwiarti : “A-a-aku mau pulang.” Jawab Dwiarti ketakutan.
Shinta : “Bagus deh,kalau lo mau pulang, ambil tuh..” ucap Mayang memberikan dua buku
LKS miliknya dan milik Shinta.
Dwiarti : “K-kenapa k-kamu ngasih ke aku?” Tanya Dwiarti.
Shinta : “Alah,masa beginian doang nggak ngerti sih?” sambung Shinta.
Mayang : “Lo bawa tuh LKS dan pokoknya besok buku itu harus udah selesai semua!!”
Dwiarti : “M-maksudnya?”
Shinta : “Alah nggak usah sok lugu deh, lo kerjain tuh LKS punya gue sama punya Mayang.”
Dwiarti : “T-taapi ini kan…” ucapnya terpotong.
Mayang : “Lo mau cari masalah sama gue? Hah??!!”ucap Mayang.
Dwiarti : “I-iya deh. Besok aku kasih ke kalian udah selesai semua. Aku pergi dulu.”
(Ucap pasrah Dwiarti yang langsung pergi membawa kedua buku LKS itu di
tangannya.)
Mayang : “Hahahahhh… Sekarang kita bisa manfaatin dia. Iya,nggak Shin?” tawa jahatnya.
Shinta : “Iyalah.jadi kita nggak usah repot buat ngerjain PR.” Jawab Shinta.
Mayang : “Iya. Udah ahh,yuk pulang.” Ajak Mayang.

Mereka berduapun akhirnya pulang.

***************************************************************************

Keesokan harinya.

Terlihat sudah beberapa murid berada di dalam kelasnya. Termasuk Dwiarti,Mayang dan Shinta.
Namun Husna dan beberapa murid lainnya belum datang.

Mayang : “Mana? Lo udah kerjain belom PR kita?!!” Tanya Mayang menuntut.


Shinta : “Iya,lo udah kerjain belom?” sambung Shinta.
Dwiarti : “U-udah kok. Udah aku kerjain. Tapi,ada lima sampai tujuh nomor yang belum aku
kerjain. S-soalnya a-aku ngantuk banget tadi malem.” Jawab Dwiarti memberikan LKS mereka.
Mayang : “APA??!! Belom lo kerjain? Kan gue nyuruhnya lo harus udah kerjain semuanya!
Shin, cek lks yang ada di tasnya. Cocokin jawabannya! Ntar,yang ada malah jawaban kita yang
dia asalin lagi.” Suruh Mayang.
Mayang : “Iya,May.” Ucap Shinta.

Shintapun mengambil buku LKS yang berada di dalam tas Dwiarti, dan ia mencocokan hasil
jawaban yang tertera pada jawaban Dwiarti dan yang ada di buku mereka berdua.

Shinta : “May, liat nih, di LKS dia jawabannya itu A sedangkan dia jawab di LKS kita B.”
Mayang : “Tuh kan,bener dugaan gue! Lo sengaja ya,mau cari rebut sama gue? Hah? Lo udah
berani sekarang? Udah,Shin. Coret-coret aja bukunya, kalau perlu di sobek.” perintah Mayang.
Shinta : “Iya, iya.” Ucap Shinta yang langsung mencoret-coret buku Dwiarti
Dwiarti : “Jangan, buku aku jadi rusakkan?” ucap kecewa Dwiarti yang melihat bukunya telah
di rusak Shinta.
Mayang : “Emangnya gue peduli gitu? Lo udah berani sama kita? Hah? Lo sengaja kan
ngebedain jawabannya?” Tuntut Mayang.
Dwiarti : “E-enggak gitu kok, A-aku cuma takut,kalau jawaban kita s-sama persis nanti dikira
nyontek. Tapi jawaban yang bener itu B kok, bukan A.” jawab Dwiarti yang sebenarnya.
Mayang : “Udah deh, nggak usah banyak bacot sama gue. Lo kira gue gampang di tipu apa?.”
Ucap Mayang yang langsung mendorong Dwiarti sehingga ia terjatuh ke lantai. Kursi dan meja
yang berada di dekatnya juga ikut terjatuh.
Dwiarti : “T-tapi, a-aku nggak bohong kok.” Ucap Dwiarti.
Shinta : “Alah! Lo udah miskin aja belagu banget sih!” ucap Shinta.
Dwiarti : “T-tapi, a-aku beneran.”
Mayang : “Terus lo kira gue mudah ditipu sama lo gitu?” tanya Mayang.
Dwiarti : “T-t-tapi a-aku udah berkata jujur.”
Mayang : “Lo itu miskin, bodoh, idi…” ucap Mayang terpotong.

Tiba-tiba Husna datang.

Husna : “Astagfirullah. Mayang,Shinta! Kalian udah dibilangin nggak ada kapok-kapoknya


ya! Kalian mau aku kasih tau wali kelas? Biar kalian di marahin? Hah?” Ancam Husna.
Mayang : “Eh, jangan gitu dong. Lagian kita kan nggak beneran, cuma bercanda doang.
Iyakan,Dwiarti..?” Tanyanya pada Dwiarti memberi isyarat menggertak.
Dwiarti : “I-iyaa..” jawab Dwiarti.
Husna : “Emangnya kalian kira aku ini apa? Aku bukan anak kecil lagi yang gampang ditipu.
Pokoknya sekarang juga aku harus bilang Bu Alfat.” Ancam Husna yang beranjak pergi namun
langkahnya di tahan oleh Mayang dan Shinta.
Mayang : “Aku janji deh. Aku nggak bakalan ngejek dia lagi. Maa-maaf.” Ucap Mayang.
Shinta : “Iya, jangan bilangin Bu Alfat dong.” Sambung Shinta.
Husna : “Kok minta maafnya sama aku sih? Kalian beneran mau aku bilangin Bu Alfat?”
Ancam Husna lagi.
Mayang : “Iyadeh. MAAF,ya.” Ucap Mayang jutek.
Husna : “Minta maafnya yang bener!” gertak Husna.
Mayang : “Iya-iya! Alay banget sih.” Ucapnya yang masih jutek, “Dwiarti,gue minta maaf. Gue
janji nggak bakalan ngehina lo lagi.” Ucap Mayang sambil memberikan tangannya.
Dwiarti : “Iya. Nggak apa-apa kok. Aku juga minta maaf sama kalian.” Ucap Dwiarti meraih
tangan Mayang.
Shinta : “Aku juga minta maaf, ya.” Ucap Shinta memberikan tangannya.
Dwiarti : “Iya, nggak apa-apa kok.” Ucap Dwiarti, “ Makasih ya,Husna. Udah nolongin aku.”
Husna : “Iya sam-sama. Nah, ginikan jadi enak, damai. Nggak ada yang marah-marah lagi.”
Ucap Husna tersenyum.
Mayang dan Shinta pun mengakui kesalahan mereka berdua. Kita harus mencontoh sikap dari
Dwiarti, karena dari keterbatasannya ia tetap bersabar dan tidak mengeluh dalam menghadapi
cobaan. Dan jangan mencontoh sikap dari Mayang dan Shinta yang suka mencemooh orang yang
mempunyai kekurangan, karena semua itu adalah ciptaan Allah.

The End.
Amanat :

“Sabar artinya Tahan dan tabah dalam menghadapi berbagai macam cobaan. Orang yang sabar
hatinya akan teguh dan berusaha mencari jalan keluar dari cobaan tersebut.
Dalam cerita ini maksud sabar yang di maksud adalah sabar menghadapi cobaan.
dan janganlah kita terlalu membentak,Menghina,Menjahili bahkan Meledek teman kita hanya
karena keterbatasan kemampuan,dia berbeda dari orang lain atau tidak sempurna dari orang lain.
Karena sesungguhnya Kesempurnaan hanya milik Allah semata.”

Anda mungkin juga menyukai